Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Akhlak Tasawuf
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf:
Pengertian Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu
Drs.M.Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag

Disusun Oleh

Muhammad Radihan 190102030210


Muhammad Suryadi 190102030193
Muhammad Rizky Harazim 190102030227

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
TAHUN 2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Atas rahmat dan nikmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, Drs.M.Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag

selaku dosen dan juga pembimbing yang telah memberikan gambaran terkait
pengalamannya dalam hal Karya Tulis Ilmiah bahkan pembelajaran Akhlak Tasawuf dengan
baik, dan kepada semua pihak yang telah terlibat sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Itu semua
karena keterbatasan penulis, serta penulis masih dalam proses belajar. Untuk itu, kritik, dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 30 Januari 2020

Penulis,
Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1. Pengertian........................................................................................................................2
2.2. Ruang Lingkup Akhlak Tasawuf.....................................................................................4
2.3. Manfaat Ilmu Tasawuf....................................................................................................5
2.4. Hubungan Ilmu Akhlak Tasawuf dengan Ilmu Lainnya..................................................7

BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul mulai dari Nabi Adam
hingga Nabi Muhammad shallaahu alaihi wasallam. Islam pula adalah satu-satunya agama
yang diridhoi oleh Allah. Oleh kerena Islam adalah agama yang diridhoi oleh allah, sudah
tentu islam adalah agama yang mencakup segala aspek kehidupan ini.
Sebagaimana Nabi Muhammad diutus untuk memperbaiki akhlak ummat, maka Islam
mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan akhlak manusia. Salah satu yang termasuk adalah
akhlak tasawuf.
Dalam akhlak tasawuf yang pertama harus kita ketahui adalah apa itu ilmu tasawuf,
bagaimana keterkaitan ilmu ini dengan ilmu lainnya dan lain sebagainya.
Maka, dalam makalah ini penulis membahas apa itu ilmu tasawuf, bagaimana keterkaitan
ilmunya, agar pembaca mengetahui konsep dari beberapa konsep akhlak tasawuf. Lebih
luasnya lagi, penulis berharap amal dan perbuatan yang kita kerjakan sesuai dengan ajaran
Rasul.
Mudah-mudahan dengan penbahasan sekilas ini dapat menambah wawasan penulis
khususnya dan pembaca umumnya.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa itu Tasawuf?
2. Apa yang dimaksud ruang lingkup?
3. Apa manfaat ilmu akhlak tasawuf?
4. Bagaimana macam-macam hubungan ilmu ini dengan ilmu lainnya?

1.2. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu ilmu Tasawuf .
2. Untuk mengetahui cakupan ruang lingkup ilmu akhlak tasawuf.
3. Untuk mengetahui apa manfaat ilmu akhlak tasawuf.
4. Untuk mengetahui beberapa macam hubungan ilmu ini dengan ilmu lainnya.

1
1
BAB II
PEMBAHASAN

2. Pengertian
2.1. Ada sejumlah pengertian baik dari kalangan para sufi (pengamal ajaran tasawuf)
maupun yang bukan ‘’tasawuf atau sufi’’ kata ini dinisbahkan ahl ash-shuffah. Tasawuf
berasal dari kata ‘’shafa’’, artinya shafa suci, bersih, atau murni. Hal ini karena jika dilihat
dari segi niat maupun tujuan setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, jelas bahwa semua itu
dilakukan dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT. 1
‘’Kata sufi berhubungan dengan perkataan ahl ash-suffah yaitu nama yang diberikan
kepada fakir miskin di kalangan orang-orang Islam pada masa awal Islam. Mereka adalah
orang-orang yang tidak mempunyai rumah maka mereka menempati gubuk yang dibangun
oleh Rasulullah di luar masjid madinah.’’ 2Mereka adalah orang yang menyediakan waktunya
untuk berjihad dan berdakwah serta meninggalkan usaha-usaha duniawi. Jelasnya, mereka
dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di serambi
masjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW. 3Namun ada juga yang mengatakan ahl
ash-suffah adalah sebuah komunitas yang hdup pada masa Rasulullah, dan senantiasa
menyibukkan diri untuk beribadah kepada allah SWT. Oleh sebab itu, bagi mereka, kegiatan
ibadah yang dilakukannya tidak mengenal waktu, kapan pun dan di mana pun. Sisa hidup
mereka di dunia tidak dibuang dengan sia-sia, tetapi dimanfaatkan semaksimal mungkin
untuk selalu mengingat Allah SWT.
mereka meninggalkan kehidupan dunia untuk memilih pola hidup zuhud, yang lebih
memprioritaskan akhirat. Segala sesuatu yang bersifat duniawi mereka manfaatkan hanya
sebatas menutupi tubuh dan menenangkan perut yang lapar. Hati mereka tidak tergoda oleh
kenikmatan sesaat, materi dunia tidak dapat memperdaya mereka dari berzikir kepada allah.
Mereka tidak pernah sedih ketika tidak mendapatkan materi duniawi dan tidak bergembira
dengan apa yang diperolehnya, kecuali mereka dapat bertemu dengan tuhan dan
memperbanyak bekal untuk hari akhirat kelak.
Harun Nasution mengatakan bahwa yang disebut dengan ahl ash-suffah adalah mereka
yang pernah ikut pindah dengan Nabi dari Mekah ke Madinah.4kaum sufi tidak pernah

1
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: Radja Grafindo Persada, 1996, hlm, 42-43,
2
Abdul ‘Alaa Afify F., Ath-Tashawwuf Al-Islam wa Tharikhihi, Iskandariyah: Lajnah At-Ta’lif wa At-Tarjamah wa
An-Nasyr,t.t,. hlm. 66.
3
Ibid, hlm. 44.
4
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, cet. Ke-8, hlm. 57.

2
bermimpi untuk menggunakan kain sutra, tetapi mereka lebih senang dengan menggunakan
wol kasar. Dengan demikian, dirinya akan terjaga dan selalu berhati suci serta mulia, yaitu
menjauhi pemakaian sutra dan sebagai gantinya memakai wol kasar.5
Para sufi memiliki paradigma tersendiri dalam beribadah, mereka lebih tulus dan
menjaga hatinya untuk tidak membenci seseorang, sedangkan orang yang benar-benar miskin
dan tidak berharta namun tidak beribadah tidak dapat disebut sebagai sufi. Pakaian yang
mereka gunakan menggambarkan bahwa mereka adalah orang yang sangat sederhana dan
tidak menampilkan diri dengan pakaian-pakaian yang bagus dan mewah, halus sekaligus
mahal. Ada pula dugaan bahwa sufi berasal dari bahasa Yunani, yaitu saufi. Istilah ini
disamakan maknanya dengan kata hikmah yang berarti kebijaksanaan. Kata sophos dalam
bahasa yunani menunjukkan kondisi jiwa yang senantiasa senderung kepada kebenaran.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘ulum Ad-Din menyebutkan bahwa, ‘’Tasawuf adalah budi
pekerti atasmu, berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Hamba yang
jiwanya menerima(perintah)untuk beramal karena mereka melakukan suluk dengan petunjuk
islam, orang-orang zuhud yang jiwanya menerima perintah untuk melakukan sebagian
akhlak, karena mereka telah melakukan suluk dengan petunjuk (Nur) imannya.6
Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan tasawuf:
pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Kedua, sudut pandang manusia
sebagai makhluk yang harus berjuang. Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang
ber-Tuhan. Tasawuf didefinisikan sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatiannya hanya kepada Allah SWT.7
Contoh definisi dari Syekh Al-Imam Al-Qusyairi dalam kitabnya Risalah Al-
Qusyairiyyah:
B‫ الغفلة باسم التصوف‬B‫ عن طوارق‬B‫المراعون انفاسهم مع هللا تعلى الحافظون قلوبهم‬
Artinya; ‘’orang-orang yang senantiasa mrngawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala.
Orang-orang yang senantiasa memelihara hatinya dari berbuat lalai dan lupa kepada Allah
dengan cara tersebut di atas dinamakan tasawuf.’’
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil pengertian tasawuf adalah ajaran-
ajaran kehidupan tentang kerohanian, kebersihan jiwa, cara-cara membersihkannya dari
berbagai penyakit hati,godaan hawa nafsu, kehidupan duniawi, cara-cara mendekatkan diri

5
Harun Nasution, Ibid. hlm. 57-58.
6
Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum Ad-Din, Semarang: Maktabah Usaha Keluarga, Juz II, hlm. 375.
7
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2000, hlm. 180.

3
kepada Allah, serta mendalam kekekalan-Nya sehingga sampai pada pengenalan hati yang
dalam akan Allah (ma’rifah).

2.2. cakupan ruang lingkupnya:


barang siapa berfiqhi saja tanpa bertasawuf niscaya ia akan berlaku fasik (tidak
bermoral) dan barang siapa yang bertasawuf tanpa ber fiqhi, maka ia berlaku sindik
(penyeleweng agama) dan barang siapa yang melakukan kedua-duanya, maka itulah
golongan iskam yang hakiki,8 sebagai sebuah usaha untuk menyingkap hijab (tabir) yang
membatasi diri manusia dengan Allah dengan sistem yang tersusun melalui latihan ruhaniyah
atau riyadhatunnafs, yang pada intinya bila di pelajari secara seksama adalah mengandung
empat unsur, yaitu:9
2.2.1. Metafisika, yakni hal-hal yang diluar alam dunia atau sesuatu yang ghaib. Hal
tersebut sangatlah tepat dalam tasawuf, banyak sekali membicarakan hal-hal mengenai
keimanan, utamanya pada allah, malaikat, surga dan neraka serta unsur-unsur akhirat yang
terkandung didalamnya. Dimana pada intinya keakhiratan merupakan ajaran pokok tasawuf.
2.2.2. Etika, yakni ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk, dengan
melihat pada amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran. Hal
tersebut juga sangatah singkron dengan apa yang ditentukan oleh tasawuf yakni, persoalan
akhlak dan budi pekerti yang bisa membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
2.2.3. Psikologi, yakni yang berhubungan dengan kejiwaan. Dalam tasawuf,
penyelidikan terhadap diri masing-masing sangatlah ditekankan. Utamanya dalam hal
penyadaran terhadap diri sendiri agar bisa memahami bagaimana kebesaran allah itu sendiri.
2.2.4. Esteika, yaitu menyangkut soal keindahan dan kesenian. Dalam tasawuf, manusia
dapat merasakan indahnya jiwa, bilamana jiwa yang dimilikinya bersih dari sifat-sifat yang
tercela. Sehingga dalam kehidupan seorang sufi, haruslah menghiasi dirinya dengan segala
bentuk sifat-sifat yang terpuji.
Kemudian dalam ajaran tasawuf, untuk memahami dan mencapai sebuah akhlak yang
baik, maka seseorang harus melalui sistem pembinaan akhlak yang terdapat di dalamnya.
Yang tersusun seperti berikut;
2.2.5. Takhalli, langkah yang harus dalam fase ini adalah dengan berusaha
mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan
dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan

8
Mustafa Zahri, kunci memahami tasawwuf (Surabaya:Bina Ilmu,1979), hal. 145
9
Moh. Saifullah Al Aziz S, op. Cit., hlm. 29-31.

4
berusaha melenyapkan dorongan dari hawa nafsu. Karena hawa nafsu lah yang menjadi
penyebab utama dari segala sifat yang tdak baik.
2.2.6. Tahalli, sesudah pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang tidak
baik dapat dilalui, usaha itu harus tetap berlanjut ke tahap kedua yang disebut tahalli. Kata ini
mengandung pengertian, menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan
sikap serta perbuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak perilaku selalu berjalan di
atas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat ibadah mahdah maupun muamalah.
Dengan kata lain, tahap ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dibersihkan tadi.
2.2.7. Tajalli, untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
tahalli, maka rangkaian tersebut harus disempurnakan pada fase tajalli. Kata ini berarti
terungkapnya nur ghaib bagi hati. Apabila ada jiwa yang terisi oleh butir-butir mutiara akhlak
dan organ-organ tubuh yang telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang penghayatan
tentang rasa ketuhanan. Para sufi sependapat bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan
kesucian jiwa itu hanya dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa
kecintaan tersebut. Dengan kesucian jiwa ini, barulah akan terbuka jalan untuk mencapai
Tuhan.
Oleh karena itu, bagi orang-orang penganut sufisme, tidak memiliki tujuan lain dalam
mendekatkan diri kepada Allah melalui jalan tasawuf, kecuali hanya bertujuan untuk
mencapai ma’rifat billah (mengenal Allah), dan didalamnya mencakup insan kamil. Dengan
melalui jalan perbaikan perilaku hidup dengan melalukan pendekatan moral (akhlak dan budi
pekerti) dan perbaikan syariat (baik mahdah maupun muamalah).10

2.3. manfaat dari ilmu akhlak tasawuf


2.3.1. Dalam bidang kecerdasan emosional
Apabila kita dapat mengamalkan tasawuf dengan baik maka dapat mengendalikan
emosionalnya dengan baik pula.
2.3.2. Dalam bidang kecerdasan spiritual
Tasawuf mengingatkan manusia tentang kematian, agar umat manusia selalu beribadah,
beramal, shaleh, serta menjauhi perbuatan maksiat dan kejahatan.
2.3.3. Dalam bidang Agama

10
https://ighoelmachete.wordpress.com/2019/01/25/pengertian/dan-ruang-lingkup-tasawuf/

5
Tasawuf ini sangat di perlukan agar umat islam secara kaffah dan juga untuk
mengembangkan integrasi sosial dan kerukunan hidup dalam beragama serta berbangsa.
2.3.4. Dalam bidang etos kerja
Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam ajaran islam bekerja itu wajib
untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga dan umat.
2.3.5. Dalam bidang Pendidikan
Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diajarkan di Madrasah dan
mata kuliah di Perguruan Islam untuk mengembangkan kehidupan agama yang
komprehensif dan utuh serta untuk mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih,
sehat, dan maju.
2.3.6. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan
Tasawuf mendidik anggota masyarakat untuk mengambil keputusan yang bijaksana
dan rasional serta mendidik untuk memiliki tanggung jawab sosial.
2.3.7. Sumber Pengingat
Apa yang akan membantu kita terhadap hal ini adalah mengingat Allah bahwasanya
Allah menjamin kita akan penyediaan, dan pengetahuan, kekuatan-Nya sempurna, dan
bahwa dia terlepas dari dari penciptaan dan jauh dari kelupaan dan dari ketidakmampuan.
Syaikh Ibn Ataillah menulis dalam bukunya The Abandonment of the Management of
Affairs: “Percayakan urusan kita kepada Allah juga merupakan kualitas yang sangat
penting untuk diperoleh.”
2.3.8. Landasan Hidup
Tanpa pemahaman ini muslim akhirnya lumpuh. Tapi dengan itu kaum Muslim bebas
menjadi budak, yaitu mematuhi dengan cara tanpa hambatan. Masalah mencoba taat tanpa
pengertian adalah bahwa anda hanya bisa melakukan apa yang anda bisa.
Tapi untuk menaati Allah sekaligus mempercayai Dia adalah untuk meninggalkan
semua keterbatasan praktis, dan untuk memulai pencapaian apa yang telah Allah
perintahkan agar kita laksanakan.
2.3.9. Pembatas Ilmu Islam
Tasawuf membuat semua Pengetahuan lain tunduk pada pengetahuan tertinggi yaitu
La ilaha illallah. Dengan tasawuf kita mengetahui bahwa pengetahuan tentang Allah
berada di tingkat atas setiap Pengetahuan lainnya. Tasawuf memungkinkan kita untuk
mencicipi laa haula wa laa quwwata illa billah seperti tasawuf amali.
2.3.10. Lebih mencintai Allah

6
Dalam Al-Qur’an, Allah menghubungkan bahwa orang beriman diantara orang Firaun
berkata:”saya telah mempercayakan perselingkuhan saya kepada Allah.” Kenyataanya
ialah keinginan kita kepada Allah untuk melestarikan kita dari semua yang memilki
bahaya di dalamnya dan yang dengannnya kita tidak memiliki keamanan.11
2.4. hubungan Ilmu Tasawuf dengan ilmu lainnya
2.4.1. Ilmu Tasawuf dengan ilmu kalam
Keterhubungan ini, secara umum, karena masing-masing dari disiplin ilmu ini didasarkan
atau diilhami oleh dua sumber utama dalam islam yaitu; Al-Qur’an dan Al-Hadist. Harun
Nasution mengatakan bahwa Ilmu yang membahas dasar-dasar agama disebut teologi.
Teologi Islam disebut juga ‘ilm at-tauhid yaitu Ilmu yang mempelajari sifat-sifat tuhan, dan
Teologi Islam disebut juga ‘ilm al-kalam, yaitu ilmu yang mempelajari sabda tuhan (Al-
Qur’an) yang pernah memunculkan pertentangan di kalangan umat Islam. 12Lebih singkatnya
bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari Allah, Sifat-sifat, dan Kalam-Nya. Bahasan
tentang sifat-sifat dan kalam Allah ini mengarah pada pebincangan mendalam dengan
menggunakan dalil-dalil, baik aqliyah maupun Naqliyah. Dalam hubungan ini, ilmu Tasawuf,
mengemukakan bahasan-bahasan tentang jalan praktis untuk merasakan sifat-sifat dan kalam
Allah tersebut. Jika ilmu kalam, misalnya menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Maha pengasih
dan penyayang maka ilmu tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan
kasih sayang tersebut. Dengan demikian fungsi ilmu Tasawuf sebagai pemberi wawasan
spiritual, Rohaniah dari ilmu kalam. 13Dalam hubungan ini menarik untuk dikemukakan apa
yang di paparkan oleh Imam Al-Ghazali tentang bagaimana orang-orang meneladani sifat-
sifat Allah yang melahirkan pribadi-pribadi yang baik. Orang yang meneladani sifat Rahman
dan Rahim Allah akan berlaku kasih dan sayang kepada umatnya.
2.4.2. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Filsafat
Dari pengertian ini, dapat dilihat bawa filsafat berkonsentrasi pada penarian hkikat
sesuatu yang dapat mengantarkan pada ilmu dan amal yang benar (al-haq). Diantara tokoh-
tokoh filusuf yang melakukan kajian terhadap jiwa dan roh ini adalah Al-Kindi, Al-farabi,
Ibnu Sina, dan Al-Ghazali. Ilmu tasawuf disisi lain juga berupaya untuk sampai pada
kebenaran mutlak, tetapi pendekatan yang digunakan lebih kepada zsauq (rasa) dengan jalan
Ryadhah (latihan-latihan) pembersihan jiwa untuk dekat dengan kebenaran mutlak (allah).
Diantara objek kajian Tasawuf juga adalah jiwa dan roh meskipun menggunakan istilah qalb

11
https://dalamislam.com/dasar-islam/manfaat-tasawuf-dalam-dunia-islam
12
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI-Press, 1986, Hlm. Ix.
13
M. Jamil, Op. cit., hlm. 70.

8
(hati). Jadi hubungan filsafat dengan tasawuf menjadi sangat dekat karena selain sama-sama
mengkaji masalah jiwa, keduanya juga sama-sama mengajarkan kebaikan dan kebenaran.
2.4.3. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa
Objek bahasan ilmu jiwa adalah mental yang sehat dan tidak sehat. Mental dalam
hubungannya dengan tindak-tanduk manusia. Mental dalam hubungannya dengan rasa
bahagia dan tidak bahagia, dan lain-lain. Dalam kajian ilmu jiwa jika orang yang jiwa nya
sehat maka ia akan melakukan hal yang bermanfaat, merasa hidupnya bahagia, merasa
dirinya berguna, sehingga terhindar dari stres dan perilaku-perilaku yang tidak baik atau
perilaku tercela. Kemudian jika jiwa seseorang tidak baik maka halnya dapat di pastikan
bertolak belakang atau kebalikannya dari pengertian jiwa seseorang yang sehat.
Didalam ilmu tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Ini dirumuskan
oleh para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang
dimunculkan oleh jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi. Menurut para sufi
perilaku seseorang bergantung pada jenis jiwa seseorang yang berkuasa didalam dirinya.
Apakah jiwa yang dikuasai oleh nafsu hewani atau jiwa yang dikuasai oleh cahaya ilahi.
Karena itulah dalam tasawuf, jiwa mesti terus dibersihkan dengan berbagai latihan dan
amalan-amalan. Jadi bahwa ilmu tasawuf lebih terpacu dengan kebersihan jiwa dengan
pendekatan diri kepada tuhan lewat berbagai ibadah, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) lebih
banyak menggunakan teori-teori dengan berbagai solusi diluar konteks ibadah atau dzikir
yang diketahui dalam tasawuf.

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengertian tasawuf yaitu seperti: mereka meninggalkan kehidupan dunia untuk
memilih pola hidup zuhud, yang lebih memprioritaskan akhirat. Segala sesuatu yang
bersifat duniawi mereka manfaatkan hanya sebatas menutupi tubuh dan menenangkan
perut yang lapar. Hati mereka tidak tergoda oleh kenikmatan sesaat, materi dunia
tidak dapat memperdaya mereka dari berzikir kepada allah. Mereka tidak pernah sedih
ketika tidak mendapatkan materi duniawi dan tidak bergembira dengan apa yang
diperolehnya, kecuali mereka dapat bertemu dengan tuhan dan memperbanyak bekal
untuk hari akhirat kelak.
2. Ruang lingkupnya tegabagi menjadi 4 yaitu: metafisika, psikologi, etika, dan estetika.
3. Manfaatnya seperti: mendorong kecerdasan emosional, spiritual, sebagai sumber
pengingat, landasan hidup, bukti lebih cinta kepada Allah dan lain-lain.
4. Adapun hubungannya dengan ilmu kalam, filsafat, dan ilmu jiwa.

Saran
kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang menganut agama islam, sudah seharusnya
mengkaji dan mengamalkan ilmu tasawuf. Karena tasawuf adalah pintu gerbang ilmu agama
yang membahas tentang kejasmanian dan kerohanian manusia, agar umat islam dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan mengamalkan mahdah dan muamallah islam.

9
Daftar Pustaka

Rozak Abdul. Filsafat Tasauf, pengertian tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. 2010.
Abdul Fattah Sayyid Ahmad. At-Tasawwuf Bayna Al-Ghazali wa Ibn Timiyah. Terj.
Muhammad muchson Anasy. Jakarta: Khalifa. 2005.
Anwar, Rosihon. Mukhtar Solihin. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2008.

https://dalamislam.com/dasar-islam/manfaat-tasawuf-dalam-dunia-islam
https://ighoelmachete.wordpress.com/2019/01/25/pengertian/dan-ruang-lingkup-tasawuf/

10

Anda mungkin juga menyukai