Disusun Oleh :
1
ANALISA PROBLEMATIKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
PERSOALAN MENTALITAS SERTA SOLUSINYA
1
Ras A. (2013). Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan. Socius, vol. XIV.
hal. 59.
2
Kondisi perekonomian dapat mempengaruhi mentalitas seseorang. Semakin
rendahnya perekonomian seseorang maka mentalitasnya juga akan menurun karena
adanya kesenjangan sosial dan perbedaan ekonomi. Selain itu, mentalitas juga dapat
mempengaruhi kemajuan ataupun kelanjutan hidup seseorang. Kondisi mentalitas
yang buruk juga dapat menghambat proses pemberdayaan masyarakat. Oleh karena
itu, diperlukannya upaya untuk mengatasi persoalan mentalitas.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat
3
bagi seluruh alam” (QS. Al Anbiya [21]:107)2.
Untuk itu, ada beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan
masyarakat miskin (Nugroho, 2001:195-197) yaitu:
1. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya
penanggulangan kemiskinan. Pemberdayaan ini bertujuan untuk menekan perasaan
ketidakberdayaan atau impotensi masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur
social dan politis.
2. Setelah kesadaran kritis muncul, upaya memutus hubungan ekspoitatif terhadap
lapisan orang miskin perlu dilakukan.
3. Tanamkan rasa kesamaan dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan
merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan dari kontruksi social.
4. Merealisasi perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara
penuh.
5. Perlu pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin.
6. Restribusi infrastruktur pembagunan yang lebih merata3.
2
Sany, U.(2019). Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakatdalam Perspektif Al Qur’an. Jurnal Ilmu
Dakwah. Volume 39 No 1. hal.33.
3
Ras A. (2013). Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan. Socius, vol. XIV.
hal. 61.
4
Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang itu
sungguh, Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]:92)
Sejumlah kajian empiris menunjukkan bahwa zakat dapat berperan secara efektif
mengurangi angka kemiskinan mustahiqnya.
Di antara berbagai sarana pemberdayaan masyarakat, zakat mempunyai salah
satu potensi terbaik untuk dapat difungsikan dan dimanfaatkan masyarakat luas.
Tetapi di sisi lain, pengelolaan zakat di Indonesia masih memerlukan pembenahan
dan peningkatan. Hal ini karena zakat tidak dapat difungsikan sebagai sarana
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan secara maksimal jika “kue”
zakat yang dibagi masih kecil. Oleh karena itu perlu upaya untuk memperbesar “kue”
tersebut dengan memperluas basis muzakki dalam rangka meningkatkan penerimaan
zakat.
Al Ghazali ketika berbicara mengenai cara menghimpun dan mengelola zakat,
berpendapat bahwa pengelolaan zakat harus ditangani oleh institusi khusus (‘amilin)
yang independen dan jauh dari intervensi pemerintah dan pengadilan (Indra, 2017).
Mubasirun (2013) mengemukakan beberapa model penggunaan zakat yang dapat
diaplikasikan dalam program pemberdayaan masyarakat. Model penggunaan yang
bersifat konsumtif antara lain;
4
Sany, U.(2019). Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakatdalam Perspektif Al Qur’an. Jurnal Ilmu
Dakwah. Volume 39 No 1. hal. 37-39.
5
Selanjutnya pemberdayaan masyarakat harus menanamkan kemandirian pada diri
masyarakat yang diberdayakan. Hal ini guna menghindari tumbuhnya ketergantungan
pada pemerintah atau organisasi yang melaksanakan pemberdayaan. Masyarakat yang
diberdayakan lebih mengetahui potensi dan kebutuhan mereka sehingga mereka bisa
mengelola pelaksanaan pemberdayaan tersebut sesuai dengan kebutuhan. Masyarakat
yang diberdayakan sepatutnya membentuk sendiri sebuah organisasi yang
mengarahkan dan memandu jalannya pemberdayaan. Menyerahkan kontrol
pelaksanaan pemberdayaan kepada pihak luar dapat menimbulkan ketergantungan
dan justru mengganggu penanaman daya yang diinginkan (Moeljadi, et. al, 2018).
penjelasan ini telah ditegaskan Allah dalam Al Quran
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan pada suatu kaum maka niscaya tidak ada yang mampu menolaknya, dan
sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’d[13]:11).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan dan
martabat suatu masyarakat, kecuali mereka mengubah keadaan mereka sendiri.
Manusia diminta untuk berusaha meningkatkan kompetensi dan bekerja keras demi
mengubah nasib mereka sendiri. Ayat ini juga mendorong kemandirian dalam jiwa
masyarakat. Tujuan pemberdayaan adalah menjadikan masyarakat dan komunitas
penerima program pemberdayaan mampu mengubah nasib mereka dan meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup mereka. Derajat keberdayaan yang pertama adalah
kesadaran dan keinginan untuk berubah (Firmansyah, 2012). Tanpa keinginan untuk
memperbaiki diri, masyarakat akan sulit untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya5.
5
Sany, U.(2019). Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakatdalam Perspektif Al Qur’an. Jurnal Ilmu
Dakwah. Volume 39 No 1. hal. 37.
6
Untuk mengurangi hambatan pada proses pemberdayaan , mentalitas masyarakat
juga perlu diperhatikan agar masyarakat dapat terus mengikuti perkembangan
jaman. Pembentukan karakter positif adalah kunci keberhasilan proses
pemberdayaan. Pembentukan mentalitas dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal
positif pada diri kita sendiri. Masyarakat harus disadarkan bahwa Islam mendorong
pemeluknya untuk berusaha mencari rizki Allah yang tersebar di muka bumi . Allah
telah menjamin rizki setiap makhluknya, jika mereka berusaha dan bertawakkal.
Begitulahdidikan dan arahan Rasulullah SAW untuk menjadikan umat Islam sebagai
insan- insan yang terhormat dan terpandang, bukan umat yang lemah dan pemalas.
C. Penutup
Bagaimana pemberdayaan masyarakat terkait persoalan mentalitas dalam
perekonomian? Pemberdayaan masyarakat menjadikan masyarakat dan komunitas
penerima program pemberdayaan mampu mengubah nasib mereka dan meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup mereka. Derajat keberdayaan yang pertama adalah
kesadaran dan keinginan untuk berubah. Tanpa keinginan untuk memperbaiki diri,
masyarakat akan sulit untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif, semakin banyak manusia
terlibat dalam aktivitas ekonomi maka semakin baik, sepanjang tujuan dari prosesnya
sesuai dengan ajaran islam. Ketakwaan kepada Tuhan tidak berimplikasi pada
penurunan produktivitas ekonomi, sebaliknya justru membawa seseorang untuk lebih
produktif. Kekayaan dapat mendekatkan kepada Tuhan selama diperoleh dengancara-
cara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pemberdayaan masyarakat dapat berjalan
dengan lancar apabila kita bisa mengatasi kemiskinan dan persoalan mentalitasnya,
karena keduanya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. untuk mengatasi
persoalan mentalitasnya maka kita harus mengatasi kemiskinannya, dan untuk
mengatasi kemiskinannya kita harus menggunakan pemberdayaan masyarakatnya.
7
Referensi:
1. Ras A. (2013). Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan. Socius, vol. XIV.
2. Sany, U.(2019). Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakatdalam Perspektif
AlQur’an. Jurnal Ilmu Dakwah. Vol. 39
3. Nugraha J. (2022). “Kesehatan Mental Menurut Islam”.
https://m.merdeka.com/jateng/kesehatan-mental-menurut-islam-berikut-
penjelasan-lengkapnya-kln.html (diakses pada Minggu, 18 Desember 2022)