PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2. Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus
mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-
balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat)
Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO
(Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun
kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah &
‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumah bersalin berjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan Masyarakat
berjumlah 115
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
3. Bidang Kesejahteraan Sosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 panti asuhan yatim
b. 18 panti jompo
c. 22 balaikesehatan sosial
d. 161 santunan keluarga
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunan wreda/manula
g. 1panti cacat netra
h. 38 santunan kematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
4. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi
2. Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan sistem paham
disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi landasan membangun kesadaran
dan ikatan kolektif dalam memperjuangkan gerakan muhammadiyah. Pemikiran dasar
Kyai Dahlan, 12 lagkah dari Kyai Mas Mansur, muqaddimah anggaran dasar,
kepribadian muhammadiyah, matan keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiyah,
khittah perjuangan muhammadiyah, dan pedoman hidup islami warga muhammadiyah
merupakan rujukan dasar sekaligus perlu disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga
menjadi basis ideologi gerakan muhammadiyah yang mengikat seluruh anggota
muhammadiya dalam melaksanakan gerakan. Ketika dirasakan adanya krisis
kemuhammadiyahan, maka krisis tersebut harus dibaca dalam konteks pelemahan
ideologis di kalangan muhammadiyah karena tuntutan-tuntutan dan pertimbangan-
pertimbangan yang biasanya serba pragmatis.
3. Revitalisasi Pemikiran
Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan wawasan pemikiran
seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik mengenai format pemikiran
muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bercorak dakwah dan tajdid, maupun dalam
memahami permasalahan-permasalahan dan perkembangan kehidupan tingkat lokal,
nasional, dan global. Dikotomi yang keras tentang pemikiran literal versus liberal,
pemurnian versus pembaruan atau pengembangan, ekslusif versus inklusif, organisasi
versus alam pikiran, structural versus cultural menggambarkan masih terperangkapnya
sebagian kalangan dalam muhammadiyah mengenai orientasi pemikiran pada wilayah
orientasi atau paradigm yang sempit atau terbatas. Sejauh menyangkut pemikiran perlu
dijelaskan domain relativitas setiap pemikiran agar tidak terjadi pengabsolutan setiap
pemikiran, lebih-lebih jika klaim pemikiran tertentu dijadikan alat pemukul dan saling
menegaskan terhadap pemikiran yang lain, sehingga yang terjadi ialah perebutan
dominasi dan bukan sikap tasamuh.
4. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan
kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan struktur dan fungsi organisasi,
birokrasi, pengelolaan dan pelayanan administrasi, hingga pengembangan organisasi
yang mengarah pada peningkatan kualitas, efisiesnsi-efektivitas, dan menjadikan
organisasi sebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan pencapaian tujuan
Muhammadiyah.
5. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas fungsi
efektivitas pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di lingkungan organisasi
otonom dan amal usaha, yang secara langsung menjadi kekuatan dinamik dalam
menggerakan muhammadiyah. Kepemimpinan muhammadiyah juga tidak cukup
dokonstruksi dengan idealis normative semata seperti mengenai hak akhlaq dan standar-
standar idela kepemimpinan, tetapi juga harus disertai format aktualisasi Kepemimpinan
yang nyata (bukan Kepemimpinan yang berumah diatas angin tetapi harus membumi),
karena kepemimpinan Muhammadiyah merupakan kepemimpinan sistem dan bukan
Kepemimpinan figure. Faktor figure pun tidak dapat dikonstruksikan sekadar dari
kejauhan sebagaimana konsep kepemimpinan pesona Ratu adil. Kepemimpinan
Muhammadiyah juga bukan sekadar domain diniyyah (aspek-aspek kemampuan aktual
dalam mengelola kehidupan yang di pimpin), sehingga dapat menjalankan misi
kerisalahan islam.
7. Revitalisasi Aksi
Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan atau aktivitas
gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat memenuhi kepentingan masyarakat
luas dengan misi dakwah dan tajdid seperti dalam pemberdayaan ekonomi kaum miskin,
advokasi kaum marjinal dan tertindas, memperkuat, potensi dan peran masyarakat
madani, advokasi lingkungan hidup, resolusi konflik gerakan anti kekerasan, gerakan
anti korupsi, kegiatan-kegiatan pembinaan umat yang bercorak partisipatif, dan aktivitas
sosial masyarakat lainnya semangat etos Al-Maun.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN