Anda di halaman 1dari 10

Tugas Individu III

DASAR-DASAR EKONOMI ISLAM


(Pengaruh Zakat Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan)

OLEH:

CAHYADI J. MALIA
21910130
Kelas 2/D

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmtullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semuah. Solawat serta salam
tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta
para pengikutnya sampai akhir zaman

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ketiga mata kuliah Dasar-
Dasar Ekonomi Islam yang di ajarkan oleh dosen pembimbing. Adapun tema yang
akan penulis bahas dalam makalah ini adalah Pengaruh Zakat Terhadap
Ketimpangan Distribusi Pendapatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
akan terselesaikan tanpa bntuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya selaku
penyusun makalah ingin mengucapkan terimakasih kepada yang telah
membimbing dan mendidik, serta semuah pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Saya selaku penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini masih


sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun sangat saya harapkan dari Dosen Pembimbing sekalian.

Semogah makalah ini bermanfaat.

Sekian dan Terimakasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, 13 Juni 2020

Cahyadi J. Malia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisizakat Dalam Pendistribusian...................................................................
B. Permasalahan Yang Sering Dihadapi Bangsa Khususnya Negara Berkembang..
C. Cara mengatasi ketimpangan pendapatan dan kemiskinan……………………..

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan bahaya besar dan dapat mempengaruhi akidah umat.
Salah satu penyebab orang keluar dari agama adalah kemiskinan dan kefakiran.
Masalah kemiskinan muncul karena adanya sekelompok anggota masyarakat yang
secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan yang memadai untuk
mencapai tingkat kehidupan yang layak. Akibatnya mereka harus mengakui
keunggulan kelompok masyarakat lainnya dalam persaingan mencari nafkah dan
pemilikan asset produksi. Persaingan yang tidak seimbang ini membuat mereka
yang tidak unggul kian lama semakin tertinggal. Dalam prosesnya gejala ini
menimbulkan persoalan ketimpangan distribusi pendapatan, dan selanjutnya
kesenjangan kesejahteraan.

Agama Islam telah memerintahkan umatnya untuk menjaga hubungan


dengan Allah Swt dan sesama manusia dengan tujuan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Secara sederhana, hubungan dengan
Allah Swt dapat diartikan bahwa seorang muslim harus secara tulus seluruh
aktivitasnya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Sedangkan hubungan
dengan manusia dapat diartikan seorang muslim harus memiliki kepedulian
dengan orang lain. Kepedulian tersebut suatu keharusan agar seorang muslim
memiliki rasa tanggung jawab untuk memberikan solusi atas permasalahan umat
termasuk kemiskinan. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dengan
menggunakan dana Zakat. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai
beberapa arti yaitu keberkahan, pertumbuhan dan perkembangan, kesucian serta
keberesan. Sedangkan secara istilah zakat adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu, yang Allah Swt mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi zakat dalam pendistribusian?
2. Apa permasalahan yang sering dihadapi Bangsa khususnya Negara
berkembang?
3. Cara mengatasi masalah ketimpangan pendapatan dan kemiskinan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi zakat dalam pendistribusian.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang sering dihadapi Bangsa khususnya
Negara berkembang.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Zakat Dalam Pendistribusian


Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara etimologis,
zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu) dan
berkah (al-barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti
mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada
kelompok tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula Zakat adalah
mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat. Mendorong pembangunan zakat
pada hakekatnya merupakan upaya untuk mendistribusikan kembali aset dan
kekayaan, agar pertumbuhan ekonomi yang terjadi betul-betul dapat dinikmati
oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pembangunan zakat ini, juga upaya
untuk mengkoreksi persoalan-persoalan ketidakadilan yang mungkin muncul pada
fase pradistribusi maupun pada pasca produksi.
Dari hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa zakat memberi dampak
positif untuk mengurangi angka kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Ini
membuktikan bahwa zakat yang dikelola dengan baik oleh institusi amil yang
amanah dan professional, maka implikasi terhadap pengurangan jumlah rumah
tangga miskin dan mengecilnya kesenjangan pendapatan penerima zakat dapat
direalisikan. Rendahnya penurunan nilai rasio Gini pasca zakat dalam penelitian
ini akibat masih rendahnya angka aktualisasi penghimpunan dan pendayagunaan
zakat secara produktif.
Oleh karena itu, sangat diperlukan upaya yang lebih maksimal di dalam
menghimpun dan menyalurkan zakat secara produktif melalui sosialisasi dan
edukasi tentang kewajiban dan harta-harta yang dikenai zakat dan mengupayakan
agar para muzakki (wajib zakat) membayarkan zakatnya melalui organisasi
pengelola zakat yang sah serta menciptakan program zakat produktif yang inovatif
dan kreatif.
B. Permasalahan Yang Sering Di Hadapi Bangsa Khususnya Negara
Berkembang
Permasalahan yang selalu dihadapi setiap bangsa dan tidak pernah ada
penyelesaiannya khususnya bagi negara sedang berkembang adalah
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Ibnu Hazm (994-1066M) seperti
dikutip oleh Sadeq dan Ghazali (1992) mengartikan bahwa kemiski 109 nan
berkaitan dengan pemenuhan kebutu-han dasar. Ibnu Hazm juga merincikan
bahwa ada empat bentuk kebutuhan yang membentuk esensi standar dasar hidup
bagi seorang manusia, yaitu makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal.
Ibnu Hazm juga berpendapat bahwa negara dan orang kaya harus bertanggung
jawab untuk memastikan kepuasan dari kebutuhan dasar tersebut. Bank Dunia
menetapkan ukuran kemiskinan melalui ukuran dollar, yaitu US$ 1 perorang
perhari. Karenanya, bila suatu individu hanya mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya kurang dari satu dollar perhari dapat dikatakan sebagai di bawah
garis kemiskinan. Bank Dunia melontarkan pemikiran pengukuran kemiskinan
melalui metode Penilaian Kemiskinan secara Partisipatif (Participatory Poverty
Assessment/PPA) oleh komunitas miskin itu sendiri untuk menentukan
dimensi-dimensi kemiskinan pada komunitas. Participatory Poverty Assessment
digunakan untuk memahami kemiskinan dari sudut pandang kaum miskin
dengan memfokuskan pada realita, kebutuhan, dan prioritasnya. Participatory
Poverty Assessment mengidentifikasi bahwa kemiskinan juga ditekankan pada
aspek-aspek lain seperti kerentanan, keterisolasian secara fisik dan sosial,
kurangnya rasa aman dan harga diri, dan ketidak berdayaan (Robb, 2002;
Pandji, 2001). Kuznets (1955) dalam Kuncoro (1997)membuat hipotesis adanya
kurva U terbalik (inverted U curve) bahwa mula-mula ketika pembangunan
dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai
suatu tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan makin
merata.Distribusi pendapatan dapat berwujud pemerataan maupun
ketimpangan, yang menggambarkan tingkat pembagian pendapatan yang
dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi (Ismoro, 1995 yang dikutip oleh
Rahayu et al., 2000).
C. Cara Mengatasi Masalah Ketimpangan Pendapatan Dan Kemiskinan
Satu cara untuk mengatasi masalah ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan tersebut adalah dengan menghimpun dana zakat dan menyalurkan
dana zakat tersebut tepat sasaran. Secara empiris, kesejahteraan sebuah negara
karena zakat terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.meskipun
beliau hanya memerintah selama 22 bulan karena meninggal dunia, negara
menjadi sangat makmur, yaitu dengan pemerintahan yang bersih dan jujur
dan zakat yang ditangani dengan baik, hingga kala itu negara yang cukup
luas hampir sepertiga dunia tidak ada yang berhak menerima zakat karena
semua penduduk muslim sudah menjadi muzakki, itulah pertama kali ada
istilah zakat ditransfer ke negeri lain karena tidak ada lagi yang patut disantuni.
Zakat dapat menumbuhkan etos kerja. Dengan membayar zakat seseorang akan
bekerja dengan baik. Sehingga gerakan sadar zakat pada dasanya adalah
gerakan menciptakan etos kerja yang baik yang memberi kesejahteraan dan
kemakmuran yang merata bagi semua.
Kahf (1995) menyatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan dalam
Islam cenderung berperan sebagai sistem distribusi harta yang egaliter
sehingga harta akan selalu berputar dan beredar kepada seluruh lapisan rakyat,
karena akumulasi harta di tangan seseorang atau suatu kelompok saja sangat
ditentang oleh Al-Qur’an.
Implementasi zakat di negara-negara Muslim mengarah pada dua
bentuk yang berbeda. Pertama, negara-negara Muslim dengan sistem wajib
zakat (obligatory basis),sistem seperti ini diterapkan di Pakistan, Sudan, Arab
Saudi, Libya dan Malaysia. Kedua, negara-negara muslim dengan sistem
zakat yang dibayarkan atas dasar kesadaran dan kesukarelaan masyarakat
(voluntary basis). Sistem ini antara lain diterapkan antara lain di Kuwait,
Yordania, Bangladesh, Qatar, Oman, Iran, Bahrain, Mesir dan Indonesia
(Indonesia Magnificience Zakat, 2010).
Penelitian Indonesia Magnificence of Zakat/IMZ (2010) memberikan
hasil dana zakat yang dikelola lembaga amil zakat mampu mengurangi
kemiskinan mustahik, tingkat kedalaman kemiskinan, dan tingkat keparahan
kemiskinan. Angka kemiskinan rumah tangga penerima zakat secara empirik
dapat dikurangi sebesar 10,79%. Hal ini menunjukkan bahwa ketika zakat
dikelola melalui lembaga amil yang amanah, maka implikasinya terhadap
pengentasan kemiskinan sangat signifikan. Namun demikian perlu
diperhatikan sejumlah karakteristik rumah tangga yang memiliki kerawanan
terhadap kemiskinan yang lebih tinggi.
Chapra (2006) menegaskan peringatan Al-Qur’an yang melarang
pemusatan kekayaan pada segelintir pihak (QS 59:7), tidak akan berjalan
dengan baik tanpa pelaksanaan sistem zakat yang terintegrasi dalamsistem
ekonomi sebuah masyarakat. Karena itu Chapra menyatakan bahwa pemerintah
atau negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam
merealisasikan proses integrasi zakat ini, meski peran masyarakat juga tidak
dapat diabaikan.Pramanik (1993) berpendapat bahwa zakat dapat memainkan
peran yang sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan
kekayaan dalam masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan
bahwa dalam konteks makro ekonomi dapat dijadikan sebagai instrumen yang
dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi, dan untuk
bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat.Mannan
(2000) mengatakan bahwa zakat merupakan alat untuk memproduktifkan
asetaset idle dalam perekonomian. Kewajiban zakat terhadap emas yang tidak
dipakai menurut Mannan, adalah contoh betapa pedulinya Islam terhadap
produktivitas aset-aset yang ada. Jika aset-aset tersebut dibiarkan tidak
produktif, maka implikasinya akan buruk terhadap perekonomian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini kita dapat mengetahui defenisi zakat dalam
pendistribusian, masalah yang sering dihadapi Bangsa khususnya Negara
berkembang seperti Negara kita ini. Kita juga bisa mengetahui Cara mengatasi
masalah ketimpangan pendapatan dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat,
jadi dengan adanya zakat ini bisa membantu untuk mengatasi masalah kemiskinan
ini. Tapi zakat ini harus dikelolah dengan baik sesuai ajaran islam.
B. Saran
Dari makalah yang telah penulis buat, mungkin terdapat kesalahan baik itu
dari penulisan atau dari kata-katanya, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca, agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna
memperbaiki makalah ini nantinya.

Anda mungkin juga menyukai