Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI SPIRIT

AL-MA'UN DI MASA PANDEMI COVID-19

By. Nihayati
PENDAHULUAN
• Spirit al-Ma’un merupakan nyawa yang menghidupi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bergerak di
bidang dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar. (QS. Ali
imran ayat 104)
• Dalam gerakannya, Muhammadiyah menekankan doktrin
Islam Rahmatan lil ‘Alamin sebagai agama yang peduli
pada nasib manusia sehingga mengajarkan keberpihakan
kepada kaum yang lemah, termasuk mereka yang rentan
dan menjadi korban bencana.
• Kepedulian itu terungkap dalam banyak ayat al-Qur’an dan
hadis Nabi diantaranya terdapat dalam surat al-Ma’un.
PENDAHULUAN
• BERAWAL DARI KISAH GURU DAN MURID: KH.
DAHLAN MENGAJARKAN SATU SURAT DLM AL-
QUR’AN SECARA BERULANG KPD MURIDNYA,
YAITU SURAT AL-MA’UN
• Salah satu muridnya (kyai Suja’) bertanya kepada
kyai Dahlan…wahai kyai, surat al-ma’un lagikah
yang akan kita kaji? Mohon maaf kyai, kami sudah
paham dengan surat al ma’un ini…
• Kyai Dhalan tersenyum, kemudian berkata,
sudahkah kalian menerapkan isi dari al-Ma’un ini?
• ADA SEMANGAT YG DIAJARKAN DAHLAN KPD
PARA MURIDNYA UTK MENJADI ORG2 YANG
MEMILIKI SEMANGAT UTK MELAKUKAN AKSI
SOSIAL SEBAGAI BAGIAN DARI GERAKAN
ISLAM
=> Memahami al-Qur’an bukan hanya sekedar
membaca dan memahami artinya saja, tetapi
implementasi dari apa yang dibaca dan
dipahami dalam kehidupan sehari-hari.
QS. AL-MA’UN
AL-MA’UN…

HABLUMINALLAH HABLUMINANNAS
• Islam adalah agama yang selalu mempertautkan
antara kedua kesalehan tersebut, tidak hanya
berdimensi ritual-vertikal (hablun minallah),
melainkan juga mencakup dimensi sosial-horizontal
(hablum minannas).
• Agama tidak hanya mengurusi persoalan iman
untuk pembentukan kesalehan individual, akan
tetapi yang terpenting dari itu adalah mewujudkan
iman tersebut dalam amal dan pembentukan
kesalehan sosial.
• Tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama? Itulah orangyang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin. Maka kecelakaan bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya dan enggan (menolong dengan)
barang berguna. (Q.s. Al-Ma`un: 1-7)
• Surat dengan tujuh ayat pendek dalam Juz 30
tersebut  sesungguhnya menegaskan prinsip
kemanusiaan yang sangat kental. Sayyid Quthb
dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an bahkan menyebutnya
sebagai memecahkan hakikat besar yang hampir
mendominasi pengertian iman dan kufur secara
total.
• Menafsirkan tiga ayat pertama Al-Ma`un ini Sayyid
Quthb memberi ulasan menarik berikut ini. “Boleh
jadi, hal ini sebagai sesuatu yang mengejutkan bila
dibandingkan dengan definisi iman secara
tradisional. Akan tetapi inilah inti persoalan dan
hakikatnya.  
• Bahwa  orang yang   mendustakan   agama  adalah  orang
yang menghardik  anak yatim   dengan  keras yakni 
menghina  anak yatim  dan menyakitinya. Juga tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin dan tidak suka  
memberi   anjuran   untuk   memelihara   orang   miskin.  
• Kalau   hakikat pembenaran agama ini sudah mantap di
dalam hatinya niscaya dia tidak akan membiarkan anak-anak
yatim dan tidak akan berhenti menganjurkan memberi
makan orang miskin. 
• Tidak ada yang lebih jelas dan lebih tegas daripada ketiga
ayat ini dalam menetapkan hakikat yang mencerminkan ruh
aqidah dan tabiat agama ini dengan cermin yang lebih tepat”
(Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, terjemahan As’ad Yahsin dan Abdul
Aziz Salim Basyarahil, 2001).
• Menarik untuk diperhatikan kriteria kedua para
pendusta agama, yaitu
1. tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. Bukankan perbuatan “menganjurkan” itu
merupakan perbuatan yang teramat ringan?
Ahmad Mustafa Al-Maraghy menyebut, “Dalam
ayat ini terkandung suatu pengarahan, bahwa jika
kita tidak mampu melakukan kewajiban tersebut,
seharusnya kita minta kepada orang lain yang
mampu untuk melakukannya. Misalnya yang
dilakukan lembaga-lembaga tertentu”.
• Di sini sebenarnya kunci dari kriteria kedua
para pendusta agama. Bagi mereka yang
mampu memberi makan orang miskin, maka
kewajiban mereka adalah memberi makan.
Tapi bagi mereka yang tidak mampu memberi
makan orang miskin, maka paling sedikit
mereka harus menganjurkan orang lain yang
mampu untuk melakukan itu.
• Mengapa “memberi makan orang miskin” yang
ditampilkan untuk mewakili persoalan kemiskinan
dan kemelaratan?
• Hai ini terjadi karena memang manusia diciptakan
Allah tidak dapat hidup tanpa makan. Artinya, soal
makan adalah soal paling dasar yang menopang
kehidupan manusia.
• Salah satu persoalan besar dunia yang dihadapi
hampir semua negara adalah ketidakcukupan
pangan. Oleh karena itu mudah-difahami bahwa
“memberi makan orang miskin” sangat pas
ditampilkan untuk mewakili fenomena kemiskinan
dan kemelaratan.
Spirit Al-Ma`un
• Jika spirit Al-Ma`un dikembangkan, maka
dapat kita katakan bahwa perhatian penuh
pada kaum miskin. Dengan demikian, sudah
barang tentu dengan upaya penanggulangan
kemiskinan merupakan  bagian dari kewajiban
keagamaan, dan mereka yang tidak memberi
perhatian penuh pada kaum miskin dan
berusaha memecahkan masalah kaum miskin
dikategorikan pendusta agama.
• Secara demikian dapat kita katakan bahwa
kelompok yang tidak memperhatikan secara
penuh kaum miskin adalah kelompok para
pendusta agama; para pemimpin organisasi
kemasyarakatan, termasuk Muhammadiyah,
yang tidak memberi perhatian penuh pada
kaum miskin juga merupakan pendusta
agama; bahkan pemimpin negara yang tidak
memberi perhatian penuh untuk
menyelesaikan persoalan kemiskinan adalah
para pendusta agama.
• Kaitannya dengan gerakan dakwah
Muhammadiyah adalah karena hal ini
memang realitas yang dihadapi masyarakat
kita. Jika para aktivis Muhammadiyah tidak
ingin menjadi pendusta agama, maka mau
tidak mau perhatian harus diberikan kepada
kaum miskin dan upaya penanggulangannya.
• Pendekatan baru terhadap persoalan
kemiskinan menuntut adanya fokus yang jelas
pada masalah kemiskinan struktural.
• Penanggulangan kemiskinan struktural berarti
menangani faktor-faktor sistemis dalam
masyarakat yang secara konsisten
mengakibatkan marjinalisasi kelompok-
kelompok tertentu dari akses terhadap
sumber daya dan manfaatnya.
KONTEKS AL-MA’UN DIMASA PANDEMI
• DAMPAK KESEHATAN
PENDEKATAN TERHADAP MASALAH SOSIAL => KAMPANYE (3M =>
memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak+ 1Tidak
berkerumun)

• DAMPAK EKONOMI
PENDEKATAN INOVATIF DALAM MENGANTISIPASI DAN
MEMBERIKAN SOLUSI TERHADAP “KEMISKINAN BARU” YG
DIHADAPI OLEH KELOMPOK MASYARAKAT RENTAN SERTA
PENGUATAN MODEL2 PEMBERDAYAAN EKONOMI

• DAMPAK SOSIAL
PENDEKATAN BARU UTK MELAKUKAN INOVASI SOSIAL YANG
MEMPERKUAT KEMANDIRIAN MASYARAKAT SECARA KOLEKTIF
Dari ke3 dampak tsb (kesehatan, ekonomi
dan sosial)
• MUHAMMADIYAH BERSAMA SPIRIT AL-MA’UN SUDAH BERUPAYA UNTUK
HADIR:
• MEMPROYEKSIKAN PROGRAM PRIORITAS:
- KETAHANAN PANGAN
- KEMANDIRIAN EKONOMI
• MEMBANGUN KULTUR BARU :
- PENDIDIKAN ALTERNATIF
- PERUBAHAN SOSIAL
AKAN LEBIH MAKSIMAL JIKA TEMAN2 SEMUA ALUMNI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG BERSAMA2 DITENGAH
MASYARAKAT UNTUK BERGANDENGAN TANGAN MENERAPKAN SPIRIT AL-
MA’UN SESUAI DENGAN BIDANG DAN KEMAMPUAN MASING-MASING.
• Spirit Al-Maun sebagaimana ditekankan oleh pendiri
Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan menjadi penting
ditengah wabah ini. Al-Maun menumbuhkan spirit
berbagi dan keberpihakan kepada kaum duafa-
mustadafin yang tertindas dan berada di garis
kemiskinan.
• Al-Maun menggambarkan betapa Islam
memperhatikan keadilan sosial, pemberdayaan dan
kesejahteraan umat melalui berbagai ibadah ritual
yang berimplikasi pada empati-kedermawanan sosial.
Islam mengajarkan untuk berbagi kepada fakir miskin
yang termarjinalkan akibat dari ekonomi kapitalis dan
liberal.
JADILAH ALUMNI YANG MEMILIKI JIWA YANG HATI
KITA TERKETUK JIKA MELIHAT KETERBELAKANGAN
(PENDIDIKAN, KESEHATAN, EKONOMI DAN HUKUM)

KARENA PADA PRINSIPNYA


ِ ِ‫الناس َأْن َفعُ ُه ْم ل‬
‫لناس‬ ِ ‫َخْيُر‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat


bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-
Daruqutni)

TERIMAKASIH….

Anda mungkin juga menyukai