Anda di halaman 1dari 19

PERSEPSI SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP

PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN


MATEMATIKA SEKOLAH DASAR NEGERI 41
KOTA BENGKULU

Disusun Oleh :

ALEXA AHMAD BENITO


NIM : 1811240216

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2021
A. PERSEPSI SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP

PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA SEKOLAH DASAR NEGERI 41 KOTA

BENGKULU

B. LATAR BELAKANG

Pembelajaran merupakan satu proses yang panjang agar mencapai

hasil yang lebih. Untuk mencapai hasil ini diperlukan strategi yang tepat.

Strategi pembelajaran merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan

oleh pendidik terhadap anak didik dalam upaya terjadinya perubahan aspek

kognitif, afektif, dan motorik secara berkesinambungan. Azhar (2011)

mengatakan pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa

informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara

pendidik dengan peserta didik. Strategi pembelajaran. Daring Learning yang

terdiri dari tiga hal di sini hanya berupa hal-hal yang perlu disadari oleh

Guru matemaika ketika memulai pembelajaran matematika di Sekolah

Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu. Hal-hal tersebut adalah aspek-aspek yang

membedakan pembelajaran matematika berbasis Daring Learning dengan

tatap muka, baik dari sisi kelemahan maupun kelebihannya.

Pembelajaran Daring Learning bukan hanya berkutat dengan internet,

melainkan aspek penting yaitu “lebih aman (safer)”. Kita mengenal

Learning Management Systems (LMS) sebagai komponen penting e-

learning. Akhir-akhir ini aksi “bulying” kerap terjadi ketika proses


pembelajaran. Dengan LMS, peserta didik dengan nyaman berinteraksi

dengan t Guru matemaika tanpa khawatir dicemooh oleh peserta lainnya. Di

sinilah letak “safe” tersebut. Intinya, peserta didik bebas mengekspresikan

ide-idenya. Pembelajaran Daring Learning memperluas komunitas

pembelajaran. Memperluas di sini karena antara satu siswa dengan siswa

lainnya memiliki akses komunikasi yang lebih baik dibanding diskusi tatap

muka yang terbatas oleh ruang dan waktu. Bahkan diskusi tatap muka yang

sudah baik pun masih memiliki kendala, dimana ada kecenderungan siswa

yang kurang peduli terhadap apa yang dikatakan oleh rekannya. Mungkin

karena akibat dia sendiri sedang berjuang memahami konsep-konsep di

benaknya. Selain itu, dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar

Negeri 41 Kota Bengkulu kegiatan tatap muka hanya menjadi ajang kontes

kecanggihan Guru matemaika saja, padahal harusnya berfokus pada

perkembangan intelektual peserta didik.

Menemukan ritme. Hal terakhir ini salah satu kendala utama

pembelajaran Daring Learning. Ketika sudah terbiasa dengan jadwal yang

ada di Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu, urutan proses

pembelajaran matematika yang runtun pada pembelajaran matematika

berbasis Daring Learning, peserta didik harus mengatur sendiri jadwal yang

optimal kapan dia belajar dan harus keluar dari zona nyamannya yang biasa

mereka lakukan dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar (tatap muka

yang teratur). Jika tidak diantisipasi, maka dapat dipastikan siswa akan lalai

dalam mengatur waktunya. Tetapi jika siswa mampu mengetahui kapan


waktu-waktu optimalnya akibat kebebasan dalam pembelajaran berbasis

Daring Learning, maka banyak keutamaan-keutamaan yang diperoleh dari

pembelajaran online. Keutamaan tersebut yang pertama adalah dapat

menciptakan komunitas pembelajaran. Proses pembelajaran matematika

dapat berlangsung bersama dengan teman-teman dengan komunitas Daring

Learning yang sebelumnya belum pernah bertemu sama sekali.

Secara geografis, peserta tersebar di seluruh negeri namun dari apa

yang dialami dan diamati dari proses pembelajaran dan melakukan diskusi

yang dapat dilakukan bisa terlihat. Mereka cukup banyak mengetahui

tentang pemahaman materi matematika yang sama. Keutamaan yang kedua,

efisiensi waktu dan biaya pembelajaran. Daring Learning dapat dilakukan

dimana saja dan kapan saja. Siswa tidak perlu menghabiskan waktu berjam-

jam untuk belajar di kelas.

Keutamaan yang ketiga, bahan belajar matematika dapat di akses

kapan saja dengan kecanggihan teknologi. Materi-materi pembelajaran

matematika tersebut dapat diunduh dan dapat dipelajari kapan saja tanpa

terbatas waktu.

Itulah tiga hal yang harus disadari oleh Guru matematika. Ada

baiknya Guru matemaika memastikan peserta didik cepat mencapai zona

nyamannya dalam pembelajaran Daring Learning. Tentu saja tiap siswa

berbeda, namun demikian pada umumnya perbedaan yang ada memiliki

potensi keunggulan tersendiri.


Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu

pembelajaran pokok yang harus dipelajari siswa. Pembelajaran matematika

di SD merupakan pembelajaran pokok yang harus di tempuh di jenjang

SMP dan SMA. Pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan dengan

baik dalam proses pembelajaran di sekolah, mengingat pentingnya pelajaran

tersebut. Pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila seluruh tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun dalam

kenyataannya, masih ada sekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar

matematika yang rendah karena belum mencapai standar ketuntasan yang

telah ditentukan.

Kenyataan tersebut didasarkan pada hasil wawancara pada guru

Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu. Hasil belajar matematika yang

didapatkan masih rendah. Hal ini ditunjukkan pada nilai UAS semester

gasal yang sebagian siswanya masih belum mencapai standar kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Batas nilai matematika yang telah ditentukan

adalah 6,5, namun siswa yang hasil belajarnya belum tuntas sebanyak 16

siswa dari 26 siswa. Ke-16 siswa tersebut masih memiliki nilai hasil belajar

matematika dibawah 6,5. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa

rendahnya hasil belajar matematika disebabkan karena beberapa faktor yang

memengaruhi selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun faktor-

faktor yang memengaruhi proses pembelajaran matematika di antaranya

adalah metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi,

antusias siswa dalam belajar matematika rendah, kondisi lingkungan yang


kurang mendukung siswa untuk belajar, dan kurangnya penggunaan media

pembelajaran (Sudjana, 2009). Oleh sebab itu, fungsi utama media

pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar. Selama ini, metode

pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran matematika

berlangsung adalah ceramah dan penugasan.

Metode ceramah adalah suatu cara atau langkah yang digunakan guru

dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan penjelssan lisan secara

langsung terhadap siswa. Proses pembelajaran yang menggunakan metode

ini hanya cocok untuk menyampaikan informasi, pengantar dan materi yang

berhubungan dengan pengertian atau konsep-konsep. Dalam pelaksanaan

metode penugasan, hendaknya siswa didorong untuk melakukan kegiatan

yang dapat menumbuhkan proses kegiatan kreatif. Metode pemberian tugas

untuk mendukung metode ceramah, inkuiri, VCT. Hal tersebut

menyebabkan pembelajaran matematika berlangsung secara monoton atau

kurang bervariasi. Pembelajaran yang berlangsung secara monoton akan

membuat siswa merasa bosan dan kurang memerhatikan pelajaran yang

sedang disampaikan Selama proses pembelajaran matematika berlangsung,

sumber belajar yang digunakan hanyalah buku pelajaran matematika,

rendahnya metode/kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan,

sehingga kegiatan siswa hanya menulis, membaca, dan mendengarkan

ceramah guru.

Proses pembelajaran yang terjadi di kelas demikian masih bersifat

konvensional. Materi pelajaran matematika hanya disampaikan dengan


ceramah sedangkan peran siswa hanya menjadi pendengar dan pemerhati

penjelasan guru. Kemudian, sumber belajar yang dimiliki guru hanyalah

buku pelajaran matematika.

Pembelajaran secara konvensional yang dilakukan secara terus

menerus oleh siswa Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu ternyata dapat

menimbulkan masalah yang menyebabkan hasil belajar matematika tidak

maksimal. Masalah yang timbul adalah siswa merasa kesulitan saat

menerima materi dari guru dengan menggunakan metode ceramah sehingga

menimbulkan kesulitan belajar dan tidak bisa mengerjakan soal ulangan

harian maupun soal kenaikan kelas. Kesulitan yang dihadapi siswa Sekolah

Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu saat pembelajaran matematika dapat

menimbulkan dampak terhadap kurangnya motivasi siswa saat belajar,

sehingga sebagian besar siswa di dalam kelas cenderung bermain sendiri,

karena bagi mereka pelajaran matematika adalah pelajaran yang

membosankan dan mereka tidak tertarik sama sekali mengikuti

pembelajaran tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi siswa sekolah

dasar terhadap pembelajaran daring pada mata pelajaran Matematika

Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu?


D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan Rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui persepsi siswa sekolah dasar

terhadap pembelajaran daring pada mata pelajaran Matematika Sekolah

Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu.

C. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Kegunaan Akademik Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan

kajian masukan bagi mahasiswa dimasa akan datang

2. Kegunaan Praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memberikan masukan bagi masyarakat dan instansi - instansi yang

terkait, agar lebih mengetahui tentang persepsi siswa sekolah dasar

terhadap pembelajaran daring pada mata pelajaran Matematika.

D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian siswa

Siswa merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar setrata sekolah

dasar maupun menengah pertama (SMP), sekolah menengah keatas

(SMA). Siswa-siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah didapat

dunia pendidikan. Siswa atau pesetra didik adalah mereka yang secara

khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti

pembelajaran yang diselengarakan di sekolah, dengan tujuan untuk

menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan,


berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri

(Kompas,1985).

Siswa adalah organism yang unik yang berkembang sesuai dengan

tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan

seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan

masingmasing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. hal yang sama

siswa juga dapat dikatakan sebagai sekelompok orang dengan usia

tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga

dapat dikatan sebagai murid atau pelajar, ketika berbicara siswa maka

fikiran kita akan tertuju kepada lingkungan sekolah, baik sekolah dasar

maupun menengah (Jawa pos, 1949)

Pengertian siswa/murid/peserta didik. Di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pengertian murid berarti anak (orang yang sedang

berguru/belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Sinolungan (dalam

Riska, dkk., 2013) peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang

terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti

sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah.

Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu

komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode

pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa

murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya.

Murid atau anak didik menurut Djamarah (2011) adalah subjek utama

dalam pendidikan setiap saat.


Sedangkan menurut Daradjat (dalam Djamarah, 2011) murid atau

anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan

mengalami berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid

membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh

guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan

individu-individu yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, murid atau anak didik anak adalah salah

satu komponen manusiswi yang menempati posisi sentral dalam proses

belajar mengajar yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan

kemudian ingin mencapainya secara optimal.

2. Pengertian sekolah dasar

Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diperoleh

seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan

mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari taman kanak-

kanak sampai perguruan tinggi. Salah satu tingkat pendidikan sekolah

adalah Sekolah Dasar (Hasbullah,2005).

Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal

di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu

sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi

yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja

yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001).

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan

berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk
masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan

pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah

dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada

falsafah dan tujuan pendidikan nasional (Purwoko,2001).

3. Pengertian Pembelajaran

Menurut Uno (2007), pembelajaran merupakan proses interaksi

antara pengajar dan peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta

didik akan memperoleh tentang sesuatu yang mereka belum ketahui,

mereka akan mempelajari suatu pengetahuan dengan cara yang lebih

efisien, dari proses tersebut akan adanya kaitan tentang pengetahuan baru

pada struktur kognitif yang lebih mantap, yang dapat diperoleh pada hasil

belajar.

Pembelajaran adalah bagian yang memiliki peran sangat dominan

untuk mewujudkan kualitas, baik itu proses maupun lulusan.

Pembelajaran memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan

rendah, artinya pembelajaran itu sangat tergantung dari kemampuan

seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan dari

pembelajaran lebih ditekankan untuk memperluas atau menambahkan

pengetahuan siswa, agar siswa itu memiliki kemampuan mengungkapkan

kembali pengetahuan dan pemahaman yang sudah dipelajari, baik dalam

tempo waktu yang singkat maupun waktu yang panjang, yang diperoleh

melalui berbagai cara dalam proses pembelajaran (Muchitch, 2008).


Menurut Uno (2008), upaya untuk membelajarkan siswa dalam

kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan untuk mencapai hasil

belajar yang baik disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran akan

memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan

bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Tujuan pembelajaran itu sendiri

yaitu adanya pencapaian perilaku oleh siswa pada suatu kompetensi,

meningkatkan hasil belajar, dan harapan adanya keterampilan yang

dimiliki oleh masing-masing siswa yang ingin dicapai

4. Pengertian Daring

Melihat dari kamus KBBI Kemendikbud, daring adalah akronim

'dalam jaringan', terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan

sebagainya. Mengutip dari berbagai sumber, guru, dosen, siswa, dan

mahasiswa kini melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring,

termasuk pada saat pemberian tugas.

Daring bisa juga diartikan sebagai suatu keadaan komputer yang

saling bertukar informasi, karena sudah terhubung ke sebuah internet.

Seiring perkembangan zaman di kondisi pandemi seperti ini,

konsep apa itu daring telah diperluas. Secara makna komputasi dan

telekomunikasi ke dalam bidang interaksi manusia dan percakapan, yang

diterapkan dalam sistem pembelajaran, rapat kerja, pertemuan keluarga,

dan masih banyak lagi.


Secara bahasa, daring lebih diartikan sebagai online dan luring itu

offline. Serta memiliki makna tertentu dalam teknologi komputer dan

telekomunikasi.

5. Tinjauan Umum Pembelajaran Daring

pembelajaran daring ialah metode belajar yang menggunakan

model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System

(LMS), seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan sebagainya.

Sedangkan sistem pembelajaran 'luring', merupakan sistem

pembelajaran yang memerlukan tatap muka. Menurut KBBI

Kemendukbud, luring ialah akronim atau singkatan dari luar jaring(an),

terputus dari jejaring komputer.

Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar

terhadap perubahan dalam setiap bidang. Salah satunya ialah perubahan

pada bidang pendidikan. Teknologi dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

proses belajar mengajar, yang dapat dikatakan merupakan

pergantian dari cara konvensional menjadi ke modern. (Gheytasi,

Azizifar & Gowhary (dalam Khusniyah dan Hakim, 2019:21)

menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan

adanya teknologi memberikan banyak pengaruh positif terhadap

pembelajaran. Internet telah dipadukan menjadi sebuah alat yang

digunakan untuk melengkapi aktivitas pembelajaran(Martins,2015).

Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan

dengan tidak bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang


dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak

jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan

pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka

untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih

luas (Sofyana & Abdul, 2019:82).

Ada beberapa aplikasi juga dapat membantu kegiatan belajar

mengajar, misalnya whatsapp, zoom, web blog, edmodo dan lain-lain.

Pemerintah juga mengambil peran dalam menangani ketimpangan

kegiatan belajar selama pandemi covid 19 ini. Melansir laman resmi

Kemendikbud RI, ada 12 platform atau aplikasi yang bisa diakses pelajar

untuk belajar di rumah yaitu (1) Rumah belajar; (2) Meja kita; (3)

Icando; (4) Indonesiax; (5) Google for education; (6) Kelas pintar; (7)

Microsoft office 365; (8) Quipper school (9) Ruang guru; (10)

Sekolahmu; (11) Zenius; (12) Cisco webex.

Tantangan dari adanya pembelajaran daring salah satunya adalah

keahlian dalam penggunaan teknologi dari pihak pendidik maupun

peserta didik. Dabbagh (dalam Hasanah, dkk., 2020:3). menyebutkan

bahwa ciri-ciri peserta didik dalam aktivitas belajar daring atau secara

online yaitu :

1. Semangat belajar: semangat pelajar pada saat proses pembelajaran

kuat atau tinggi guna pembelajaran mandiri. Ketika pembelajaran

daring kriteria ketuntasan pemahaman materi dalam pembelaran

ditentukan oleh pelajar itu sendiri. Pengetahuan akan ditemukan


sendiri serta mahasiswa harus mandiri. Sehingga kemandirian belajar

tiap mahasiswa menjadikan pebedaan keberhasilan belajar yang

berbeda-beda.

2. Literacy terhadap teknologi : selain kemandirian terhadap kegiatan

belajar, tingkat pemahaman pelajar terhadap pemakaian teknologi.

Ketika pembelajaran online/daring merupakan salah satu keberhasilan

dari dilakukannya pembelajaran daring. Sebelum pembelajaran

daring/online siswa harus melakukan penguasaan terhadap teknolologi

yang akan digunakan. Alat yang biasa digunakan sebagai sarana

pembelajaran online/ daring ialah komputer, smartphone, maupun

laptop. Perkembangan teknologi di era 4.0 ini menciptakan bayak

aplikasi atau fitur–fitur yang digunakan sebagai sarana pembelajaran

daring/online.

3. Kemampuan berkomunikasi interpersonal : Dalam ciri-ciri ini pelajar

harus menguasai kemampuan berkomunikasi dan kemampuan

interpersonal sebagai salah satu syarat untuk keberhasilan dalam

pembelajaran daring. Kemampuan interpersonal dibutuhkan guna

menjalin hubungan serta interaksi antar pelajar lainnya. Sebagai

makhluk sosial tetap membutuhkan interaksi dengan orang lain

meskipun pembelajaran online dilaksanakan secara mandiri. Maka

dari itu kemampuan interpersonal dan kemampuan dalam komunikasi

harus tetap dilatih dalam kehidupan bermasyarakat.


E. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu

Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive), dengan

pertimbangan bahwa Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu termasuk

sekolah yang menerapkan metode daring dalam pembelajaran matematika

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif, menurut Borgan

dan Taylor dalam Moleong (2001 : 3) diartikan sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata atau lesan dari

orang-orang dan pelaku yang diamati. Dalam penelitian jenis ini peneliti

berusaha mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dengan cermat

tanpa melakukan hipotesa, akan tetapi perlu memandangnya sebagai bagian

dari suatu keutuhan.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara

sumber/informan dengan cara wawancara mendalam (Indepth Interview).

b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dari studi kepustakaan atau

dokumentasi yang berupa buku-buku bacaan terkait dengan masalah

penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui realita yang

ada.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada narasumber/informan, dengan maksud untuk mencari

informasi yang berkaitan dengan kajian dalam penelitian ini. Percakapan

itu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian

(Moleong, 2001). Dalam hal ini wawancara secara mendalam lebih

diutamakan dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari informan yang

dianggap mengerti tentang permasalahan yang menyangkut masalah

penelitian.

Wawancara ditujukan pada informan yang telah terpilih secara

purposive sampling yaitu beberapa orang guru matematika dan siswa di

Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu.

c. Dokumentasi, salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat

arsip-arsip, surat dan dokumen lain yang mendukung penelitian seperti

koran, majalah, artikel, dan juga buku-buku yang berhubungan dengan

apa yang dikaji dalam penelitian.

5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru matematika dan siswa di

Sekolah Dasar Negeri 41 Kota Bengkulu. serta pihak-pihak yang terkait.


Sedangkan sampelnya adalah sebagian dari populasi yang diambil secara

purposive sesuai data yang dibutuhkan peneliti.

6. Teknik Pengambilan Sampel

Dengan menggunakan Purposive sampling, peneliti dalam

menentukan responden yang akan diambil peneliti, peneliti menggunakan

pertimbangan berdasarkan penilaian bahwa responden yang akan diambil

adalah yang paling memenuhi syarat untuk maksud penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Classroom for Learning and Collaboration. Procedia - Social and Behavioral


Sciences. Vol. 174, Halm. 77–84.

Development and Validation of a Smartphone Addiction Scale (SAS). PLoS


ONE. Vol. 8 No.2.

Kuo, et al. (2014). Interaction, Internet self-efficacy, and self-regulated learning as


predictors of student satisfaction in online education courses. Volume 20,
pages 35-50.

Kusniyah & Hakim,L . (2019). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Daring: Sebuah


Bukti pada Pembelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Pendidikan, Vol. 17 No.1.

Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J. W., Min, J. A., Hahn, C., … Kim, D.
J. (2013).

Lestari, Selvy Windy. 2020. Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Dalam Masa

Pandemi Ditinjau Dari Media Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan. Volume 2


No. 3.

Martins, M. de L. (2015). How to Effectively Integrate Technology in the Foreign


Language

Purwanto dkk. 2020. Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap


Proses Pembelajaran

Online di Sekolah Dasar. Journal of Education, Psychology, and Counselling.


Volume 2 No. 1.

Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020). The Epidemiology and Pathogenesis of


Coronavirus Disease (Covid-19) Outbreak. Journal of Autoimmunity,
Volume 109 No. 1-4.

Siddiqui, S., & Singh, T. (2016). Social Media its Impact with Positive and
Negative Aspects. International Journal of Computer Applications
Technology and Research. Volume 5– Issue 2, 71 - 75.

Anda mungkin juga menyukai