Anda di halaman 1dari 166

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat merupakan konsekuensi dari perwujudan negara

yang sejahtera, adil, makmur dan demokratis. Jika masyarakat belum berdaya,

niscaya kesejahteraan sulit dapat diwujudkan. Pada dasarnya pemberdayaan

masyarakat sebenarnya adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif

untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri

sendiri. (Christenson & Robinson, 1989: 215)

Istilah “Pemberdayaan” adalah terjemahan dari bahasa Inggris

“Empowerment”. Pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis, istilah

pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah

pengembangan. Bahkan dalam dua istilah ini dalam batas-batas tertentu yang sifatnya

interchangeable atau dapat dipertukarkan. (Nanih Machendrawaty,2001:41-42.)

Ikhtiar pemberdayaan masyarakat seiring dengan kemajemukan masyarakat itu

sendiri. Perbedaan taraf hidup, pendidikan, ekonomi dapat berdampak beragamnya

tingkat kesadaran masyarakat. Keberadaan pemberdayaan masyarakat adalah untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat akan kehidupan yang lebih baik, adil,

demokratis dan yang bermuara pada tatanan kehidupan yang sejahtera.

1
2

Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, yang mendapatkan perhatian sangat besar dan dituangkan dalam banyak

bentuk kebijakan nasional dari tahun ketahun. Diantara bentuk kebijakan misalnya

melalui program Nasional pemberdayaan Masyarakat (PNPM) baik PNPM Perkotaan

maupun PNPM Pedesaan, kompensasi pengurangan subsidi BBM, program keluarga

harapan (PKH), dan bantuan-bantuan lain yang berupa bantuan dana ekonomi

produktif untuk beberapa bidang yang dikelola oleh kementerian dan instansi terkait.

Pemerintah dan beberapa pihak swasta, termasuk Non Government

Organization dan perusahaan-perusahaan melalui program corporate social

responsibility (CSR) nya merupakan komponen yang berkompeten dalam melakukan

aksi pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan satu tujuan, tumbuhnya

kesadaran masyarakat ke arah tatanan yang lebih sejahtera dan beradab. Karena pada

dasarnya masyarakat yang harus merubah diri mereka sendiri menjadi lebih baik

sebagaimana termaktub dalam surat Ar Ra’ad ayat 11 yang berbunyi:

   


  
    
    
  
   
   
      
   

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
3

Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga


mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.(Terjemah Depag,2007:356)

Komponen yang terpenting dalam melakukan pemberdayaan masyarakat adalah

dunia industri melalui corporate social responsibility (CSR), industri juga telah

banyak memberikan sebagian keuntungannya untuk mendorong perubahan di

masyarakat. Johnson dan Johnson dalam Hadi (2011:46) mendefinisikan Corporate

Social Responsibility is about how companies manage the business processes to

produce an overall positive impact on society. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan

masyarakat dan Kehadiran pola pemberdayaan industri ini merupakan tanggungjawab

sosial perusahaan untuk turut mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Penerapan CSR di perusahaan semakin penting dengan munculnya konsep

sustainable development yang dirumuskan oleh World Commission on Environment

and Development (WCED) , sebagai “development that meets the needs of the present

without compromising the ability of future generations to meet their own needs”.

Pelaksanaan CSR sebenarnya bertujuan untuk memperkuat perusahaan dengan jalan

membangun kerjasama antara stakeholders yang difasilitasi oleh perusahaan yang

bersangkutan dengan jalan menyusun program-program pengembangan mayarakat

sekitarnya, untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan

stakeholders terkait dengan perusahaan, baik lokal, nasional maupun global. Hal ini
4

erat hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development),

yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan

kebutuhan generasi masa depan” (Brutland Report dari PBB, 1987).

Pola pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh industri melalui

pemberikan bantuan CSR dalam bentuk layanan, pinjaman, dan pembangunan

infrastruktur di masyarakat sekitar. Beberapa pola lain bantuan juga diberikan dalam

bentuk pengembangan kapasitas.

Fokus pemberdayaan dapat bersifat individu dan juga komunitas.

Pemberdayaan yang bersifat individu merupakan proses untk meningkatkan

pengetahuan, motivasi ketrampilan, pengalaman individu sehingga memiliki daya

saing untuk dapat mencapai kemandirian (Anwas, 2014:51). Pemberdayaan yang

bersifat komunitas memiiki kecenderungan untuk dapat meningkatkan kemampuan

komunitas dalam mengatur dan mengembangkan komunitasnya secara madiri.

Pemberdayaan baik itu bersifat pribadi maupun komunitas tentu mempunyai

sifat yang sama yaitu bagaimana proses itu mampu memberdayakan masyarakat

dengan cara meningkatkan kemampuan mereka secara intelektual dan ketrampilan

secara fisik sehingga mereka dapat mandiri dan berdikari tanpa berganung pada orang

lain.

Proses pemberdayaan masyarakat tentu mempunyai tujuan untuk meningkatkan

potensi masyarakat agar mampu meningkatkan taraf hidup merekan ketaraf yang

lebih baik dari taraf hidup mereka sekarang. Proses pemberdayaan itu tentunya harus
5

bisa dimanfaatkan oleh seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan

swadaya. Untuk mencapai tujuan ini, faktor peningkatan kualitas SDM melalui

pendidikan formal dan nonformal perlu mendapat prioritas. Memberdayakan

masyarakat bertujuan mendidik masyarakat agar mampu mendidik diri mereka sendiri

atau membantu masyarakat agar mampu membantu diri merekka sendiri". Tujuan

yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat, adalah masyarakat yang

mandiri, berswadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang

kosmopolitan.

United Nations (1956: 83-92), mengemukakan proses-proses pemberdayaan

masyarakat adalah sebagai berikut. (1) Mengetahui karakteristik masyarakat

setempat (lokal) yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang

membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. (2) Mengumpulkan

pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. (3)

mengidentifikasi pemimpin masyarakat yang ada. Maksudnya supaya segala usaha

pemberdayaan masyarakat tidak akan sia-sia apabila karena memperoleh dukungan

dari pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat. (4) memberikan stimulasi untuk

menganilasa masalah yang mereka hadapi (5) membantu masyarakat untuk

mendiskusikan masalah mereka. Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang

masyarakat untuk mendikusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam

suasana kebersamaan. (6) membantu mengidentifikasi hal-hal yang dapat menekan

akar permasalahan mereka. Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu


6

mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling

menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya. (7) meningkatkan

kepercayaan diri mereka. Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah

membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama

masyarakat untuk berswadaya. (8) memutuskan program apa yang digunakan.

Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan

dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu

rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang

perlu didahulukan pelaksanaannya. (9) mengenali kekuatan dan sumberdaya yang

dimiliki. Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti

bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat

dimobilisasi untuk memecahkan permasalahn dan memenuhi kebutuhannya.

(10) membantu masyarakat untuk terus berusaha memecahkan permasalahan yang

mereka hadapi secara berkesinambungan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu

kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar

mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinyu. (11) meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk bisa membantu dirinya sendiri (mandiri). Salah satu

tujuan pemberdayaan masyarakat adalan tumbuhnya kemandirian masyrakat.

Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri

sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk

berswadaya.
7

Kabupaten Gresik selain dikenal sebagai kota santri juga merupakan kota

industry karena di kota ini terdapat dua Perusahaan BUMN besar yang luas wilayah

keduanya hampir 50% dari luas kota Gresik itu sendiri. Disamping itu masih banyak

perusahaan lain baik dari skala kecil menengah dan besar yang beroperasi di kota

Gresik mengingat kota Gresik berbatasan langsung dengan Surabaya sebagai ibu kota

propinsi Jawa Timur.

Data perusahaan yang dikeluarkan oleh BPS kabupaten Gresik pada bulan

agustus tahun 2017 menyebutkan ada 408 perusahaan beroperasi di kabupten Gresik

dan menyerap 73.607 tenaga kerja (BPS Gresik, 2017;150). Dari data itu, dapat

dibayangkan jika perusahaan-perusahaan tersebut mengelola dana CSR; akan

semakin meningkat kesejahteraan masyarakat dengan bantuan CSR perusahaan.

Pertanyaannya, apakah dari sekian banyak dana yang digelontorkan oleh perusahaan

telah dapat membantu meningkatkan kesadaran dan keberdayaan masyarakat?

Apakah dari dana sebanyak itu, praktik-praktik pengelolaannya telah memenuhi

prinsip-prinsip syariah? Apakah dengan dana sebanyak itu, masyarakat semakin

meningkatkan semangat pengamalan ajaran Islam sebagai spirit membangun

peradaban? Masih menjadi pertanyaan besar.

Penelitian ini sebagai salah satu terobosan, penelitian ini nantinya hendak

menggambarkan pola pengelolaan CSR berbasis syariah (sesuai dengan prinsip

Maqashid al-syariah). Adapun makna maqashid al-syariah secara istilah adalah al-

ma’aani allati syuri’at laha al-ahkam ( Al-Kurdi1980:186). Menurut para ulama’


8

klasik, al-Maqāṣid al-ḍarūriyah dalam membuat syariah Islam terangkum dalam

penjagaan lima hal pokok dalam kehidupan, yaitu: menjaga agama (hifẓ al-dīn),

menjaga jiwa (hifẓ al-nafs), menjaga akal (hifẓ al-‘aql), menjaga keturunan (hifẓ al-

nasl) dan menjaga harta (hifẓ al-māl). Para ulama’ klasik, semisal al-Ghazali dan al-

Syatibi menyebutnya dengan al-kulliyah al-khamsah yang menurut mereka dianggap

sebagai usūl al-syariah dan merupakan tujuan umum dari pembuatan syariah. (Al-

Ghazali 1993:174).

Kemudian menurut Jasser Auda (2008;1) Maqᾱṣid secara etimologi merupakan

bentuk jamak dari maqṣad, yang bermakna “maksud, sasaran, prinsip, niat, tujuan,

dan tujuan akhir”, dan lain-lain. Menurutnya, secara terminologi maqᾱṣid

didefinisikan sebagai pemahaman makna-makna, serta sasaran di balik suatu hukum.

Bagi sejumlah teoritikus hukum Islam, Maqᾱṣid adalah pernyataan alternatif untuk

maṣᾱlih (kemaslahatan-kemaslahatan). Selanjutnya klasifikasi klasik maṣᾱlih

meliputi 3 (tiga) jenjang keniscayaan: al-ḍarūrῑyyah (keniscayaan), al-hᾱjῑyyah

(kebutuhan)

Melestarikan penjagaan terhadap agama (hifẓ al-dīn), jiwa (hifẓ al-nafs), akal

(hifẓ al-‘aql), keturunan (hifẓ al-nasl) dan harta (hifẓ al-māl). adalah sebuah

keharusan, yang tidak bisa tidak ada, jika kehidupan manusia dikehendaki untuk

berlangsung dan berkembang. Kehidupan manusia akan menghadapi bahaya jika akal

mereka terganggu, oleh karena itu Islam melarang keras khamr, narkoba dan

sejenisnya. Kehidupan manusia akan berada dalam keadaan bahaya jika nyawa
9

mereka tidak dijaga dan dilestarikan dengan berbagai tindakan pencegahan penyakit

dan atau jika tidak tersedia sistem penjaminan lingkungan dari polusi, maka, dalam

rangka inilah kita dapat memahami pelarangan Nabi SAW akan penyiksaan terhadap

manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Kajian Maqashid Al-syariah sebagai basis pendekatan dalam implementasi

bantuan CSR ini didasarkan pada kenyataan bahwa kabupaten Gresik merupakan

wilayah dengan klaim santri (penganut ajaran Islam yang taat). Tidak dapat

dipungkiri bahwa Gresik merupakan tonggak sejarah perkembangan Islam yang

cukup tua. Makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik merupakan situs tua yang

sudah diakui nusantara sebagai penanda berkembangnya Islam di Indonesia pada

masa-masa kemunculannya. Selain itu, kehadiran dua situs sejarah Islam lainnya,

Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri juga menjadi penanda bahwa perkembangan

Islam telah terpatri secara kuat di wilayah ini.

Kelestarian tradisi Islam dan menyemarakkan Islam merupakan suatu

keharusan bagi kabupaten Gresik. Islam-selain sebagai suatu ajaran-juga perlu

diletakkan sebagai spirit dalam membangun pemerintahan, kemasyarakatan, dan

pergaulan-pergaulan ekonomi, sosial dan poitik secara luas. Ini semua perlu

dilakukan dengan berbagai macam cara dan pendekatan, agar tradisi-tradisi luhur dan

perilaku-perilaku agamis tetap terjaga dan sebagai pedoman cara hidup

bermasyarakat.
10

Keberadaan perusahaan sebagai salah satu modal sosial dalam meningkatkan

taraf hidup masyarakat yang berorientasi pada capaian Maqashid syariah

sebagaimana terdapat dalam lima tujuan Maqashid Al-syariah diatas. Tujuan-tujuan

syariah perlu dipahami sebagai sesuatu yang melandasi dalam pengelolaan CSR.

Berkaitan dengan hal di atas diharapkan akan ada perspektif baru dalam

pengelolaan CSR berbasis syariah. Tujuannya adalah selain dapat dipakai sebagai

pola lain dalam pengelolaan CSR, juga dapat dipakai sebagai jalan lain yang untuk

melestarikan tradisi-tradisi positif yang telah berkembang di kabupaten Gresik dan

sesuai dengan ajaran Islam. Disamping dapat digunakan oleh pihak perusahaan dan

pihak pemerintah kabupaten guna mengoptimalkan pengelolaan CSR dan sesuai

dengan Maqashid al-syariah.

Mengingat banyaknya perusahaan di Kabupaten Gresik, maka diambil satu

perusahaan yang akan diteliti untuk menguji pola pemberdayaan masyarakat melalui

CSR berbasis Maqashid Al-syariah, yakni PT. Petrokimia Gresik. Dipilihnya

perusahaan ini, selain perusahaan besar, juga diketahui ada beberapa pola

pengelolaan CSR yang selama ini telah dikembangkan dalam pemberdayaan

masyarakat terutama masyarakat sekitar lokasi PT Petrokimia Gresik.


11

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, ada empat pertanyaan yang dijadikan fokus

penelitian, yaitu;

1) Bagaimana pola pengelolaan Corporate Social Responsibility di PT. Petrokimia

Gresik?

2) Bagaimana peta industri dan kontribusi Corporate Social Responsibility PT.

Petrokimia Gresik dalam pengembangan masyarakat kabupaten Gresik?

3) Bagaimana pola pemberdayaan masyarakat melalui Corporate Social

Responsibility berbasis Maqashid Al Syariah di PT. Petrokimia Gresik?

4) Bagaimana program-program pemberdayaan masyarakat melalui Corporate

Social Responsibility berbasis Maqashid Al Syariah di PT. Petrokimia Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian

Melihat dari rumusan masalah yang ada diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1). Mendalami dan memperoleh informasi pola pengelolaan Corporate Social

Responsibility PT. Petrokimia Gresik.

2). Mendalami dan memperoleh informasi peta industri dan kontribusi

Corporate Social Responsibility PT. Petrokimia Gresik dalam

pengembangan masyarakat Kabupaten Gresik.


12

3). Mendalami dan memperoleh informasi pola pemberdayaan masyarakat

melalui Corporate Social Responsibility berbasis Maqashid Al Syariah di

PT. Petrokimia Gresik.

4). Mendalami dan memperoleh informasi program-program pemberdayaan

masyarakat melalui Corporate Social Responsibility berbasis Maqashid Al

Syariah di PT. Petrokimia Gresik

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dihasilkan oleh peneliti dari penelitian ini

antara lain:

1) Menjadi sumbangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu ekonomi Islam.

2) Menjadi masukan kepada PT Petrokimia Gresik terkait dana Corporate

Social Responsibility dalam pengambilan kebijakan.

3) Menjadi masukan kepada para pengelola industri besar terutama BUMN

yang mempunyai dana Corporate Social Responsibility yang besar dalam

mengatur dana Corporate Social Responsibilitynya.

4) Memberikan referensi bagi pihak yang berkepentingan dalam pengembangan

ilmu terkait ekonomi dan pengembangan masyarakat sekaligus sebagai

bahan pada peneltian selanjutnya


13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Masyarakat Sesuai Tujuan Syariah

(Maqashid Al Syariah)

Untuk mempermudah pembahasan tentang pemberdayaan dan

kesejahteraan masyarakat peneliti menganggap perlu memisah keduanya karena

pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan salah satu ikhtiar dalam rangka

mewujudkan kesejateraan masyarakat. Dengan pemberdayaan masyarakat

diharapkan mereka yang diberdayakan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan

kreativitas untuk bisa meningkatkan kualitas taraf hidup mereka. Oleh sebab itu

peneliti memisahnya sebagai berikut:

2.1.1.1. Pemberdayaan Masyarakat

Secara terminologi pemberdayaan atau pemberkuasaan dalam bahasa

inggris adalah empowerment berasal kata “Power” artinya kemampuan,

kekuasaan atau keberdayaan. Dengan awalan em dari bahasa latin yang berarti

didalamnya, dari awal ini empowerment bisa diartikan kemampuan dalam diri

manusia, atau suatu kreativitas (Lili Badriadi, dkk :2005:53).

Ambar Teguh Sulistiyani (2017:77) memberikan pengertian

pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata dasar “daya" yang berarti

kekuatan atau kemampuan. Dia juga memaknainya dengan suatu proses menuju
14

berdaya, atau prses untuk memperoleh daya/keuatan/kemampuan, dan atau

proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya

kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Menurut Ismail Firdaus pemberdayaan adalah; penyediaan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat supaya mereka

dapat meningkatkan kapasitas sehingga bisa menemukan masa depan yang

lebih baik (Firdaus dkk:2008:9)

Menurut Diana pemberdayaan masyarakat adalah; perubahan kearah yang

lebih baik, dari yang tidak berdaya menjadi berdaya, yaitu upaya meningkatkan

taraf hidup menjadi lebih baik atau lebih tepatnya meningkatkan kemempuan

dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dalam

menentukan tindakan menuju kearah yang lebih baik (Diana;1997;15).

Robinson (1989:214) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu

proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi,

kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife mengemukakan bahwa

pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang berarti memberidaya,

memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.

Kemudian Payne (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada

hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan

kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan

berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi

dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan
15

kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan”

untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi

pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan

tanpa tergantung pada orang lain.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pemberdayaan

masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat

perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki dengan melakukan upaya-

upaya untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka menjadi lebih baik dan

sejahtera.

Pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang

saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak

yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Jika dalam

kerangka Negara maka pemerintah sebagai pihak yang harus mempu

memberdayakan masyarakat supaya tercapai kesejateraan dalam bingkai

pembangunan.

Menurut Chamber dalam Kartasasmita (1996:34) Sebenarnya

Pemberdayaan masyarakat sendiri adalah sebuah konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan

paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “partisipasi (participatory),

pemberdayaan (empowering), dan berkelanjutan (sustainable)” dalam arti

masyarakat juga harus berperan aktif dalam memberdayakan dirinya sendiri

secara berkelanjutan.
16

Alex Gunawan (2008:6) menyatakan Pembangunan suatu negara bukan

hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap warga negara berperan untuk

mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Ada tiga golongan yang berperan penting dalam pembangunan sebuah negara:

Pemerintah (Government), Masyarakat (Citizen/People/Community) dan Dunia

Usaha (Corporate). Dunia usaha harus berperan mendorong pertumbuhan

ekonomi yang sehat dengan mempertimbangan pula masyarakat dan

lingkungan hidup.

Mubriyanto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan pemberdayaan

ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada

pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang

berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan

jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga

dan sistem pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya

pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat

Dalam hal ini pemberdayaan juga merupakan sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan untuk atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,

termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai

tujuan, maka perberdayaan menuju pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai

oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi


17

kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupan.

Lebih lanjut Prijono dan Pranarka, 1996 dalam Alex Gunawan (2008)

menjelaskan lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap model

pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini

dibangun dari kerangka logik sebagai berikut: (1) bahwa proses pemusatan

kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor produksi; (2) pemusatan

kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat

pengusaha pinggiran; (3) kekuasaan akan membangun bangunan atas atau

system pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang

manipulative untuk memperkuat legitimasi; dan (4) pelaksanaan sistem

pengetahuan, system politik, sistem hukum dan ideologi secara sistematik akan

menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan

masyarakat tunadaya

Menurut Cholisin (2011:3) Dalam upaya memberdayakan masyarakat

dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ; Pertama, menciptakan suasana atau iklim

yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik

tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki

potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
18

dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya

yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan,

serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,

teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Ketiga, memberdayakan

mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah

yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam

menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada

yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.

Sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat yaitu apa yang

dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik. Berawal dari kondisi yang ada

dilapangan, ada beberapa program yang dapat dikembangkan oleh PT.

Petrokimia Gresik. Pertama, pemberdayaan bagi nelayan dapat dilakukan

melalui kredit pada nelayan yang tidak mempunyai perahu. Selain bantuan

kredit untuk pembelian perahu, nelayan juga diberikan pelatihan pengolahan

ikan agar hasil penjualan mereka meningkat.

Kedua, pemberdayaan dibidang kewirausahaan. PT. Petrokimia Gresik

memang telah memberikan kemitraan bagi para pengusaha, tetapi ini tidak

dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat disekitarnya. Pengusaha

yang bisa mengakses program ini adalah yang sudah tergolong sukses.

Sedangkan masyarakat yang ingin membuka usaha mulai dari nol tidak dapat
19

mengaksesnya. Perusahaan dapat memberikan bantuan kewirausahaan bagi

masyarakat yang ingin merintis usaha, karena pada dasarnya masyarakat

mempunyai potensi untuk berwirausaha. Contohnya, di desa Lumpur, banyak

ibu-ibu yang berusaha membuat ikan asin. Usaha tersebut tidak dapat

berkembang karena kekurangan modal dan tidak adanya jaringan pemasaran,

PT Petrokimia Gresik memberikan modal pinjaman dan pelatihan pemasaran.

Ketiga, pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan memberikan

pelatihan yang berbasis soft skill kepada masyarakat. PT. Petrokimia Gresik

melalui program LOLAPIL memang telah memberikan pelatihan kepada

masyarakat, tapi ini belum bisa dimanfaatkan masyarakat secara keseluruhan.

Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu karena kapasitas yang

dimiliki masyarakat tidak sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh

perusahaan dan karena pelatihan yang diberikan juga tidak sesuai dengan minat

masyarakat. Berkaca pada kenyataan ini, maka pelatihan yang diberikan

diutamakan yang sesuai dengan kapasitas dan minat masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat prespektif syariah harus diwujudkan dalam

rangka pemenuhan tujuan dari syariah (Maqashid Al-Syariah) yaitu terjaganya

agama (din), akal (Aql,) jiwa (nafs,) keturunan (nasl), dan harta (maal) karena

dengan masyarakat yang berdaya maka diharapkan akan tercipta masyarakat

yang sejahtera.
20

2.1.1. 2 Kesejahteraan Masyarakat perspektif Maqashid Al Syariah

Kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera: aman sentosa dan

makmur;selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan

sebagainya). Kesejahteraan: hal atau keadaan sejahtera; keamanan keselamatan

ketenteraman, kesenangan hidup, dan sebagainya; kemakmuran. (Depdiknas

2008: 1284)

Menurut Badawi (1982:445) Kesejahteraan (welfare) adalah kondisi

yang menghendaki terpenuhimya kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok

baik berupa kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, sedangkan lawan dari

.”kesejahteraan adalah kesedihan (bencana) kehidupan

Meskipun tidak ada suatu batasan substansi yang tegas tentang

kesejahteraan, namun tingkat kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan,

kesehatan, dan seringkali diperluas kepada perlindungan sosial lainnya seperti

kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan

sebagainya. Dengan kata lain lingkup substansi kesejahteraan seringkali

dihubungkan dengan lingkup kebijakan sosial.

Secara lebih lanjut Badawi (1982:339) menjelaskan bahwa

kesejahteraan sosial adalah sistem yang mengatur pelayanan sosial dan

-lembaga-lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompokkelompok

untuk mencapai tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan

menegakkan hubungan kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai


21

dengan kemampuan pertumbuhanmereka, memperbaiki kehidupan manusia

sesuai dengan kebutuhan-.kebutuhan masyarakat

Senada dengan Badawi Pemerintah Republik Indonesia

mendefinisikan Kesejahteraan Sosial sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Undang-

Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2011 Tentang Kesejahteraan Sosial)

Dalam menentukan lingkup substansi kesejahteraan tidak mudah,

namun dari studi awal mengenai kesejahteraan secara sederhana menggunakan

indikator output ekonomi perkapita sebagai tanda tingkat kesejahteraan. Pada

perkembangan selanjutnya, output ekonomi perkapita digantikan dengan

pendapatan perkapita. Output ekonomi perkapita dipandang kurang

mencerminkan kesejahteraan masyarakat karena output ekonomi lebih

mencerminkan nilai tambah produksi yang terjadi pada unit observasi, yaitu

negara atau wilayah. Nilai tambah itu tidak dengan sendirinya dinikmati

seluruhnya oleh masyarakat wilayah itu, bahkan mungkin sebagian besar

ditransfer ke wilayah pemilik modal yang berbeda dengan wilayah tempat

berlangsungnya proses produksi.

Dalam menanggapi kritik terhadap penggunaan output ekonomi

perkapita, maka pendapatan rumah-tangga digunakan sebagai proksi

kesejahteraan karena dipandang lebih mencerminkan apa yang dinikmati oleh

masyarakat wilayah. Namun, data pendapatan rumah tangga seringkali sulit


22

diperoleh sehingga digunakan informasi tentang konsumsi rumah tangga. Salah

satu kelemahan dari konsumsi rumah tangga adalah taksiran yang cenderung

berada di bawah angka pendapatan rumah tangga yang sesungguhnya.

Penggunaan output ekonomi perkapita atau pendapatan rumah tangga

dipandang kurang relevan dalam mengukur kesejahteraan masyarakat karena

hanya memperhatikan faktor ekonomi saja. Hal ini mendorong penggunaan

indikator lain yang lebih komprehensif. Atas promosi yang dilakukan oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa, saat ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

sebagai penilaian yang bersifat komplek atas perkembangan konsumsi,

kesehatan, dan pendidikan masyarakat digunakan secara luas untuk mengukur

perkembangan kesejahteraan masyarakat di dunia.

Penentuan kesejahteraan sosial menuntut terpenuhinya kebutuhan

manusia yang meliputi kebutuhan primer, ,sekunder dan kebutuhan tersier.

Kebutuhan primer meliputi: pangan (makanan) sandang (pakaian), papan

(tempat tinggal), kesehatan dan keamanan yang layak. Kebutuhan sekunder

seperti: pengadaan sarana transportasi (sepeda, sepeda motor, mobil, dsb.),

informasi dan telekomunikasi radio, televisi, telepon, HP, internet, dan lain )

sebagainya). Kebutuhan tersier seperti saranarekereasi, hiburan. Kategori

kebutuhan di atas bersifat materil sehingga kesejahteraan yang tercipta pun

bersifat materil.
23

Kaitanya dengan kesejateraan dalam Islam terdapat tiga perbedaan

mendasar karena dalam sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang

lain juga terdapat perbedaan (Zadjuli, 2007), tiga perbedaan itu antara lain:

1) Asumsi dasar dalam sistem Ekonomi Islam adalah syariah Islam yang

diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap individu, keluarga,

kelompok masyarakat, usahawan, dan pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmani maupun rohaniah.

2) Penerapan sistem Ekonomi Islam adalah asas efisiensi dan manfaat dengan

tetap menjaga kelestarian lingkungan alam.

3) Motif Ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat

selaku Khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti luas.

Umat Islam mempunyai pedoman hidup berupa kitab suci Al

Qur'an, sebagai pedoman hidup Al Qur’an banyak menjelaskan tentang

kesejahteraan ekonomi dalam masyarakat. Pengakuan bahwa Al Qur'an

sebagai kitab umat Islam yang banyak membicarakan tentang hal ini tidak

hanya diakui oleh umat Islam, tetapi juga diakui oleh umat lainnya.

Sebagaimana dikatakan oleh S. Vivekanada (dalam Nurdin, 2006:13):

"If ever any religion approached to this equality in any appreciable

manner, it is Islam and Islam alone”

Lebih lanjut Nurdin (2006:14-17) menyatakan bahwa kontribusi

Islam dalam kepeduliannya terhadap masalah keadilan dan kesejahteraan

ekonomi dapat dilihat pada tiga topik utama. Pertama, Al-Qur'an


24

merupakan formulasi dari suatu ideologi yang lengkap membicarakan

tentang keadilan, kesejajaran serta kesejahteraan ekonomi untuk manusia.

Kedua, Al-Qur'an memberikan dorongan untuk mengadaptasikan ideologi

ini. Ketiga, Al-Qur'an mendorong penegakkan keadilan, kesejajaran serta

kesejahteraan ekonomi dalam semua aspek kehidupan manusia.

Islam sebagai agama paripurna tentu membahas tentang

kesejahteraan ekonomi dalam kehidupan umat manusia, termasuk

bagaimana perwujudannya menurut Islam, serta bagaimana peran umat

Islam dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi tersebut.

Allah SWT berfirman dalam surat Nuh (71) ayat 10-12 :

 
  
  
 
 
 
  
  
 

Artinya : (10) Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka: 'Mohonlah


ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha
Pengampun-, (11) Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, (12) Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai. ( Terjemah Depag, 2007; 571)
25

Kesejahteraan sosial dalam al-Quran menurut Quraish Shihab

(2009;126-127 ) tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat

sebelum mereka turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti

diketahui, sebelum Adam dan isterinya diperintahkan turun ke bumi, mereka

terlebih dahulu ditempatkan di Surga. Surga diharapkan menjadi arah

pengabdian Adam dan Hawa, sehingga bayang-bayang surga itu bisa

diwujudkan di bumi dan kelak dihuni secara hakiki di akhirat. Masyarakat yang

mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah masyarakat yang

berkesejahteraan. Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara lain dalam QS.

Thâhâ/20:117-119

  


  
 
 
  
    
   
   
 

“Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis ) adalah musuh bagimu dan


bagi isterimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu
berdua dari Surga, yang akibatnya engkau akan bersusah payah.
Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula
akan telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga
maupun kepanasan”. (Terjemah Depag, 2007:320)
26

Dari ayat menurut ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang

diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya

telah terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama

dan utama kesejahteraan sosial.

Kemudian dalam Undang-undang Kesejahteraan Sosial, kriteria masalah

sosial yang perlu diatasi meliputi i) kemiskinan; ii) ketelantaran; iii) kecacatan;

iv) keterpencilan; v) ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; vi) korban

bencana; dan/atau vii) korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Jadi dengan kata lain kesejahteraan menurut undang-undang ini adalah

kecukupan materi, kesehatan dan keamanan.

Islam sendiri juga telah menetapkan prinsip-prinsip dalam memberikan

kesempatan dalam mencari materi, lalu membiarkan pintunya terbuka selebar-

lebarnya agar mereka bekerja dengan sepenuh kemampuan mereka

sebagaimana halnya ia meletakkan keseimbangan dalam nilai-nilai lain yang

non-ekonomis yaitu nilai ibadah dan amal shaleh. Firman Allah SWT dalam

QS, Al-Kahfi {18}: 46:

 
 
 

  
  

Artinya : Harta dan anak-anak adalah perhaiasan kehidupan dunia,
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi salih jauh lebih baik pahalanya
27

di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.. (QS, Al-
Kahfi {18}: 46). (Terjemah Depag, 2007:301)

Dalam masalah kekayaan Islam mengatur pula hak-hak fakir miskin

sesuai dengan kebutuhan mereka dan membawa kebaikan bagi masyarakat,

serta menjamin terwujudnya keadilan, terpenuhinya kebutuhan dan

pertumbuhan individu. Dengan semuanya ini, maka Islam tidak menutup satu

sisipun dalam kehidupan material dan spiritual; agama dan keduniawian,

dibawah pengawasannya. Agar semua segi itu dapat tumbuh dengan baik,

tercipta kesatuan yang saling tenggang-menenggang, sehingga sulit diabaikan

unsur yang satu dari unsur-unsur lain dalam keserasiannya, yang selanjutnya

akan terciptalah keserasian kesatuan tersebut dengan kesatuan alam semesta

yang amat besar ini dan dengan hidup dan manusia.

Tujuan memperoleh kesejahteraan dalam Islam adalah merealisasikan

tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat (Falah), serta kehidupan yang baik

dan terhormat (Hayyatan Toyyibah). Demikianlah pandangan Islam tentang

kesejahteraan. Falah memiliki berbagai arti, diantaranya: berkembang pesat,

menjadi bahagia, memperoleh keberuntungan atau kesuksesan atau menjadi

sukses. Falah menyangkut konsep yang bersifat dunia dan akhirat. Menurut

Quraish Shihab (2000;58) agama juga harus mampu berperan mengarahkan

kehidupan sosial menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di bawah

naungan maghfirah Allah, yang dalam bahasa Al-Qur’an diungkapkan dengan

baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur.


28

Menurutnya, setidaknya ada tiga peran agama dalam mewujudkan hal

demikian, yaitu:

1) Agama hendaknya menjadi kekuatan pendorong bagi peningkatan

kualitas sumber daya manusia

2) Agama hendaknya memberikan kepada individu dan masyarakat sesuatu

kekuatan pendorong untuk meningkatkan partisipasi dalam karya dan

kreasi masyarakat

3) Agama dengan nilai-nilainya harus mampu berperan sebagai isolator

yang menghambat seseorang dari segala penyimpangan.

Jadi secara ringkas tujuan kesejahteraan umat dalam Islam adalah

kondisi saat seseorang dapat mewujudkan semua tujuan (maqashid) syari’ah,

yakni:1.Terlindung kesucian agamanya 2.Terlindung keselamatan dirinya

3.Terlindung akalnya 4.Terlindung kehormatannya 5.Terlindung hak milik/hak

ekonominya. Karena dengan tercapainya tujuan ini pastilah akan tercipta Falah

yang diinginkan.

Zadjuli (2007), menyatakan bahwa paradigma dasar dalam ekonomi

Islam lebih memberikan tekanan pada nilai moral, kebersamaan dalam

berperikemanusiaan serta keadilan dalam kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Kebutuhan manusia secara riil baik untuk kebutuhan hidup primer, skunder

maupun tersier adalah terbatas, sementara alat pemenuhan kebutuhan manusia

dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tidak terbatas

sehingga akan menimbulkan kemitraan diantara para pelaku ekonomi.


29

Dalam sistem ekonomi yang holistik, terdapat empat fungsi sistem

ekonomi Islam (Zadjuli, 2007), yaitu:

1. Memerangi Kebodohan

Agama Islam melihat bahwa orang yang bodoh sebagai orang yang

tidak berakal, artinya orang yang tidak memfungsikan akalnya secara baik,

yaitu orang yang menyembah, berbakti, takut, bekerja, dan beribadah selain

kepada Allah SWT. Jadi ukuran kebodohan seseorang bukan dari sudut tidak

bisa membaca, menulis dan berhitung, namum lebih menekankan pada ibadah

dan amal dengan mengikuti sunatullah.

2. Memerangi Kemiskinan

Pada saat ini Pengertian orang kaya cenderung dikonotasikan dengan

orang yang memiliki banyak harta benda (uang, kendaraan, tanah, rumah,

saham dan lain sebagainya). Sementara pengertian kaya yang sebenarnya

menurut Islam adalah apabila sebagian besar rizki yang diperoleh dan

sekaligus merupakan titipan dari Allah tersebut telah diberikan kepada 8

(delapan) asnab yang memerlukan, yaitu: fakir, miskin, orang kehabisan bekal

di perjalanan, orang terlilit hutang, mualaf, budak, fisabilillah dan amil zakat.

3. Memerangi Kesakitan

Orang sakit dalam pandangan Islam dimaknakan dengan orang-orang

yang telah tertutup atau terkunci mata, telinga, hati dan kalbunya. Tersirat

dalam surat al-Baqarah ayat 7:


30

  


 
  
  
  
Artinya: ”Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka,
dan penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat
berat. (Terjemah Depag, 2007:3)

Mengunci mati hati seseorang diartikan bahwa orang tersebut tidak

dapat menerima petunjuk, da segala macam nasehatpun tidak akan berbekas

padanya. Sementara makna penglihatan yang ditutup, artinya mereka tidak

dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat al-Qur’an yang mereka dengar

dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang

mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.

4. Memerangi Kebathilan

Pola hidup sekulerisme yang sarat tuntutan nafsu guna memiliki harta

benda sebanyak mungkin dan mencari kedudukan setinggi mungkin, telah

memposisikan manusia untuk mendapatkan dengan berbagai cara yang

melanggar norma-norma agama. Manusia dalam melaksanakan tugas dan

kewajiban hidup di dunia pada dasarnya hanya sementara dengan berbagai

macam cobaan dan ujian dari Allah, dan jika manusia dapat melaluinya

dengan ikhlas, insya Allah akan selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana

firman Allah dalam QS Al-Qashas ayat 77:


31

 
  
   
  
   
    
  
    

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (Terjemah Depag, 2007:394)

Kemudian secara ringkas, menurut Chapra (2000), tujuan syariah adalah

meningkatkan kehidupan yang lebih baik terhadap seluruh umat manusia.

Terdapat lima tujuan yang harus didapatkan dalam pelaksanaan syariah, yaitu

melalui perlindungan terhadap iman atau agama (din) yakni kebebasan dalam

melaksanakan keyakinan dan agama masing-masing individu, perlindungan

jiwa (nafs) dalam memenuhi segala keinginan yang sifatnya positif dan tidak

mengganggu individu yang lain, intelektualitas (aql) yakni kebebasan

mendapatkan pendidikan, keturunan (nasl) yakni kebebasan dalam

keberlangsungan keturunan keluarga dan kehormatan manuisa, dan harta benda

(mal) yakni mendapatkan dan kemudahan dalam mengurus harta benda.


32

Kelima tujuan syariah ini dapat dicapai dengan usaha keras seluruh

manusia. Dalam tujuan syariah, perlindungan terhadap iman atau agama

ditempatkan yang pertama, karena akan memberikan worldview yang

bertendensi mempengaruhi kepribadian seluruh manusia, perilakunya, gaya

hidup, selera, preferensi, dan sikap terhadap manusia lain, sumber daya, dan

lingkungan. Agama akan memberikan keseimbangan antara kepentingan

material dan spiritual manusia. Disamping itu juga sebagai saringan moral,

sehingga manusia mampu menggunakan sumberdaya secara lebih bernilai.

2.1.2. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

2.1.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dilihat dari

berbagai perspektif seperti yang dirangkum oleh Dwi Kartini (2013:2-4)

menurutnya ada 9 (Sembilan) rumusan tentang CSR dari berbagai perspektif,

antara lain:

1) Lawrence, Weber and Post,( 2005) “ CSR means that a Corporation

should be held accountable for any of its action that affect people, their

communities, and their environment “

2) Wahurst (2001) “ the key to operationalizing the strategic role of

business in contributing towards this sustainable development process,

so that business is able to engage in and contribute to society as

corporate citizen”
33

3) Indonesia business Link (2001)”The commitment of business to

minimize its negative impacts and maximize its positive contributions to

all stakeholders in conection in economic, social and environmental

aspect to achieve sustainable development”

4) Business for responsibility/BSR (2002),” business practices that

strengthen accountability, respecting ethical values in the interest of all

stakeholders”

5) The world business council for sustainable development (1999) “ the

continuing commitment by busi ess to behave ethically and contribute to

economic development while improving the quality of life of the

workforce and their families as well of the local community and society

at large”

6) The Commision for European communities(1993) “essentially a

concept whereby companies decide voluntarily to contribute to a better

society and cleaner environment”

7) The Organization for Economic Cooperation and development (2002) “

business’s contribution to sustainable development and that corporate

behavior must not only ensure return to stakeholders, wages to

employees, and products and services to customers, but they must

respond to societal and environmental concerns and value”


34

8) The global Reporting Initiative/GRI (2002), “ The workplace (healt &

safety, wages and benefits, non discrimination, training, child labor,

etc.), human rigts, supplier, products and services.”

9) The Global Scan “ 1). operational responsibities: protecting health and

safety of workers, not engaging in bribery or corruption, not using child

labour, protecting the environment, making profit and paying taxes,

treating employees farly, providing quality products at low price,

providing secure jobs, appliying universal standart across the word. 2).

Citizenship responsibilities: responding to public concerns and

viewpoints, reducing human rights abuse, increase economic stability,

reducing the gap between the rich and poor, supporting charities and

communities, solving social problems, supporting progressive

government policies.

Kemudian Magnan dan Ferrel (2004) yang mendefinisikan CSR sebagai

memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai

stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil

oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab

Dari sekian banyak pengertian Corporate Social Responsibility (CSR),

dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum CSR bisa diartikan sebagai

upaya dari perusahaan untuk menaikkan citranya di mata publik dengan

membuat program-program amal baik yang bersifat eksternal maupun internal.

Program eksternal dengan manjalankan kemitraan (patnership) dengan


35

melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menunjukkan

kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Sedangkan secara internal mampu berproduksi dengan baik, mencapai profit

yang maksimal dan mensejahterakan karyawannya.

2.1. 2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility

Secara realitas Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu

konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung

jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana

perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan,

memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk

pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas

masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak,

khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan

strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan

kepentingan stakeholder-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan

sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar

profitability perusahaan.

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:

1) Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun

lingkungan masyarakat sekitarnya.


36

2) Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.

3) Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan

sosialnya yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan

konflik.

4) Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik

5) Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Dalam pengelolaan CSR yang baik ada kebermanfaatan yang

berdampak bagi masyarakat dan juga kebermanfaatan bagi perusahaan karena

keterkaitan antara masyarakat dan perusahaan yang tidak dapat dipisahkan.

Hubungan antara perusahaan dan masyarakat adalah hubungan simbiosis

mutualisame yang saling memberi kebermanfaatan antara keduanya.

Berikut ini adalah kebermanfaatan CSR bagi masyarakat:

1) Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian

lingkungan.

2) Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.

3) Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.

4) Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan

berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di

sekitar perusahaan tersebut berada.

Dan berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan:

1) Meningkatkan citra perusahaan.

2) Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.


37

3) Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.

4) Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.

5) Memberikan inovasi bagi perusahaan

Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat

diwujudkan melalui pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan

dan menyentuh langsung aspek-aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian

realisasi program-program CSR merupakan sumbangan perusahaan secara tidak

langsung terhadap penguatan modal sosial secara keseluruhan. Berbeda halnya

dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif, maka modal

sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat

ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan

investasi perusahaan untuk memupuk modal sosial.

Menurut Alex Gunawan (2008) Ada beberapa alasan penting mengapa

perusahaan harus melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)

antara lain:

a. Perusahaan memerlukan suasana yang kondusif untuk bisa melakukan

kegiatan produksiyang berkelanjutan. Mengetahui sosial budaya

masyarakat lokal akan sangat mampu membantu adaptasi dan hidup

berdampingan secara damai dan saling menguntungkan.

b. Adanya pergeseran kepemilikan dunia usaha, dari kepemilikan pribadi

menjadi kepemilikan publik. Secara tidak langsung, hal ini bermakna

perusahaan tidak lagi hanya sebatas institusi bisnis, tetapi telah bergeser
38

menjadi institusi sosial. Dunia usaha tidak hanya bertugas mencari

keuntungan, tetapi juga harus berperan menjadi institusi yang memiliki

tanggung jawab sosial.

c. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan

CSR di negeri ini. Keempat ayat dalam Pasal 74 UU tersebut menetapkan

kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

d. CSR menjadi kewajiban baru standar bisnis yang harus dipenuhi seperti

layaknya standar ISO (ISO 26000 on Social Responsibility) sehingga

tuntutan dunia usaha menjadi semakin jelas akan pentingnya program

CSR dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari

perusahaan tersebut.

e. Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini, menjadi

trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat

global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan produksi

dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi

manusia (HAM).

f. Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman

hanya kepada perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik.

Sebagai contoh, bank-bank Eropa hanya memberikan pinjaman pada

perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari


39

perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan perkebunan tidak

dilakukan dengan membakar hutan.

g. Trend global lainnya dalam pelaksanaan CSR di bidang pasar modal

adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham

perusahaan yang telah mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York

Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi

saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate

sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu

pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible

Invesment (SRI). Inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di

Asia, seperti Hangseng Stock Exchange dan Singapura Stock Exchange.

Setidaknya setiap proses bisnis perusahaan mempunyai dampak

terhadap masyarakat menurut Dwi Kartini (2013:27) ada tiga dampak yang

terlihat dari proses bisinis perusahaan, yaitu : Dampak ekonomi, dampak social

dan dampak lingkungan

a. Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh proses bisnis perusahaan ada tiga

aspek yang harus dikaji untuk mengukur dampak ekonomi yang

ditimbulkan. Aspek itu adalah : kinerja ekonomi, interaksi pasar dan

pengaruh ekonomi tidak langsung.

Kinerja ekonomi diukur dengan indikator: nilai ekonomi yang

dihasilkan, implikasi keuangan dan munculnya berbagai resiko keungan

yang mungkin ditimbulkan oleh bencana dan sesuatu yang tidak terduga,
40

cakupan rencana pension yang akan diberikan oleh perusahaan kepada

para karyawannya, bantuan keuanagn yang signifikan dari pemerintah

dimana perusahaan beroperasi.

Interaksi pasar dapat di ukur dengan indicator : rentang rasio upah

yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan di level terendah (entry

level wage) denga upah minimum di daerah operasional, adanya

kebijakan, praktik, dan proporsi pengeluaran yag lebih besar untuk

digunakan untuk membeli produk dari pemasok local, dan adanya

prosedur penarikan tenaga kerja local dan penetapan proporsi manajer

senior yang direkrut dari wilayah tempat perusahaan beroperasi.

Sedangkan pengaruh ekonomi tidak langsung di ukur dengan

indicator: investasi perusahaan dalam bentuk pembangunan infrastruktur

dan penyediaan layanan untuk public baik yang dilakukan secara

komersial maupun cuma-Cuma, memahami dan menjelasskan

signifikansi dampak ekonomi berikut sampai sejauh mana dampak

tersebut memengaruhi masyarakat.

b. Dampak Sosial yang timbul dari proses bisnis perusahaan antara lain: hak

asasi manusia, tenaga kerja, masyarakat dan tanggung jawab produk.

Untuk mengukur dampak social pada hak asasi manusia dengan

indicator : persentase dan jumlah investasi yang signifikan yang memuat

klausul tentang hak asasi manusia, jumlah jam pelatihan yang diberikan
41

kepada karyawan, jumlah inisiden diskriminasi di tempat kerja, dan ada

tidaknya kebebasan dalam membentuk serikat pekerja.

Dampak social tenaga kerja indikatornya : jumlah keseluruhan

tenaga kerja, benefit yang ditawarkan peruasahaan kepada tenaga kerja,

persentase tenaga kerja yang dilindungi oleh kesepakatan bersama,

tingkat cedera pekerja, adanya program peningkatan SDM, dan komposisi

badan pengelola perusahaan antara pria dan wanita.

Dampak social masyarakat indikatornya : sifat cakupan efektivitas

dari program-program terhadap masyarakat, persentase dan jumlah unit

bisnis yang memiliki resiko korupsi, tindakan yang diambil terhadap

korupsi, partisipasi dalam lobi dan perumusan kebijakan public, jumlah

uang yang harus dikeluarkan perusahan akibat ketidak patuhan terhadap

undang-undang lingkungan hidup di suatu Negara.

Sedangkan dampak social tanggung jawab atas produk

indikatornya : damak kesehatan dan keselamatan dari pemakaian produk

dan jasa, jumlah kejadian berkaitan dengan tuntutan konsumen terhadap

produk, jenis informasi yang dibutuhkan konsumen terhadap sebuah

produk, jumlah ketidak patuhan terhadpa peraturan tentang penyajian

informasi produk dan jasa, berbagai program komunikasi pemasaran, dan

jumlah nilai unag yang harus dikeluakan oleh perusahaan karena denda

terkait ketentuan keesehatan dan keselamatan produk dan jasa.


42

c. Dampak Lingkungan yang ditimbulkan antara lain: aspek bahan baku,

aspek energy, aspek air,aspek keaneka ragaman hayati, aspek emisi,

effluents dan limbah, aspek produk, aspek kepatuhan hukum linkgungan

hidup,aspek transportasi dan aspek lingkungan menyeluruh.

Aspek bahan baku ruang lingkupnya adalah jumlah bahan baku

yang digunakan dan persentase baham baku yang di daur ulang menjadi

bahan baku kembali.

Aspek energi cakupannya adalah konsumsi energi langsung dan

tidak langsung, penghemetan energi yang dapat dilakukan, inisiatif

penyediaan produk hemat energi, dan berapa besar penghematan yang

dilakukan akibat inisiatif tersebut.

Aspek air cakupannya adalah jumlah air yang ditarik menurut

sumber airnya, sumber air yang secara signifikan terpengaruh aktivitas,

persentase dan total volume air yang didaur ulang serta digunakan

kembali.

Aspek keanekaragaman hayati cakupannya adalah lokasi dan

ukuran lahan yang dimiliki yang berdekatan dengan area yang kaya

keanekaragaman hayati baik yang diproteksi maupun tidak, uraian

dampak aktivitas perusahaan terhadpa nilai kenekaragaman hayati yang

berada dilingkungna yang dilindungi, habitat yang dilindungi atau

direstorasi, strategi tindakan saat ini dan rencana di masa mendatang

untuk mengelola dampak perusahaan terhadap keanekaragaman hayati.


43

Aspek emisi effluents dan limbah cakupannya adalah jumlah

carbon dioksida (CO2), gas metan (CH4), nitrous oxide (N20),

hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), sulfur hexafluoride

(SF6), jumlah inisiatif yang diambil untuk mengatasi emisi, emisi yang

dapat menipiskan lapisan ozon, jumlah air yang dibuang, dan jumlah

berat limbah berdasarkan tipe dan metode pembuangan limbah.

Aspek produk yng ruanglingkupnya adalah inisiatif untuk

mengurangi dampak buruk produk dan jasa terhadap lingkungan serta

mengukur sejauh mana inisiatif tersebut berpengaruh terhadap

pengurangan dampak buruk, persentase produk terjual beserta jenis

material kemasan yang digunakan.

Aspek Transportasi indikatornya adalah mengenai dampak

signifikan terhadap lingkungan sebagai akibat aktivitas transportasi

produk dan bahan baku dari suatu lokasi ke lokasi yang lain.

Sedangkan aspek lingkungan menyeluruh dapat kita lihat dari

indikator besaran pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk menjaga

kelestarian lingkungan hidup yang terdampak akibat dari ativitas

perusahaan.

2.1.2.3 Model-model pengelolaan CSR

Ada beberapa bentuk CSR yang ada dalam dunia industri dan bentuk-

bentuk ini mempengaruhi keputusan sebuah perusahaan dalam mengelola dana


44

CSR mereka. Bentuk-bentuk CSR yang ada antara lain: CSR Charity, CSR

Philantropy, dan CSR Pemberdayaan Masyarakat

2.1.2.3.1 CSR charity.

Program charity biasanya menjadi pijakan awal bagi sebuah

perusahaan untuk melakukan program CSR karena program ini sifatnya

murni amal. Maka diwujudkan dengan memberikan bantuan yang

diinginkan oleh masyarakat.

Program karikatif yang bersifat pemberian (giving) sangat banyak

kelemahannya antara lain: tidak bisa memberikan jaminan kesejahteraan

dalam jangka waktu lama, masyarakat mempunyai kebiasaan mendapatkan

hasil tanpa proses, jika dalam melakukan assessment sebelum memberikan

bantuan tidak tepat justru bisa memicu konflik horizontal yang berbahaya.

Program Charity umumnya berwujud hibah sosial yang diatur oleh

kepanitiaan kecil dan fokus pada orang-orang miskin. Motivasi program

Charity berkisar pada agama, tradisi dan adat. Program karikatif yang

paling mudah kita lihat antara lain perusahaan melakukan pembagian

sembako, membangun masjid, membangun rumah adat, membangun

jembatan desa, dll.

Menurut Alex Gunawan (2008) program pemerintah yang masuk

kategori charity adalah pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Namun program-program Charity tidak serta merta diartikan charity.


45

Proses yang terjadi sebelum program dijalankan akan sangat menentukan

kategori karikatif atau bukan, misalnya pembangunan rumah adat yang

diawali dengan proses yang partisipatif bisa dikategorikan pemberdayaan.

Masyarakat dikumpulkan, mengorganisir diri, dan melakukan

pembangunan rumah adat secara bersama-sama dan diawasi bersama. Hal

ini sudah bisa diartikan pemberdayaan.

2.1.2.3.2. CSR philanthropy

Filantropi berasal dari bahasa Yunani, philein artinya "cinta" dan

anthropos artinya "manusia". Filantropi adalah tindakan seseorang yang

mencintai sesama (manusia) sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan

tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada

orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal.

Dalam dunia CSR, program kedermawanan (philanthropy) merupakan

bentuk CSR yang didasari oleh kesadaran norma etika dan hukum universal

akan perlunya redistribusi kekayaan. Program ini biasa dilakukan oleh

orang-orang kaya dengan misi mengatasi masalah sampai keakarnya.

Target program adalah masyarakat luas tidak hanya kaum miskin saja.

Program ini terencana dengan baik dibuktikan dengan terbentuknya Yayasan

independen yang menjadi agen perusahaan untuk melaksanakan program

CSR Filantropinya.

Seperti contoh Bill Gates mantan CEO Microsoft Corp dengan

istrinya, Gates telah mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation, sebuah
46

yayasan sosial filantropi. Meskipun para kritikus mengatakan ini merupakan

pembuktian terhadap kemarahan orang banyak tentang atas praktik monopoli

dan adikuasa perusahaannya, tetapi mereka yang dekat dengan Gates berkata

bahwa ia telah lama berencana untuk menyumbangkan sebagian besar

hartanya. Pada tahun 1997 koran Washington Post menyatakan bahwa

"Gates telah menyatakan bahwa dia memutuskan untuk menyumbangkan 90

persen daripada hartanya semasa dia masih hidup

Di Indonesia sendiri, program Filantropi telah banyak dilaksanakan.

Salah satunya adalah Sampoerna Foundation (SF). Pada awalnya, SF hanya

terdiri dari dua orang staf yang menanggani berbagai macam kegiatan

operasional yayasan ini. Visi dari SF adalah Mengembangkan program

beasiswa yang dapat memberikan akses pendidikan kepada generasi muda

Indonesia yang kurang mampu secara finansial, dan memberikan kontribusi

nyata bagi perbaikan masa depan Indonesia melalui pengembangan sistem

pendidikan negeri ini.

Langkah permulaan Sampoerna Foundation adalah pengadaan

beasiswa S2 kepada para kandidat yang berkualitas namun mengalami

kesulitan dana. Kini SF telah berkembang menjadi lebih dari 50 staf.

Merekalah yang bertanggungjawab mengembangkan dan menjalankan

program-program yayasan ini, dari mulai membantu mendanai para siswa

yang membutuhkan, melatih para guru hingga memperbaiki dan membangun

kualitas sekolah.
47

Tim profesional ini mencurahkan segenap kemampuan dan tenaga

mereka setiap hari agar Sampoerna Foundation bisa mencapai misi-misinya

dan memberikan masa depan yang lebih cerah untuk bangsa ini. Lebih lanjut

Alex Gunawan (2008) menyatakan selain dua yayasan di atas, masih

banyak yayasan lain yang telah melaksanakan program Filantropi Mereka

telah melaksanakan hal mulia yakni menebarkan cinta, memberikan sebagian

kekayaan mereka untuk menolong sesama. Sifatnya yang lebih universal

membuat program ini mempunyai efek yang lebih baik daripada program

Charity.

2.1.2.3.3 CSR community development.

Dalam hal ini salah satu implementasi tanggung jawab sosial

perusahaan (corporate social responsibility) adalah melalui corporate

citizenship. Corporate citizenship merupakan suatu cara pandang perusahaan

dalam bersikap dan berperilaku ketika berhadapan dengan pihak lain,

misalnya pelanggan, pemasok, masyarakat, pemerintah dan pemangku

kepentingan (stakeholder) lainnya. Tujuan Good Corporate Citizenship

(GCC) adalah sebagai salah satu cara untuk memperbaiki reputasi

perusahaan, meningkatkan keunggulan kompetitif dan membantu

memperbaiki kualitas hidup manusia.

Corporate Citizenship juga terkait dengan masalah pembangunan

masyarakat, perlindungan dan pelestarian lingkungan. Selain itu, GCC


48

bertujuan memberikan akses dalam pemberdayaan masyarakat (Community

Development) dan terkait langsung dengan proses usaha perusahaan maupun

upaya memajukan dunia pendidikan. Community Development (CD)

merupakan komponen utama dari Corporate Citizenship.

Corporate Citizenship sendiri secara terminologi diartikan sebagai

perusahaan warga. Hal ini mengandung makna, jika program community

development dilaksanakan oleh perusahaan dengan sebaik-baiknya, maka

akan terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat di

sekitarnya.

Community development merupakan pembangunan dari bawah

(bottom up), sebagai lawan dari pendekatan social planning yang top down.

Namun, konsep CD tidak semata-mata masalah atas-bawah. Satu hal yang

penting adalah terjadianya redistribusi tanggung jawab dan otoritas, serta

penggantian kekuasaan (shift in power). Konsep ini merupakan kritik dari

pendekatan pembangunan yang menggarap manusia secara individu demi

individu.

CSR model ini yang banyak dipraktikkan oleh perusahaan-

perusahaan besar termasuk PT. Petrokimia Gresik karena CSR model ini

dianggap paling sesuai dengan pola pembangunan di Indonesia. Dengan

memberdayakan masyarakat perusahaan juga memperoleh imbal-balik, atau

setidaknya program ini bisa mengangkat citra perusahaan secara kontinyu

karena pemberdayaan masyarakat ini bersifat kontinyu dan permanen.


49

Program CSR sendiri jika dilihat dari perspektif syariah adalah hibah

perusahaan dan ada yang berpendapat zakat perusahaan yang harus

dikeluarkan pada masyarakat yang membutuhkan, tetapi terlepas dari itu

CSR sangatlah penting digulirkan pada masyarakat yang kurang mampu

apalagi masyarakat terdampak dari aktivitas perusahaan untuk terciptanya

keadilan social menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

Konsep CSR sebenarnya punya kesamaan dengan konsep Maqashid

al syariah yang terjaganya hak-hak asasi manusia yaitu terjaganya agama

(din) akal (Aql) jiwa (nafs) kehormatan (nasl) dan harta (maal) karena

dengan konsep CSR yang baik serta dengan program-program yang

berorientasi pada pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat seperti halnya:

program keagamaan untuk demi terjaganya syiar agama (din), program

pendidikan demi terjanganya akal (Aql), program kesehatan demi terjaganya

jiwa (nafs), Program keamanan demi terjaganya kehormatan (nasl) , dan

program ekonomi demi terjaganya harta (maal) maka dengan program-

program ini diharapkan akan tercipta masyarakat yang sejahtera.

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Melalui CSR

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat telah

dilakukan sejak lama dengan berbagai program peningkatan kesejahteraan sosial

masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat pemerintah


50

mencanangkan program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan

(Undang-Undang 40 tahun 2007)

Dalam Bab V pasal 74 ayat I undang-undang ini menyebutkan bahwa

perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaiatan dengan

sumber alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan

[Corporate Social Responsibility (CSR)]. Melalui program tersebut dirumuskan

kembali menakanisme upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat yang

melibatkan unsur perusahaan, masyarakat dan pemerintahan desa mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Tujuannya untuk

memberikan kontribusi pembangunan yang berkelanjutan, kesehatan dan

kesejahteraan sosial, dengan kata lain CSR dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber pembiayaan pembangunan masyarakat. Sehingga mereka bukan hanya

sebagai obyek melainkan sebagai subyek pembangunan dalam masyarakat

tersebut.

Selanjutnya Sebagai kerangka pengembangan yang mencakup kebutuhan

kesejahteraan sosial bersifat nasional dan dilakukan oleh 50 perusahaan besar

(pada tahun 2014), dibawah kendali, menempatkan masyarakat sebagai arah solusi

persoalan yang mereka hadapi, selain itu program tersebut juga memberikan

peluang yang luas bagi daerah untuk menerjemahakannya ke dalam suatu

kerangka kebijakan program yang bersifat kedaerahan sesuai dengan pemetaan

kebutuhan dan kondisi masyarakatnya. Tujuannya tidak lain adalah sebagai upaya
51

bersama secara partisipatoris dalam mengatasi persoalan kemiskinan di

masyarakat.

2.1.4 Implementasi CSR di Indonesia

Mengenai CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia,

diatur dalam Pasal 74 UUPT dan penjelasannya. Pengaturan ini berlaku untuk

perseroan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan

Terbatas) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan

dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas

setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Dalam pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal

berikut ini:

a. TJSL ini wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam.


52

b TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

c. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan

kewajiban TJSL akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam point a. yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang

kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan

yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang

berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola

dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam

Kemudian dalam pelaksanaannya UU ini menggunakan PP no 47

tahun 2012. adapun dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL

dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah

mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham

(“RUPS”) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan

perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan TJSL.Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat dalam laporan


53

tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS (Pasal 6 PP

47/2012).

Semua pelaksanaan CSR yang ada di indonesia mengacu pada

Undang-undang dan peraturan diatas. Tetapi dalam pelaksanaannya masing-

masing perusahaan mempunyai cara dan pola sendiri dalam mengatur dana

CSR mereka tergantung besar/kecil dan tingkat komitmen dari perusahaan.

Tetapi yang sudah berjalan dan dapat dijadikan acuan pelaksanaan CSR adalah

perusahaan-perusahaan besar dan BUMN-BUMN yang mereka terikat dengan

pembuat kebijakan di tingkat pusat(pemerintah).

Sebagai contoh implementasi undang-undang diatas adalah apa yang

telah dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik. Dari penelitian awal yang telah

kami lakukan ada tiga bentuk CSR yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik

yaitu : 1). Program bina lingkungan, Pelaksanaan kegiatan Progam Bina

Lingkungan yang dilakukan antara lain dengan memberikan bantuan dan

melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat yang berada di wilayah Jawa

Timur, utamanya kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah usaha

perusahaan, juga turut peduli pada bencana yang menimpa masyarakat

Indonesia. 2), Kemitraan dengan Usaha Kecil, kegiatan ini dalam rangka untuk

mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan, serta terciptanya

pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan

berusaha, dan pemberdayaan masyarakat.3), Loka Pelatihan Ketrampilan,

ditujukan bagi siswa lulusan SLTA/SMA dari lingkungan masyarakat sekitar.


54

Lolapil tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan. Tujuan yang

ingin dicapai oleh perusahaan untuk pelaksanaan Lolapil adalah sebagai

berikut:

a) Mengembangkan kemampuan yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan

khususnya bidang operator industri kimia serta menumbuhkan etos / sikap

kerja sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan

b) Meningkatkan efektivitas proses Pendidikan dan Pelatihan Tenaga kerja

untuk mencapai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi tinggi

sebagai operator Industri Kimia

c) Memberikan pengalaman keahlian dan ketrampilan kepada tenaga muda

agar menjadi tenaga kerja siap pakai sebagai operator Industri Kimia

Program pemberdayaan yang dilakukan oleh PT.Petrokimia Gresik secara

umum terdiri dari tiga bidang, yaitu economic development, social development

dan environmental protection. Pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi

dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu program kemitraan, percontohan usaha tani dan

program kewirausahaan. Pemberadaayan masyarakat dibidang sosial dilakukan

dalam dua bentuk, yaitu melalui pendidikan dan kesehatan.

Dalam bidang pendidikan PT.Petrokimia Gresik memberikan bantuan

beasiswa bagi siswa berprestasi dan anak asuh bagi yatim piatu. Selain itu

perusahaan juga memberikan bantuan buku tulis kepada siswa-siswa SD yang ada
55

disekitarnya dan perpustakaan desa. Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

dilakukan melalui pemberian pengobatan gratis kepada masyarakat disekitarnya,

juga melaui pemberian fogging nyamuk demam berdarah. Sedangkan

pemberdayaan masyrakat dibidang lingkungan dilakukan melalui pemberian

bantuan pembangunan sarana dan prasarana jga melalui program penghijauan.

Bagi para nelayan, PT. Petrokimia Gresik memberikan bantuan berupa

motor tempel, agar hasil tangkapan nelayan lebih maksimal. Di desa Roomo

perusahaan membantu ibu-ibu PKK untuk bisa mengembangkan usaha masker

pabrik yang telah dijalankan. Bantuan berupa pemberian modal dan pelatihan

pemasaran.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik

memang telah sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat secara teoritik.

Artinya program-program yang diusung PT. Petrokimia Gresik dalam

memberdayakan masyarakat disekitarnya memang sudah sangat ideal, namun

tidak demikian dalam tataran pelaksanaan. Hal ini terjadi karena kurangnya

komunikasi langsung antara perusahaan dan masyarakat. Selama ini dalam

pelaksanaan program CSR, perusahaan lebih sering berkomunikasi dengan aparat

desa. Kepentingan aparat desa dan masyarakat seringkali berbeda, sehingga

program-program CSR yang dijalankan lebih banyak mengakomodir kepentingan

aparat desa.
56

Pada dasarnya CSR yang baik adalah yang berbasis pada kebutuhan lokal

masyarakat. Untuk itu masyarakat harus terlibat aktif dalam pelaksanaan program

CSR mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Sebelum melaksanakan program

CSR, perusahaan perlu melakukan social mapping untuk mengetahui potensi

masyarakat yang ada disekitarnya. Setelah itu perusahaan mengadakan pertemuan

dengan masyarakat untuk mengetahui aspirasi masyarakat, kegiatan ini biasa

disebut dengan public consultation. Untuk program CSR PT. Petrokimia Gresik,

banyak program yang direncanakan oleh perusahaan, masyarakat tinggal terima

jadi. Program-program tersebut antara lain beasiswa, anak asuh, pengobatan gratis,

khitanan massal, kemitraan dan lain sebagainya. Sedangkan program-program

dibidang lingkungan, masyarakat lebih banyak terlibat dalam proses

perncanaannya.

Dalam proses pelaksanaan program, perusahaan bekerjasama dengan

pihak lain, misalnya dengan aparat desa, LSM, organisasi sosial yang ada disekitar

perusahaan. Misalnya, dalam menerapkan program pengobatan gratis dan

pembagian perusahaan bekerjasama dengan aparat desa. Aparat desa membantu

perusahaan dalam menentukan target penerima bantuan. Sedangkan untuk

program beasiswa, perusahaaan bekerjasama denga dinas pendidikan kabupaten.

Pihak dinas yang menentukan siapa saja yang berhak menerima beasiswa,

perusahaan tinggal memberikan dana.


57

Program CSR di bidang lingkungan, seperti pembangunan gapura, jalan,

penghijauan dan lain sebagainya baru dilaksanakan jika ada usulan masyarakat.

Masyarakat sebagai perencana program mengajukan proposal kepada perusahaan.

Setelah proposal tersebut disetujui, maka kegiatan tersebut baru berjalan,

perusahaan hanya membantu secara materiil dan bertugas sebagai pengawas

kegiatan. Tahap perencana dan pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh masyrakat itu

sendiri.

Berbagai macam penerapan program CSR PT. Petrokimia Gresik menjadi

bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, khususnya bagi masyarakat miskin.

Masyarakat miskin merasa terbantu dengan adanya program CSR dari perusahaan.

Mereka merasa bisa dibantu memenuhi kebutuhan dasarnya, misalnya melalui

program bantuan sembako, beasiswa dan pengobtan gratis. Kondisi yang

menunjukkan kegunaan program CSR PT. Petrokimia Gresik bagi masyarakat

disekitarnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel

Kegunaan Bantuan PT. Petrokimia Gresik

Kegunaan Bantuan Frekuensi Persentase

Sangat berguna 11 11

Berguna 51 51
58

Biasa saja 21 21

Sangat tidak berguna 17 17

Total 100 100

Sumber: Q 42, K 49

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa separuh responden

(51%) merasa bahwa bantuan dari perusahaan bermanfaat bagi dirinya. Mereka

berharap perusahaan akan tetap memberi bantuan. Sedangkan bagi 17% responden

bantuan yang diberikan PT. Petrokimia Gresik sangat tidak bermanfaat. Pendapat

ini dikarenakan mereka tidak pernah menerima bantuan jadi mereka tidak bisa

merasakan manfaat dari bantuan tersebut.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program CSR yang

dilakukan oleh Petrokimia Gresik secara garis besar ada 4 program yaitu Program

pendidikan, kesehatan,ekonomi, dan infrastruktur yang diambilkan dari dana CSR

perusahaan yang model CSR nya secara teori disebut CSR yang menitik beratkan

pada pemberdayaan masyarakat atau sama dengan jenis CSR Comunity

Development.

2.1.5 Maqashid Al- Syariah

2.1.5.1 Pengertian Maqashid Al-Syariah

Turunnya Islam adalah menyempurnakan syariat-syariat sebelumnya

sudah barang tentu mengandung tujuan luhur dan maksud mulia yang mengarah
59

pada manusia itu sendiri sebagai mukalaf (obyek yang dikenai kewajiban

syariat). Berkenaan dengan itu, ia mengandaikan adanya seperangkat hikmah

yang mengiringi turunnya syariat tersebut. Sebab sulit untuk dikatakan bahwa

syari’, dalam hal ini Allah melakukan sesuatu tanpa sebab dan hikmah tersirat.

Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu

secara main-main…..( QS; Al. Mu’minun 115)

Seperti yang kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW, tidak pernah

memberikan perintah atau anjuran kecuali dengan terlebih dahulu

mempertimbangkan psikologi umat dan kondisi sosio historis mereka. Jejak

kebijakan Nabi Saw ini dapat kita temukan pada sabda Nabii seperti

“Sesungguhnya agama ini mudah”, “Allah menghendaki kemudahan bagimu”

“Kalaulah tidak mempersulit umatku, niscaya akan kuperintahkan mereka

untuk bersiwak sebelum sholat”, dan masih banyak lagi hadist-hadist yang

menunjukkan adanya pertimbangan kemaslahatan umum dalam menetapkan

sebuah hukum. Karena didalam pengambilan hukumpun ada sebuah metode

istinbat yang menitikberatkan pada maslahah mursalah yaitu

memperbolehkan melakukan sesuatu apabila kemanfaatan sebuah maslahah

hakiki, sedangkan hukum pengerjaanya tidak disebutkan secara langsung,

apakah diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.

Kebijakan Nabi Saw yang seperti ini, kemudian dilanjutkan oleh para

sahabat dan generasi-generasi setelahnya. Karakteristik unik syariat islam

dalam merumuskan rancang bangun hukum dengan disertai pertimbangan


60

kemaslahatan umum, gradualitas turunnya wahyu (tadarruj nuzuli), konsep

mencari kemaslahatan dan mencegah kemudharatan (jalb al-masalih wa sad

ad-dzarai’) perlahan mulai dikembangakan oleh para ulama menjadi suatu

konsepsi utuh yang pelan-pelan menjelma menjadi sebuah teori maqashid al-

syariah.

Perjalanan maqashid al-syariah menjadi suatu disiplin ilmu yang

terpisah secara mandiri tidaklah terjadi dalam seketika. Tercatat mulai

generasi sahabat, perhatian akan maksud dan tujuan dari syariat mulai

dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman ketika mereka hidup.

Karena syariat adalah sesuatu yang hidup yang bisa menyesuaikan diri dimana

peradaban itu berkembang. Tuntutan untuk mengembangkan syariat tanpa

melepaskan diri dari tujuan utama ‘memaksa’ mereka untuk melakukan

berbagai inovasi kreatif dalam merumuskan rancang bangun suatu produk

hukum. Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama untuk menjaga

persatuan dan keutuhan umat, pengumpulan al-Quran dalam satu mushaf di

masa Utsman, ditiadakannya hukuman potong tangan oleh Umar dimasa

paceklik, adalah beberapa contoh bentuk terobosan jitu para sahabat dalam

mengembangkan syariat, dengan mengembangkannya sesuai masa dimana

mereka hidup, dengan tanpa mengabaikan hikmah luhur turunnya syariat itu

sendiri.

Tabi’in sebagai generasi penerus tradisi sahabat juga memasukkan

unsur maqashid al-syariah sebagai salah satu pertimbangan keputusan hukum.


61

Di masa tabi’in dikenal adanya dua madrasah yang berkembang pesat; Hijaz

dengan madrasah atsariahnya, dan madrasah Iraq dengan madzhab ra’yunya.

Pada madrasah Hijaz, meskipun kecenderungan tekstualis lebih mendominasi,

akan tetapi aplikasi penggunaan maqashid al-syariah tidak dapat diabaikan

begitu saja. Pengaruh besar ijtihad para sahabat semisal Umar bin Khattab, Abu

Huraira dan pandangan pribadi Siti ‘Aisyah yang melandaskan pandangannya

kepada asas masalih al-mursalah, jalb al-masalih, dar’ al-mafasid, ikut terserap

dan turut mewarnai alur berpikir para mujtahid generasi sesudahnya (Raisyuni:

1992:98)

Madrasah Iraq meskipun terkenal dengan madzhab ra’yu nya akan

tetapi ini tidak berarti mengesampingkan teks-teks keagamaan begitu saja.

Penggunaan ra’yu (akal/ijtihad) tetaplah harus berlandaskan pada atsar sahih

dan pendapat para salaf al-salih serta mengutamakan kemaslahatan dan urf

hasanah (tradisi yang baik). Sementara madrasah Hijaz banyak menggunakan

ijtihad Umar dan Siti Aisyah maka madrasah Iraq lebih banyak memakai ijtihad

Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, dan Ibrahim an-Nakha’i yang lebih

mempertimbangkan akal dan kemaslahatan bersama ketika menemukan

masalah yang tidak disinggung oleh teks( Al-Khadimy: 1998:106).

Pada masa tabi’in, studi maqashid al-syariah terus mengalami

perkembangan. Perlahan namun pasti, satu persatu ulama dan cendekiawan

mulai mengupas lebih dalam beragam sisi lain dari konsep ini. Setelah pada

periode sebelumnya pembahasan maqashid al-syariah hanya dapat dikenali


62

secara parsial dari kecenderungan-kecenderungan rumusan konsep penggalian

hukum, maka pada fase ini para ulama mulai memberikan ruang khusus bagi

pembahsan maqashid al-syariah pada ranah yang lebih substansial.

Tercatat At-Turmudzi Al-Hakim (abad 3 H) adalah orang yang

pertama kali menggunakan kata maqashid dalam kitabnya al-Sholah wa

maqashiduha yang menguraikan tentang tujuan dan hikmah dari ibadah sholat.

Kemudian diikuti oleh karya-karya lainnya yang masih membahas seputar

hikmah-hikmah tertentu dari bermacam-macam ibadah, seperti al-Hajj wa

asraruhu, al-‘Illah, ‘Ilal al-Syari’ah, ‘Ilal al-‘Ubudiyyah wal al-Furuq dan

lain-lain

Al-Turmudzi kemudian datang Abu Mansur al-Maturidy (w. 333 H)

dengan karyanya Ma’khad al-Syara’ disusul Abu Bakar al-Qaffal al-Syasyi

(w.365 H) dengan Ushul al-Fiqh dan Mahasin al-Syari’ah, Abu Bakar al-

Abhari (w.375 H) dan al-Baqilany (w. 403 H) masing-masing dengan karyanya,

diantaranya, Mas’alah al-Jawab wa al-Dalail wa al ‘Illah dan al-Taqrib wa al-

Irsyad fi Tartib Thuruq al-Ijtihad. Pasca al-Baqillany muncullah Imam

Haramain al-Juwaeny (w.478 H) dengan al-Burhan, al-Waraqaat, al-Ghiyatsi,

Mughitsul Khalq, al-Ghazali (w. 505 H) dengan karyanya dibidang fikih dan

ushul fikh seperti; al-Mustashfa, al-Mankhul, al-Wajiz, Ihya Ulumiddin dan

Syifa al-Ghalil, al-Razy (w. 606 H) dengan Mafatih al-Ghaib, al-Aayat al-

Bayyinaat, al-Mahshul dan Asas at-Taqdis, Saifuddin al-Amidy (w. 631 H)

dengan bukunya al-Ahkam, dan Ghayatul Maram, Ibn Hajib (w. 646 H) dengan
63

Nafais al-Ushul, Syarh al-Mahshul, al-Furuq, al-Ihkam fi Tamyiz al-Fatawa

‘an al-Ahkam wa Tasharruf al-Qadhi wal Imam, al-Baidhawi (w. 685 H), al-

Asnawi (w. 776 H), Ibn Subki (w. 771 H), ’Izzuddin Abdussalam (w. 660 H)

dengan Qawaid al-ahkam fi masalih al-anam, al-Qarafi dengan al-Faruq-nya,

al-Thufi (w.716 H), Ibn Taimiyyah (w.768 H) dan Ibn Qayyim (w.751 H)sampai

kemudian pada As-syatibi (W 790 H)

Secara bahasa, Maqashid Al-Syariah terdiri dari dua kata yaitu

maqashid yang merupakan bentuk plural dari kata maqsad; masdar mimi,

derivasi dari akar kata qasada. Al-qasdu dan al-maqsad bermakna sama, yaitu;

asal, tujuan sesuatu, jalan yang lurus (istiqomah), adil, tengah-tengah dan tidak

berlebihan. Sementara kata al-syariah berarti; agama, manhaj, jalan, cara hidup.

Sedangkan secara terminologis, maqashid mempunyai arti menghendaki

sesuatu dan berpegangan teguh kepadanya (iradah al-syai wa al-azm alaihi).

Dan kata syariah berarti apa-apa yang ditentukan Tuhan kepada hamba-Nya

melalui perantara nabi-Nya.

Apabila kita membahas maqashid al-syariah sebagai salah satu

disiplin ilmu tertentu yang independen, maka akan kita dapati beragam versi

definisi yang berbeda satu sama lain, meskipun kesemuanya berangkat dari titik

tolak yang hampir sama. Satu yang harus diperhatikan mengenai pengertian

maqashid ini, yaitu jarang sekali para ulama terdahulu yang memberikan

definisi ilmu maqashid secara terang dan jelas yang mencakup semua unsur

yang terkandung didalamnya.


64

Al-Ghazali (al-Musthashfa:251), pun juga Imam al-Syathibi yang

disepakati oleh semua kalangan sebagai bapak proklamator ilmu ini sama sekali

tidak menyinggung mengenai definisi maqashid al-sayariah. Al-Syatibi ( 2003

:195) melaporkan hasil penelitian para ulama terhadap ayat-ayat al- Qur’an dan

hadis, bahwa hukum-hukum disyariatkan Allah untuk mewujudkan

kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat

Kebanyakan definisi maqashid al-sayariah yang kita dapati sekarang

ini, lebih banyak dikemukakan oleh ulama-ulama kontemporer, seperti Thahir

bin Asyur (2009: 50)

Menurut Ibnu ‘Asyur pengertian maqasid al-shari‘ah sebagai

berikut:

َ ‫ع ْرفِيَةُ ا َ َما ال َمعَانِى ْال َح ِق ْي ِقيَةُ ه‬


‫ِى الَ ِتى‬ ٍ َ‫ان َح ِق ْي ِقيَةٌ َو َمع‬
ُ ‫ان‬ ٍ َ‫ان َمع‬
ِ ‫ع‬ ِ َ‫ْال َمق‬
َ ‫اصدُ الش َِر ْيعَةُ ن َْو‬

‫ى‬ ْ ‫س ِل ْي َمةُ ُمالَئ َمت َ َها ِلل َم‬


ْ َ ‫صلَ َح ِة ا َ ْو ُمنَافَ َرت َ َها ا‬ ُ ‫لَ َها ت َ َحقُ ٌق فِى نَ ْف ِس َها ِب َحي‬
َ ‫ْث تُد ِْركُ العُقُ ْو ُل ال‬

‫عادَةٍ ا َ ْو قَانُ ْو ٍن‬


َ ‫ع ْن‬ ِ ُ‫ع ِن الت ََوق‬
َ ‫ف‬ َ ً‫عا ًما اِد َْرا ًكا ُم ْست َ ِقال‬
َ ً ‫ض َررا‬ َ ‫ت َ ُك ْو ُن َجا ِلبَةً نَ ْفعًا‬
َ ‫عا ًما ا َ ْو‬

َ ْ‫س ال َج َما ِهي ِْر َوا ْستَح‬


‫سنَ َها‬ َ ‫فَا َما ال َم َعانِى العُ ْرفِيَةُ ه‬
ُ ‫ِى ال ُم َج َّربَاتُ الَتِى اَلَفَتْ َها نُفُ ْو‬

َ ‫ع ْن تَجْ ِربَ ٍة ُمالَئ َ َمت ُ َها ِل‬


‫صالَحِ ال ُج ْم ُه ْو ِر‬ َ ‫سانًا نَا ِشئًا‬
َ ْ‫اِ ْستِح‬

“Maqasid al-shari‘ah terdiri dari dua macam. Pertama berupa makna

hakiki dan makna yang bersifat ‘urfi yang umum. Adapun makna hakiki

adalah maqasid al-shari‘ah yang punya realitas makna pada dirinya


65

sendiri. Dalam artian akal yang sehat pasti dapat menemukan makna

tersebut berimplikasi maslahah atau berimplikasi mafsadah tanpa harus

melihat adat kebiasaan dan peraturan. Sedangkan makna urfi adalah

makna baik yang berimplikasi pada maslahah maupun mafsadah lahir

dari kebiasaan atau data empiris

Untuk yang pertama ia mengartikannya sebagai berikut “hikmah, dan

rahasia serta tujuan diturunkannya syariat secara umum dengan tanpa

mengkhususkan diri pada satu bidang tertentu (seperti sholat, puasa, dan

sebagainya). Sementara untuk yang kedua ia memaknainya sebagai

“seperangkat metode tertentu yang dikehendaki oleh syari’ dalam rangka

merealisasikan kemaslahatan manusia dalam beberapa bidang tertentu (seperti

untuk melestarikan keturunan dan menjaga hati manusia dengan

disyariatkannya nikah, menjaga mudharat yang berkelanjutan dengan diberikan

pilihan untuk cerai, dsb)”.

‘Allal al-Fasi (1993:3) salah satu ulama maqashid kontemporer

memberikan definisinya sebagai berikut “tujuan dari syariat, dan rahasia-

rahasia diberlakukannya syariat yang mencakup keseluruhan produk

hukumnya”. Sementara Ahmad Raisuni (1995:19) memaknainya sebagai

“tujuan-tujuan diturunkannya syariat untuk merealisasikan kemaslahatan

seorang hamba”Dalam hal ini Mahmud Syaltut (1966:12) mengartikan syari’ah

sebagai “aturanaturan yang diciptakan oleh Allah untuk dipedomani manusia


66

dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, dengan manusia baik sesama muslim

atau non muslim, alam dan seluruh kehidupan.”Asafri Jaya Bakri mengatakan,

bahwa syari’ah adalah “seperangkat hukum-hukum Tuhan yang diberikan

kepada manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun

di akhirat.” Kandungan pengertian syari’ah yang demikian itu, secara tak

langsung memuat kandungan Maqashid al syari’ah. Menurut Satria Effendi M.

Zein (2005: 233) Maqashid al-syari’ah adalah tujuan Allah dan Rasul-Nya

dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat ditelusuri dalam

ayat-ayat al-Qur’an dan hadis sebagai alasan logis bagi rumusan suatu hukum

yang berorientasi kepada kemaslahatan manusia.

Jasser Auda (2008) menggunakan maqashid syari’ah sebagai basis

pangkal tolak filosofi berpikirnya dengan menggunakan pendekatan sistem

sebagai metode berfikir dan pisau analisisnya. Al- Maqashid adalah sistem

sekaligus pendekatan yang dinamis dalam hukum Islam baginya Hukum Islam

harus mampu memberikan jawaban atas problem kontemporer khususnya

permasalahan-permasalahan sosial kemanusiaan. Bukan justru berseberangan

sebagaimana akhir-akhir ini wajah Islam ditampilkan dengan wajah terorisme,

gemar berperang, saling bermusuhan, tidak toleran, fanatik dan fundamentalis

dan lain-lain.

2.1.5.2. Jenis-Jenis Maqashid al-Syari’ah


67

Bila diteliti semua perintah dan larangan Allah, baik dalam al-Qur’an

maupun hadis yang dirumuskan dalam fiqh (hukum Islam), akan terlihat bahwa

semuanya mempunyai tujuan tertentu. Semuanya mengandung hikmah yang

mendalam, yaitu sebagai rahmat bagi umat manusia.

Para ulama sepakat, bahwa hukum syara’ pasti mengandung

kemaslahatan untuk umat manusia. Menurut Hamid Hasan (1971:5)

Kemaslahatan dalam taklif Tuhan dapat berwujud dalam dua bentuk: (1) bentuk

hakiki, yaitu manfaat langsung dalam arti kausalitas, dan (2) dalam bentuk

majazi, yaitu bentuk yang merupakan sebab yang membawa kepada ke-

maslahatan.

Kemaslahatan itu oleh al-Syatibi dilihat pula dari dua sudut

pandangan, yaitu (1) Maqashid al-syari’ (tujuan Tuhan), dan (2) Maqashid al-

mukallaf (tujuan mukallaf). Maqashid al-syari’ah dalam arti Maqashid Al-

Syari’, mengandung empat aspek, yaitu:

a. Tujuan awal dari syariat yakni kemaslahatan manusia di dunia dan di

akhirat.

b. Syariat sebagai sesuatu yang harus dipahami.

c. Syariat sebagai suatu hukum takfif yang harus dilakukan, dan

d. Tujuan syariat adalah membawa manusia ke bawah naungan hukum.

Aspek pertama berkaitan dengan muatan dan hakikat Maqashid al-

syari’ah, sedangkan aspek kedua berkaitan dengan dimensi bahasa, agar syariat

dapat dipahami sehingga dicapai kemaslahatan yang dikandungnya. Aspek


68

ketiga berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan syariat dalam rangka

mewujudkan kemaslahatan. Ini juga berkaitan dengan kemampuan manusia

untuk melaksanakannya. Aspek yang keempat berkaitan dengan kepatuhan

manusia sebagai mukallaf di bawah dan terhadap hukum-hukum Allah (aspek

tujuan syariat berupaya membebaskan manusia dari kekangan hawa nafsu).

Aspek kedua, ketiga dan keempat pada dasarnya lebih sebagai

penunjang aspek pertama sebagai aspek inti, namun memiliki keterkaitan dan

menjadi rincian dari aspek pertama.

Aspek pertama sebagai inti dapat terwujud melalui pelaksanaan taklif

(pembebanan hukum kepada para hamba) sebagai aspek ketiga. Taklif tidak

dapat dilakukan tanpa memiliki pemahaman, baik dimensi lafal maupun

maknawi sebagaimana aspek kedua. Pemahaman dan pelaksanaan taklif dapat

membawa manusia berada di bawah lindungan hukum Tuhan, lepas dari

kekangan hawa nafsu, sebagai aspek keempat. Dalam keterkaitan itulah tujuan

diciptakannya syariat, yaitu kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat, sebagai

aspek inti, dapat diwujudkan.

Dalam pembagian Maqashid al-syari’ah, aspek pertama sebagai aspek

inti menjadi focus utama, sebab aspek pertama berkaitan dengan hakikat

pemberlakuan syariat oleh Tuhan, yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan

manusia.

Kemaslahatan itu dapat diwujudkan jika lima unsur pokok (usul al-

khamsah) dapat diwujudkan dan dipelihara. Kelima unsur pokok itu menurut al-
69

Syatibi, adalah din (agama), nafs (jiwa), aql (akal). nasl (keturunan),dan mal

(harta). Para ulama telah menyatakan, bahwa kelima prinsip ini telah diterima

secara universal. Dalam menganalisis tujuan tujuan kewajiban syariat

ditemukan bahwa syariat juga memandang kelima hal tersebut sebagai sesuatu

yang mesti dilakukan. Kewajiban-kewajiban syariat bisa dibagi dari sudut

pandang cara-cara perlindungan yang positif dan preventif menjadi dua

kelompok. Termasuk dalam kelompok cara yang positif adalah ibadah, adat

kebiasaan dan muamalah.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok preventif adalah jinayat

(hukum pidana).Ibadat bertujuan melindungi agama. Misalnya keimanan dan

ucapan kalimat syahadat, salat, zakat, puasa dan haji. Adat bertujuan

melindungi jiwa dan akal. Mencari makanan, minuman, pakaian, dan tempat

tinggal adalah contoh adat. Muamalah juga melindungi jiwa dan akal, tetapi

dengan melalui adat. Jinayat sebagai benteng terpeliharanya kelima maslahah di

atas, seperti qisas dan diyat untuk melindung jiwa, hudud untuk melindungi

keturunan dan akal.

Kemaslahatan menurut M. Zein (2005: 233) yang akan diwujudkan itu

juga dibagi kepada tiga tingkatan kebutuhan, yaitu daruriyat (kebutuhan

primer,mesti), hajiyat (kebutuhan sekunder, dibutuhkan), tahsiniyat (kebutuhan

tersier).

Kebutuhan daruriyat ialah tingkatan kebutuhan yang harus ada sehingga

disebut kebutuhan primer. Bila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan
70

terancam keselamatan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Untuk

memelihara kelima unsur pokok (memelihara agama, jiwa, keturunan, harta dan

akal) inilah syariat Islam diturunkan. Semua perintah dan larangan syariat

bermuara kepada pemeliharaan lima unsur pokok ini.

Kemaslahatan dalam syariat Islam tersebut dapat diibaratkan dengan

lampu-lampu pengatur lalu lintas jalan raya. Lampu merah melambangkan

larangan (haram) dalam syariat Islam yang jika dilanggar akan menimbulkan

bahaya bagi kehidupan manusia. Bukankah pengendara sepeda motor yang

nekad melintas saat lampu merah kemungkinan besar akan mengalami bahaya

kecelakaan yang umumnya antara masuk rumah sakit atau masuk kubur

(meninggal).

Lampu kuning melambangkan syubhat (antara haram dan halal) dalam

syariat Islam yang sebaiknya tidak dilanggar karena jika dilanggar akan

menimbulkan bahaya juga walaupun tidak seperti melanggar larangan (lampu

merah). Sedangkan lampu hijau melambangkan perintah (wajib) yang jika

dilaksanakan akan memberikan kemasalahatan bagi manusia. Jelasnya, jika

manusia mentaati aturan-aturan syari’ah, maka akan diperoleh kemaslahatan

dalam menjalani lalu lintas kehidupan di dunia, serta kebahagiaan hidup di

akherat.

Kebutuhan hajiyat, ialah kebutuhan-kebutuhan sekunder, dimana bila

tidak diiwujudkan tidak sampai mengancam keselamatan, namun manusia akan

mengalami kesulitan. Syariat Islam menghilangkan segala kesulitan ini. Adanya


71

hukum rukhsah (keringanan) merupakan bukti kepedulian syariat Islam

terhadap kebutuhan hajiyat. Dalam lapangan ibadat, disyariatkan berbagai

rukhsah (keringanan) jika muncul kesulitan dalam melaksanakan perintah-

perintah taklif. Misalnya Islam membolehkan tidak berpuasa Ramadhan bagi

yang bepergian (musafir) atau sakit namun harus diganti puasa di hari-hari lain

di luar bulan Ramadan.

Demikian juga dibolehkan menjamak dan mengqasar shalat baginya.

Dalam lapangan muamalah disyariatkan banyak macam kontrak (akad) serta

berbagai macam jual beli, sewa menyewa, perseroan (syirkah) dan mudarabah

(berniaga dengan modal orang lain dengan perjanjian bagi laba) serta berbagai

hukum rukhsah dalam muamalah.

M. Zein (2005:235) ( juga Dalam lapangan ‘uqubat (sanksi pidana),

Islam mensyariatkan diyat bagi pembunuh tidak sengaja, dan menangguhkan

hukuman potong tangan bagi pencuri yang terdesak menyelamatkan jiwanya

dari kelaparan. Sebab suatu kesempitan menimbulkan keringanan dalam syariat

Islam.

Dalam hal ini memaksakan diri keluar dari kebutuhan hajiyat justru

tidak akan memberikan kemasalahatan. Jadi, kebutuhan hajiyat berfungsi untuk

memperluas tujuan Maqashid dan menghilangkan keketatan makna harfiah

yang penerapannya membawa kepada rintangan dan kesulitan yang akhirnya

merusak Maqashid. Jelasnya, jika hajiyat tidak dipertimbangkan bersama

dengan daruriyat, maka manusia secara keseluruhan akan mengalami kesulitan.


72

Walaupun rusaknya hajiyat, tidaklah merusak seluruh maslahat sebagaimana

halnya daruriyat.

Kebutuhan tahsiniyat, ialah mengambil apa yang sesuai dengan

kebiasaan (adat) yang paling baik dan menghindari cara-cara yang tidak disukai

oleh orang-orang yang bijaksana. Kebutuhan tahsiniyat, merupakan tingkat

kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu

dari unsur pokok di atas dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat

kebutuhan ini sebagai kebutuhan pelengkap, seperti hal-hal yang merupakan

kepatutan menurut adat istiadat, menghindarkan hal-hal yang tidak enak

dipandang mata, dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntunan

norma dan akhlak.

Dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ibadat, muamalah dan

’uqubat, Allah telah mensyariatkan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan

tahsiniyat. Dalam lapangan ibadat, misalnya Islam mensyariatkan bersuci baik

dari najis maupun hadas, baik pada badan maupun pada tempat dan lingkungan.

Islam menganjurkan berhias ketika hendak ke masjid, menganjurkan banyak

ibadah sunah. Dalam lapangan muamalat, Islam melarang boros, kikir,

menaikan harga, monopoli, dan lain-lain. Dalam bidang ‘uqubat Islam

mengharamkan membunuh anak-anak dan perempuan atau menyiksa mayat

dalam peperangan

Ketiga tingkatan kebutuhan (mashalih) tersebut pada dasarnya saling

berkaitan antara satu sama lainnya. Masalih tahsiniyat adalah bersifat


73

pelengkap bagi masalih hajiyat, yang juga menjadi pelengkap bagi mashalih

daruriyat. Mashalih daruriyat adalah dasar dari semua mashalih.

Dengan demikian konsep Maqashid al-syari’ah berorientasi kepada

kemaslahatan bagi manusia, terutama yang berkaitan dengan lima kebutuhan

dasar manusia yang bersifat universal dengan tingkat kebutuhan yang

bertingkat namun saling melengkapi.

2.1.5.3 Berprinsip pada menjaga agama (hifdh al-din);

Pemeliharan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam.

Sebabnya adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan

didalam Agama Islam selain komponen-komponen akidah yang merupakan

sikap hidup seorang muslim, terdapat juga syariat yang merupakan sikap hidup

seorang muslim baik dalam berrhubungan dengan Tuhannya maupun dalam

berhubungan dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Karena itulah

maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan

menjamin kemerdekaan setiap orang untuk beribadah menurut keyakinannya

masing-masing.

Beragama merupakan kekhususan bagi manusia, merupakan

kebutuhan utama yang harus dipenuhi karena hanya agama yang dapat secara

langsung menyentuh hati nurani manusia. Allah memerintahkan kita untuk

tetap berusaha menegakkan agama, firman Allah SWT dalam surat Asy-

Syura’:13:
74

َّ ‫ِى أ َ ْو َح ْينَآ ِإلَيْكَ َو َما َو‬


َ ‫ص ْينَا ِب ِ ٓۦه ِإب ٰ َْره‬
‫ِيم‬ ٓ ‫ص ٰى ِبِۦه نُو ًۭ ًحا َوٱلَّذ‬
َّ ‫ِّين َما َو‬ ِ ‫ع لَ ُكم ِ ِّمنَ ٱل ِد‬
َ ‫ش ََر‬
‫علَى ْٱل ُم ْش ِركِينَ َما‬ َ ‫وا فِي ِه ۚ َكب َُر‬ ۟ ُ‫وا ٱل ِدِّينَ َو ََل تَتَفَ َّرق‬۟ ‫س ٰ ٓى ۖ أ َ ْن أَقِي ُم‬
َ ‫س ٰى َو ِعي‬ َ ‫َو ُمو‬
ُ ِ‫ِى ِإلَ ْي ِه َمن يُن‬
‫يب‬ ٓ ‫ٱَّللُ يَجْ تَبِ ٓى ِإلَ ْي ِه َمن يَشَآ ُء َويَ ْهد‬
َّ ۚ ‫عو ُه ْم ِإلَ ْي ِه‬
ُ ‫ت َ ْد‬

Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan
kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa
dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu
seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang
yang kembali (kepada-Nya). (Terjemah Depag, 2007:484)

Prinsip ini pada dasarnya menurut Hasan Jauhar (2010:1) adalah Islam

menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan pertama adalah kebebasan

berkeyakinan dan beribadah; setiap pemeluk agama berhak atas agama dan

madzhabnya, ia tidak boleh dipaksa untuk meninggalkannya untuk menuju

agama atau atau madzhab lain, juga tidak boleh ditekan untuk berpindah

keyakinan.

Bila dikaitkan dengan Mashlahah maka kebutuhan untuk beragama

dan melaksanakan kewajiban dalam beragama adalah kebutuhan primer yang

harus dipenuhi oleh setiap manusia maka pemahaman dan ritual-ritual

keagamaanpun merupakan sesuatu yang harus ada dan terpelihara demi

terjaganya keberlangsungan agama sebagai wujud dari maqashid al Syariah.


75

2.1.5.4 Berprinsip pada menjaga jiwa (hifdh al-nafs);

Untuk tujuan ini, Islam melarang pembunuhan dan pelaku

pembunuhan diancam dengan hukuman Qishas (pembalasan yang seimbang),

sehingga dengan demikian diharapkan agar orang sebelum melakukan

pembunuhan, berpikir panjang karena apabila orang yang dibunuh itu mati,

maka si pembunuh juga akan mati atau jika orang yang dibunuh itu tidak mati

tetap hanya cedera, maka si pelakunya juga akan cedera.

Mengenai hal ini dapat kita jumpai dalam firman Allah SWT dalam

QS Al-Baqarah ayat 178-179 yang berbunyi :

‫اص فِى ْٱلقَتْلَى ۖ ْٱل ُح ُّر ِب ْٱل ُح ِ ِّر َو ْٱل َع ْبدُ ِب ْٱلعَ ْب ِد‬
ُ ‫ص‬َ ‫علَ ْي ُك ُم ْٱل ِق‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
َ ‫ب‬

‫وف َوأَدَآ ٌء ِإلَ ْي ِه‬ ٌ ٌۢ ‫َى ًٌۭء فَٱتِ ِّ َبا‬


ِ ‫ع ِب ْٱل َم ْع ُر‬ ْ ‫ى لَ ۥهُ ِم ْن أ َ ِخي ِه ش‬ ُ ‫َو ْٱْلُنث َ ٰى بِ ْٱْلُنث َ ٰى ۚ فَ َم ْن‬
َ ‫ع ِف‬

َ ُ‫يف ِ ِّمن َّر ِبِّ ُك ْم َو َرحْ َم ًۭةٌ ۗ فَ َم ِن ٱ ْعتَدَ ٰى َب ْعدَ ٰذَلِكَ فَلَهۥ‬
. ‫عذَابٌ أَ ِلي ًۭ ٌم‬ ٌ ًۭ ‫س ٌۢ ٍن ۗ ٰذَلِكَ ت َْخ ِف‬
َ ٰ ْ‫ِبإِح‬

ِ ‫اص َح َي ٰو ًۭة ٌ ٰ َيٓأ ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْل ٰ َب‬


َ‫ب لَ َعلَّ ُك ْم تَت َّقُون‬ ِ ‫ص‬َ ‫َولَ ُك ْم فِى ْٱل ِق‬

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari
saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat)
kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula). yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka
76

baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada
(jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa. (Terjemah Depag, 2007:29)

Hak asasi paling utama yang diperhatikan Islam adalah hak hidup, hak

yang disucikan dan tidak boleh dihancurkan kemuliaannya.(Husain

Jauhar,2010:22) kaitannya dengan hal ini prinsip penjagaan pada jiwa adalah

apapun yang berkaitan dengan nyawa manusia, seperti aborsi, pembunuhan,

melukai orang lain dan lain sebagainya.

Penjagaan jiwa juga berkaitan dengan kesehatan manusia karena

factor kesehatan adalah factor utama dalam upaya preventif mencegah

kematian manusia sebagai bentuk dari kebutuhan utama (Maslahah

Dharuriyah) dalam Maqashid Al Syariah.

2.1.5.5 Berprinsip pada menjaga akal (hifd al-‘aql);

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT paling utama, ada dua hal

yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Pertama, Allah SWT telah

menjadikan manusia dalam bentuk yang paling baik, dibandingkan dengan

bentuk makhluk-makhluk lain dari berbagai makhluk lain. Hal ini telah

dijelaskan oleh Allah ta’ala sendiri dalam Al-Quran At-Tiin Ayat 4 berbunyi :

َ ْ‫سنَ فِ ٓى أَح‬
‫س ِن ت َ ْق ِو ٌۢ ٍيم‬ ِ ْ ‫لقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ٰ ‫ٱْلن‬
77

Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya
.

Akan tetapi bentuk yang indah itu tidak ada gunanya, kalau tidak ada

hal yang kedua, yaitu akal. Oleh karena itu Allah ta’ala melanjutkan Firman-

Nya dalam surat At-Tiin ayat 5 dan 6 yang berbunyi :

َ ‫ت فَلَ ُه ْم أَجْ ٌر‬


ٍ ٌۢ ُ‫غي ُْر َم ْمن‬
‫ون‬ ِ ‫ص ِل ٰ َح‬ ۟ ُ‫ع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬ َ ‫وا َو‬ َ ٰ ‫ث ُ َّم َردَ ْد ٰنَهُ أ َ ْسفَ َل‬
۟ ُ‫ ِإ ََّل ٱلَّذِينَ َءا َمن‬. َ‫س ِفلِين‬

Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-


rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
putusnya. (Terjemah Depag, 2007:597)

Dari ayat-ayat di atas menegaskan bahwa penciptaan manusia sebagia

mahluk paling baik (ahsan) karena ia dibekali dengan perangkat yang sempurna

yaitu salah satunya akal oleh sebab itu akal paling penting dalam pandangan

Islam. Dikarenakan hal itu pula Allah SWT selalu memuji orang yang berakal.

Hal ini dapat dilihat pada firman Allah ta’ala dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 164

yang berbunyi :

‫ار َو ْٱلفُ ْل ِك ٱلَّ ِتى تَجْ ِرى ِفى‬ ِ َ‫ٱخ ِت ٰل‬


ِ ‫ف ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّ َه‬‫ض‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
ْ ‫َو‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ َّ ‫ق ٱل‬ ِ ‫إن ِفى خ َْل‬ َّ
َ ‫آء فَأَحْ َيا ِب ِه ْٱْل َ ْر‬
َ‫ض َب ْعد‬ ٍ ٌۢ ‫آء ِمن َّم‬ ِ ‫س َم‬ ‫اس َو َمآ أَنزَ َل‬
َّ ‫ٱَّللُ ِمنَ ٱل‬َّ َ َّ‫ْٱل َبحْ ِر ِب َما يَنفَ ُع ٱلن‬
‫آء‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫ب ْٱل ُم‬
َّ ‫س َّخ ِر َبيْنَ ٱل‬ َّ ‫ٱلر ٰيَحِ َوٱل‬
ِ ‫س َحا‬ ِّ ِ ‫يف‬ ْ َ ‫ث ِفي َها ِمن ُك ِِّل دَآبَّ ٌۢ ٍة َوت‬
ِ ‫ص ِر‬ َّ ‫َم ْو ِت َها َو َب‬
َ‫ت ِلِّقَ ْو ٌۢ ٍم يَ ْع ِقلُون‬ٍ ٌۢ َ‫ض َل َءا ٰي‬ ِ ‫َو ْٱْل َ ْر‬
78

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya


malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (Terjemah Depag, 2007:25)

Bila akal begitu pentingnya bagi manusia maka pemeliharaan akal

adalah hal yang amat sangat penting pula untuk dilakukan yaitu dengan

pendidikan dan diskusi-diskusi tentang ilmu sebagai sarana pengembangan akal

demi terjaganya akal sesuai dengan Maqashid Syariah.

2.1.5.6 Berprinsip pada menjaga keturunan (hifdh al-nasl);

Perlindungan Islam terhadap keturunan adalah dengan

mensyariatkannya pernikahan dan mengharamkan zina, menetapkan siapa-siapa

yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara perkawinan itu dilakukan dan

syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan itu dianggap sah

dan pencampuran antara dua manusia yang belainan jenis itu tidak dianggap sah

dan menjadi keturunan sah dari ayahnya. Malahan tidak melarang itu saja,

tetapi juga melarang hal-hal yang dapat membawa kepada zina.


79

Sebagaimana firman Allah ta’ala pada Q.S An-Nisa: 3-4:

َ َ‫آء َمثْن َٰى َوث ُ ٰل‬


‫ث‬ ِ ‫س‬َ ِِّ‫اب لَ ُكم ِ ِّمنَ ٱلن‬
َ ‫ط‬ ۟ ‫وا فِى ْٱليَ ٰت َ َم ٰى فَٱن ِك ُح‬
َ ‫وا َما‬ ۟ ‫ط‬ُ ‫و ِإ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ََّل ت ُ ْق ِس‬

۟ ُ‫ت أ َ ْي ٰ َمنُ ُك ْم ۚ ٰذَلِكَ أ َ ْدن ٰ َٓى أ َ ََّل تَعُول‬


. ‫وا‬ ۟ ُ‫َو ُر ٰبَ َع ۖ فَإ ِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ََّل ت َ ْع ِدل‬
ْ ‫وا فَ ٰ َو ِحدَة ً أ َ ْو َما َملَ َك‬

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil


terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Terjemah Depag, 2007:77)

ُ‫َى ٌۢ ٍء ِ ِّم ْنهُ نَ ْف ًًۭسا فَ ُكلُوه‬ َ ‫صدُ ٰقَتِ ِه َّن نِحْ لَ ًۭةً ۚ فَإِن ِطبْنَ لَ ُك ْم‬
ْ ‫عن ش‬ ۟ ُ ‫َو َءات‬
َ ِِّ‫وا ٱلن‬
َ ‫سآ َء‬

‫َهنِ ٓي ًۭـًًۭٔا َّم ِر ٓي ًۭـًًۭٔا‬

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu


nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika
mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu
(sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya(Terjemah
Depag, 2007:82)

Husain Jauhar (2010:131) menyebut hifdz an nasl adalah perlindungan

terhadap kehormatan, menurutnya perlindungan ini jelas terlihat dalam sanksi

berat yang dijatuhkan dalam masalah zina, dan masalah menghancurkan

kehormatan orang lain, dan masalah qadzaf, serta pengharaman Ghibah,

mengadu domba, mengumpat, mencela orang lain dan lain-lain.


80

Jadi, bila dikaitkan dengan kebutuhan manusia maka penjagaan

kehormatan ini berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, dan ketentraman

yang harus terlindungi dengan baik sebagai konsekuensi yang diambil dalam

pengembanan tugas dari tujuan diadakannya syariah (Maqashid al syariah).

2.1.5.7 Berprinsip pada menjaga harta (hifdh al-maal).

Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah

SWT, manusia hanya berhak untuk memanfaatkannya saja dan merupakan

titipan yang nantinya akan dimintai pertangguangjawaban pendapatan dan

pemakaiannya. Meskipun demikian Islam juga mengakui hak pribadi

seseorang. Oleh karena manusia itu manusia snagt tamak kepada harta benda,

sehingga mau mengusahakannya dengan jalan apapun, maka Islam mengatur

supaya jangan sampai terjadi bentrokan antara satu sama lain.

Untuk ini Islam mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai

muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya,

serta melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak

barang orang lain untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang

di bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya

sekalipun.

Perlindungan Islam terhadap harta benda seseorang tercermin dalam

firmanNya:
81

َ ً ‫وا ََل ت َأ ْ ُكلُ ٓو ۟ا أ َ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم ِب ْٱل ٰبَ ِط ِل إِ ََّّل أَن ت َ ُكونَ تِ ٰ َج َرة‬
‫عن‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫ٱَّللَ َكانَ ِب ُك ْم َر ِحي ًًۭما‬َّ ‫س ُك ْم ۚ ِإ َّن‬ َ ُ‫اض ِ ِّمن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُ ٓو ۟ا أَنف‬
ٌۢ ٍ ‫ت ََر‬
‫ِيرا‬
ً ‫ٱَّللِ يَس‬ َّ ‫علَى‬ َ َ‫َارا ۚ َو َكانَ ٰذَلِك‬ ً ًۭ ‫ص ِلي ِه ن‬ ْ ُ‫ف ن‬َ ‫س ْو‬ َ َ‫ظ ْل ًًۭما ف‬
ُ ‫عد ٰ َْو ًۭنًا َو‬ُ َ‫َو َمن يَ ْف َع ْل ٰذَلِك‬
‫س ِيِّـَٔاتِ ُك ْم َونُد ِْخ ْل ُكم ُّم ْدخ ًۭ ًَال َك ِري ًًۭما‬ َ ‫ع ْنهُ نُ َك ِفِّ ْر‬
َ ‫عن ُك ْم‬ َ َ‫ُوا َكبَآئِ َر َما ت ُ ْن َه ْون‬ ۟ ‫ِإن تَجْ تَنِب‬
۟ ‫سب‬
ۖ ‫ُوا‬ َ َ ‫يب ِ ِّم َّما ٱ ْكت‬
ًٌۭ ‫َص‬ِ ‫لر َجا ِل ن‬ ِّ ِ ِّ‫ض ۚ ِل‬
ٌۢ ٍ ‫علَ ٰى َب ْع‬
َ ‫ض ُك ْم‬ َّ ‫ض َل‬
َ ‫ٱَّللُ ِبِۦه بَ ْع‬ َّ َ‫َو ََل تَت َ َمنَّ ْو ۟ا َما ف‬
ْ ‫ٱَّللَ َكانَ ِب ُك ِِّل ش‬
ٍ‫َىء‬ َّ ‫ض ِل ِ ٓۦه ۗ ِإ َّن‬ْ َ‫ٱَّللَ ِمن ف‬ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫سبْنَ ۚ َو ْسـل‬َ َ ‫يب ِ ِّم َّما ٱ ْكت‬ًٌۭ ‫َص‬ِ ‫آء ن‬ ِ ‫س‬ َ ِِّ‫َو ِللن‬
َٔ
‫ع ِلي ًًۭما‬
َ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian
dengan melanggar hak dan aniaya, Maka kami kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa
yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-
kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke
tempat yang mulia (surga).
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(terjemah
Depag,2007:90-91)

Peraturan muamalah yang ada dalam Islam adalah bentuk penjagaan

terhadap harta benda dan sebuah proses ekonomi yang biasa dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari. Peraturan itu juga mengatur bagaimana cara berbisnis

yang baik dan tidak merugikan orang lain tetapi memberikan maslahah. Hal ini
82

sesuai dengan tujuan dari syariat Islam (maqashid al syariah) itu sendiri yaitu

memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.

Al-Juwainῑ yang oleh Auda disebut ulama pertama yang telah

menawarkan konsep maqᾱṣid – itu terkadang menyebut maqᾱṣid

al-syarῑah dengan istilah maṣlaḥah ‘ᾱmmah (kemaslahatan umum).

Sementara al-Ghazali memandang maqᾱṣid adalah al-maṣᾱlih almursalah

dengan tiga tingkatannya, yaitu: primer/necessities

(ḍarūrῑyyah), skunder/needs (ḥᾱjῑyyah) dan tersier/luxuries

(tahsῑnῑyyah). Pendapat ulama lain, seperti al-Tūfῑ dan al-Qarᾱfῑ

yang walau berbeda redaksinya tapi maksud dan tujuannya sama.

Oleh karena itu, Auda juga mengklaim bahwa antara maqᾱṣid dan

maṣlaḥah adalah sama (Auda,2008:2-3).

Lebih lanjut menurut auda konsep maqashid syariah kontemporer

tidak lagi berkutik kepada penjagaan (hifdz) semata melainkan lebih kepada

pengembangan terhadap panca lima maqashid syari’ah. Menurutnya Hukum

Islam bagi Jasser Auda harus mampu memberikan jawaban atas problem

kontemporer khususnya permasalahan-permasalahan sosial kemanusiaan.

Bukan justru berseberangan sebagaimana akhir-akhir ini wajah Islam

ditampilkan dengan wajah terorisme, gemar berperang, saling bermusuhan,

tidak toleran, fanatik dan fundamentalis serta terkesan bahwa kualitas hidup

atau sumber daya umat Islam dengan tingkat capaian Human Developmen

Indexs (HDI) yang rendah.


83

Pendekatan sistem oleh Auda dilakukan melalui beberapa langkah

yaitu: pertama, mem-valid-kan semua pengetahuan, kedua, menggunakan

prinsip-prinsip holistik, ketiga, keberanian membuka diri dan melakukan

pembaharuan, keempat, mengukur qat’i dan ta’arud dari sisi ketersediaan bukti

pendukung dan penentuan skala prioritas berdasarkan kondisi sosial yang ada

bukan dari verbalitas teks-teks keagamaan, dan kelima, mengambil maqashid

(Tujuan utama disyari’atkan hukum Islam terhadap mukallaf) sebagai metode

penetapan hukum Islam.

Langkah-langkah di atas dioptimalkan Jasser Auda sebagai pisau

analisis ke dalam enam dimensi yaitu: Dimensi kognisi dari pemikiran

keagamaan (cognition), kemenyeluruhan (wholeness), keterbukaan (oppenes),

hirraki berfikir yang saling mempengaruhi (interrelated hierarchy), berpikir

keagamaan yang melibatkan berbagai dimensi (multidimensionality) dan

kebermaksudan (purposefulness). Keenam fitur tersebut sangat saling erat

berkaitannya, saling menembus (semipermeable) dan berhubungan satu dan

lainnya, sehingga membentuk keutuhan sistem berpikir. Namun, satu dimensi

(fitur) yang menjangkau semua fitur yang lain dan merepresentasikan inti

metodelogi analisis sistem adalah fitur ‘kebermaksudan’ (maqashid)

(Auda:2008:255)

Dalam teori maqashid al syariah saat ini Jasser Auda melukakan

upaya-upaya dalam meneliti, mendayagunakan, dan

mengembangkan kembali kajian al-maqᾱṣid terlihat berbeda dari


84

kajian al-maqᾱṣid para pendahulunya, Teori pada saat ini dengan

perkembangan sosial masyarakat dan kemajuan teknologi menunjukkan adanya

perubahan kearah pengembangan yang cukup signifikan tanpa mengurangi

esensi dari makna kulliyatul khamsah sebagai dasar dari maqashid al syariah,

misalnya, bahwa ḥifz nasl (pelestarian keturunan) berkembang

menjadi kepedulian pada keluarga, bahkan sampai mengusulkan

adanya sistem social Islami madani. Adapun ḥifz ‘aql (pelestarian

akal) berkembang menjadi “pengembangan pemikiran ilmiah”,

“perjalanan menuntut ilmu”, “menekan mentalitas ikut-ikutan”,

bahkan “menghindari imigrasi ahli ke luar negeri”.( Auda,2015;320)

Selanjutnya masih menurut Auda dalam konsep ḥifz al-‘irdi

(pelestarian kehormatan), berkembang menjadi “pelestarian harga diri manusia”

dan “menjaga hak-hak asasi manusia”. Jasser Auda mengusulkan agar

pendekatan berbasis Maqᾱṣid terhadap isu hak-hak asasi manusia

dapat mendukung deklarasi Islami hak-hak asasi manusia universal dan

memberikan pandangan bahwa Islam dapat menambah dimensi-dimensi positif

baru pada hak-hak asasi manusia. Konsep ḥifz al-dῑn (pelestarian agama)

berkembang menjadi “kebebasan kepercayaan” dalam ekspresi-ekspresi

kontemporer. Hifz al-mᾱl (pelestarian harta) berkembang menjadi “pelestarian

ekonomi” dan menekan jurang antar kelas”

Tabel 1. Pergeseran Paradigma Teori Maqᾱṣid Klasik menuju


Kontemporer (Riyanto:2014)
85

No. Teori Maqᾱṣid Klasik Teori Maqᾱṣid Kontemporer


Teori yang berorientasi pada
perlindungan
Menjaga Keturunan (al-
1 keluarga; kepedulian yang lebih
nasl)
terhadap
institusi keluarga
Melipatgandakan pola pikir dan
research
ilmiah; mengutamakan perjalanan
untuk
mencari ilmu pengetahuan;
menekan pola
2 Menjaga Akal (al-‘aql)
pikir yang mendahulukan
kriminalitas
kerumunan gerombolan;
menghindari
upaya-upaya meremehkan kerja
otak.
Menjaga dan melindungi martabat
Menjaga Kehormatan;
kemanusiaan; menjaga dan
3 menjaga
melindungi hak
jiwa (al-Nafs)
hak asasi manusia.
Menjaga, melindungi dan
menghormati
4 Menjaga Agama (ad-dῑn)
kebebasan beragama dan
berkepercayaan.
Mengutamakan kepedulia social;
menaruh
perhatian pada pembangunan dan
pengembangan ekonomi;
5 Menjaga Harta (al-mᾱl)
mendorong
kesejahteraan manusia;
menghilangkan
jurang antara miskin dan kaya
86

2.2. Penelitian Terdahulu

Anik Tri Suwarni (2008) melakukan penelitian dengan judul :

Implementasi CSR Dalam Islam Pada Berbagai Jenis Bisnis. Penelitian ini

adalah penelitian eksplorasi, untuk menggali perkembangan implementasi CSR

yang dilakukan berbagai perusahaan di Indonesia terkait dengan Undang-

undang Perseroan Terbatas nomor 40 tahun 2007 terutama pasal 74 tentang

CSR sebagai kewajiban.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR dalam Islam merupakan

bagian dari perintah Allah SWT untuk berbuat kebaikan, sudah dilaksanakan

sejak zaman keturunan pertama nabi Adam yaitu oleh Habil dan Qabil,

dimunculkan lagi pada contoh yang diperintahkan Allah SWT kepada nabi

Ibrahim terhadap Ismail sekitar 4000 tahun lalu. Semua contoh tersebut

dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah SWT, yang member hidup dengan

seluruh fasilitas alam semesta sebagai wahana untuk sebanyaknyabanyaknya

berbuat kebaikan sebagai bekal kembali kepada Allah SWT.

Siti Zaleha (2008) telah melakukan penelitian dengan judul ; Peranan

Corporate Social Responsibility (CSR) PT Inalum Divisi PLTA Siguragura

Terhadap Pengembangan Sosio ekonomi Masyarakat Kecamatan Pitupohan

Meranti Kabupaten Toba Samosir. Analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif, Analisis Uji beda rata-rata (Compare Mean) dan Analisis korelasi

sederhana (simple correlation Analisys). Hasil penelitian menunjukkan untuk

mendukung berhasilnya pengembangan Masyarakat diperlukan kemitraan


87

antara PT Inalum, pemerintah dan masyarakat ( Kemitraan tripartite) dengan

mengembangkan ekonomi masyarakat local yang sifatnya produktif.

Hasan Asy’ari (2009) meneliti dengan judul penelitian : Implementasi

corporate social responsibility (CSR) Sebagai modal sosial pada pt Newmont ata

dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif , yaitu data skunder yang berupa

teori, definisi dan substansinya dari berbagai literatur, dan peraturan perundang-

undangan, serta data primer yang diperoleh dari wawancara, observasi dan studi

lapangan, kemudian dianalisis dengan undang-undang, teori dan pendapat pakar

yang relevan, sehingga didapat kesimpulan tentang pelaksanaan tanggungjawab

sosial perusahaan yang berkaitan dengan pengentasan masalah-masalah sosial

kemasyarakatan.

Berdasarkan hasil analisa, diperoleh kesimpulan bahwa dalam

mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya, PT Newmont melakukan

kegiatan-kegiatan Pembangunan Masyarakat yaitu pendidikan, Infrastruktur,

Perbaikan Kesehatan, Pendidikan Kejuruan dan Pengembangan Bisnis, Program

Pertanian dan Perikanan, Program Perbaikan Habitat Laut Minahasa.

Habibi (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan CSR

(corporate social responsibility)Sebagai tanggung jawab perusahaan berdasarkan

Pasal 74 undang-undang no 40 tahun 2007 Tentang perseroan terbatas ( studi

kasus di pt. Asia pasific fibers kendal )” Metodologi yang digunakan : Penelitian

lapangan (field research). Penelitian ini dilakukan dengan berada langsung pada

obyeknya, terutama dalam usahanya mengumpulkan data dan berbagai informasi.


88

Hasil penelitiannya antara lain : menunjukan bahwa walaupun CSR sudah

menjadi kewajiban (mandatory) namun disayangkan tidak dijelaskan secara

detail seperti apa.ada sisi positifnya juga dari tidak jelasnya undang-undang

tersebut karena pada akhirnya perusahaan diberikan kebebasan dalam

melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan sesuai dengan

penafsiran mereka.

Zulfitri (2011) melakukan peneltian dengan judul penelitian”

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Corporate Social Responsibility PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk” peneltian ini adalah penelitian lapangan

dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini memperoleh hasil antara lain:

Program CSR menitik beratkan pada community development dan sustainable

development yang terintegrasi dalam lima pilar pembangunan yang

berkelanjutan.

Ni Nyoman Yintayani ( 2011) melakukan penelitian dengan judul :

Faktor - faktor yang memengaruhi Corporate social responsibility (studi empiris

pada perusahaan yang terdaftar Di bursa efek indonesia tahun 2009)” Penelitian

ini merupakan studi empiris untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajemen

(MAN), leverage (DER), profitabilitas (ROA), tipe industri (IND) terhadap

pengungkapan informasi social perusahaan (CSR). Hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama tidak terdukung yaitu

kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap CSR. Hasil pengujian

hipotesis kedua terdukung yaitu leverage berpengaruh negatif terhadap CSR.


89

Hasil pengujian hipotesis ketiga terdukung yaitu profitabilitas berpengaruh

positif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis keempat tidak terdukung yaitu

tipe industri berpengaruh negatif terhadap CSR.

Fadilla Purwitasari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul: Analisis

pelaporan corporate social Responsibility perbankan syariah Dalam perspektif

shariah enterprise Theory : Studi kasus pada laporan tahunan Bank syariah

mandiri dan bank muamalat Indonesia menyebutkan bahwa: tindakan pelaporan

tanggung jawab sosial oleh BSM dan BMI masih dipengaruhi oleh kepentingan

mereka masingmasing. Kepentingan-kepentingan ini terutama dipengaruhi oleh

money dan power. Peranan ‘prinsip’ tidak terlalu terlihat dalam cara pelaporan

tanggung jawab sosial mereka. Penelitian ini menggunakan metode analisis

semiotic yang didasarkan pada item-item pengungkapan tanggung jawab sosial

berdasarkan shariah enterprise theory.

Nashrullah (2012) mengangkat peneltian dengan judul : Corporate social

responsibility (CSR) sebagai Zakat Perusahaan. Peneltian ini merupakan

penelitian kepustakaan (Library research) dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa CSR tidak dapat menggantikan Zakat perusahaan.

Pramono Hadi (2013) pernah melakukan penelitian dengan judul :

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Tanggungjawab Sosial

Perusahaan (Kasus PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant). Penelitian ini di

rancang secara kuanlitatif deskritif yang bersifat explanatory study dan

korelasional. Hasil penelitian menunjukkan: (1) CSR perusahaan telah


90

mempunyai konsep keberadaan planet, people dan profit yang sudah terpadu ,

membentuk satu divisi khusus tentang pemberdayaan masyarakat yang

mengakomodasi kebutuhan masyarakat; Persepsi dan partisipasi masyarakat

dalam pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan berjalan baik;

Dartini (2013 ) dalam penelitiannya yang berjudul : Pengembangan

Model peleksanaan CSR dalam bidang pendidikan di kabupaten purbalingga.

enelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan jenis

penelitian pengembangan dengan hasil penelitian sebagai berikut: Pelaksanaan

CSR masih tidak terkoordinir, sudah ada aturan dari pemkab tapi belum ada

sosialisasi, diperlukan forum komunikasi untuk menghubungkan pemberi CSR

dan penerima CSR.

Dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas posisi

penelitian ini adalah sebagai pengembangan yang menawarkan sebuah

terobosan tentang pengelolaan Corporate Social responsibility yang sesuai

dengan Maqashid Al syariah, karena dari 10 judul penelitian terdahulu yang

ditemukan diatas belum ada yang secara spesifik membahas tentang sebuah

model Corporate Social Responsibility yang menekankan pada Maqashid Al

Syariah sebagai landasan dalam membuat program pemberdayaan masyarakat

yang sesuai dengan syariah Islam sehingga mampu menciptakan kesejahteraan

masyarakat secara lahir bathin.


91

BAB 3

KERANGKA PROSES BERPIKIR DAN KONSEPTUAL

Kerangka proses berpikir dan kerangka konseptual yang disusun ini adalah

sebuah kerangka pemikiran yang dihasilkan dari uraian pembahasan pada latar

belakang, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka untuk memudahkan penulis

dalam memberikan gambaran pada penelitian yang akan dilakukan. kerangka ini

dibangun dari konsep pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR)

perusahaan yang berbasis Maqashid Al-Syariah atau sebuah pengelolaan dana

CSR perusahaan yang pola, metode dan pendekatan serta arah program-

programnya sesuai dengan tujuan syariah. Adapun obyek peneletian ini adalah

pada perusahaan BUMN yang cukup besar di Jawa Timur yaitu PT. Petrokimia

Gresik.

3.1. Kerangka Proses Berpikir

Syariat Islam merupakan sebuah aturan yang harus dijalankan oleh pemeluk

agama islam dalam kehidupan sehari-hari jika ia ingin digolongkan sebagai seorang

pemeluk islam yang taat. Kemudian Al Qur’an dan Al Hadits merupakan sumber

utama dalam penetapan hukum syariat islam walaupun ada banyak metode dalam

penetapan hukum dalam islam yang tetapi semua produk hukum dalam syariat islam

tidak bisa lepas dari Al Qur’an dan Al Hadits.


92

Dalam penelitian ini dasar dalam penentuan kerangka berpikir dan konseptual

yang muncul adalah dari Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 126 Tentang Tanggung

jawab Moral terhadap masyarakat dan Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 267 tentang

kewajiban mengeluarkan Infaq, serta dikuatkan dari Hadits Nabi riwayat Abu Daud

tentang kewajiban Shadaqah harta untuk bisnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada bagan dibawah ini:

Al Qur’an dan As sunnah

1. Q.S. Al Baqarah :126, Tentang Tanggung jawab Moral terhadap


masyarakat
2. Q.S. Al Baqarah : 267, tentang kewajiban megeluarkan infaq
3. HR Abu Daud, tentang kewajiban Shadaqah harta untuk bisnis

Studi Teoritik Obyek Studi Studi Empirik :


1. Zulfitri (2011),
1. Teori Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat
masyarakat Rumusan Masalah Melalui Corporate Social
(Kartasasmi,1996) Responsibility PT
2. Teori kesejahteraan Indocement Tunggal
Masyarakat Islami Prakarsa Tbk
Data
(Jadzuli,2007) 2. Anik Tri Suwarni (2008),
3. Teori Corporate Implementasi CSR Dalam
Islam Pada Berbagai Jenis
Social Responsibility
Bisnis
(Dwi Kartini,2013) 3. Nashrullah tahun (2012),
4. Teori Maqashid Analisis Analisis
Corporate Social
Syariah (Ibnu Asyur, Kualitatif Syar’i
Responsibility (CSR)
Jasser Auda, 2008) sebagai zakat perusahaan

Disertasi
93

3.2 Kerangka Konseptual

Secara konseptual penelitian ini menekankan tentang pola pemberdayaan

masyarakat melalui Corporate Social responsibility yang berbasis Maqashid Al-

Syariah yaitu mengenai program CSR pada PT Petrokimia Gresik dalam

pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada tujuan Syariah yang bertumpu

pada Mashlahah sehingga bisa tercipta kesejahteraan masyarakat yang tidak hanya

sejahtera secara ekonomi saja tetapi juga lahir, bathin, dunia dan akhirat.

Dalam penelitian ini Al Qur’an dan Sunnah merupakan dasar karena Al

Qur’an dan Sunnah juga merupakan dasar dari Maqashid Al Syariah yang

ararahnya pada kebaikan umat manusia atau yang disebut sebagi maslahah. Dan

dalam teori maqashid Al Syariah menurut As Syatibi yang bertumpu Maslahah

yang pada intinya yaitu penjagaan agama (Hifdzu Ad Din) penjagaan jiwa ( Hifdzu

An Nafs) penjagaan akal (Hifdzu Al Aql) , penjagaan keturunan (Hifdzu An Nasl)

dan penjagaan harta (Hifdzu A Maal) tetapi dewasa ini teori maqashid Al Syariah

sudah mengalami pengembangan yang sangat luas, pengembangan itu dipelopori

oleh Ibnu Asyur dan terakhir Jasser Auda yang sudah berpikir jauh dari pemikiran

As Syatibi yang awalnya penjagaan penjagaan agama (Hifdzu Ad Din)

dikembangkan lebih lanjut menjadi menjaga, melindungi dan menghormati

kebebasan beragama dan berkepercayaan. Penjagaan jiwa ( Hifdzu An Nafs)

dikembangkan menjadi menjaga dan melindungi martabat kemanusiaan; menjaga

dan melindungi hak asasi manusia. Penjagaan akal (Hifdzu Al Aql) dikembangkan

menjadi melipat gandakan pola pikir dan research ilmiah; mengutamakan


94

perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan; menekan pola pikir yang

mendahulukan kriminalitas kerumunan gerombolan; menghindari

upaya-upaya meremehkan kerja otak. Penjagaan keturunan (Hifdzu An Nasl)

dikembangkan menjadi teori yang berorientasi pada perlindungan keluarga;

kepedulian yang lebih terhadap institusi keluarga, penjagaan harta (Hifdzu A Maal)

dikembangkan menjadi mengutamakan kepedulia social; menaruh perhatian pada

pembangunan dan pengembangan ekonomi; mendorong kesejahteraan manusia;

menghilangkan jurang antara miskin dan kaya

Oleh sebab itu pemikiran kedua tokoh ini yang menjadi pisau analisis

pada pola pemberdayaan masyarakat melalui CSR yang dilakukan oleh PT

Petrokimia Gresik.

Menurut peneliti, dunia industri dan Maqashid Al Syariah ada kesamaan

tujuan yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab yang

harus diemban oleh dunia industri. program CSR dunia industri dalam

pemberdayaan Masyarakat bisa ditekankan pada Maqashid Al Syariah yang

bertumpu pada Maslahah yaitu penjagaan agama (Hifdzu Ad Din) yang sudah

dikembangkan dalam bentuk keagamaan dituangkan dalam CSR melalui program

keagamaan dalam CSR, kemudian penjagaan jiwa ( Hifdzu An Nafs) yang telah

dikembangkann dalam bentuk kesehatan dituangkan dalam CSR melalui program

kesehatan, selanjutnya penjagaan akal (Hifdzu Al Aql) yang sudah dikembangkan

dalam bentuk pendidikan dituangkan dalam CSR melalui program pendidikan, dan
95

penjagaan keturunan (Hifdzu An Nasl) yang sudah dikembangkan dalam bentuk

kesehatan dituangkan dalam CSR melalui program kesehatan, serta penjagaan

harta (Hifdzu A Maal) yang sudah dikembangkan dalam bentuk ekonomi

dituangkan dalam CSR melalui bentuk program ekonomi seperti yang tergambar

dalam bagan dibawah ini:

Al Qur’an dan As sunnah tentang pemberdayaan


masyarakat dan tanggung jawab sosial

Maslahah/kesejahteraan Tangguang jawab sosial


masyarakat Perusahaan

Maqashid Al Syariah Corporate Social


Responsibility

Teori
4. Ibnu Teori Jasser Charity Philan Community
Asyur Auda tropy Development

Pengembangan Maqashid Pemberdayaan Masyarakat


Syariah  Program keagamaan
 Keagamaan  Program kesehatan
 Kesehatan  Program pendidikan
 Pendidikan  Program keamanan
 Keamanan
 Program ekonomi
 ekonomi

Pola Pemberdayaan
Masyarakat melalui CSR
berbasis Maqashid Al
Syariah
96

BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab ini secara berturut-turut diuraikan mengenai: (A) pendekatan dan

jenis penelitian, (B) kehadiran peneliti, (C) lokasi penelitian, (D) sumber data, (E)

prosedur pengumpulan data, (F) analisis data, (G) pengecekan keabsahan data, dan

(H) tahap-tahap penelitian.

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang meneliti

peristiwa atau kejadian secara langsung oleh sebab itu peneliti menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan

dengan menggunakan data yang berupa kalimat tertulis atau lisan, peristiwa-

peristiwa, pengetahuan, atau proyek studi yang bersifat deskriptif (Yin, 2012:2).

Strategi pendekatan yang digunakan adalah studi kasus. Menurut Yin (2012:1),

studi kasus adalah strategi yang paling cocok bila pertanyaan suatu penelitian

berhubungan dengan how ataupun why. Menurut pendapat lain (

Sukmadinata,2005; 60) menyebutkan penelitian kualitatif (qualitative Research)

adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individu maupun kelompok.


97

Dalam penelitian ini peneliti mengarahkan pendekatan kualitatif pada

pengamatan, pendeskripsian dan analisis peristiwa dan aktifitas sosial yang

berkaitan dengan pola pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan social

corporate responsibility yang berbasis Maqashid Al Syariah di PT Petrokimia

Gresik yang pada akhirnya ingin mencari kesimpulan apakah pola pemberdayaan

masyarakat melalui pengelolaan CSR di PT Petrokimia Gresik sudah sesuai

dengan teori Maqashid Al Syariah menurut para pakar.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang

pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan CSR dalam perspektif maqashid

syariah dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari latar yang alami

(natural setting) sebagai sumber data langsung. Pemaknaan terhadap data

tersebut hanya dapat dilakukan apabila diperoleh kedalaman fakta yang didapat.

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan sekaligus mendeskripsikan

data secara menyeluruh dan utuh dalam pemberdayaan masyarakat melalui

pengelolaan CSR dalam perspektif maqashid syariah. Selain itu penelitian ini

diharapkan dapat membangun suatu teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi

data yang dikumpulkan tentang pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan

CSR dalam perspektif maqashid syariah. Tempat yang menjadi latar dalam

penelitian ini adalah PT Petrokimia Gresik perusahaan BUMN yang berada

dalam naungan Kementerian BUMN.


98

Pertimbangan yang mendasari penggunaan pendekatan penelitian

kualitatif adalah merujuk pada pendapat Bogdan dan Biklen (1982), pendekatan

penelitian kualitatif dapat digunakan untuk jenis penelitian yang mempunyai

karakteristik tertentu. Karakteristik dimaksud adalah pertama: fenomena dari

situasi yang wajar dan alamiah untuk mendapatkan sumber data secara

langsung, kedua: peneliti berperan sebagai instrumen dan key informan, ketiga:

aktivitas penelitian lebih memperhatikan dan menekankan pada proses bukan

semata-mata pada hasil penelitian, keempat: data yang dihasilkan bersifat

deskriptif, dan kelima: peneliti memusatkan perhatian pada makna, dan data

penelitian dianalisis secara induktif.

Sejalan dengan rancangan penelitian studi kasus, penelitian ini berusaha

memahami makna peristiwa serta interaksi orang dalam situasi tertentu. Untuk

dapat memahami makna peristiwa dan interaksi orang, digunakan orientasi

teoritik atau perspektif teoritik dengan pendekatan fenomenologis

(phenomenological approach).

Pendekatan ini ditetapkan dengan mengamati fenomena-fenomena dunia

konseptual subjek yang diamati melalui tindakan dan pemikirannya guna

memahami makna yang disusun oleh subjek di sekitar kejadian sehari-hari.

Peneliti berusaha memahami subjek dari sudut pandang subjek itu sendiri

dengan tidak mengabaikan penafsiran, dengan membuat skema konseptual.

Menurut Weber (Vredenbergt, 1987) pendekatan fenomenologi disebut


99

verstehen apabila mengemukakan hubungan diantara gejala-gejala sosial yang

dapat diuji, bukan pemahaman empatik semata-mata. Dengan menggunakan

metode verstehen ini, peneliti dapat memahami secara emic konsep-konsep,

pandangan-pandangan, nilai-nilai, ide-ide, gagasan-gagasan, dan norma-norma

yang berlaku di Petrokimia Gresik tersebut, sehingga tidak terjadi kekeliruan

penafsiran atas makna objek yang diteliti.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yang

bersifat sosio-cultural-religius. Oleh karena itu, data-data yang diambil sebagai

dasar analisis dalam penelitian ini dikombinasikan antara informasi dari karya

tulis yang ada maupun kenyataan di lapangan.

Studi kasus dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,

sedangkan metode pengumpulan data dilakukan secara siklus (cyclical). Untuk

menjamin teknik pengumpulan data berjalan sistematis dan terfokus, maka

dipentingkan kedalaman (in depth) di samping keluasan (enlarge). Atas dasar

itu, penelaahan terhadap data yang ada di dalam karya tulis maupun di lapangan

menjadi penting. Sumber tersebut, di samping sumber juga menjadi sandaran

penting bagi pengujian atas validitas data.


100

Adapun untuk rancangan dan langkah-langkah penilitian ini dapat dilihat


dari struktur di bawah ini:

Studi
lapangan
 Pengum
pulan
Studi data Lokasi Pelaporan
Masalah Rumusan Kesim
Awal  Pengece Penelitian pulan /Sosialisas
diteliti Penelitian
kan i
keabsah
an data
 Analisis
Kajian
data
Pustaka

Keterangan:

: Berhubungan dan berurutan


: Kegiatan di dalam
: Kesimpulan sementara dan akhir
: Berhubungan

Pada bagan di atas diketahui bahwa rancangan penelitian ini disusun

berdasarkan konteks penelitian yang diperoleh dari studi awal penelitian berupa

kajian pustaka dan studi lapangan. Namun perlu dijelaskan bahwa kajian pustaka

dalam studi awal dimaksudkan untuk mencari isu-isu yang menarik terkait dengan

pemberdayaan masyarakat, pengelolaan CSR dan maqashid al syariah sebagai

konsentrasi penelitian. Hal ini perlu ditegaskan karena supaya tidak terjadi

kesalahpahaman terkait tentang fokus yang diambil dari kajian pustaka, karena

fokus penelitian diambil dari konteks penelitian dan studi lapangan.


101

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian ini berlangsung mulai pada tanggal 20 April sampai dengan 1

Juli 2018. Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, sebab

peneliti berkedudukan sebagai instrumen utama atau pokok atau peneliti adalah

segalanya dari keseluruhan penelitian. (Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong:

1999). Sedangkan instrumen selain peneliti yang berbentuk alat-alat bantu dan

dokumen lainnya, hanya berfungsi sebagai penguat, atau instrumen pendukung.

Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data secara komprehensif, maka kehadiran

peneliti di lapangan (obyek) sangat diutamakan, karena pengumpulan data harus

dilakukan dalam situasi yang sebenarnya (obyektif). Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Nasution, bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen kunci

atau instrumen utama dalam pengumpulan data (key instrumen) (Nasution:1998),

Lebih lanjut Moleong (1999) mengatakan, bahwa kedudukan peneliti dalam

penelitian kualitatif ini cukup rumit, sebab peneliti sekaligus merupakan

perencana, pelaksana, pengumpul data, analis data, penafsir data, dan akhirnya ia

menjadi pelopor hasil penelitiannya. Di samping itu peneliti juga berperan sebagai

human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan

membuat kesimpulan atas temuan (Sugiono:2006)

Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti harus bersikap cermat dan hati-

hati dalam mencari data di lapangan, agar mendapatkan data yang valid, obyektif,

dan bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan


102

dan lupa terkait dengan data atau sumber informasi lain yang diperoleh, seorang

peneliti harus mengonsep, atau membuat catatan lapangan, kemudian catatan

lapangan tersebut disusun sedemikian rupa, dianalisa, dan disimpulkan, sehingga

menjadi laporan penelitian. Sebagaimana dikatakan Moleong (1999), bahwa

catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif,

karena peneliti mengandalkan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan

data di lapangan.

Kemampuan peneliti sebagai instrumen pokok, dapat dilatih dengan

seringnya berkunjung ke lokasi penelitian untuk mengadakan wawancara dengan

informan utama (kapala departemen CSR) atau informan pendukung, (staf

perusahaan dan masyarakat penerima manfaat), mengadakan pengamatan secara

langsung terhadap obyek, memperoleh berbagai informasi, pengalaman,

pengumpulan berbagai data dan lain-lain. Dengan demikian untuk mendapatkan

data yang lengkap, akurat dan obyektif.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di PT Petrokimia Gresik terletak di Jl. Jenderal

Ahmad Yani – Kota Gresik Kabupaten Gresik propinsi Jawa Timur dengan luas

wilayah mencapai sekitar 450 hektar. PT Petrokimia Gresik (dulunya Proyek

Petrokimia Surabaya) yang merupakan perusahaan produsen pupuk di Indonesia

yang didirikan pada tanggal 10 Juli 1972. Perusahaan ini adalah perusahaan milik
103

pemerintah (BUMN) dengan perannya sebagai produsen pupuk terlengkap di

Indonesia yang memproduksi berbagai macam pupuk.

Sebagai perusahaan milik negara (BUMN) tentu PT Petrokimia Gresik

wajib mengeluarkan dan mengelola CSR sebagai bentuk implementasi Undang-

Undang no.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas oleh sebab itu dalam

peneltian ini peneliti melakukan penelitian tentang bagaimana pola pemberdayaan

masyarakat melalui pengelolaan CSR di Perusahaan ini karena sampai saat ini PT

Petrokimia Gresik Sudah mempunyai 2 Anak perusahaan yaitu : PT Perokimia

Kayaku dan PT Petrosida Gresik dan masih banyak lagi usaha lain yang ada di

lingkungan PT Petrokimia Gresik. Diantaranya 5 perusahaan patungan yaitu : PT

Kawasan Industri Gresik, PT Petronika, PT Petrowidada, PT Petrocentral dan PT

Petron Jordan Abadi. Dan juga ada perusahan yang berada dibawah yayasan

petrokimia Gresik yaitu: PT Gresik Cipta Sejahtera,PT Petrokopindo Cipta

Selaras, PT Graha Sarana Gresik, PT Aneka Jasa Grhadika, PT Petro Graha

Medika, PT Fokus Jasa Mitra juga mempunyai Koperasi Karyawan Keluarga

Besar Petrokimia Gresik (K3PG).

Visi Perusahan ini adalah menjadi produsen pupuk dan produk alinnya

yang berdaya saing tinggi dan produknya paing diminati konsumen. Sedangkan

misinya adalah mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya

program swasembada pangan, menciptakan hasil usaha untuk menunjang

kelancaran kegiatan operasional dan penegembangan usaha perusahaan, dan


104

mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industry kima nasional dan

berperan aktif dalam community development

Perusahaan ininuga mempunyai tata nilai yang dijaga yaitu:

menguatamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan

hidup dalam setiap kegiatan operasional, memanfaatkan profesionalisme untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan inovasi untuk memenangkan

bisnis, mengutamakan integritas di atas segala hal, serta berupaya membangun

semangat kelompok yang sinergistik

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu

manusia/orang dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek

atau informan kunci (key informants). Sedangkan sumber data bukan manusia

berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto,

catatan rapat atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.

Penentuan informan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria: (1)

subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktifitas yang menjadi

sasaran penelitian, (2) subjek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktifitas yang

menjadi sasaran penelitian, (3) subjek yang masih mempunyai waktu untuk

dimintai informasi oleh peneliti, (4) subjek yang tidak mengemas informasi tetapi

relatif memberikan informasi yang sebenarnya, dan (5) subjek yang tergolong

asing bagi peneliti.


105

Dalam penelitian ini juga dilakukan pemilihan informan dilakukan secara

sampling internal (internal sampling), yaitu dengan mengambil keputusan

berdasarkan gagasan umum mengenai apa yang diteliti, dengan siapa akan

berbicara, kapan melakukan pengamatan, dan berapa banyak dokumen yang

direview. Intinya, sampling internal yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan

untuk mempersempit studi atau mempertajam fokus (Bogdan & Biklen, 1982).

Teknik sampling internal tidak digunakan untuk membuat generalisasi, melainkan

untuk memperoleh kedalaman studi dalam konteks dan fokus penelitian ini secara

integratif. Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah melakukan

observasi dalam rangka memilih peristiwa-peristiwa, subjek, dan informan yang

diteliti secara mendalam, serta menentukan waktu pengumpulan data.

Selain teknik sampling internal, dalam penelitian ini digunakan juga

sampling waktu (time sampling). Artinya pada waktu peneliti menemui informan,

penyesuaian waktu akan dipertimbangkan untuk memperoleh data yang

diinginkan. Kecuali terhadap peristiwa atau kejadian yang bersifat kebetulan,

peneliti memperkirakan waktu yang baik untuk observasi dan wawancara.

Penggunaan sampling waktu ini penting sebab sangat mempengaruhi makna dan

penafsiran berdasarkan konteks terhadap subjek atau peristiwa di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik, integratif, serta memperhatikan

relevansi data dengan fokus dan tujuan, maka dalam pengumpulan data penelitian
106

ini digunakan tiga teknik, yaitu: (1) wawancara mendalam (in depth interview); (2)

observasi partisipan (participant observation); dan (3) studi dokumentasi (study of

documents). Tiga teknik tersebut merupakan tiga teknik dasar dalam penelitian

kualitatif yang disepakati oleh sebagian besar penulis (Bogdan & Biklen, 1982;

Nasution, 1988)

Berikut ini akan dibahas secara rinci mengenai tiga teknik tersebut yaitu

wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi.

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan antara dua orang, atau kadang-kadang

lebih, dalam hal ini antara peneliti dan informan, dengan maksud memperoleh

keterangan yang rinci dan mendalam mengenai pandangan orang lain terhadap

suatu masalah (Bogdan & Biklen, 1982; Nasution, 1996).

Ada beberapa jenis wawancara mendalam yang dapat digunakan dalam

penelitian kualitatif, namun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian

ini adalah wawancara tidak terstruktur. Digunakan jenis wawancara ini

dikarenakan adanya beberapa kelebihan, diantaranya dapat dilakukan secara

lebih personal, sehingga memungkinkan diperoleh informasi sebanyak-

banyaknya. Dengan wawancara tidak terstruktur juga memungkinkan peneliti

mencatat semua respon yang tampak selama wawancara berlangsung.

Dalam wawancara tidak terstruktur, respon mendapat kebebasan dan

kesempatan untuk mengeluarkan pandangan dan perasaannya tanpa diatur

secara ketat oleh peneliti. Pertanyaannya biasanya tidak baku, dan malah
107

disesuaikan dengan keadaan dan posisi yang unik dari informan. Pelaksanaan

wawancara mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari, dan biasanya

berjalan lama dan bahkan seringkali dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.

Namun setelah memperoleh sejumlah keterangan, peneliti dapat mengadakan

wawancara yang lebih terstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah

disampaikan oleh responden.

Agar pelaksanaan wawancara tidak terstruktur tersebut tidak

menyimpang dari fokus penelitian, maka sebelum dilakukan wawancara

terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan

kepada informan (Guba & Lincoln, 1981; Moelong, 1998). Garis-garis besar

pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus penelitian. Selanjutnya,

sementara proses wawancara berlangsung kadang-kadang diselipkan

pertanyaan-pertanyaan pendalaman (probing) untuk menggali lebih dalam lagi

tentang hal-hal yang diwawancarakan. Pertanyaan-pertanyaan pendalaman ini

dikembangkan secara spontan dengan tata urutan berbentuk cerobong (the

funnel sequence) mulai dari hal-hal yang umum mengarah ke hal-hal yang

khusus.

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi yang

lebih luas dan mendalam tentang model pengelolaan CSR dan pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan PT Petrokimia Gresik. Wawancara yang digunakan

oleh penelti adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu proses

untuk memperoleh data (keterangan) informan melalui Tanya jawab dengan


108

bertatap muka secara langsung tanpa dengan menggunakan pedoman

wawancara (pertanyaan yang disusun terlebih dahulu).

Wawancara ini akan dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap data-

data yang sesuai dengan tema penelitian yaitu pemberdayaan masyarakta

melalui pengelolaan CSR yang berbasis maqashid Al syariah, informan yang

diwawancarai adalah pihak-pihak yang bertanggungjawab dan bersentuhan

langsung dengan pengelolaan CSR di PT Petrokimia Gresik yaitu Manajer

Departement kemitraan Bina Lingkungan PT Petrokimia Gresik dan juga

masyarakat penerima manfaat dari pengelolaan CSR atau masyarakat yang

diberdayakan oleh PT Petrokimia Gresik yaitu masyarakat di ring 1 PT

Petrokimia Gresik yang meliputi kelurahan Ngipik, Karangturi, Roomokalisari,

Tlogopojok dll.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

No Nama Informan Jabatan Informan

1 Manajer Departemen Kemitraan

Yusuf Wibisono dan Bina Lingkungan PT

Petrokimia Gresik

2 Wayan Kadek Staf Departemen CSR

2 Ruslan Lurah Ngipik


109

3 Mohammad Iqbal Lurah Tlogopojok

4 Hamdani Masyarakat Penerima Manfaat

5 Sumirah Masyarakat Penerima Manfaat

6 Abdul Madjid Masyarakat Penerima Manfaat

Wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif.

Demikian pula dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk

menangkap makna secara mendasar dalam interaksi yang spesifik. Teknik

wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstandar (unstandarized

interview) yang dilakukan tanpa menyusun suatu daftar pertanyaan yang ketat.

Selanjutnya wawancara yang tidak tenstandar ini dikembangkan dalam tiga

teknik, yaitu: (1) wawancara tidak terstruktur (unstructured interview atau

passive interview), (2) wawancara agak terstruktur (some what structured

interview atau active interview), dan (3) wawancara sambil lalu (casual

interview).

Dengan kata lain, wawancara pada tahap kedua ini tidak menggunakan

instrumen terstruktur namun peneliti telah membuat garis-garis besar yang

disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah. Kedua metode ini dilakukan

secara terbuka (open interview) sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang

open ended, dan ditujukan kepada informan-informan tertentu yang dianggap

sebagai informan kunci (key informants) serta informan biasa.


110

Wawancara ketiga yang bersifat sambil lalu (casual interview)

dilakukan apabila secara kebetulan peneliti bertemu informan yang tidak

direncanakan atau diseleksi terlebih dahulu, seperti tokoh masyarakat dan

masyarakat sekitar sekolah yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Cara

wawancara juga dilakukan sesuai dengan keadaan sehingga sangat tidak

terstruktur (very unstructured). Sedangkan kedudukan wawancara ketiga ini

hanya sebagai pendukung dari metode wawancara yang pertama dan kedua.

Untuk melakukan wawancara yang lebih terstruktur terlebih dahulu

dipersiapkan bahan-bahan yang diangkat dan isu-isu yang dieksplorasi

sebelumnya. Dalam hal ini bisa dilakukan pendalaman atau dapat pula menjaga

kemungkinan terjadinya bias (Moleong, 1989). Dalam kondisi tertentu jika

pendalaman yang dilakukan kurang menunjukkan hasil, maka dapat dilakukan

pendalaman dengan saling mempertentangkan (antagonistic probes). Namun

demikian hal ini harus dilakukan secara persuasif, sopan dan santai.

Untuk menghindari wawancara yang melantur dan menghasilkan

informasi yang kosong selama wawancara, topiknya selalu diarahkan pada

pertanyaan yang terkait dengan fokus penelitian. Wawancara dapat dilakukan

dengan perjanjian terlebih dahulu, atau dapat pula secara spontan sesuai dengan

kesempatan yang diberikan oleh informan. Untuk merekam hasil wawancara

dengan seijin informan peneliti menggunakan alat bantu berupa buku catatan

dan mesin perekam (tape recorder, handy cam dan camera).


111

Isu pokok yang digali melalui wawancara antara lain: (1) pandangan

tentang pemberdayaan masyarakat melalui CSR yang menjadi objek penelitian,

(2) faktor-faktor yang mempenngaruhi pemberdayaan masyarakat melalui CSR

tersebut, (3) manajemen dalam pemberdayaan masyarakat melalui CSR, (4)

program-program CSR yang telah dilaksanakan dan keunggulannya dari CSR

di BUMN lain.

2. Observasi Partisipan

Teknik observasi partisipasi ini digunakan untuk melengkapi dan

menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang mungkin belum

menyeluruh atau belum mampu menggambarkan segala macam situasi atau

bahkan melenceng. Observasi partisipan merupakan karakteristik interaksi

sosial antara peneliti dengan subjek-subjek penelitian. Dengan kata lain, proses

bagi peneliti memasuki latar dengan tujuan untuk melakukan pengamatan

tentang bagaimana peristiwa-peristiwa (events) dalam latar saling berhubungan.

Observasi partisipasi dilakukan oleh peneliti dengan cara memasuki,

mengamati, dan sekaligus berpartisipasi di dalam latar penelitian, dari tingkat

yang pasif sampai ke tingkat yang aktif. Tujuannya adalah untuk mengamati

peristiwa-peristiwa sebagimana terjadi secara alamiah (Goetz & LeCompte,

1987). Dengan mengamati hubungan personal di antara para guru di sekolah

misalnya, diperoleh temuan tentang bagaimana iklim sekolah yang diciptakan

oleh pelaku kepemimpinan kepala sekolah. Bahkan melalui observasi


112

partisipasi diperoleh informasi-informasi yang mendukung dan menolak

informasi yang telah ditemukan melalui teknik wawancara. Observasi

Partisipasi dilakukan oleh peneliti dengan cara memasuki, mengamati, dan

sekaligus berpartisipasi di dalam latar penelitian, dari tingkat yang pasif sampai

ke tingkat yang aktif. Tujuannya adalah untuk mengamati peristiwa-peristiwa

sebagaimana terjadi secara alamiah (Goetz & LeCompte, 1987). Dengan

mengamati hubungan personal di antara para guru di sekolah misalnya,

diperoleh temuan tentang bagaimana iklim sekolah yang diciptakan oleh pelaku

kepemimpinan kepala sekolah. Bahkan melalui observasi partisipasi observasi

partisipasi diperoleh informasi-informasi yang mendukung dan menolak

informasi yang telah ditemukan melalui teknik wawancara.

Dalam penelitian ini, observasi partisipasi dilakukan dalam tiga tahap,

yaitu descriptive observation, focused observation, dan selective observation.

(Spradley, 1980). Tahap pertama, diawali dengan observasi deskriptif

(descriptive observation) yang luas dengan maksud memperoleh gambaran

umum tentang situasi akademik dan sosial yang ada pada PT Petrokimia Gresik

dan lokasi program CSR yang dijadikan latar penelitian. Dalam hal ini peneliti

mengunjungi dan mengamati kegiatan PT Petrokimia Gresik dan lokasi

program CSR terutama terkait pemberdayaan masyarakat.

Tahap kedua, Peneliti mengadakan penyempitan pengumpulan data

dengan melakukan observasi terfokus (focused observation) untuk menemukan

kategori-kategori, seperti faktor eksternal yang berkaitan dengan pelaksanaan


113

program CSR, perilaku manajerial pengelola CSR dan dimensi-dimensi lain

yang ada dalam masyarakat penerima manfaat dari pengelolaan CSR.

Tahap ketiga, setelah melakukan pengamatan secara berulang-ulang,

peneliti mengadakan penyempitan lagi yaitu dengan observasi selektif (selective

observation). Dengan cara mencari kesamaan-kesamaan atau perbedaan-

perbedaan di antara kategori-katagori seperti yang telah disebutkan pada

observasi terfokus. Partisipasi peneliti dalam observasi dapat dilakukan dalam

berbagai tingkat, mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi,

sebagaimana disarankan oleh Spradley (1980) dan Nasution (1996) yaitu

partisipasi nihil, pasif, sedang dan aktif. Partisipasi nihil yakni peneliti tidak

berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan.

Misalnya peneliti tidak secara langsung ikut dalam pengelolaan maupun

menerima manfaat dari CSR atau mengikuti proses pelaksaan CSR atau peneliti

hanya duduk diantara masyarakat penerima manfaat CSR. Partisipasi pasif

yakni peneliti dapat ikut dalam pengelolaan maupun menerima manfaat dari

CSR namun hanya meugamati saja proses pengelolaan CSR. Sedangkan

partisipasi aktif yakni peneliti ikut secara langsung kegiatan yang dilaksanakan

oleh pengelola CSR. Seperti disaat pengelola CSR tidak ada peneliti mengambil

alih proses pengelola CSR atau disaat ada pengelola CSR maka peneliti dapat

ikut melaksanakan pengelola CSR. Partisipasi aktif yang dilaksanakan oleh

peneliti tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh peneliti mengingat waktu yang

tersedia dalam penelitian adalah sangat terbatas. Dengan demikian, partisipasi


114

aktif yang dilakukan oleh peneliti adalah sebatas yang pada fokus penelitian

yang dibuat oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, observasi dengan tingkat partisipasi penuh

kurang mungkin dilakukan oleh peneliti karena tingkatan observasi partisipasi

semacam ini membutuhkan waktu yang relatif lama. Artinya peneliti

melaksanakan penelitian dilapangan dalam waktu yang cukup lama. Dengan

demikian, observasi partisipasi penuh belum memungkinkan dilaksanakan oleh

peneliti.

a. Observasi Partisipasi Pasif

Pada tingkat ini, peneliti melakukan observasi dengan hanya

mengamati situasi akademik dan sosial ke PT Petrokimia Gresik yang

menjadi latar penelitian ini, tanpa ada partisipasi sama sekali. Dalam hal

ini, beberapa kali peneliti mengunjungi kegiatan-kegiatan yang terbuka

untuk umum yang diselenggarakan oleh subyek penelitian, seperti

sosialisasi program, pengumuman perekrukrutan penerima manfaat

program, kegiatan manajerial program, dan kegiatan-kegiatan lain yang

terkait CSR. Observasi ini dilakukan dengan maksud agar peneliti

memperoleh gambaran umum tentang suasana akademik dan sosial pada

subyek penelitian secara apa adanya.

b. Obseravasi partisipasi sedang

Pada tingkat ini, peneliti yang semula hanya sebagai penonton,

secara berangsur-angsur turut serta dalam kegiatan sekolah. Dalam hal


115

ini, peneliti menemui kepala departemen CSR di kantornya, dan staf-staf

departeman CSR di ruang staf dan tata usaha, dan berbincang-bincang

ringan dengan beberapa penerima manfaat program. Disamping itu,

peneliti juga berkesempatan mengikuti audiensi (sebagai pendengar) yang

diselenggarakan oleh kepala departemen dengan masyarakat penerima

manfaat. Observasi ini dilakukan dengan maksud untuk melakukan

pendekatan sesuai dengan kultur mereka sehingga peneliti dapat

mengenai mereka dengan lebih dekat lagi.

c. Observasi partisipasi aktif

Partisipasi aktif dilakukan peneliti dengan cara melibatkan diri

dalam kegiatan-kegiatan progam CSR, tentu saja terbatas pada kegiatan-

kegiatan yang diijinkan oleh kepala departemen. Kegiatan-kegiatan yang

dapat diikuti secara aktif tersebut, antara lain: (1) mengikuti dan

membantu mempersiapkan supervisi kunjungan ke lokasi program oleh

kepala departemen dalam rangka pembinaan dan pengawasan, (2)

mengikuti dan membantu kepala departemen dalam pelayanan teknis

terkait tanya jawab program CSR sebagai moderator , (3) berdiskusi

dengan staf departemen, dan (4) beberapa kegiatan program CSR yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat.

F. Analisis Data

Analisis data dalam kasus yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

analisis data pada pengelolaan CSR di PT Petrokimia Gresik yang dijadikan latar
116

penelitian. Oleh karena data kualitatif terdiri dari kata-kata dan bukan angka-

angka, yang deskripsinya memerlukan interpretasi guna diketahui maknanya

(Nasution, 1988), maka penganalisisan data yang dilakukan dalam penelitian ini

mengikuti dua modus seperti yang dianjurkan Bogdan dan Biklen (1982) yaitu

proses analisis data dilakukan bersama-sama dengan proses pengumpalan data,

dan analisis setelah pengumpulan data selesai. Dengan demikian, secara teoritis,

analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara berulang-ulang guna

memperoleh temuan penelitian (Moleong, 2004).

Penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti pola

yang dikembangkan Bafadal (1994) seperti juga yang pernah dianjurkan oleh

Bogdan dan Biklen (1982), Miles dan Huberman (1984) yang dimulai sejak

berbarengan dengan pengumpulan datanya, yaitu setelah empat atau lima kali

dilakukan pengumpulan data. Kegiatan penganalisisan data meliputi: (1)

penetapan fokus penelitian; (2) penyusunan temuan-temuan penelitian; (3)

pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan dari

pengumpulan data sebelumnya; (4) pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik

untuk mengumpulkan data berikutnya; dan (5) penetapan sasaran-sasaran

pengumpulan data berikutnya. Tujuan dilakukan kegiatan-kegiatan ini adalah

untuk memahami seluruh data yang telah dikumpulkan dan memikirkan peluang-

peluang pengumpulan data dan menguji hipotesis-hipotesis atau gagasan-gagasan

yang muncul selama pengumpulan data.


117

Langkah-langkah penganalisisan selama pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu: (1) setiap selesai pengumpulan data, semua catatan lapangan

dibaca, dipahami, dan dibuatkan ringkasannya. Format ringkasan catatan lapangan

yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti pola yang dikembangkan Sonhadji

(2006); (2) Semua catatan-catatan lapangan dan semua ringkasan yang telah

dibuat, dibaca lagi dan dibuatkan ringkasan-ringkasan sementara, yaitu ringkasan

hasil sementara yang mensintesiskan apa yang telah diketahui tentang kasus yang

dijadikan latar penelitian, dan menunjukkan apa yang masih harus diteliti.

Pembuatan ringkasan kasus ini bertujuan untuk memperoleh catatan yang terpadu

mengenai kasus yang menjadi latar penelitian; (3) setelah seluruh data yang

diperlukan telah selesai dikumpulkan dan peneliti meninggalkan lapangan

penelitian, maka catatan lapangan yang telah dibuat selama pengumpulan data

dianalisis lebih lanjut secara lebih intensif. Langkah ini disebut dengan analisis

setelah pengumpulan data (Bogdan & Biklen, 1982). Adapun langkah-langkah

yang ditempuh dalam analisis setelah pengumpulan data adalah sebagai berikut.

Pertama, pengembangan sistem kategori pengkodean. Pengkodean dalam

penelitian ini dibuat berdasarkan kasus latar penelitian, teknik pengumpulan data,

sumber data, fokus penelitian, waktu kegiatan penelitian. Pengkodean yang

digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3.7 berikut ini:

Tabel. 3.7 Analisis Data


118

N0 ASPEK PENGKODEAN KODE

1 Variabel Penelitian

a. Pemberdayaan Masyarakat I

b. Pengelolaan CSR II

c. Maqashid Al Syariah III

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara W

b. Observasi O

c. Dokumentasi D

3. Sumber Data

a. Kepala Departemen KADEP

b. Staf Departemen SEDEP

c. Masyarakat Penerima Manfaat I MASy I

d. Masyarakat Penerima Manfaat II MASy II

e. Masyarakat Penerima Manfaat III MASy III

f. Masyarakat Penerima Manfaat IV MASy IV

Pengkodean ini digunakan dalam kegiatan analisis data. Kode fokus

penelitian digunakan untuk mengelompokkan data hasil penelitian yang diperoleh

melalui wawancara, studi dokumen, dan observasi. Kemudian pada bagian akhir
119

catatan lapangan atau transkrip wawancara dicantumkan; kode lokasi penelitian,

teknik pengumpulan data, sumber data, tanggal, bulan dan tahun. Berikut ini

disajikan contoh penerapan kode dan cara membacanya.

Kedua, penyotiran data. Setelah kode-kode tersebut dibuat lengkap

dengan pembatasan operasionalnya, masing-masing catatan lapangan di baca

kembali, dan setiap satuan data yang tertera di dalamnya diberi kode yang sesuai.

Yang dimaksud dengan satuan di sini adalah potongan-potongan catatan lapangan

yang berupa kalimat, paragraf, atau urutan alinea. Kode-kode tersebut dituliskan

pada bagian tepi lembar catatan lapangan. Kemudian semua catatan lapangannya

difotokopi. Hasil kopinya dipotong-potong berdasarkan satuan data, sementara

catatan lapangan yang asli disimpan sebagai arsip. Potongan-potongan catatan

lapangan tersebut dipilah-pilah atau dikelompok-kelompokkan berdasarkan

kodenya masing-masing sebagaimana tercantum pada bagian tepi kirinya.

Ketiga, perumusan kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan-temuan

sementara pada setiap kasus tunggal dilakukan dengan cara mensintesiskan semua

data yang terkumpul. Untuk kepentingan itu terlebih dahulu dibuatkan beberapa

diagram konteks yang dimaksudkan untuk mendiagramkan peran berbagai pihak

dalam kegiatan-kegiatan penelitian.


120

G. Pengecekan Keabsahan Data

1. Kredibilitas

Di dalam pendekatan kualitatif, instrumen penelitian adalah peneliti

sendiri (Lincoln & Guba, 1985). Karena itu sangat dimungkinkan dalam

pelaksanaan di lapangan terjadi going native (Nasution, 1988) atau kecondong-

purbasangkaan (Lefland & Lofland, 1984). Untuk menghindari terjadinya hal

tersebut, disarankan adanya pengujian kesahihan data (Lincoln & Guba, 1985)

yang bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti, telah

sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan sesuai

dengan apa yang sebenarnya ada dan terjadi (Nasution, 1988). Kredibilitas data

dalam penelitian kualitatif digunakan untuk memenuhi kriteria bahwa data di

dalam informasi yang dikumpulkan peneliti mengandung nilai kehenaran yang

bersifat emic, baik bagi pembaca yang kritis maupun bagi subjek yang diteliti

(Soegiyanto, 1988).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui tiga

cara, yakni pertama melakukan pengumpulan data berdasarkan dokumentansi,

kedua, melakukan wawancara terkait dengan data yang diperoleh, dan ketiga

melakukan observasi sebagai croscek terhadap data yang di dapat, dan diakhiri

dengan analisis hasil.

Menurut Guba dan Lincoln (1981) dan Patton (1981), kredibilitas data

dapat dicek dengan berbagai teknik, seperti pengamatan tekun, pengecekan oleh

teman sejawat, dan triangulasi. Menurut ketiga pakar tersebut, ada empat
121

macam triangulasi yaitu; triangulasi sumber data, triangulasi teknik

pengumpulan data, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoritik. Pengecekan

kredibilitas data yang digunakan dalam penelitian ini hanya pengecekan

anggota, pengecekan oleh teman sejawat, diskusi dengan kolega dan teman

sejawat, dan triangulasi. Jenis triangulasi yang digunakan di dalam penelitian

ini hanya triangaulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber data.

Pengecekan anggota (member check) yang dilakukan dalam penelitian

ini mengikuti pola yang dikembangkan Bafadal (1994) yakni dilakukan dengan

cara menunjukkan data atau informasi, termasuk interpretasi peneliti

terhadapnya, yang telah ditulis dengan baik di dalam format catatan lapangan

atau transkrip wawancara kepada informannya agar dikomentari - disetujui atau

tidak, dan informasinya ditambah atau dikurangi yang dianggap perlu.

Kemudian, komentar, reaksi, pengurangan atau penambahan digunakan untuk

merevisi catatan lapangan tersebut. Member check ini tidak dikenakan pada

semua informan, melainkan hanya kepada mereka yang dinilai peneliti sebagai

informan kunci. Salah satu contoh dari member check yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah pengecekan transkrip wawancara dari Kepala Departemen,

Staf dan masyarakat penerima manfaat.

Sedangkan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

triangulasi pengumpulan data dan triangulasi sumber data. Pertama, triangulasi

pengumpulan data yang digunakan meliputi; (1) mencek derajat keterpercayaan

temuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data. Seperti temuan
122

tentang proses manajemen perencanaan pengembangan kurikulum sekolah akan

dicek melalui hasil dari wawancara, observasi, dan dokumentasi; (2) mencek

darajat ketepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Kedua,

triangulasi sumber data dilakukan dengan cara: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan data dari dokumen. Seperti, apakah yang diinformasikan

oleh kepala sekolah sesuai atau tidak dengan kenyataan yang diamati; (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi. Seperti membandingkan antara sambutan kepala

dengan ungkapan waktu diwawancarai; (3) membandingkan apa yang dikatakan

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain. Seperti apakah pendapat kepala

departemen, sama atau berbeda dengan stafnya, atau subjek lainnya. Hal ini

juga termasuk membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi

terkait.

Perbandingan-perbandingan di atas dimaksudkan sebagai pencarian

benang merah, yang mengkaitkan antara pendapat, pandangan, pemikiran, dan

ide-ide yang bersifat ideal dengan hasil pengamatan peneliti di lapangan.

Dengan demikian, peneliti memperoleh kejelasan atas latar alasan terjadinya

persamaan atau perbedaan dari benang merah tersebut terutama dalam kaitan

dengan pandangan-pandangan ideal dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi

di lapangan.
123

2. Dependabilitas

Untuk menanggulangi kesalahan-kesalahan dalam konseptualisasi

rencana penelitian, pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil

penelitian, peneliti melakukan uji keabsahan (dependability) pada "proses"

penelitian. Dengan melakukan review atas proses penelitian (dependability

audit) yang dimaksudkan, temuan penilaian dapat dipertahankan dan

dipertanggungjawabkan hasilnya secara ilmiah melalui uji keabsahan akademik

selama proses penelitian di lapangan.

3. Konfirmabilitas

Pengauditan korfirmabilitas (confirmability audit) dalam penelitian ini

dilakukan bersama-sama dengan pengauditan dependabilitas. Perbedaannya,

pengauditan konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (product) penelitian,

sedangkan pengauditan dependabilitas digunakan untuk menilai proses yang

dilalui peneliti di lapangan. Inti pertanyaan pada konflrmabilitas adalah apakah

keterkaitan antara data, informasi, dan interpretasi yang dituangkan dalam

organisasi pelaporan didukung oleh materi-materi yang tersedia.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah desainnya disusun

secara sirkuler (Nasution, 1988). Oleh karena itu penelitian ini ditempuh melalui

tiga tahap yaitu : (1) studi persiapan/orientasi, (2) studi ekspluidsi umum, dan (3)

studi eksplorasi terfokus.


124

Pertama, tahapan studi persiapan atau studi orientasi dengan menyusun

praproposal dan menggalang sumber pendukung yang diperlukan. Penentuan

objek dan fokus penelitian ini didasarkan atas : (1) isu-isu umum yaitu

pemberdayaan masyarakat melalui CSR; (2) mengkaji literatur-literatur yang

relevan serta terkait dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan; (3)

orientasi ke PT Petrokimia Gresik sebagai lokasi penelitian.

Kedua, tahapan studi eksplorasi, menyusun perencanaan penelitian yang

meliputi: (1) konsultasi, wawancara dan perizinan pada instansi yang berwenang;

dalam hal ini adalah PT Petrokimia Gresik. Mengurus ijin penelitian dengan

mekanisme Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya memberikan

surat pengantar kepada mahasiswa untuk diberikan kepada pejabat yang

berwenang atau instansi yang berwenang (2) penjajagan pada beberapa objek

penelitian yang akan dijadikan lokasi penelitian dan dilaksanakan dengan cara

melakukan observasi secara langsung lokasi penelitian melalui kegiatan

wawancara secara global atau disebut dengan wand tow dan mini tour (Spradley,

1979), guna menentukan pemilihan objek lebih lanjut; (3) menyiapkan

perlengkapan penelitian. Peneliti menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam

penelitian. Peralatan yang dipersiapkan adalah bolpoint, pencil, map, klip, tape

recorder, kamera foto dan rencana kegiatan penelitian. (4) studi literatur dan

menentukan kembali fokus penelitian; (5) memilih dan memanfaatkan informan,

peneliti berkonsultasi dan berdiskusi terlebih dahulu


125

Ketiga, tahapan eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan hasil

temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Tahap eksplorasi

terfokus ini mencakup tahap: (1) pengumpulan data yang dilakukan secara rinci

dan mendalam guna menemukan kerangka konseptual tema-tema di lapangan; (2)

pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama; (3) pengecekan hasil dan

temuan penelitian dilaksanakan oleh dosen pembimbing atau promotor; dan (4)

penulisan laporan hasil penelitian.


126

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Pengelolaan Corporate Social Responsibility di PT. Petrokimia Gresik

Pola pengelolaan corporate social responsibility di PT. Petrokimia

Gresik sesuai dengan Surat keputusan Direksi No 0029/TU.04.02/10/SK/2017

yang dikeluarkan pada tanggal 19 Januari 2017 menerangkan bahwa

departemen CSR yang sebelumnya dinamakan departemen PKBL ditugaskan

sebagai koordinator dan penanggungjawab pelaksanaan dan evaluasi

implementasi CSR perusahaan. Tetapi dalam pelaksanaanya departemen CSR

dapat bekerjasama baik dengan seluruh unit internal perusahaan maupun para

pihak terkait diluar perusahaan sepanjang disetujui oleh direksi.

Dalam wawancara peneliti dengan bapak Yusuf Wibisono pada

tanggal 20 mei 2018 beliau menjelaskan bahwa pengelolaan CSR PT

Petrokimia Gresik saat ini dilakukan oleh departemen tersendiri yaitu

departemen CSR sesuai dengan kesepakatan baru para direksi dari yang

sebelumnya CSR perusahaan dikelola oleh departemen Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan (PKBL) kenapa diubah karena menurut beliau program

yang telah dilaksanakan oleh PT Petrokimia Gresik sudah melampaui dari

kewajiban yang diberikan oleh pemerintah yaitu kewajiban tanggungjawab

sosial dan lingkungan yang diamanatkan oleh undang-undang no, 40 tahun

2007 tentang perseroan terbatas karena menurutnya PT Petrokimia Gresik


127

sudah mengadopsi ISO 26000 yang menjadi rujukan program CSR dunia

internasional.

Secara teori seperti yang dikemukakan oleh Mardikanto (2014;199)

perusahaan saat ini sudah sadar bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan

bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja, melainkan juga

dipengaruhi oleh komunitas taua masyarakat yang berada di sekitar

perusahaan. Karena itu pelaksanaan program CSR merupakan keharusan yang

wajib dilakukan seiring dengan munculnya berbagai macam tuntutan dari

masyarakat sekitar. Menurutnya saat ini telah terjadi pergeseran hubungan

antara perusahaan dengan masyarakat sekitar perusahaan, yang semula

perusahaan hanya sebagai pemberi donasi kepada masyarakat melalui

kegiatan charity dan philanthropy, saat ini berubah menjadi keikutsertaan

sebagai mitra yang turut andil dalam keberadaan dan keberlangsungan

perusahaan.

Pelibatan para pihak diluar perusahaan dalam CSR memang sudah

seharusnya dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik karena tanpa keterlibatan

pihak luar keefektivitasan program akan sulit dicapai apalagi terkait

perencanaan yang berkaitan langsung dengan kondisi masyarakat di lapangan.

Disamping itu juga pelibatan pihak luar termasuk masyarakat sekitar akan

memberikan dampak psikologis kepada masyarakat sehingga masyarakat

sekitar merasa dihormatui dan dihargai, dari situlah akan muncul pada
128

masyarakat rasa ikut memiliki yang pada akhirnya mereka turut menjaga

keberadaan dan keberlangsungan perusahaan.

Kebijakan program CSR PT Petrokimia Gresik dibuat dengan tujuan

untuk: menjadi landasan perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab

sosial perushaan untuk peningkatan kualitas lingkungan, pengembangan

ekonomi dan kehidupan masyarakat, meningkatkan dan memperkuat reputasi

dan citra positif perusahaan, memberdayakan masyarakat melaui program

pelatihan dan pengembangan yang tepat agar mampu menjadi masyarakat

yang mandiri, membantu perusahaan menegelola resiko sebagai dampak dari

produk jasa dan operasional perusahaan, memperkuat merk produk

perusahaan dan menciptakan nialai kompetitif untuk peningkatan daya saing

perusahaan, dan memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan usaha

tani disinergikan dengan serapan pupuk perusahaan.

Menurut Pratiwi (2012) ada 16 manfaat yang didapat oleh korporasi

yang melaksanakan program CSR yaitu: 1). Meningkatkan citra perusahaan,

2) memperkuat “brand” perusahaan, 3) mengembangkan kerjasama dengan

para pemangku kepentingan, 4) membedakan perusahaan dengan pesaingnya,

5) menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh

perusahaan, 6) membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi

perusahaan, 7) meningkatkan harga saham, 8) layak mendapatkan social

license to operate, 9) mereduksi resiko perusahaan, 10) melebarkan akses

sumberdaya, 11) membentangkan akses menuju market, 12) mereduksi biaya,


129

13) memperbaiki hubungan dengan stakeholder, 14) memperbaiki hubungan

dengan regulator, 15) meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan,

16) peluang mendapat penghargaan.

Adapun implementasi kebijakan CSR PT Petrokimia Gresik

dilaksanakan dalam kerangka pencapaian keseimbangan anatara kepentingan

bisnis perusahaan dan kepentingan masyarakat serta lingkungan dalam jangka

panjang dengan memastikan bahwa; kegiatan bisnis perusahaan mampu

memberika kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan,; perusahaan

bertanggungjawab terhadap dampak yang ditimbulkan oleh produk, layanan

dan operasional perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan; perusahaan

transparan dalam pengambilan keputuaan dan operasionalnya yang

berdampak terhadap masyarakat dan limgkungan,; perusahaan selalu

mengedepankan etika bisnis perusahaan untuk menjaga lingkungan bisnis

yang sehat dan berdampak postitf bagi masyarakat dan lingkungan,;

perusahaan meghormati, mempertimbangkan dna merespon kepentingan

stakeholder perusahaan secara seimbang sesuai kemepuan perusahaan,;

perusahaan mematuhi norma, ketentuan, standard, dan peraturan perundangan

yang berlaku dalam menjaga kegiatan perusahaan,; dan perusahaan

menghormati hak asasi manusia.

Dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Menurut Pasal 1 angka 3, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang dalam

hal ini disamakan dengan CSR adalah komitmen perseroan untuk berperan serta
130

dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas

kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Melaksanakan undang-undang ini adalah kewajiban bagi PT

Petrokimia Gresik sebagai perusahaan yang berada dibawah naungan

kementerian BUMN sebagai perusahaan pemerintah yang punya kewajiban

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengingat lokasi PT

Petrokimia Gresik yang berada di dalam kota Gresik sudah semestinyalah PT

Petrokimia Gresik mepunyai kewajiban lebih terkait kebersihan, penghijauan

dan kenyamanan lingkungan karena operasional perusahaan setidaknya

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan apalagi kalau ada unsur-unsur

kimia yang dipakai.

Menurut Dwi Kartini (2013:27) ada tiga dampak yang terlihat dari proses

bisinis perusahaan, yaitu : Dampak ekonomi, dampak social dan dampak

lingkungan. Dalam penjelesannya lebih lanjut dapat diterangkan sebagai

berikut:

1). Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh proses bisnis perusahaan ada tiga

aspek yang harus dikaji untuk mengukur dampak ekonomi yang

ditimbulkan. Aspek itu adalah : kinerja ekonomi, interaksi pasar dan

pengaruh ekonomi tidak langsung.

Kinerja ekonomi diukur dengan indikator: nilai ekonomi yang

dihasilkan, implikasi keuangan dan munculnya berbagai resiko keungan


131

yang mungkin ditimbulkan oleh bencana dan sesuatu yang tidak terduga,

cakupan rencana pension yang akan diberikan oleh perusahaan kepada

para karyawannya, bantuan keuanagn yang signifikan dari pemerintah

dimana perusahaan beroperasi.

Interaksi pasar dapat di ukur dengan indicator : rentang rasio upah

yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan di level terendah (entry

level wage) dengan upah minimum di daerah operasional, adanya

kebijakan, praktik, dan proporsi pengeluaran yag lebih besar untuk

digunakan untuk membeli produk dari pemasok local, dan adanya

prosedur penarikan tenaga kerja local dan penetapan proporsi manajer

senior yang direkrut dari wilayah tempat perusahaan beroperasi.

Sedangkan pengaruh ekonomi tidak langsung di ukur dengan

indicator: investasi perusahaan dalam bentuk pembangunan infrastruktur

dan penyediaan layanan untuk public baik yang dilakukan secara

komersial maupun cuma-cuma, memahami dan menjelasskan signifikansi

dampak ekonomi berikut sampai sejauh mana dampak tersebut

memengaruhi masyarakat.

2). Dampak Sosial yang timbul dari proses bisnis perusahaan antara lain: hak

asasi manusia, tenaga kerja, masyarakat dan tanggung jawab produk.

Untuk mengukur dampak social pada hak asasi manusia dengan

indicator : persentase dan jumlah investasi yang signifikan yang memuat

klausul tentang hak asasi manusia, jumlah jam pelatihan yang diberikan
132

kepada karyawan, jumlah inisiden diskriminasi di tempat kerja, dan ada

tidaknya kebebasan dalam membentuk serikat pekerja.

Dampak social tenaga kerja indikatornya : jumlah keseluruhan

tenaga kerja, benefit yang ditawarkan peruasahaan kepada tenaga kerja,

persentase tenaga kerja yang dilindungi oleh kesepakatan bersama,

tingkat cedera pekerja, adanya program peningkatan SDM, dan komposisi

badan pengelola perusahaan antara pria dan wanita.

Dampak social masyarakat indikatornya : sifat cakupan efektivitas

dari program-program terhadap masyarakat, persentase dan jumlah unit

bisnis yang memiliki resiko korupsi, tindakan yang diambil terhadap

korupsi, partisipasi dalam lobi dan perumusan kebijakan public, jumlah

uang yang harus dikeluarkan perusahan akibat ketidak patuhan terhadap

undang-undang lingkungan hidup di suatu Negara.

Sedangkan dampak social tanggung jawab atas produk

indikatornya : damak kesehatan dan keselamatan dari pemakaian produk

dan jasa, jumlah kejadian berkaitan dengan tuntutan konsumen terhadap

produk, jenis informasi yang dibutuhkan konsumen terhadap sebuah

produk, jumlah ketidak patuhan terhadpa peraturan tentang penyajian

informasi produk dan jasa, berbagai program komunikasi pemasaran, dan

jumlah nilai unag yang harus dikeluakan oleh perusahaan karena denda

terkait ketentuan keesehatan dan keselamatan produk dan jasa.


133

3). Dampak Lingkungan yang ditimbulkan antara lain: aspek bahan baku,

aspek energy, aspek air,aspek keaneka ragaman hayati, aspek emisi,

effluents dan limbah, aspek produk, aspek kepatuhan hukum linkgungan

hidup,aspek transportasi dan aspek lingkungan menyeluruh.

Aspek bahan baku ruang lingkupnya adalah jumlah bahan baku

yang digunakan dan persentase baham baku yang di daur ulang menjadi

bahan baku kembali.

Aspek energi cakupannya adalah konsumsi energi langsung dan

tidak langsung, penghemetan energi yang dapat dilakukan, inisiatif

penyediaan produk hemat energi, dan berapa besar penghematan yang

dilakukan akibat inisiatif tersebut.

Aspek air cakupannya adalah jumlah air yang ditarik menurut

sumber airnya, sumber air yang secara signifikan terpengaruh aktivitas,

persentase dan total volume air yang didaur ulang serta digunakan

kembali.

Aspek keanekaragaman hayati cakupannya adalah lokasi dan

ukuran lahan yang dimiliki yang berdekatan dengan area yang kaya

keanekaragaman hayati baik yang diproteksi maupun tidak, uraian

dampak aktivitas perusahaan terhadpa nilai kenekaragaman hayati yang

berada dilingkungan yang dilindungi, habitat yang dilindungi atau

direstorasi, strategi tindakan saat ini dan rencana di masa mendatang

untuk mengelola dampak perusahaan terhadap keanekaragaman hayati.


134

Aspek emisi effluents dan limbah cakupannya adalah jumlah

carbon dioksida (CO2), gas metan (CH4), nitrous oxide (N20),

hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), sulfur hexafluoride

(SF6), jumlah inisiatif yang diambil untuk mengatasi emisi, emisi yang

dapat menipiskan lapisan ozon, jumlah air yang dibuang, dan jumlah

berat limbah berdasarkan tipe dan metode pembuangan limbah.

Aspek produk yng ruanglingkupnya adalah inisiatif untuk

mengurangi dampak buruk produk dan jasa terhadap lingkungan serta

mengukur sejauh mana inisiatif tersebut berpengaruh terhadap

pengurangan dampak buruk, persentase produk terjual beserta jenis

material kemasan yang digunakan.

Aspek Transportasi indikatornya adalah mengenai dampak

signifikan terhadap lingkungan sebagai akibat aktivitas transportasi

produk dan bahan baku dari suatu lokasi ke lokasi yang lain.

Sedangkan aspek lingkungan menyeluruh dapat kita lihat dari

indikator besaran pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk menjaga

kelestarian lingkungan hidup yang terdampak akibat dari ativitas

perusahaan.

Dampak-dampak tersebut harus menjadi pertimbangan PT

Petrokima Gresik dalam pengelolaan CSR mereka tentunya dengan

melihat kenyataan yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan sekitar


135

serta mengajak turut serta masyarakat dalam menentukan perencanaan

program-program yang akan digulirkan.

Pendekatan yang dipakai oleh PT Petrokimia Gresik dalam

melaksanakan program CSR adalah pendekatan triple bottom line (TBL) atau

yang lebih dikenal denga istilah 3 P yaitu tiga aspek penting dalam penguatan

perusahaan, Planet (aspek lingkungan), Poeple (aspek masyarakat) dan Profit

(aspek ekonomi).

Pendekatan ini menurut peneliti sudah sesaui dengan tuntunan dari

masing-masing pemangku kepentingan dan juga memperhatikan aspek

masyarakat dan lingkungan. jika menilik teori yang dikemukakan oleh

mardikanto (2014;170) pendekatan ini lebih lebih mirip pendekatan

Contextual dimana pengembangan CSR tidak harus seragam atau sentralistis,

tetapi pendekatan ini menantang prinsip kunci dari CSR yang harus beyond

compliance (Davis,1973) dan sukarela (Dahlsrud,2009) .

Visi dari program CSR ini adalah menjadi perusahaan yang memiliki

tanggungjawab sosisl tinggi terhadap masyarakat dan lingkungan dala upaya

mendukung pembangunan kesejateraan masyarakat, ekonomi dan kelestarian

lingkungan secara berkelanjutan.

Kemudian misinya adalah memberikan nilai tambah kepada

stakeholders perusahaan untuk mendukung pertumbuhan peusahaan secara

berkelanjutan dan menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap

mempertimbangkan kepentigan masyarakat dan lingkungan. Dengan tujuan


136

peningktan kualitas lingkungan pengembangan ekonomi dan kehidupan

masyarakat, merperkuat citra positif perusahaan, memberdayakan masyarakat,

mengelola resiko perusahaan, memperkuat merk perusahaan, dan

mensinergikan upaya peningkatan usha tani dan serapan produk perusahaan.

Menurut mereka implementasi CSR yang telah dilakukan mempunyai

cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan kewajiban yang diamanahkan

oleh kementerian BUMN melalui permen nomor: PER-09/MBU/07/2015

tentang kegiatan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) karena

selain mengimplementasikan CSR seperti yang didefinisikan dalam undang-

undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mereka juga

mengadopsi apa yang ada pada ISO 26000 sebagai tanggung jawab

organisasi atas dampak dari keputusan dan tindakannya terhadp masyarakat

dan lingkungan melalui perilaku transparan dan etis, yang berkontribusi pada

pembangunan berkelanjutan termasuk kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat; menginternalisasikan ekspektasi stakeholders, mematuhi hukum

yang berlaku serta konsisten dengan norma perilaku internasional; terintegrasi

di dalam organisasi dan dijalankan dalam interaksi organisasi.

Dalam Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

disebutkan dalam pasal 74 yang pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal

berikut ini:
137

a. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini wajib untuk

perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam.

b Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini merupakan

kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai

biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

c. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan

kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) akan

dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang terkait.

Dalam point a. yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang

kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan

yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang

berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola

dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam dan PT Petrokima

Gresik termasuk tersebut oleh sebab itu PT Petrokimia Gresik mempunyai

kewajiban untuk menjalankan TSJL atau CSR.


138

Dalam pelaksanaannya UU ini menggunakan PP no 47 tahun 2012.

adapun dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh

Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat

persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”)

sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan

tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan TJSL. Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat dalam laporan tahunan

perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS (Pasal 6 PP 47/2012) dan

ini sudah sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Direksi PT Petrokimia

Gresik yang tertuang dalam SK No.0029 tentang Kebijakan CSR.

Kemudian di dalam ISO 26000 ada 7 isu utama yang digelorakan,

yaitu: 1). Tata kelola organisasi, 2) Hak asasi manusia, 3) Praktik

Ketenagakerjaan, 4) Lingkungan, 5) Praktik operasi yang adil, 6) Konsumen, 7)

Pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.

Menurut Kartini (2013;124-128) dalam tata kelola organisasi ada dua

point yang harus diperhatikan yaitu; 1) proses dan struktur pengambilan

keputusan yang harus transparan, etis, akuntabel, perspektif jangka panjang,

dan memperhatikan dampak terhadap pemangku kepentingan. 2) pendelegasian

kekuasaan yaitu kesamaan tujuan, kejelasan mandate, desntralisai untuk

menghindari keputusan yang otoriter.

Hak asasi manusia beirisi tentang Nondiskriminasi dan perhatian

pada kelompok yang rentan, menhindari kerumitan, hak-hak sipil dan politik,
139

hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, dan hak-hak dasar pekerja. Selanjutnya

dalam praktik ketenagakerjaan ada kesempatan kerja dan hubungan pekerjaan,

kondisi kerja dan jaminan sosial, dialog dengan berbagai pihak, kesehatan dan

keamanan kerja, dan pengembangan sumberdaya manusia.

Pada isu lingkungan ada pencegahan polusi, penggunaan sumberdaya

yang berkelanjutan, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dan

perlindungan dan pemulihan lingkungan. Dalam isu praktik operasi yag adil

(fair operating practices) berisi tentang anti korupsi, keterlibatan yang

bertanggung jawab dalam politik, kompetisi yang adil, promosi tanggungjawab

sosial dalam rantai pemasok (supply chain), dan penghargaan atas property

rights

Dalam isu konsumen ada praktik pemasaran, informasi dan kontrak

yang adil, penjagaan kesehaatan dan keselamatan konsumen, konsumsi yang

berkelanjutan, penjagaan data dan privasi konsumen, pendidikan dan

penyadaran. Dalam isu pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat terdapat

keterlibatan di masyarakat, penciptaan lapangan kerja, pengembangan

teknologi, kekayaan dan pendapatan, investasi yang bertanggungjawab,

pendidikan dan kebudayaan, kesehatan, dan peningkatan kapasitas.

Undang-undang diatas dan ISO 26000 dijadikan sebagai dasar dari

cakupan implentasi CSR PT Petrokimia Gresik dan terintegrasikan dengan

pendekatan yang dilakukan. hal ini dapat digambarkan dalam tabel sebagai

berikut:
140

Triple
7 Aspek CSR UU&SISMAN PENDUKUNG
Bottom
Line
People - Hak asasi manusia - UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
- Praktik ketenagakerjaan
- Permen BUMN
- Pelibatan dan pengembangan No:PERMEN09/BUMN/07/20
15 tentang PKBL
komunitas/masyarakat
- ISO 26000
- PKB Perusahaan
Planet - Lingkungan - UU No. 32 tahun 2009 tentang
perlindungan&pengelolaan
Lingkungan
- ISO 14001
Profit - Tata kelola organisasi - Permen BUMN No.
01/MBU/2011 tentang
- Praktik oprasional yang adil penerapan GCG di BUMN
- ISO 9001
- Isu konsumen/pelanggan - UU No.08 tahun 1999 tentang
pelindungan konsumen

Dalam pelaksanaan CSR di PT Petrokimia Gresik ini stakeholders dan

karyawan mempunyai peran masing-masing yaitu Stakeholders berperan

sebagi pemberi masukan pada perusahaan untuk merumuskan strategi dan

program CSR yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan stakeholders.

Kemudian karyawan diseluruh jajaran organisasi diharapkan ikut berperan

dan terlibat dan mendudkung keberhasilan pelaksanaan program CSR

perusahaan.

Pola pengelolaan CSR yang dilakukan oleh PT Petrokima Grseik

adalah model CSR yang menginduk pada community development atau

pengembangan masyarakat yang merupakan pembangunan dari bawah


141

(bottom up, sebagai lawan dari pendekatan social planning yang top down.

Namun, konsep CD tidak semata-mata masalah atas-bawah. Satu hal yang

penting adalah terjadianya redistribusi tanggung jawab dan otoritas, serta

penggantian kekuasaan (shift in power). Konsep ini merupakan kritik dari

pendekatan pembangunan yang menggarap manusia secara individu demi

individu.

CSR model ini yang banyak dipraktikkan oleh perusahaan-

perusahaan besar termasuk PT. Petrokimia Gresik karena CSR model ini

dianggap paling sesuai dengan pola pembangunan di Indonesia. Dengan

memberdayakan masyarakat perusahaan juga memperoleh imbal-balik, atau

setidaknya program ini bisa mengangkat citra perusahaan secara kontinyu

karena pemberdayaan masyarakat ini bersifat kontinyu dan permanen.

5.2 Peta Industri Dan Kontribusi Corporate Social Responsibility PT.

Petrokimia Gresik Dalam Pengembangan Masyarakat Kabupaten Gresik

PT Petrokimia Gresik merupakan PT pupuk pertama di Indonesia yang

dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional pada jamannya.

Perusahaan ini mempunyai luas lahan saat pertama didirikan kurang lebih 450

hektar yang berada di kota Gresik. Dengan usia perusahaan yang sudah bisa

dibilang lama tentu sudah mengalami peningkatan dan pengembangan usaha

dan saat ini sudah banyak unit usaha yang diciptakan seperti yang telah

diperinci pada bab sebelumnya.


142

Sebagai badan usaha milik Negara (BUMN) PT Petrokimia Gresik

yang dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap pemasukan Negara tentu

juga mempunyai kewajiban untuk berkontribusi terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat atau setidaknya untuk turut serta memberikan

perhatian terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan.

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Kadek selaku pimpinan di

departemen CSR PT Petrokimia Gresik menyebutkan Kontribusi CSR PT

Petrokimia Gresik dalam pengembangan masyarakat dan lingkungan di bagi

menjadi lima ring (sekmen) berdasarkan lokasi terdampak atau yang terkena

akibat dari beroperasinya PT Petrokimia Gresik baik pada lokasi pusat atau

instalasi. Pembagian ringnya sebagai berikut:

1. Ring I : merupakan 8 kelurahan yang berada sekitar PT

Petrokimia Gresik, yaitu : kelurahan Karang Turi, Ngipik, Tlogo

Pojok, Kroman, karang Poh, Sukorame, Lumpur,Roomo.

kemudian 1 desa yang menjadi tempat instalasi penjernihan air

PT Petrokimia Grsik yaitu desa Trepan kecamatan Babat

kabupaten lamongan dan 2 kelurahan terdampak yaitu

Jajartunggal dan Gunung Sari kota Surabaya yang juga menjadi

tempat Instalasi penjernihan air tepatnya di kelurahan Gunung

Sari kota Surabaya.


143

2. Ring II : yaitu setiap lokasi booster pump yang ada di sepanjang

pipa air antara instalasi yang ada di Gunungsari Surabaya sampai

Gresik dan instalasi Babat sampai Gresik

3. Ring III : adalah Kecamatan Gresik, kecamatan Manyar,

kecamatan kebomas. Kemudian Kecamatan Babat Kecamatan

Lamongan. Serta Kecamatan Wiyung dan Kecamatan Dukuh

Pakis

4. Ring IV : Kabupaten Gresik diluar ring I,II,dan III. Kota

Surabaya diluar ring I,II,dan III. Kabupaten Lamongan I,II,dan

III

5. Ring V : diluar Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan

Kota Surabaya

Pengkategorian ring yang dilakukan untuk memudahkan dalam

pelaksanaan program CSR dimana ring I adalah prioritas utama karena yang

terdampak langsung dan merupakan lokasi paling dekat dengan perusahaan

baru diikuti ring II dan seterusnya.

5.3 Pola Pemberdayaan Masyarakat Melalui Corporate Social Responsibility

Berbasis Maqashid Al Syariah di PT. Petrokimia Gresik

Pola pemberdayaan masyarakat melalui corporate social responsibility

yang dilakukan oleh PT Petrokima Gresik berbasis Maqashid Al Syariah dilakukan

dalam tiga bidang pemberdayaan, yaitu economic development, social

development dan environmental protection. Pemberdayaan masyarakat dibidang


144

ekonomi dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu program kemitraan, percontohan

usaha tani dan program kewirausahaan. Pemberadaayan masyarakat dibidang

sosial dilakukan salah satunya melalui pendidikan, kesehatan, dan perbaikan

sarana dan prasarana keagamaan. Sedangkan environmental protection dilakukan

dengan bantuan pelestarian alam dan bantuan korban bencana alam.

Dalam bidang pendidikan PT Petrokimia Gresik memberikan bantuan

beasiswa bagi siswa berprestasi dan anak asuh bagi yatim piatu. Selain itu

perusahaan juga memberikan bantuan buku tulis kepada siswa-siswa SD yang ada

disekitarnya dan perpustakaan desa. Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

dilakukan melalui pemberian pengobatan gratis kepada masyarakat disekitarnya,

juga melaui pemberian fogging nyamuk demam berdarah. Sedangkan

pemberdayaan masyrakat dibidang lingkungan dilakukan melalui pemberian

bantuan pembangunan sarana dan prasarana juga melalui program penghijauan.

Bagi para nelayan, PT. Petrokimia Gresik memberikan bantuan berupa

motor tempel, agar hasil tangkapan nelayan lebih maksimal. Di desa Roomo

perusahaan membantu ibu-ibu PKK untuk bisa mengembangkan usaha masker

pabrik yang telah dijalankan. Bantuan berupa pemberian modal dan pelatihan

pemasaran. Dan yang terbaru adalah rogram bank sampah yang yakni program

pengurangan sampah kertas di masyarakat dengan cara masyarakat menabung

sampah kertas pada bank sampah yang telah disediakan oleh PT Petrokimi Gresik.
145

Pada dasarnya CSR yang baik adalah yang berbasis pada kebutuhan lokal

masyarakat. Untuk itu masyarakat harus terlibat aktif dalam pelaksanaan program

CSR mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Sebelum melaksanakan program

CSR, perusahaan perlu melakukan social mapping untuk mengetahui potensi

masyarakat yang ada disekitarnya. Setelah itu perusahaan mengadakan pertemuan

dengan masyarakat untuk mengetahui aspirasi masyarakat, kegiatan ini biasa

disebut dengan public consultation. Untuk program CSR PT. Petrokimia Gresik,

banyak program yang direncanakan oleh perusahaan, masyarakat tinggal terima

jadi. Program-program tersebut antara lain beasiswa, anak asuh, pengobatan gratis,

khitanan massal, kemitraan dan lain sebagainya. Sedangkan program-program

dibidang lingkungan, masyarakat lebih banyak terlibat dalam proses

perncanaannya.

Dalam proses pelaksanaan program, perusahaan bekerjasama dengan

pihak lain, misalnya dengan aparat desa, LSM, organisasi sosial yang ada disekitar

perusahaan. Misalnya, dalam menerapkan program pengobatan gratis dan

pembagian perusahaan bekerjasama dengan aparat desa. Aparat desa membantu

perusahaan dalam menentukan target penerima bantuan. Sedangkan untuk

program beasiswa, perusahaaan bekerjasama denga dinas pendidikan kabupaten.

Pihak dinas yang menentukan siapa saja yang berhak menerima beasiswa,

perusahaan tinggal memberikan dana.


146

Pola pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan CSR di PT Petrokimia

Gresik selaras dengan konsep Maqashid Al Syariah yakni penjagaan atas hak-hak

asasi manusia yaitu terjaganya agama (din) akal (Aql) jiwa (nafs) kehormatan

(nasl) dan harta (maal) karena dengan konsep CSR yang baik serta dengan

program-program yang berorientasi pada pemenuhan terhadap kebutuhan

masyarakat seperti halnya: program keagamaan untuk demi terjaganya syiar

agama (din), program pendidikan demi terjanganya akal (Aql), program kesehatan

demi terjaganya jiwa (nafs), Program keamanan demi terjaganya kehormatan

(nasl) , dan program ekonomi demi terjaganya harta (maal) maka dengan program-

program ini diharapkan akan tercipta masyarakat yang sejahtera.

Tujuan memperoleh kesejahteraan dalam Islam adalah merealisasikan

tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat (Falah), serta kehidupan yang baik

dan terhormat (Hayyatan Toyyibah). Demikianlah pandangan Islam tentang

kesejahteraan. Falah memiliki berbagai arti, diantaranya: berkembang pesat,

menjadi bahagia, memperoleh keberuntungan atau kesuksesan atau menjadi

sukses. Falah menyangkut konsep yang bersifat dunia dan akhirat. Menurut

Quraish Shihab (2000;58) agama juga harus mampu berperan mengarahkan

kehidupan sosial menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di bawah

naungan maghfirah Allah, yang dalam bahasa Al-Qur’an diungkapkan dengan

baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur.


147

5.4 Program-Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Corporate Social

Responsibility berbasis Maqashid Al Syariah di PT. Petrokimia Gresik

Seperti apa yang telah kami dapat dari penelitian awal yang telah

kami lakukan sebagai penelitian pendahuluan setidaknya ada tiga bentuk

kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik yaitu : 1). Program

bina lingkungan, Pelaksanaan kegiatan Progam Bina Lingkungan yang

dilakukan antara lain dengan memberikan bantuan dan melakukan kegiatan

sosial untuk masyarakat yang berada di wilayah Jawa Timur, utamanya kepada

masyarakat yang berada di sekitar wilayah usaha perusahaan, juga turut peduli

pada bencana yang menimpa masyarakat Indonesia. 2), Kemitraan dengan

Usaha Kecil, kegiatan ini dalam rangka untuk mendorong kegiatan dan

pertumbuhan ekonomi kerakyatan, serta terciptanya pemerataan pembangunan

melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, dan pemberdayaan

masyarakat.3), Loka Pelatihan Ketrampilan, ditujukan bagi siswa lulusan

SLTA/SMA dari lingkungan masyarakat sekitar. Lolapil tersebut dilaksanakan

dalam kurun waktu 6 (enam) bulan. Tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan

untuk pelaksanaan Lolapil adalah sebagai berikut:

a). Mengembangkan kemampuan yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan

khususnya bidang operator industri kimia serta menumbuhkan etos / sikap

kerja sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan


148

b). Meningkatkan efektivitas proses Pendidikan dan Pelatihan Tenaga kerja

untuk mencapai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi tinggi

sebagai operator Industri Kimia

c). Memberikan pengalaman keahlian dan ketrampilan kepada tenaga muda agar

menjadi tenaga kerja siap pakai sebagai operator Industri Kimia

Program CSR di bidang lingkungan, seperti pembangunan gapura, jalan,

penghijauan dan lain sebagainya baru dilaksanakan jika ada usulan masyarakat.

Masyarakat sebagai perencana program mengajukan proposal kepada perusahaan.

Setelah proposal tersebut disetujui, maka kegiatan tersebut baru berjalan,

perusahaan hanya membantu secara materiil dan bertugas sebagai pengawas

kegiatan. Tahap perencana dan pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh masyrakat itu

sendiri.

Berbagai macam penerapan program CSR PT. Petrokimia Gresik menjadi

bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, khususnya bagi masyarakat miskin.

Masyarakat miskin merasa terbantu dengan adanya program CSR dari perusahaan.

Mereka merasa bisa dibantu memenuhi kebutuhan dasarnya, misalnya melalui

program bantuan sembako, beasiswa dan pengobtan gratis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program CSR yang

dilakukan oleh Petrokimia Gresik secara garis besar ada 4 program yaitu Program

pendidikan, kesehatan,ekonomi, dan infrastruktur yang diambilkan dari dana CSR


149

perusahaan yang model CSR nya secara teori disebut CSR yang menitik beratkan

pada pemberdayaan masyarakat atau sama dengan jenis CSR Comunity

Development.

Dalam wawancara yang telah peneliti lakukan dengan bapak Kadek

dan bapak Yusuf Wibisono proses penciptaan program CSR PT Petrokimia

Gresik melalui tiga skema program, yaitu;

1. Program sentralisasi yaitu program yang dilaksanakan atas inisiatif

perusahaan untuk wilayah di sekitar perusahaan, contoh;

pemberian santunan abang becak, pemberian bantuan untuk

mushola dan masjid, dan sabtunan anak yatim.

2. Program desentralisasi yaitu program atau kegiatan yang

dilaksanakan atas inisiatif atau pengajuan dari masyarakat kepada

perusahan yakni melalui proposal yang masuk ke perusahaan

3. Program kombinasi yakni program yang dijalankan atas

kesepakatan bersama antara masyarakat dan perusahaan.

Secara garis besar program CSR PT Petrokimia Gresik dibagi menjadi 2 bagian

yaitu program Kemitraan dan Bina Lingkungan rincian programnya kurang

lebihnya sebagai berikut:

1. Program Kemitraan

Program kemitraan merupakan program untuk meningkatkan

kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Melalui program
150

ini perusahaan memberikan bantuan pinjaman modal kerja, pembinaan, dan

fasilitas pameran kepada Mitra Binaan (penerima pinjaman dana kemitraan).

Penerima dana bantuan modal kerja Program kemitraan diseleksi dari

pengajuan permohonan / proposal dari usaha kecil di wilayah kerja

perusahaan. Sejak digulirkan dari tahun 1996 program ini telah membantu

lebih dari 6700 usaha kecil untuk mengembangkan usahanya.

Yang dimaksud program kemitraan dalam hal ini adalah memberikan

bantuan modal kerja pada sektor-sektor tertentu juga melkukan pembinaan dan

pelatihan pada mitra binaan. Diantaranya adalah Batik Tulis,Bawang Merah yang

Ikan Gurami Kios Pupuk, Pepaya, Sembako, Tani Cabe Tani Jagung, Tani

Melon, Tani Padi, Ternak Kambing, Ternak Sapi dan bisnis travel.

Syarat menjadi mitra binaan program kemitraan sesuai dengan Permen

yang berlaku, dimana omset tidak lebih dari 2,5 milyar setahun dan aset diluar

tanah dan bangunan tidak lebih dari 1 milyar. Usaha yang dilakukan skala

UMKM. Syarat2 bisa bapak cari permen BUMN tentang Program Kemitraan

dan bina lingkungan

Manfaat yang diperoleh dalam program kemitraan yakni pinjaman

modal kerja dengan jasa administrasi 3% per tahun dan program pembinaan

dalam rangka meningkatkan usaha produksi seperti pelatihan dan pameran

dan hibah peralatan.

Menurut Sulistiyani (2017:130) program kemitraan dibedakan menjadi

3 yaitu : Pertama; pseudo partnership atau kemitraan semu, Kedua;


151

mutualisme partnership atau kemitraan mutualistik dan Ketiga; conjugation

partnership atau kemitraan melelui peleburan dan pengembangan.

Kemitraan semu maksudnya adalah persekutuan yang terjadi antara

dua belah pihak atau lebih dengan tidak sungguh-sungguh melakukan

kerjasama secara seimbang satu dengan lainnya bahkan pada salah satu pihak

belum tentu memahami secara benar maksud dan tujuan dilakukannya

kerjasama.

Kemitraan mutualistik maksudnya adalah persekutuan dua pihak atau

lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melaukan kemitraan yaitu

saling memberikan manfaat dan mendapat manfaat lebih dari apa yang

mereka persekutuakan.

Kemitraan konjugasi adalah kemitraan yang dianalogikan dari

kehidupan ‘paramecium’ dua parameciul mlekukan konjogasi unutk

mendapatka energi dan kemudian terpisah satu sama lain dan selanjutnya

dapat melakukan pembelahan diri.

2. Program Bina Lingkungan

Program Bina Lingkungan merupakan program pemberdayaan

kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Melalui program ini perusahaan

memberikan bantuan dana hibah kepada masyarakat di bidang :

1. Bantuan bencana alam

Bantuan bencana alam yang dilakukan dalam program CSR

pada bidang bina lingkungan adalah sebagai bentuk kepedulian PT


152

Petrokimia Gresik (PG) atas dampak dari musibah yang terjadi di

Indonesia.

Sebagai contoh bantuan yang diberikan Gunung Agung, pulau

Bali, hari Jum at tgl 29 September 2017 PG menyerahkan bantuan

senilai lebih dari Rp 75 juta. Bantuan tersebut berupa terplas ukuran

8x16 meter, selimut, masker, popok bayi, beras, minyak, air mineral,

susu bayi dan kebutuhan mandi/cuci. Bantuan diterima oleh Wakil

Bupati Karang Asem di posko utama Tanah Ampo, Desa Ulakan,

Kecamatan Manggis, Kabupaten Karang Asem pada pukul 1 siang

Bantuan ini merupakan bantuan bencana alam yang bersumber dari

dana Corporate Social Responsibility (CSR) PG yang merupakan

anak perusahaan PT Pupuk Indonesia dan merupakan bagian dari

kegiatan BUMN Hadir Untuk Negeri.

2. Bantuan pendidikan

Bantuan pendidikan yang ada dalam program CSR PT

Petrokimia Gresik adalah pemberian Beasiswa pada jenjang SMA dan

perguruan tinggi yang diberikan secara penuh mulai dari biaya

pendidikan dan biaya hidup (living cost) dan juga ada program

pelatihan. Beasiswa tersebut diberikan melalui seleksi yang dilakukan

oleh pihak perusahaan.


153

Adapun proses seleksinya dimulai dari sekolah yang

menyeleksi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh PG.

Siswa akan mengisi formulir yang telah ditentukan oleh PG. Formulir

tersebut dikembalikan kepada PG dan kemudian akan dilakukan survei

oleh Staf kami atas kesesuaian form yang telah diisi dan diberik bobot

tertentu untuk penilain.

Laporan dan monitoring dilakukan dengan mensyaratkan

peserta penerima beasiwa untuk mengirimkan hasil IPK setiap

semester sebagai tolak ukur keberhasilan penerima beasiswa yang

dikirimkan kepada PG. Tidak ada syarat tertentu atau kewajiban

penerima beasiswa setelah mereka lulus nanti...mereka diberi

kebebasan untuk berkarya. Jikapun di perusahaan membutuhkan

karyawan, dilaksanakan dengan prosedur yang berlaku.

3. Bantuan peningkatan kesehatan

Bantuan peningkatan kesehatan masyarakat adalah berupa

pemeriksaan dan pengobatan umum Program Kampung Sehat untuk

warga yang berada di sekitar wilayah perusahaan, dan dilakukan

secara rutin setiap bulan. Jugs ada bantuan penanganan terhadap anak-

anak penderita gizi buruk di Gresik, Bantuan khitanan umum yang

dilaksanakan setiap tahun. Dan bantuan fogging dan pembagian abate

untuk warga yang berada di sekitar wilayah pabrik dalam rangka

pemberantasan nyamuk demam berdarah.


154

4. Bantuan pengembangan sarana/prasarana umum

Peran aparatur desa dalam hal ini yakni dalam hal pelaksanaan

kegiatan di lapangan, PG menggandeng aparatur setempat untuk

melaksanaan kegiatan program yang dilakukan.

Kepedulian PT Petrokimia Gresik diwujudkan dengan kegiatan

pemberian bantuan renovasi gedung pendidikan, sarana air bersih, dan

sarana kebersihan lingkungan.

Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : Bantuan perbaikan

dan atau pembuatan ruang sekolah, Bantuan pembuatan dan atau

perbaikan ruang perpustakaan sekolah, Bantuan pembangunan

laboratorium bahasa dan musholah untuk sekolah dasar (SD) yang

berada di wilayah usaha perusahaan, seperti SDN Roomo, SDN

Karangturi, SDN Lumpur, SDN Tlogopojok, SDN Petrokimia Gresik.

Bantuan pengeboran air bersih untuk kebutuhan rumah tangga sehari-

hari bagi warga masyarakat yang berada di sekitar wilayah usaha

perusahaan, maupun di luar wilayah usaha perusahaan, seperti di

Kabupaten Gresik, Lamongan dan Blitar. Bantuan pengeboran air

untuk irigasi pertanian di wilayah mitra binaan kelompok pertanian,

yang berfungsi sebagai cadangan air di saat musim kemarau dan

Bantuan pavingisasi jalan kampung, bantuan tempat sampah,

perbaikan gapura desa, pos kamling, dll


155

5. Bantuan sarana ibadah

Sebagian besar bantuan berupa perbaikan tempat ibadah

berbasis proposal yang masuk ke perusahaan. Bantuan perbaikan

tempat ibadah disesuaikan dengan skala prioritas ring wilayah

perusahaan mulai ring I perusahaan hingga ring V perusahaan. Proses

pemberian bantuan melalui survei lapangan untuk melihat kesesuaian

dengan proposal yang masuk dan dilakukan evaluasi atas survei yang

telah dilakukan. Bantuan diberikan kepada tempat ibadah manapun

tanpa membedakan satu sama lain.

6. Bantuan pelestarian alam

Pemberian bantuan bibit pohon penghijauan untuk masyarakat

di sekitar wilayah usaha perusahaan dan wilayah Jawa Timur.

Melakukan penanaman dan pemberian bantuan pohon penghijauan

untuk mendukung program penanaman satu miliar pohon / One Billion

Indonesian Trees (OBIT) yang telah dicanangkan oleh Pemerintah

dalam rangka mengurangi/mengatasi dampak global warming.

Pemberian bantuan lingkungan secara periodik dilakukan

evaluasi untuk memastikan efektivitasnya. Peran masyarakat sekitar

perusahaan untuk memberikan masukan terkait dengan pemberian

bantuan menjadi hal yang penting dalam penyusunan program bantuan

lingkungan setiap tahun.


156

Program-program tersebut diatas seirama dengan Maqashid Al Syariah

dalam teorinya Jasser Auda dimana Jasser Auda melukakan upaya-upaya

dalam meneliti, mendayagunakan, dan mengembangkan kembali kajian al-

maqᾱṣid terlihat berbeda dari kajian al-maqᾱṣid para pendahulunya, Teori pada

saat ini dengan perkembangan sosial masyarakat dan kemajuan teknologi

menunjukkan adanya perubahan kearah pengembangan yang cukup signifikan

tanpa mengurangi esensi dari makna kulliyatul khamsah sebagai dasar dari

maqashid al syariah,”.( Auda,2015;320).

Dalam teorinya maqashid Al Syariah tidak lagi berkutat pada

penjagaan terhadap liam hak pokok manusia tetapi lebih pada pengembangan

seperti menjaga agama (hifẓ al-dīn), menjadi hak untuk memperoleh kebebasan

beragama dan melakukan ritual keagamaan yang dipercayai, kemudian menjaga

jiwa (hifẓ al-nafs) menjadi hak untuk memperoleh layanan kesehatan, menjaga

akal (hifẓ al-‘aql) hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, menjaga

keturunan (hifẓ al-nasl)hak untuk memperoleh keamanan dan menjaga harta

(hifẓ al-māl)menjadi hal umtuk memperoleh kesejahteraan secara ekonomi

yang baik .
157

BAB 6

PENUTUP

6.1. Simpulan

6.1.1. Pola pengelolaan Corporate Social Responsibility di PT. Petrokimia

Gresik.

Pola pengelolaan CSR yang dilakukan oleh PT Petrokima Grseik

adalah model CSR yang menginduk pada community development atau

pengembangan masyarakat yang merupakan pembangunan dari bawah

(bottom up, sebagai lawan dari pendekatan social planning yang top down.

Dengan pendekatan triple bottom line (TBL) atau yang lebih dikenal denga

istilah 3 P yaitu tiga aspek penting dalam penguatan perusahaan, Planet

(aspek lingkungan), Poeple (aspek masyarakat) dan Profit (aspek ekonomi).

6.1.2. Peta industri dan kontribusi Corporate Social Responsibility PT.

Petrokimia Gresik dalam pengembangan masyarakat kabupaten

Gresik.

Perusahaan ini mempunyai luas lahan saat pertama didirikan kurang

lebih 450 hektar yang berada di kota Gresik.Kontribusi CSR PT Petrokimia

Gresik dalam pengembangan masyarakat dan lingkungan di bagi menjadi lima

ring (sekmen) berdasarkan lokasi terdampak atau yang terkena akibat dari

beroperasinya PT Petrokimia Gresik baik pada lokasi pusat atau instalasi.


158

Pembagian ringnya sebagai berikut: Ring I : merupakan 8 kelurahan yang

berada sekitar PT Petrokimia Gresik, yaitu : kelurahan Karang Turi, Ngipik,

Tlogo Pojok, Kroman, karang Poh, Sukorame, Lumpur,Roomo. kemudian 1

desa yang menjadi tempat instalasi penjernihan air PT Petrokimia Grsik yaitu

desa Trepan kecamatan Babat kabupaten lamongan dan 2 kelurahan

terdampak yaitu Jajartunggal dan Gunung Sari kota Surabaya yang juga

menjadi tempat Instalasi penjernihan air tepatnya di kelurahan Gunung Sari

kota Surabaya. Ring II : yaitu setiap lokasi booster pump yang ada di

sepanjang pipa air antara instalasi yang ada di Gunungsari Surabaya sampai

Gresik dan instalasi Babat sampai Gresik. Ring III : adalah Kecamatan

Gresik, kecamatan Manyar, kecamatan kebomas. Kemudian Kecamatan Babat

Kecamatan Lamongan. Serta Kecamatan Wiyung dan Kecamatan Dukuh

Pakis. Ring IV : Kabupaten Gresik diluar ring I,II,dan III. Kota Surabaya

diluar ring I,II,dan III. Kabupaten Lamongan I,II,dan III. Ring V : diluar

Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan Kota Surabaya

Pengkategorian ring yang dilakukan untuk memudahkan dalam

pelaksanaan program CSR dimana ring I adalah prioritas utama karena yang

terdampak langsung dan merupakan lokasi paling dekat dengan perusahaan

baru diikuti ring II dan seterusnya.

6.1.3. Pola pemberdayaan masyarakat melalui Corporate Social Responsibility

berbasis Maqashid Al Syariah di PT. Petrokimia Gresik.


159

Pola pemberdayaan masyarakat melalui corporate social

responsibility yang dilakukan oleh PT Petrokima Gresik dilakukan dalam

tiga bidang pemberdayaan, yaitu economic development, social development

dan environmental protection. Pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi

dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu program kemitraan, percontohan usaha

tani dan program kewirausahaan. Pemberadaayan masyarakat dibidang

sosial dilakukan salah satunya melalui pendidikan, kesehatan, dan perbaikan

sarana dan prasarana keagamaan. Sedangkan environmental protection

dilakukan dengan bantuan pelestarian alam dan bantuan korban bencana

alam.

Dan pola ini selaras dengan konsep Maqashid Al Syariah yakni

penjagaan atas hak-hak asasi manusia yaitu terjaganya agama (din) akal

(Aql) jiwa (nafs) kehormatan (nasl) dan harta (maal) karena dengan konsep

CSR yang baik serta dengan program-program yang berorientasi pada

pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat seperti halnya: program

keagamaan untuk demi terjaganya syiar agama (din), program pendidikan

demi terjanganya akal (Aql), program kesehatan demi terjaganya jiwa

(nafs), Program keamanan demi terjaganya kehormatan (nasl) , dan program

ekonomi demi terjaganya harta (maal) maka dengan program-program ini

diharapkan akan tercipta masyarakat yang sejahtera

6.1.4. Program-program pemberdayaan masyarakat melalui Corporate Social

Responsibility berbasis Maqashid Al Syariah di PT. Petrokimia Gresik


160

Program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan PT

Petrokimia Gresik adalah program kemitaraan dan bina lingkungan yag

meliputi kemitraan dengan usaha kecil sebagai pendorong ekonomi

kerakyatan sebagai program ekonomi, memberikan bantuan program

pendidikan berupa beasiswa dan pelatihan-pelatihan. Program kesehatan

Bantuan peningkatan kesehatan program keamanan berupa bantuan

pelestarian alam dan bantuan bencana alam dan program keagamaan dengan

bantuan sarana ibadah.

Jadi program-program diatas sesuai dengan teori maqashid Al

Syariah menurut Jasser Auda yang tidak lagi berkutat pada penjagaan

terhadap lima hak pokok manusia tetapi lebih pada pengembangan seperti

menjaga agama (hifẓ al-dīn), menjadi hak untuk memperoleh kebebasan

beragama dan melakukan ritual keagamaan yang dipercayai, kemudian

menjaga jiwa (hifẓ al-nafs) menjadi hak untuk memperoleh layanan

kesehatan, menjaga akal (hifẓ al-‘aql) hak untuk memperoleh pendidikan

yang layak, menjaga keturunan (hifẓ al-nasl)hak untuk memperoleh keamanan

dan menjaga harta (hifẓ al-māl)menjadi hal umtuk memperoleh kesejahteraan

secara ekonomi yang baik .

6.2. Saran

berdasarkan simpulan hasil penelitian diberikan saran kepada:


161

1. Kepala departemen CSR , hendaknya dalam menyusun program kerja dan dan

pengembangan csr dengan memperhatikan aspek-aspek syari’ah Islam

mengingat masyarakat Gresik dan sekitar yang mayoritas muslim

2. bagi kementerian BUMN dapat memberikan dukungan kepada BUMN-BUMN

yang menerapkan pengelolaan CSR yang berbasis syariah.

3. bagi peneliti berikut sebaiknya mengkaji lebih mendalam dengan topik dan

fokus atau kasus yang lain. untuk memperoleh perbandingan sehingga

memperkaya penelitian.

4. untuk kemajuan ilmu pengetahuan, penelitian ini memberikan kontribusi

adanya temuan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui CSR yang berbasis

maqashid al syariah di PT Petrokimia telah sesuai dengan kaidah-kaidah dan

teori-teori maqashid al syariah yang ada.

6.3. Implikasi

Penelitian ini mengharapkan pada BUMN terutama PT Petrokimia Gresik

pengelolaan CSR haruslah dapat memberi manfaat yang besar kepada masyarakat

dengan program-program yang inovatif dan berdampak baik terhadap masa depan

perusahaan. Karena pengelolaan CSR perusahaan yang baik dapat memberikan

penguatan pada meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Sebab

apabila masyarakat diperhatikan akan timbul rasa memiliki untuk ikut serta menjaga

perusahaan dan itu akan menjadi pondasi yang kokoh bagi keberlangsungan dan

pengembangan perusahaan kedepan.


162

Pengelolaan secara syari’ah atau sesuai dengan tujuan syariah (maqashid Al

Syari’ah) diperlukan di daerah dengan penduduk mayoritas muslim dan menjadikan

landasan syari’ah sebagai arah penentu kebijakan dalam pengelolaan CSR di daerah

muslim akan memberikan rasa aman secara psikologis dan spritual dan juga akan

membuat masyarakat menjadi lebih semakin percaya terhadap perusahaan.


163

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim, Terjemah Depag, 2007, Sygma Exagrafika, Jakarta

Asy-Syatibi, Abu Ishaq, 2006, Al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syari’ah, Kairo, Dar al-
Hadith,

Auda, Jasser, 2008, Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems


Approach, London:The International Institut of Islamic Thougth,

Badawi, Ahmad Zaki, 1982, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah,


Beirut, Maktabah Lubnan: New Impression

Badriadi, Lili, Dkk, 2005, Zakat dan Wirausaha, Jakarta;CV Pustaka Amri

BPS Kabupaten Gresik, 2017, Gresik Dalam Angka, Gresik: Dwi Anugrah Jaya

Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam, ter. Ikhwan Abidin Basri. Jakarta:
Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia.

Christenson JA, Robinson JW JR.1989. Comunity Development in Perspective.


Iowa State University Press Ames.USA

Cholisin, 2011, Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, UNY Press

Daniri, Mas Achmad. 2008. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan. Jurnal Galang: Depok: Pirac, Vol. 3 No.3

Depdiknas, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa,

Diana,1997. Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yoyakarta, UGM Press.

Fauzi , Yayan, 2015 Manajemen Pemasaran Perspektif Maqasid Syariah , Jurnal


Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 01 No. 03,

Firdaus, Ismail, Dkk, 2008, Pengamalan Al qur’an tentang pemberdayaan Dhuafa,


Jakarta;Dakwah Press UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta

Gunawan, Alex, 2008, Membuat Program CSR Berbasis Pemeberdayaan Partisipatif,


Yogyakarta Publiher company, Yogyakarta
164

Hasan, Husein Hamid. Nazariyah al-Maslahah fi al-Fiqh al-Islảmǐ. Mesir: Dar al-
Nahdah al-‘Arabiyyah, 1971.

Hefni, Moh, 2011, Rekonstruksi Maqâshid Al-Syarî’ah


(Sebuah Gagasan Hasan Hanafi Tentang Revitalisasi
Turâts), Jurnal Al Ihkam, Vol.6 No.2

Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora


Utama.

Ibnu ‘Asyur, Thahir. Maqasid al-Shari‘ah al-Islamiyah , Oman: Dar al-Nafais, 2001

Kaelan. 2010. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:


Paradigma

Kamukama, N., Ahiauzu, A., & Ntayi, J. M. (2011). Competitive Advantage:


Mediator Of Intellectual Capital And Performance. Journal Of Intellectual
Capital,Vol.12 No.1,

Kartini, Dwi,. 2013 Corporate Social Responsibility Bandung:Refika Aditama

Kartasasmita, Ginandjar, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat; Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta, Cides

Kim, K.A., Nofsinger, J.R., & Mohr, D.J., 2009, Corporate Governance, 3rd Edition,
Pearson (KNM)

Kotler, Philip and Lee, Nancy. 2005. Corporate Social Responsibility:Doing The
Most good for your Company and Your case, John Wilwy & Sons
.
Moleong, 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis: A
Methods Sourcebook. SAGE Publications.

Machendrawati, Nanih, 2001, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Remaja


Rosdakarya

Nurdin, Ali, 2006, Qur’anic Society : Menelusuri KonsepMasyarakat Ideal Dalam


Al Qur’an, Jakarta, Erlangga.
165

Payne.David G, Neuschatz Jeffrey S, 1996, Memory Illusions: Recalling,


recognizing, and Recollecting Events that Never Occurred, Journal of
Memory and Language, Vol. 35, Issue 2, April 1996, Pages 261-285

Rashid, Md. Z., & Ibrahim, S. (2008). The Effect Of Culture And Religiosity On
BusinessEthics: A Cross-Cultural Comparison. Dordrecht: Journal Of
Business Ethics, Vol. 82, Iss. 4; Pg. 907, 11 Pgs.

Saviera, Lesly. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Penerapan


Prinsip Good Corporate Governance (GCG) terkait dengan Sustainable
Development. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Hukum USU.

Shihab , Quraish. 2000, Secercah Cahaya Ilahi, Bandung: Mizan

Shihab , Quraish. 2009, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhlui Atas Berbagai


Persoalan Umat. Edisi E-book

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989: Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:


Alfabeta

Syaltut, Mahmud. 1966. Islam: ‘Aqidah wa Syari’ah. Kairo: Dar al-Qalam,

Syarifuddin, Amir. 1999.Ushul Fiqh, Jilid 2. Cet. I; Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,

Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2011 Tentang Kesejahteraan


Sosial

Wahyudi, I. 2014. Commitment and trust in achieving financial goals of strategic


alliance: Case in Islamic microfinance. International Journal of Islamic and
Middle Eastern Finance and Management, 7(4), 421-442

Wehr, Hans. 1980, A Dictionary of Modern Written Arabic. London: Mac Donald &
Evan Ltd.,.

Yin, Robert. 2012. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press.

Zadjuli, Suroso Imam, 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Surabaya: FE Unair


166

Zaroni, Akhmad Nur. 2007. Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek
Keagamaan dalam Kehidupan Ekonomi). Madzahib. Vol. IV. No.2

Zein, Satria Effendi M., 2005, Ushul Fiqh. Cet. I; Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai