Anda di halaman 1dari 16

MEMAHAMI GERAKAN PEDULI

KEPADA FAKIR MISKIN DAN ANAK


YATIM DALAM MUHAMMADIYAH

Kelompok 13
• Resalma Sephia Larasati (201810410311338 )
• Savana Sonia Savira (201810410311341)
• Pungky Setyo Lestari (201810410311342)
KELOMPOK 13 MEMAHAMI GERAKAN PEDULI KEPADA FAKIR
MISKIN DAN ANAK YATIM

Muhammadiyah

1 Siapa itu fakir miskin dan anak yatim?

Teologi Al-Ma’un 2

3 Kajian Surat Al Fajr

Kondisi Kekinian dan Solusi 4


Definisi Fakir Miskin Dan Anak Yatim
• Anak yatim adalah anak yang masih kecil yang belum baligh yang ditinggal
mati ayahnya. Sedangkan yatim piatu; anak yang belum baligh yang tidak
mempunyai ayah dan ibu.
• Sedangkan definisi orang miskin : dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat
Bukhari dan Muslim:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a:
Rasulullah s.a.w telah bersabda: Orang yang miskin itu bukanlah orang yang
berjalan ke sana sini meminta-minta kepada manusia, kemudian diberikan
dengan sesuap dua makanan dan sebiji dua buah kurma.

• Fakir dan miskin sedikit berbeda. Fakir adalah istilah untuk menyebut orang
yang benar-benar tidak berkecukupan dan lebih sengsara dibandingkan orang
miskin.
Rasulullah menerangkan keutamaan (fadhilah) membantu anak yatim dan
fakir miskin

“aku dan pemelihara anak yatim, nanti akan sama-sama di surga seperti ini”,
Sambil mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya,dan merenggangkan
antara keduanya (HR.Bukhari)
Nilai dan Ajaran Sosial Kemanusiaan
Muhammadiyah (Teologi Al Ma’un)

• Teologi adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas


dan Tuhan. Atau bisa dikatakan, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
• Teologi Al-Ma’un merupakan suatu konsep yang diambil dari Surat Al-Ma’un.
Dalam surat ini, terdapat pembelajaran yang sangat berharga, sebagai upaya
membangun etos moralitas-spritualitas di satu sisi dengan berkaca terhadap
fakta realitas keagamaan dan sosial-budaya dan dengan melihat fakta
ketidakadilan sosial dalam kerangka makro dengan harapan dan tujuan
memberdayakan kembali prinsip-prinsip utama umat Islam umumnya dan
warga Muhammadiyah dalam menciptakan tatanan yang seimbang dalam
persoalan-persoalan politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.
Surat Al-Ma’un

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang


1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
4. Maka celakalah orang yang sholat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya,
6. yang berbuat ria
7. dan enggan (memberikan) bantuan.
Ayat di atas merupakan basis ideologi perjuangan Muhammadiyah
yang memberikan landasan keberpihakan kepada kaum lemah (dhu’afa’) dan
kaum teraniaya (mustadh’afin). Semangat Al-Ma’un merupakan dasar pijakan
dalam pengembangan awal gerakan “PKO- Penolong Kesengsaraan Oemoem”
dengan tokoh Kyai Sudjak di awal pendirian Muhammadiyah tahun 1912 dan
didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Sayyid Quthb (dalam Tafsir fi Zhilalil Qur’an Vol. 24) menjelaskan


bahwa surat pendek ini mampu memecahkan hakikat besar yang
mendominasi pengertian iman dan kufur secara total. Boleh jadi definisi
iman dan kufur di sini sangat berbeda bila dibandingkan definisi tradisional.
Karena kufur (mendustakan agama) di sini diartikan sebagai menghardik anak
yatim dan atau menyakitinya (Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan
tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, ayat 2-3). Logika kufur
muncul karena seharusnya saat iman seorang sudah mantap di hati niscaya
anak-anak yatim dan orang miskin tentu tidak akan diterlantarkan.
Semangat agama sebagai ideologi kritik sosial dapat dirujuk akar
teologisnya pada Al-Quran surat Al-Ma,un. Al-Ma’un adalah satu di antara
surat dalam Al-Quran yang mengandung doktrin teologi sangat penting.
Surat yang termasuk makiyah awal (turun di Makkah) ini mengajarkan
kaitan yang erat antara penghayatan iman dengan pengamalan sosial. Suatu
ajaran yang menyimpulkan hubungan antara ide monoteisme (tauhid)
dengan semangat humanisme (kemanusiaan), serta rasa keadilan ekonomi
dan sosial.

Tauhid adalah menjaga dan humanisme adalah bergerak. Semua


itu, sekali lagi, merupakan spirit dari teologi Al-Ma’un. Untuk mengatasi
ketidakadilan sosial yang terjadi saat ini, maka Muhammadiyah sebagai
persyarikatan perlu untuk menghidupkan lagi spirit Al-Ma’un, sebagaimana
yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan di awal-awal pendirian
Muhammadiyah.
Kajian K.H. Ahmad Dahlan dengan Surat Al Fajr
Selain surat Al-Ma’un, Muhammadiyah mengamalkan surat al-fajr ayat 17-23
yang menjadi kelompok kajian K.H Ahmad Dahlan yaitu sebagai berikut:

Artinya:“ sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak


yatim. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan
kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan
yang bathil). Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi di goncangkan berturut-
turut, dan datanglah Tuhanmu: dan pada hari itu ungatlah manusia, akan tetapi
tidak berguna lagi ingatnya itu baginya”
Ayat ini jelas memberikan ancaman terhadap orang-orang yang
tidak peduli terhadap fakir miskin dan anak yatim. Maka K.H. Ahmad Dahlan
menjauhi ancaman itu dengan melaksanakan perintah Allah.
Al-Sa’di menjelaskan bahwa mereka tidak memulyakan anak yatim
bahkan mereka menghinakannya, hal ini menunjukan hati mereka tidak
memiliki rasa kasih kepada anak yatim dan tidak memiliki keinginan untuk
melakukan kebaikan. Mereka juga tidak mau memberikan makan kepada
orang-orang miskin dan orang-orang fakir disebabkan mereka kikir dan
sangat cinta dunia, mereka mementingkan kehidupan dunia padahal
kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal dari dunia dan meninggalkan
akhirat.
Permasalahan

Masalah kemiskinan masih hangat saja di kalangan masyarakat. Pada Maret 2019
dilaporkan sekitar 25,14 juta penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan
dan tersebar merata dimana mengharuskan semua pihak untuk bekerja keras mengangkat
mereka dalam kehidupan yang lebih layak karena kemiskinan adalah suatu ketidakmampuan
penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk suatu kehidupan yang layak. Kemiskinan
juga berkaitan erat dengan keadaan sistem kelembagaan yang tidak mampu memberikan
kesempatan yang adil bagi anggota masyarakat untuk memanfaatkan dan memperoleh
manfaat dari sumber daya alam yang tersedia.
Masalah lainnya adalah besarnya penyandang masalah sosial. Sebagian besar yaitu
fakir miskin, gelandangan/pengemis, anak terlantar, anak jalanan, anak balita terlantar,
gelandangan wanita tuna sosial, korban narkoba, eks napi, wanita rentan masalah sosial dan
keluarga dengan rumah tidak layak huni. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian yang
lebih terhadap anak-anak yang menjadi korban masalah sosial dan lingkungan. Anak yatim
piatu dan terlantar berhak mendapatkan perlindungan dalam bidang sandang, pangan,
pendidikan, pembinaan, dan kesehatan. Setelah ditinggal pergi oleh orang tua, maka siapa
yang peduli dengan diri mereka, pendidikan mereka dan kasih sayang mereka. Salah satu
cara yang dapat dilakukan oleh anak-anak tersebut adalah dimasukkan ke dalam suatu
lembaga sosial yaitu panti asuhan.
SOLUSI

Gerakan Peduli pada Fakir Miskin dan Anak


Yatim yang Dilakukan Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan yang peduli terhadap fakir miskin


dan anak yatim. Bentuk kepeduliannya, Muhammadiyah mendirikan sebuah badan yang
bernama LAZISMU (Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sodaqah Muhammadiyah) dan
beberapa panti asuhan yang berada di seluruh daerah Indonesia. LAZISMU ini berfungsi
menampung segala sumbangan yang berasal dari para Agniya (orang-orang kaya) yang
mampu memberikan sebagian hartanya untuk disumbangkan kepada orang-orang
miskin dan mustad’afin (orang-orang yang lemah) yang mampu untuk bekerja.
Panti asuhan juga berfungsi untuk menampung anak-anak yatim yang belum
mampu bekerja dan berpendidikan dan atau tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke
jenjang lebih tinggi. Kemudian dengan adanya Panti Asuhan tersebut mereka bisa
makan dan mendapatkan haknya sebagai warga Negara Indonesia untuk mengeyang
pendidikan, dari mulai TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi.
Selain itu…
Melalui pendidikan dari taman
kanak-kanak hingga perguruan
tinggi, Pendirian rumah sakit
dan panti asuhan juga
Muhammadiyah diakui atau tidak
telah membantu dan mendukung merupakan
pencerahan masyarakat tanpa
pandang bulu. kepedulian sekaligus
sumbangannya bagi
Di bidang pendidikan, orang kepentingan umat.
beragama lain boleh dan tidak
dilarang belajar di sekolah
Muhammadiyah.
Kesimpulan
Teologi Al- Ma’un merupakan suatu konsep yang diambil dari Surat Al-
Ma’un. Dalam surat ini, terdapat pembelajaran yang sangat berharga, sebagai
upaya membangun etos moralitas-spritualitas. Gagasan sentral teologi Al-Maun
di atas adalah keberpihakan terhadap kaum dhuafa, fuqara, masakin dan
mustadhafin. Inilah prinsip populisme yang menjadi focus theologicus Islam.
Sejak awal berdirinya Muhammadiyah menaruh perhatian besar
terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kelas dhu’afa.
Dengan mendirikan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), balai pengobatan,
rumah sakit, rumah miskin, panti asuhan, panti jompo, panti korban perang,
sekolah, hingga penerbitan media cetak yang ditujukan sebagai upaya
mengamalkan nilai Islam agar bermanfaat bagi pengentasan kemiskinan,
pemberdayaan masyarakat yang tertindas (mustadh’afin), serta pencerdasan
umat yang bodoh dan terbelakang.
Terima
Kasih!

Pharmacy

Anda mungkin juga menyukai