Anda di halaman 1dari 32

SUPERVISI PENDIDIKAN

Kepala Sekolah Sebagai Administrator dan Supervisor

Dosen Pengampu:
Prof.Dr. Juhri A.M, M.Pd.
Afri Mardicko, M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Laely Astuti 18060004


2. Lili saputri 18060026
3. Sri Mulyani 18060017
4. Uswatun Khasanah 181330000243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan


sehingga dapat menyelesaikan makalah Supervisi Pendidikan dengan judul
“kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor”. Tanpa pertolongan-Nya
tentu penulis tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diakhir nanti.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas semester tujuh dalam mata kuliah
Supervisi Pendidikan. Laporan ini disusun dengan maksimal oleh anggota
kelompok. Penulis mohon maaf apabila laporan masih jauh dari sempurna dan
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca agar nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dalam
penulisan makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pringsewu, 25 September 2021


Penulis

kelompok 13
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Tujuan Penulisan Makalah....................................................................
C. Sistematika Makalah.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kepala sekolah sebagai Administrator.................................................
B. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor.....................................................
BAB III KOMENTAR
A. Komentar Kelompok.............................................................................
BAB IV PENUTUP
B. Kesimpulan...........................................................................................
C. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kinerja kepala sekolah sebagai manajer memegang pernanan yang


sangat penting dan merupakan kunci pokok sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kinerja di tempat dimana ia bekerja. Kualitas kinerja kepala
sekolah akan sangat ditentukan oleh bagaimana seorang kepala sekolah
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengelola pendidikan di sekolah
sesuai dengan kemampuan dan motivasi kerjanya. Kepala sekolah merupakan
seorang propefesional dalam organisasi sekolah yang memilki tugas mengatur
semua sumber organisasi sekolah dan bekerjasama dengan guru-guru dalam
mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Supervisi sebagai suatu
kegiatan pengawasan memiliki tujuan untuk membantu memperbaiki dan
meningkatkan pengelolaan pendidikan sekolah. Dalam hal supervisi, kepala
sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memajukan pengajaran
dengan melalui peningkatan profesi secara terus menerus. Kompetensi kepala
sekolah sebagai supervisi sesuai dengan Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007, meliputi merencanakan program evaluasi supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan
menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru. (Matondang dan Syahril (2021)

Kepala sekolah sebagai pemimpin akan selalu berpengaruh dalam


lembaga sekolah karena merupakan unsur terpenting dalam sekolah. Kepala
sekolah perlu menjakankan tugasnya sebagai supervisor sehingga dapat
meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas dan perannya.
kepala sekolah sebagai supervisor dan melalui pembinaannya terhadap
kinerja guru akan menentukan kepada terciptanya sekolah yang memilki hasil
belajar yang baik, yaitu siswa yang mempunyai kemampuan dan
keterampilan sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat.
Pada hakikatnya supervisi adalah melakukan pengawasan terhadap
pendidikan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaannya bukan mencari-cari
kesalahan guru dalam proses pembelajaran namun merupakan pembinaan dan
mengarahkan guru untuk memberikan masukan dan bantuan agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Pengawasan merupakan kegiatan untuk
mengamati, menilai, mengarahkan pekerjaan, wewenang yang diserahkan
oleh atasan terhadap bawahannya sehingga jika tidak sesuai dengan standar
yang ditentukan akan dapat menimbulkan diberikannya sanksi terhadap
bawahan secara struktural, yang dilakukan secara kontinu dan
berkesinambungan Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini akan
membahas tentang kepala sekolah sebagai supervisor dan administrator.

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk melatih mahasiswa dalam menulis karya ilmiah yang lebih baik
dengan tata cara yang ditemukan
2. Agar pembaca baik mahasiswa, pendidik, ataupun yang sedang
mempelajari tentang kepemimpinan dapat memahami peran kepala
sekolah sebagai supervisi dan administrator.

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan karya ilmiah dimana
halaman pertama judul, kata pengantar, daftar isi, bab 1, bab II, bab III, bab IV
dan daftar pustaka. Ketiga bab tersebut diantaranya:
1. Bab I, memuat tentang latar belakang, tujuan dalam penulisan makalah, dan
sistematika isi makalah.
2. Bab II, membahas tentang kepala sekolah, kepala sekolah sebagai
administrator, kepala sekolah sebagai supervisor
3. Bab III, memuat komentar kelompok makalah yang telah dibuat.
4. Bab IV, memuat kesimpulan dari keseluruhan isi makalah yang telah
dibuat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepala Sekolah
1. kepala sekolah dahulu dan sekarang
Kepala sekolah adalah pemimpin dan manajer yang sangat menentukan
dinamika sekolah menuju gerbang kesuksesan dan kemajuan disegala
bidang kehidupan. Jika kita bandingkan antara tugas kepala sekolah pada
masa penjajahan Belanda di Indonesia dengan tugas kepala sekolah dewasa
ini, dapat kita lihat betapa jelas perbedaannya. Kita semua mengetahui
bahwa tujuan pendidikan di masa penjajahan Belanda disesuaikan dengan
tujuan kolo nialisme Belanda. Sedangkan tujuan pendidikan di Indonesia
sekarang ini harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara Republik
Indonesia.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa penjajahan Belan da
tidak seluas dan seberat tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa
sekarang. Pada masa itu kepala sekolah lebih merupakan seorang "kepala"
(lihat kembali uraian tentang perbedaan "kepala" dan "pemimpin"). Ia telah
dapat dikatakan berhasil sebagai pemimpin sekolah jika ia dapat bertindak
memerintah dan mengawasi anak buah/guru gurunya, menjalankan tugas
sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan peraturan serta ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan dan ditetapkan dari atasannya. Dalam
tugasnya sehari-hari, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun, lebih
banyak merupakan tugas-tugas rutin daripada tugas-tugas yang merupakan
inisiatif dan kreatif baru bagi perkembangan dan ke majuan sekolah dan
dipimpinnya.
Betapa tidak! Bukankah segala sesuatu telah diatur dan disediakan oleh
atasan, dalam hal ini oleh pemerintah? Gedung sekolah dan
perlengkapannya telah tersedia; ia tidak perlu terlalu pusing memikirkan
kekurangan ruangan atau bangku-bangku murid, dsb. Alat-alat pelajaran,
termasuk buku tulis, buku-buku pelajaran dan per. pustakaan untuk guru
maupun murid-murid telah tersedia dan ditetapkan oleh pemerintah. Di
samping itu, kepala sekolah tidak perlu terlalu pu sing memikirkan gaji dan
kenaikan tingkat guru-gurunya, apalagi soal honorarium, uang vakasi, dsb.
Terhadap sekolah pada masa penjajahan Belanda tidak dituntut adanya
hubungan dan kerja sama dengan masyarakat. Bahkan sebaliknya, sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari kehidupan masyarakat
lingkungannya. Oleh sebab itu, sebagai kepala sekolah pada masa itu,
tidak perlu memikirkan bagaimana membentuk organisai BP3 (Badan
Pembantu Pembinaan Pendidikan) atau POMG (Persatuan Orang tua
Murid dan Guru), bagaimana menyusun anggaran dasar BP3/POMG dan
peraturan/ketentuan-ketentuan yang dapat mengatur hubungan ker ja sama
yang baik antara sekolah dan masyarakat, khususnya para orang tua murid,
dalam membina dan memajukan sekolahnya. Pemikiran tentang
perkembangan atau perubahan kurikulum pun tidak menjadi tanggung
jawab kepala sekolah karena hal itu adalah tanggung jawab pemerintah
dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Kepala sekolah dan guru-guru
tinggal menjalankan seperti apa adanya saja Hal Ini berlainan dengan
kepala sekolah sekarang setelah Indonesia merdeka.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah mengalami perkembangan dan
perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Sesuai dengan pendidikan di
negara kita Indonesia yang bersifat nasional-demokratis, maka sikap dan
sifat kepemimpinan kepala sekolah pun harus berubah dan mengarah
kepada kepemimpinan pendidikan yang demokratis.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah makin luas dan makin banyak
bidangnya. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelan
caran jalannya sekolah secara teknis-akademis saja. Benar bahwa hal ini
adalah tugas dan tanggung jawab yang pokok bagi seorang kepala sekolah.
Akan tetapi, mengingat situasi dan kondisi serta pertumbuha persekolahan
di negara kita dewasa ini, banyak masalah baru yang tin bul yang harus
menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk dipecahka dan
dilaksanakannya. Kekurangan ruang belajar, gedung sekolah yang sudah
rusak, perlengkapan gndung yang sangat kuran memenuhi syarat, tidak
adanya alat-alat pelajaran, buku-buk yang hampir setiap tahun berubah,
cara penampungan murid ba setiap tahun bertambah, kekurangan tenaga
guru dan kesufran pengangkatannya, dsb, dsb., semua ini memerlukan
pemikiran dan menambah ragas serta tanggung jawab kepala sekolah
Memang benar, masalah-masalah pendidikaan seperti dikemukakan atas
pada umumnya merupakan nasional sehingga pecasapun harus secara
nasional oleh pemerintah, aparat pendidikan, ber sama-sama dengan
masyarakat. Akan tetapi, sebagai kepala sekolah yang astru langsung
terlibat dan berkesinambungan di dalam arus masalah-masalah sersebut,
dia tidak boleh sama sekali lepas tangan dan menyerahkannya semata-
mata kepada pemerintah Inisiatif dan kreativitas yang mengarah pada
perkembangan dan kemajuan sekolah terhadap sekolah yang di pimpinnya
Dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan-kesulitan
yang dialami sekolah, baik yang bersifat material seperti: perbaikan
gedung sekolah, penambahan ruang, alat-alat perlengkapan, dsb. maupun
yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala sekolah tidak
dapat bekerja sendiri hanya dengan guru-gurunya saja. Hubungan dan
kerja sama yang baik dan produktif antara sekolah dengan masyarakat
perlu dibina. Misalnya pembentukan BP3/POMG yang benar-benar di
manfaatkan untuk kemajuan dan pembinaan sekolah, mengadakan ha
bungan kerja sama dengan instansi-instansi lain yang erat hubungannya
dengan pendidikan anak-anak, baik negeri maupun swasta.

2. Syarat-syarat minimal seorang kepala sekolah

Untuk menjalankan tugas sebagai kepala sekolah yang baik diperlukan


seseorang yang memiliki syarat-syarat tertenta. Di samping syarat ijazah
(yang merupakan syarat formal), juga pengalaman kerja dan kepribadian
yang baik perlu diperhatikan. Dalam peraturan yang berlaku di
Departemen P dan K, untuk setiap tingkatan dan jenis sekolah sudah
ditetapkan syarat-syarat yang diperlukan untuk pengangkatan seorang
kepala sekolah. Seperti telah kita ketahui bahwa untuk kepala sekolah
taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) serendah-rendahnya
berijazah SGA/SPG atau SGTK (SPG jurusan B). Untuk kepala SMTP
serendah-rendahnya berijazah sarjana muda atau B I, dan untuk SMTA
serendah-rendahnya berijazah sarjana atau B II. Karena jenis SMTP dan
SMTA itu bermacam-i (SMP, SMA, SMEA, SPG, SMTK, STM, SMOA,
SAA, SPMA, SKMA, SPDMA, dsh) maka ijarah yang diperlukan bagi
seorang kepala sekolah pun hendaknya sesuai dengan jurusan atau jenis
sekolah yang dipimpinnya.

disamping ijarah, pengalaman bekerja pun merupakan syarat yang tidak


dapat diabaikan. Mengenai lamanya pengalaman perbaikan syarat
pengangkatan kepala sekolah belum ada keseragaman di an sara berbagai
jenis sekolah. Hal ini tidak mengherankan karena banyak hal yang
menyebabkan kesulitan dalam melaksanakan pengangkatan itu. Di antara
bermacam macam hal tersebut dapat dikemukakan di sini:

a. Pertumbuhan dan perkembangan Jumlah sekolah yang sangat pesar


dan tidak sesuai dengan guru yang tersedia,
b. Di SD kekurangan jumlah guru adalah sangat menyolok dibanding
kan dengan banyaknya SD yang memerlukannya.
c. Di SMTP dan SMTA terdapat ketidakseimbangan antara banyaknya
guru vak umum/sosial yang besar jumlahnya dengan guru-guru vak
kejuruan (teknik dan eksakta) yang sangat sedikit.
d. Pada umumnya di kota-kota besar sangat banyak kelebihan
sedangkan di kota
e. kota kecil dan pelosok sangat kekurangan. Masih banyaknya guru
yang belum berwewenang mengajar di suatu sekolah tertentu dalam
mata pelajaran tertentu, tetapi terpaksa ditem patkan karena tidak
ada tenaga yang lain. guru,

keadaan pendidikan dan guru-guru seperti dikemukakan itu menyebabkan


kesulitan-kesulitan bagi pengangkatan kepala sekolah yang benar-benar
dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Sebagai contoh,
berikut syarat-syarat yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Guru dan
Tenaga Teknis untuk pengangkatan seorang kepala SPG, seperti berikut:
a. Pribadi
1) Seorang Pancasilais yang benar-benar mengamalkan nilai-nilai Pan
casila dalam hidupnya sehari-hari
2) Seorang yang memiliki sifat kepemimpinan
b. Ijazah dan pengalaman kerja
1) Sarjana IKIP (FIP)/B II Ilmu Mendidik dengan ketentuan:
pengalaman di SPG sekurang-kurangnya 2 tahun
2) pengalaman bagai gura sedikit-dikitnya 5 tahun.
c. Sarjana IKIP (KSS jurusan Bahasa Indonesia)/11 11 pelajaran Baha
Indonesia dengan bantuan
1) pengalaman di SPG sekurang-kurangnya 3 tahun
2) pengalaman sebagai guru sedikit kit-dikitnya 5 tahun
d. Sarjana muda IKIP 01 Jurusan Ilmu Mendidik dengan ketentuan:
1) pengalaman di SPG kang kurangnya 4 tahun
2) pengalaman sebagai pars sekurang-kurangnya 10 tahun
e. Sarjana muda (FKSS jurusan bahasa Indonesia/B1 prasan Bahasa
Indonesia dengan ketentuan
1) pengalaman di SPG sekurang-kurangnya 5 tahun
2) pengalaman sebagai guru sedikit-dikitnya 10 tahun
f. Sarjana Muda IKIP/B juran jurusan lain dengan ketentuan:
1) pengalaman di SPG sekurang-kurangnya 6 tahun.
2) pengalaman sebagai gunu sedikit-diknys 10 tahun

B. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap


kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh
karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah
hendaknya memahami, menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.
Dari materi-materi sajian yang terdahulu telah dipelajari bahwa dalam setiap
kegiatan administrasi mengandung di dalamnya fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengoordinasian, pengawasan, kepegawaian, dan
pembiayaan. Kepala sekolah sebagai administrator hendaknya mampu
mengaplikasikan fungsi-fungsi tersebut ke dalam pengelolaan sekolah yang
dipimpinnya.

1. Membuat perencanaan
Salah satu fungsi utama dan pertama yang menjadi tanggung jawab kepala
sekolah adalah membuat atau menyusun perencanaan. Perencanaan me
rupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan
bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok. Tanpa
perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami ke
sulitan dan bahkan mungkin juga kegagalan. Oleh karena itu, setiap kepala
sekolah paling tidak harus membuat rencana tahunan. Setiap tahun,
menjelang dimulainya tahun ajaran baru, kepala sekolah hendaknya sudah
siap menyusun rencana yang akan di laksanakan untuk tahun ajaran
berikutnya. Sesuai dengan ruang lingkup administrasi sekolah, maka
rencana atau program tahunan hendaklah mencakup bidang-bidang seperti
berikut:
a. Program pengajaran, seperti antara lain kebutuhan tenaga guru se
hubungan dengan kepindahan dll.; pembagian tugas mengajar;
peng adaan buku-buku pelajaran, alat-alat pelajaran, dan alat
peraga; pengadaan atau pengembangan laboratorium sekolah;
pengadaan atau pengembangan perpustakaan sekolah; sistem
penilaian hasil belajar; kegiatan-kegiatan kokurikuler; dan lain-
lain.
b. Kesiswaan atau kemuridan, antara lain syarat-syarat dan prosedur
penerimaan murid baru, pengelompokan siswa atau murid dan
pembagian kelas, bimbingan atau konseling murid, pelayanan
kesehatan murid (UKS), dan sebagainya.
c. Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru atau
pegawai baru, pembagian tugas/pekerjaan guru dan pegawai
sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai sekolah, mutasi dan
atau promosi guru dan pegawai sekolah.
d. Keuangan, yang mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan
un tuk berbagai kegiatan yang telah direncankan, baik uang yang
ber asal dari pemerintah, atau dari POMG atau BP3, ataupun
sumber lainnya.
e. Perlengkapan, yang meliputi perbaikan atau rehabilitasi gedung
sekolah, penambahan ruangan kelas, perbaikan atau pembuatan
pagar pekarangan sekolah, perbaikan atau pembuatan lapangan
olah raga, perbaikan atau pengadaan bangku murid, dan
sebagainya.
2. Menyusun Organisasi Sekolah
Organisasi mrupakan fungsi administrasi dan manajemen yang
penting juga di samping perencanaan. Disamping sebagai alat, organisasi
dapat juga di pandang sebagai wadah atau struktur dan sebagai proses.
Sebagai wadah organisasi merupakan tempat kegiatan-kegiatan administrasi
itu dilaksanakan. dan jika dipandang sebagai proses, maka organisasi
merupakan kegiatan-kegiatan  atau menyusun dan menetapkan hubungan
hubungan kerja antar personal. Kewajiban-kewajiban, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing bagian atau personal yang termasuk di
dalam organisasi itu disusun dan ditetapkan menjadi pola-pola kegiatan
yang tertuju kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan perlu menyusun


organisasi sekolah yang dipimpinnya dan melaksanakan pembagian tugas
organisasi sekolah yang dipimpinnya, dan melaksanakan pembagian tugas
serta wewenang kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai dengan
struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama.
Untuk menyusun organisasi sekolah yang baik perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:

a. Mempunyai tujuan yang jelas


b. Para anggota menerima dan memahami tujuan tersebut
c. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan
tindakan, kesatuan pikiran, dsb.
d. Adanya kesatuan perintah (Unity of Command) para
bawahan/anggota hanya mempunyai seorang atasan langsung, dan
daripadanya ia menerima perintah atau bimbingan, serta kepadanya
ia harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
e. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
seorang di dalam organisasi itu.  sebab, tidak adanya keseimbangan
tersebut akan memudahkan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan
seperti:
1) Jika wewenang lebih besar daripada tanggung jawab, mudah
menimbulkan penyalahgunaan wewenang
2) Jika tanggung jawab lebih besar daripada wewenang, mudah
menimbulkan banyak kemacetan, merasa tidak aman atau
ragu-ragu dalam tindakan.
i. Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,
keahlian, dan atau Bakat masing-masing.
j. Struktur organisasi hendaknya disusun sesederhana mungkin, sesuai
dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan dan pengendalian.
k. Pola organisasi hendaknya relatif permanen titik artinya, meskipun
struktur organisasi dapat dan memang harus diubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan, fleksibilitas dalam penyesuaian itu jangan
bersifat prinsip. oleh karena itu, pola dasar struktur organisasi perlu
dibuat sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin permanen.
l. Adanya jaminan keamanan dalam bekerja (security off lecture)
Bawahan atau anggota tidak merasa gelisah karena takut dipecat,
ditindak sewenang-wenang, di dsb.
m. Garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerja nya
jelas tergambar di dalam struktur atau bagan organisasi.
Perlu ditambahkan disini bahwa struktur organisasi yang telah 
disusunnya  haruslah disertai dengan deskripsi  tugasnya (job description) 
untuk masing-masing organ atau bagian-bagiannya. dengan demikian,
setiap personil yang menduduki jabatan di dalam organisasi tersebut
memahami tugasnya masing-masing, dan tidak terjadi tugas rangkap atau
tumpang tindih dalam pelaksanaannya.

3. Bertindak Sebagai Koordinator dan Pengarah

Adanya bermacam-macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh


banyak orang, seperti tergambar di dalam struktur organisasi sekolah,
memerlukan adanya koordinasi serta pengarahan dari pimpinan sekolah.  
adanya koordinasi serta pengarahan yang baik dan berkelanjutan dapat
menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat antar
bagian atau antar personil sekolah, dan atau kesimpangsiuran dalam
tindakan. dengan kata lain, adanya  koordinasi yang baik memungkinkan
semua bagian atau personil bekerja sama saling membantu ke arah satu
tujuan yang telah ditetapkan seperti kerjasama antara urusan kurikulum
dan pengajaran dengan guru-guru, kerjasama antara urusan bimbingan dan
konseling dengan para wali kelas, kerjasama antara bagian tata usaha
dengan wali kelas dan guru-guru, kerjasama antara POMG atau BP3
dengan urusan bimbingan dan konseling dan para wali kelas dsb. 

4. Mengelola Pengelolaan Kepegawaian

Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa pengelolaan


kepegawaian mencangkup di dalamnya penerimaan dan penempatan guru
dan atau pegawai sekolah, pembagian tugas pekerjaan guru dan pegawai
sekolah, usaha kesejahteraan  guru dan pegawai sekolah, mutasi dan atau
promosi guru dan pegawai sekolah, dsb. Tugas-tugas yang menyangkut
pengelolaan kepegawaian ini sebagian besar dikerjakan oleh bagian tata
usaha sekolah seperti pengusulan guru dan atau kepegawaian baru,
kenaikan pangkat guru guru dan pegawai sekolah, dan sebagainya.

Agar pekerjaan sekolah di lakukan dengan senang, bergairah, dan berhasil


baik, maka dalam memberikan atau membagi tugas pekerjaan personil,
kepala sekolah hendaknya memperhatikan kesesuaian antara beban dan
jenis tugas dengan kondisi serta kemampuan pelaksanaannya seperti antara
lain:

a. Jenis kelamin (pria atau wanita)


b. Kesehatan fisik ( kuat tidaknya melakukan pekerjaan itu)
c. Latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimiliki
d. Bakat minat dan hobi.
Hal lain yang termasuk ke dalam pengelolaan kepegawaian adalah
masalah kesejahteraan personil. Yang dimaksud dengan kesejahteraan
personel bukan sekedar kesejahteraan yang berupa materi atau uang tetapi
juga kesejahteraan yang bersifat rohani dan jasmani, yang dapat
mendorong para personil sekolah bekerja lebih giat dan bergairah titik
Banyak cara dan usaha yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan personel sekolah titik di samping pemberian
insentif atau gaji yang layak, usaha meningkatkan kesejahteraan personel
dapat pula dilakukan dengan jalan:

a. Membentuk semacam ikatan keluarga sekolah yang bersifat


sosial
b. Membentuk koperasi keluarga personel sekolah
c. Mengadakan kegiatan-kegiatan seperti olahraga, diskusi-diskusi
yang berhubungan dengan pengembangan profesi guru guru atau
pegawai sekolah
d. Memberi kesempatan dan bantuan dalam rangka pengembangan
karir, seperti kesempatan melakukan pelajaran, kesempatan
mengikuti Penataran Penataran, selama tidak mengganggu atau
merugikan jalannya sekolah
e. Mengusulkan dan mengurus kenaikan gaji atau pangkat guru-
guru dan pegawai tepat pada waktunya sesuai dengan peraturan
yang berlaku

C. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan


bukan hanya merupakan tugas pekerjaan Para pengawas, tetapi juga tugas
kepala sekolah terhadap guru guru dan pegawai pegawai sekolahnya.

1. Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan


Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang
esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
melihat definisi tersebut, maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor
berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti menarik, dan menentukan
syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya
sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin
dapat tercapai. Ia harus dapat meneliti Dan menentukan syarat-syarat
mana yang telah ada dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang
mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi. tugas serta tanggung
jawab kepala sekolah Jika ia benar-benar hendak menjalankan tugas  dan
kewajiban dengan sebaik-baiknya.  jelas kiranya, kepala sekolah,
disamping sebagai administrator yang pandai mengatur dan bertanggung
jawab tentang kelancaran jalannya sekolah sehari-hari, juga adalah
seorang supervisor. seorang kepala sekolah Bukankah kepala kantor yang
selalu duduk di belakang meja memandangi surat-surat dan mengurus
soal-soal administrasi belaka. jika itu yang dimaksud dengan tugas
kepala sekolah atau pemimpin pendidikan, Alangkah enak dan
mudahnya, setiap orang agaknya dapat dan sanggup menjadi kepala
sekolah.

2. Prinsip-Prinsip Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya 


betapa banyak dan besarnya tanggung jawab kepala sekolah sebagai
supervisor oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Moh. Rifai, M. A.,
Untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi sebaik-baiknya kepala
sekolah hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif yaitu pada yang
dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk
bekerja.
b. Supervisi harus didasarkan oleh keadaan dan kenyataan yang
sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan)
c. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya
d. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru
dan pegawai pegawai sekolah yang disupervisi
e. Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas
dasar hubungan pribadi
f. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan
mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah
g. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat
menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru
h. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat,
kedudukan, atau kekuasaan pribadi.
i. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan
kekurangan (ingat bahwa supervisi berbeda dengan inspeksi)
j. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak
boleh lekas merasa kecewa
k. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan kooperatif.
inventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal
yang negatif, mengusahakan/memenuhi syarat syarat sebelum
terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan. 

faktor yang mempengaruhi hasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya


hasil supervisi itu antara lain:

a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.


Apakah sekolah itu di kota besar di kota kecil atau di pelosok titik di
lingkungan masyarakat orang-orang kaya atau dilingkungan orang-
orang yang pada umumnya kurang mampu titik di lingkungan
masyarakat intelek pedagang atau petani atau lain-lain.
b. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala
sekolah. Apakah sekolah itu merupakan Kompleks sekolah besar
sama banyak jumlah guru dan muridnya kemah memiliki halaman
dan tanah luas atau sebaliknya
c. tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD
atau sekolah lanjutan, SMP atau STM atau SMEA atau SKKA dsb;
semuanya merupakan sikap dan sifat supervisi tertentu.
d. keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di
sekolah itu pada umumnya sudah berwenang, Bagaimana kehidupan
sosial ekonomi hasrat kemampuan dsb.
e. kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri titik diantara
faktor-faktor yang lain yang terakhir ini adalah yang penting
bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia jika kepala
sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang
diperlukan Semuanya itu tidak akan ada artinya sebaliknya adanya
kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh Kepala Sekolah segala
kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya
untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakan

3. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran 


Secara umum, kegiatan atau usaha usaha yang dapat dilakukan oleh
Kepala Sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain :

a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di


dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya 
b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan
sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi
kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar 
c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang sedang berlaku 
d. Membina kerjasama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya 
e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan
pegawai sekolah antara lain dengan mengadakan diskusi diskusi
kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah dan mengirimkan
mereka untuk mengikuti Penataran Penataran seminar sesuai dengan
bidangnya masing-masing 
f. Membina hubungan kerjasama antara kepala sekolah dengan BP3
Atau POMG Dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan pada siswa 

Secara khusus dan lebih konkrit lagi kegiatan-kegiatan yang mungkin


dilakukan oleh Kepala Sekolah sebagai supervisor dapat dirumuskan
sebagai berikut :

a. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi organisasi profesional,


seperti PGRI Ikatan Sarjana pendidikan
b. Mendiskusikan tujuan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-
guru.
c. Diskusikan metode-metode dan teknik-teknik dalam rangka
pembinaan dan pengembangan proses belajar mengajar 
d. Membimbing guru-guru dalam penyusunan program catur wulan
atau program semester dan program satuan pelajaran
e.  Membimbing guru guru dalam memilih dan menilai buku-buku
untuk perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid-
murid.
f. Membimbing guru guru dalam menganalisis dan menginterpretasi
hasil tes dan penggunaannya bagi perbaikan proses belajar mengajar.
g. Melakukan kunjungan kelas atau classroom visitation dalam rangka
supervisi klinis.
h. Mengadakan kunjungan observasi atau obervation visit bagi guru-
guru demi perbaikan cara mengajarnya.
i. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru
tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-
kesulitan yang mereka alami.
j. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dalam
ruang lingkup bidang tugasnya. 
k. Berwawancara dengan orang tua murid dan petugas BP3 atau PMOG
tentang hal-hal yang mengenai pendidikan anak-anak mereka.

4. Teknik-Teknik Supervisi 

Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan tujuan agar apa
yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan secara garis besar,
cara, atau Teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua yaitu teknik
perseorangan dan teknik kelompok.

a. Teknik perseorangan

Teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan cara


perseorangan. beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

Kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yang


dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau
pengawas) Untuk melihat atau mengamati seorang guru yang
sedang mengajar titik tujuannya untuk mengobservasi
Bagaimana guru mengajar, Apakah sudah memenuhi syarat-
syarat didaktis atau metodik yang sesuai titik dengan kata lain
untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya
masih Perlu diperbaiki. Setelah kunjungan kelas selesai
selanjutnya diadakan diskusi Empat Mata antara supervisor
dengan guru yang bersangkutan. supervisor memberikan saran-
saran atau nasehat-nasehat yang diperlukan dan guru pun dapat
mengajukan pendapat atau usul-usul yang konstruktif demi
perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya.

2) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat


atau mengamati seorang guru yang sedang mendemostraskan
cara-cara mengajar Suatu mata pelajaran tertentu misalnya cara
cara menggunakan alat atau media yang baru seperti audio
visual, cara mengajar dengan metode tertentu seperti misalnya
problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode penemuan
dan sebagainya .Kunjungan observasi dapat dilakukan di
sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah
lain. sebagai demonstran Dapat ditunjuk seorang guru dari
sekolah sendiri atau sekolah lain yang dianggap memiliki
kecakapan atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan
kunjungan kelas yang diadakan atau lebih baik lagi jika
sebagai demonstran tersebut adalah supervisor sendiriYaitu
kepala sekolah sama halnya dengan kunjungan kelas,
kunjungan observasi juga diikuti dengan mengadakan diskusi
diantara guru-guru pengamat dengan demonstran yang
dilakukan segera setelah demonstrasi mengajar selesai
dilakukan.
3) Membimbing guru-guru tentang cara mempelajari pribadi
siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa

Banyak masalah yang dihadapi guru dalam mengatasi


kesulitan kesulitan belajar siswa. misalnya siswa yang lamban
dalam belajar tidak dapat memusatkan perhatian siswa yang
nakal siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang
dapat bergaul dengan teman-temannya. meskipun di beberapa
sekolah mungkin telah dibentuk bagian bimbingan dan
konseling, masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas
yang disebabkan oleh siswa itu sendiri Lebih baik dipecahkan
atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan
kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan
memakan waktu yang lebih lama yang
mengatasinya.Disamping itu, kita pun harus menyadari bahwa
guru kelas atau wali kelas adalah pembimbing yang utama
Oleh karena itu peran supervisor, terutama kepala sekolah
dalam hal ini sangat diperlukan .

4) Membimbing guru guru dalam hal yang berhubungan dengan


pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain:
 Menyusun program catur wulan atau program semester
  menyusun atau membuat program satuan pelajaran
  mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
  melaksanakan teknik teknik evaluasi pengajaran
  menggunakan media dan sumber dalam proses belajar
mengajar 
 Organisasi kegiatan kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler study tour dan sebagainya

b. Teknik kelompok 

Teknik kelompok merupakan supervisi yang dilakukan secara


kelompok beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang Kepala Sekolah yang baik umumnya menjalankan
tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya.
termasuk di dalam perencanaan itu antara lain mengadakan
rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. berbagai hal ini
dijadikan bahan dalam rapat rapat yang diadakan dalam rangka
kegiatan supervisi seperti hal-hal Yang berhubungan dengan
pelaksanaan Dan pengembangan kurikulum Kema Pembinaan
administrasi atau tata laksana sekolah, termasuk BP3 atau
POMG dan pengelolaan keuangan sekolah

2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)


Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk
kelompok-kelompok guru bidang studi sejenisnya (biasanya
untuk sekolah lanjutan) Untuk SD dapat pula dibentuk
kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran
mata pelajaran tertentu. kelompok ke kelompok yang telah
terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau
diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
usaha pengembangan dan peranan proses belajar mengajar. di
dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat
memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat ataupun
saran-saran yang diperlukan .

3) Mengadakan Penataran-Penataran (inservice-training)


Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui Penataran
Penataran sudah banyak dilakukan. misalnya Penataran untuk
guru guru bidang studi tertentu, Penataran tentang metodologi
pengajaran dan Penataran tentang administrasi pendidikan.
Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya
diselenggarakan oleh Pusat atau wilayah, maka tugas kepala
sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut dalam kurung (follow-up) dari hasil
Penataran agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.

5. Pembagian tugas pekerjaan kepada guru


Pemberian tugas pekerjaan kepada guru merupakan tanggung jawab
kepala sekolah. Berdasarkan pengangkatan atau penetapan guru yang
dilakukan oleh atasan, selanjutnya tugas kepala sekolah ialah
memberikan tugas kepada guru tersebut. Bagaimana pemberian tugas
atau penetapan guru didalam kelas oleh pemimpin sekolah akan
diuraikan lebih lanjut pada pasal-pasal berikut :

a. Sistem penepatan guru dalam kelas


Masalah pemberian tugas atau penempatan guru dalam kelas
merupakan masalah penting dalam perangkat supervisi yang terjadi
tanggung jawab kepala sekolah. tiga sistem yaitu sistem guru kelas,
sistem guru bidang studi dan sistem pencampuran.

1) Sistem guru kelas


Sistem guru kelas adalah seperti yang lazim berlaku di SD kita
sampai sekarang setiap guru diserahi satu kelas yang berlaku
terdiri atas sejumlah murid selama 1 tahun atau lebih tugas guru
tersebut mengajarkan semua mata pelajaran yang berlaku di kelas
itu masing-masing sesuai dengan tingkat dari kelas satu atau
sampai kelas enam.

a) Kelebihan guru kelas :


(1) Guru dapat mengenal agama dalam individu-individu
murid masing-masing: wataknya, bakatnya, tingkah
lakunya, tingkat intelegensinya Kema kelambatan atau
kecepatan daya tangkapnya cara belajarnya dan
sebagainya.
(2) Itu semua dapat memudahkan guru dalam memberikan
pelajaran dan cara mengevaluasi yang lebih objektif .
(3) Guru terpaksa belajar menguasai semua mata pelajaran
yang diberikan di kelas itu .
b) Kelemahan guru kelas :
(1) Tidak semua guru menyukai semua mata pelajaran tentu
ada yang beberapa mata pelajaran yang dapat tidak
disukainya.
(2) Guru setiap hari menghadapi kelas atau murid-murid
yang itu-itu saja, memungkinkan dia menjadi bosan
(3) Jika guru itu bertahun-tahun memagang 1 tingkat kelas
dapat mengakibatkan pengetahuan guru itu itu statis

2) Sistem guru bidang studi


Sistem guru bidang studi adalah seperti yang biasa dilakukan di
SMTP dan SMTA kita sekarang. dan guru mengerjakan di beberapa
Kelas Mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian seperti tercantum
di dalam ijazah keguruannya

a) Kelebihan guru bidang studi :


(1) Cara mengajar dan hasil belajar dapat lebih baik karena
dipegang atau diberikan oleh guru-guru yang menguasai
haknya
(2) guru tidak lekas bosan mengajar karena selalu berganti
kelas dan murid-muridnya
(3) memungkinkan guru memperdalam haknya lebih baik
menjurus kepada hobi dan keahliannya
b) kekurangan guru bidang studi :
(1) guru kurang dapat mengenal dengan baik pribadi individu
masing-masing anak sehingga dia kurang dapat
menyesuaikan pelajarannya dengan kemampuan anak
masing-masing
(2) pekerjaan koreksi guru itu terlalu banyak sehingga
memungkinkan penilaian yang tidak objektif
(3) Jika perlu orang yang statis dapat menyebabkan guru
mengajar secara konservatif-tradisional tidak mengikuti
perkembangan masyarakat.
3) Sistem campuran
sistem pencampuran adalah gabungan dari kedua sistem Yaitu
sistem guru kelas dan sistem guru bidang studi. Di dalam suatu
sekolah yang menggunakan sistem pencampuran terdapat: guru-
guru yang diserahi kelas tetapi ada pula beberapa guru yang
mengerjakan mata pelajaran tertentu di setiap kelas, guru-guru
yang diserahi kelas pada jam-jam pelajaran tertentu mengajarkan
mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian atau hobinya di kelas
lain.. Melihat kebaikan dan keburukan kita dapat mengatakan
sistem campuran lebih baik tetapi kita mengetahui bahwa
kecocokan kedua sistem itu berbeda-beda sistem guru kelas lebih
baik untuk SD sistem guru hak lebih baik untuk SI

b. Cara memilih dan menetapkan guru dalam kelas


1) penempatan guru-guru SD
Pendapatan guru-guru SD ini merupakan tugas kepala sekolah
dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah:

a) Setiap guru ditempatkan sesuai dengan ijazah dan


pengalamannya masing-masing
b) kepala sekolah harus mengenal betul-betul pribadi guru
masing-masing Siapa yang sesuai untuk mengajar di kelas
1 dan siapa yang di kelas 6, dsb.
c) untuk mengadakan sistem campuran, setiap guru dapat
disuruh memilih dan memperdalam hak-hak apa yang
sangat disukainya, untuk selanjutnya di samping sebagai
guru kelas tertentu, mengajar pula bidang studi yang telah
dipilih nya itu di kelas kelas lain
d) mata-mata pelajaran yang baik untuk diberikan dengan
sistem guru bidang studi ialah mata pelajaran ekspresi
yang tidak biasanya semua guru dapat menguasainya
seperti pendidikan agama, pekerjaan tangan atau
keterampilan, menggambar, seni suara atau kesenian dan
olahraga. sedangkan mata-mata pelajaran lain tetap
dipegang oleh guru kelas masing-masing.
e) Perlu adanya penyusunan roster (daftar pelajaran) yang
dibuat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjadi
tumbukan atau saling mengganggu ketenangan belajar.
f) Setahun atau dua tahun sekali perlu diadakan pertukaran
guru kelas untuk menjaga menimbulkannya kebosanan
titik tetapi jangan terlalu sering dan sesuai dengan
kepentingan kelas kelas itu masing-masing. ( ingat: kelas 1
dan kelas 2 memerlukan guru yang berpengalaman dan
tidak semua guru cakap mengajar di kelas itu).

2) penempatan guru-guru SMP atau SMA

sistem guru bidang studi tetap dipergunakan di SMP atau smta


akan tetapi dalam pelaksanaan praktek sehari-hari kita dapat
melihat cara penempatan dan pembagian tugas yang masih kurang
sesuai dengan yang seharusnya. banyak SMP maupun SMA yang
mengadakan pembagian mengajar kepada guru-guru hanya
berdasarkan keadilan. dalam banyaknya jumlah pelajaran setiap
guru di sekolah itu diusahakan agar jumlah jam pelajarannya dalam
seminggu rata-rata hampir sama dengan guru-guru lain. yang
terjadi dasar pertimbangan dalam pembagian tugas itu hanyalah
pembagian rezeki yang adil bagi semua guru ( ini akibat dari
adanya tunjangan bp3 yang selalu berdasarkan atas banyaknya jam
pelajaran yang dipegang oleh guru masing-masing) akibatnya
daripada Dapat kita lihat:
a) Guru tidak dapat menguasai bahan yang diajarkan
b) persiapan guru tidak teratur (tidak sempat membuat persiapan)
c) cara mengajar yang semaunya
d) kebencian dan kebosanan belajar pada murid-murid
e) tidak adanya kontinuitas bahan pelajaran dari kelas 1 ke kelas
berikutnya
f) mutu pelajaran yang semakin merosot
g) kurikulum sekolah tidak tercapai

untuk menghindari jaringan sampai terjadi hal-hal sedemikian maka


dalam penempatan tugas dan pembagian tugas guru guru di SMP dan
SMA perlu diperhatikan: setiap guru memegang hak sesuai dengan
ijazah atau keahliannya masing-masing, untuk kelas kelas tinggi perlu
dipilih guru guru yang berpengalaman, untuk bidang studi yang tidak
ada gunanya dapat diserahkan kepada guru yang mempunyai hobi pada
hak tersebut( sebelum guru hak yang bersangkutan dapat diusahakan).

3) pembagian tugas wali kelas

karena di sekolah lanjutan tidak menggunakan sistem guru kelas maka


untuk lebih membantu kepala sekolah dalam usahanya mengawasi kelas
dan memperhatikan individu-individu siswa masing-masing perlulah
dibentuk wali kelas. pembagian tugas wali kelas sebaiknya berdasarkan
atas pertimbangan: banyaknya jam pelajaran yang diajarkan guru kelas
itu, kewajiban guru terhadap kelas itu dan sedapat mungkin guru tetap
di sekolah itu
BAB III
KOMENTAR
A. Komentar Kelompok
1. Sri Mulyani
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah lembaga
pendidikan, ibaratnya kepala sekolah ini merupakan seorang nakhkoda
yang akan membawa kemana kapal ini akan berjalan dan juga memastikan
bahwa anggotanya aman untuk itu diperlukan kecakapan, ketangguhan,
pengalaman, agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai.
2. Lili Saputri
Sebagai seorang pemimpin hendaklah kepala sekolah memiliki tujuan
yang jelas dan juga memiliki prinsip yang seharusnya dipegang agar ketika
ada keliruan yang terjadi kepada kepala sekolah bisa berlaku tegas dan
profesional tidak ada kepentingan pribadi.
3. Laely Astuti
Tak cukup bermodalkan ijazah ketika hendak menjadi kepala sekolah
perlu adanya skill dan jiwa kepimpinan karena jika mengandalkan nilai
akademik tanpa adanya soft skill maka itu tidak akan maksimal karena
sejatinya ia adalah pemimpin yang akan menjadi contoh bagi bawahannya
bahkan bisa jadi tujuan hendak dicapai sagnan tidak ada pergerakan
karena itu perlu adanya sifat leadership.

4. Uswatun Khasanah
Dalam lembaga pendidikan kepala sekolah memiliki tugas, fungsi dan
wewenang yang perlu dijalankan, kepala sekolaah harus mengerti dengan
posisinya kepala sekolah harus memberi contoh yang baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Setelah kami mempelajari materi ini bisa disimpulkan bahwasanya


untuk menjadi Kepala sekolah diperlukan seseorang yang memiliki syarat-
syarat tertentu. Di samping syarat ijazah (yang merupakan syarat formal), juga
pengalaman kerja dan kepribadian yang baik perlu diperhatikan. Dalam
peraturan yang berlaku di Departemen P dan K, untuk setiap tingkatan dan
jenis sekolah sudah ditetapkan syarat-syarat yang diperlukan untuk
pengangkatan seorang kepala sekolah.

kepala sekolah sebagai supervisor berarti dia hendaknya pandai


meneliti menarik, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang
diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Kepala sekolah sebagai
administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. NOleh karena itu, untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami,
menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan
dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.

Kepala sekolah merupakan pemimpin bagi anggotanya ia perlu tahu


hak dan wewenang yang harus dikerjakan bagi untuk dirinya sendiri , guru /
karyawan, siswa serta wali murid sehingga jika itu berjalan dengan baik maka
akan ada sinergi kesatuan yg dapat menjadi jalan untuk mencapai tujuan dari
pendidikan.

B. Saran
Pengangkatan kepala sekolah sebaiknya perlu memperhatikan syarat-syarat
yang sudah ditentukan agar kedepannya kepala sekolah mampu meningkatkan
mutu pendidikan sekolah sesuai kebutuhan dan memanajemen administrasi
atau program-program sekolah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalim (2014). Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung. PT


Remaja Rosdakarya Offset-Bandung

Matondang, L., & Syahril, S. (2021). Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor
dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Sekolah Menengah
Pertama. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(6), 4094-4101.
Purwanto, M.N. 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Suyitno. (2021). Analisis Kepemimpinan Kepala Sekolah , Penerapan Disiplin
Dan Pengawasan Terhadap Etos Kerja Suyitno. Edukatif, 3(3), 728–737.

Anda mungkin juga menyukai