Anda di halaman 1dari 12

ISIP4310

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Sistem Ekonomi Indonesia ISIP4310

No. Soal Skor


1. Peran dan kedudukan BUMN sangat besar dalam Sistem Ekonomi Indonesia. BUMN berperan 25
mengemban misi pemerintah sebagai agen pembangunan dan pencari laba yang memberikan
kontribusi pendapatan bagi negara. Namun beberapa tahun terakhir ini, banyak perusahaan BUMN
yang tidak berfungsi secara komersial dengan terus mengalami kerugian dan berkinerja buruk.
BUMN yang mendatangkan keuntungan bagi pemerintah justru sebagian besar sahamnya dijual
pada pihak swasta asing maupun domestik. Trend privatisasi telah berkembang pesat selama 10
tahun terakhir. Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN mendefinisikan privatisasi
sebagai penjualan saham persero (perusahaan perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya,
kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat
bagi negara dan masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat.
a. Berkaitan dengan hal itu, menurut pendapat Sdr apakah privatisasi merupakan langkah terbaik
yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja BUMN agar
memiliki kinerja yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif bagi pendapatan negara?
b. Diantara banyak pilihan privatisasi BUMN yang bisa dilakukan, menurut Sdr mana yang paling
tepat diambil untuk mengatasi kinerja BUMN yang terus memburuk?

2. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian 20
di Indonesia. BUMS diharapkan bisa membantu pemerintah melakukan kegiatan produksi barang
atau jasa serta distribusi yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah, selain itu juga membantu
pemerintah dalam meningkatkan pendapatan nasional maupun pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. BUMS juga sebagai mitra BUMN dalam mengelola dan menjaga sumber daya dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi, maupun sebagai agen pembangunan nasional dan penyedia
lapangan pekerjaan. Tetapi di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini dimana terjadi penurunan
yang sangat signifikan terjadap daya beli masyarakat sehingga pihak BUMS dihadapkan pada dua
sisi problematika dari sisi demand dan supply. Oleh karenanya BUMS menghadapi banyak sekali
tekanan dan tantangan. Banyak BUMS yang mengalami penurunan omset usaha bahkan sampai
memberlakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. Tetapi disisi lain adanya
himbauan dari pemerintah, agar perusahaan tidak melakukan PHK secara massif.
Dalam menghadapi kondisi di era pandemi COVID-19 ini, jelaskan menurut pendapat Sdr strategi
apa yang sebaiknya diambil oleh BUMS untuk tetap bertahan di tengah krisis tanpa
memberlakukan PHK terhadap karyawan?

3. Strategi pembangunan ekonomi melalui industrialisasi dalam perekonomian berkembang, telah 25


berhasil memberikan sumbangan yang positif bagi perekonomian nasional dan meningkatkan
pendapatan perkapita suatu negara. Tetapi meskipun demikian, peningkatan pendapatan perkapita
ternyata tidak sebanding dengan pertumbuhan di sektor industri. a. Jelaskan menurut Sdr mengapa
bisa demikian terjadi?
b. Menurut Sdr, bagaimana strategi pertumbuhan perekonomian nasional agar dapat mengalami
pertumbuhan yang positif dan pada kapasitas maksimal di semua sektor tanpa disertai gejolak
yang cukup berarti?

1 dari 2
ISIP4310

4. Ekonomi Kerakyatan diartikan sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dijalankan oleh rakyat 30
kebanyakan yang dengan bersama-sama mengelola sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai
dan dinikmati oleh seluruh rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan dirasa mampu membantu
perekonomian rakyat secara desentralisasi karena dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat
banyak melalui kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat mempergunakan sumber daya
ekonomi yang dimiliki atau dikuasai oleh masyarakat sendiri. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yakni melalui peran Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Berdasarkan hal tersebut :
1. Jelaskan menurut pendapat Sdr, mengapa ekonomi kerakyatan mampu diwujudkan melalui
peningkatan peran UMKM?
2. Selain melalui peran UMKM, menurut Sdr kebijakan lain apa yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan?

Skor Total 100

Jawaban Soal:
1. Jawaban:
a. PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku dalam perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
tahun 2003 tentang BUMN. Keberadaan BUMN diharapkan antara lain untuk (1)
memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya; (2) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; dan (3)
menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan
koperasi.

Sejak tahun 2005 hingga 2009, peningkatan pengelolaan BUMN dilaksanakan dengan
melengkapi peraturan perundang undangan mengenai BUMN dan berbagai kegiatan untuk
lebih menyehatkan usaha BUMN. Pembinaan usaha dilaksanakan melalui upaya
penciptaan sinergi, transformasi bisnis, pengelompokan usaha, pemisahan fungsi komersial
dan pelayanan masyarakat, serta optimalisasi pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan
yang baik.

I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI


Pembinaan dan pengelolaan BUMN menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan
yang, antara lain, besarnya kebutuhan pendanaan pembangunan nasional memerlukan
peningkatan peran BUMN sebagai sumber penerimaan bagi APBN sehingga dapat
menurunkan kemampuan BUMN melakukan investasi bagi
pengembangan usahanya. Di samping itu, tugas BUMN sebagai penyedia layanan bagi
masyarakat (public service obligation/PSO) belum seimbang dengan pembiayaan dari
APBN yang pada akhirnya dapat menghambat peningkatan pelayanan masyarakat itu
sendiri. Jika dibandingkan dengan pelaku ekonomi nasional lainnya, BUMN menghadapi
rentang regulasi yang lebih luas yang, antara lain, mencakup regulasi sektoral, regional erta
badan usaha. yang membuat BUMN kurang leluasa dalam operasi bisnisnya..

II.LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL HASIL YANG DICAPAI

Untuk dapat melaksanakan UU. No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, diperlukan perangkat
peraturan pelaksana yang mengatur lebih lanjut mengenai ketentuan-ketentuan teknis.
Untuk itu, telah diselesaikan lima Peraturan Menteri Negara BUMN sebagai pelaksanaan
UU No. 19 Tahun 2003 yaitu (a) Keputusan Menteri Negara BUMN nomor: KEP-
09A/MBU/2005 tentang Penilaian Kelayakan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Calon
Anggota Direksi BUMN, (b) Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER 05/MBU/2006
tentang Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara. (c) Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor PER 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, (d) Peraturan Menteri Negara
Nomor PER-05/MBU/2008 tentan Pedoman Umum Pelaksanaan Barang dan Jasa BUMN,
dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-02/MBU/200 tentang Pedoman
Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN. Dengan
adanya Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut, pembinaan dan pengelolaan BUMN
diharapkan akan dapat berjalan lebih baik. Selanjutnya, pada tahun 2008 dengan
ditetapkannya 11 No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, telah dilakukan
penyesuaian anggaran dasar bagi 129 BUMN yang berbentuk perseroan. Di samping
regulasi-regulasi di atas, pembinaan BUMN sejak tahun 2005 hingga 2009 dilaksanakan
melalui restrukturisasi.
privatisasi, pelaksanaan tata kelola yang baik, pembinaan pelaksanaan PSO, penyelesaian
masalah strategis, dan restrukturisasi utang BUMN.

Restrukturisasi BUMN dilaksanakan dengan tujuan antara lain untuk memperbaiki kinerja
dan nilai perusahaan dengan menciptakan jumlah perusahaan yang tepat (rightsizing).
Sejak tahun 2005, pedoman restrukturisasi telah selesai disusun bagi 6 sektor dari 36 sektor
BUMN yang meliputi sektor kehutanan, perkebunan dan holding RNI, farmasi, konstruksi,
industri strategis, dan pertambangan. Sebagai tindak lanjut telah diselesaikan proses merger
PT Perikanan Samodra Besar, PT Perikani, PT Usaha Mina, dan PT Tirta Raya Mina
menjadi satu BUMN Perikanan dengan nama PT Perikanan Nusantara. Selain itu, saat ini
sedang berlangsung pr likuidasi PT Industri Soda Indonesia (ISI). Selanjutnya.
dilaksanakan pembentukan holding berdasarkan sektor usaha, y... sektor perkebunan,
konstruksi, hotel, kehutanan, pelayaran, dan kepelabuhanan. Selain itu, diupayakan
merger/konsolidasi sektor kertas, farmasi, pertanian, perdagangan, dok dan perkapalan.
penunjang pertanian, dan pergudangan, serta melakukan likuidasi untuk beberapa BUMN
yang tidak prospektif lagi.

Di samping penggabungan dan likuidasi, restrukturisasi juga dilakukan melalui privatisasi


yang dimaksudkan untuk memperluas kepemilikan saham BUMN oleh masyarakat umum
melalui pasar modal dan untuk penyehatan perusahaan. Sejak tahun 2005, dimulai
kebijakan penerimaan negara dari BUMN dengan mengandalkan pembagian laba (deviden)
yang sebelumnya adalah privatisasi. Hal ini membuat pelaksanaan privatisasi melalui pasar
modal lebih leluasa. Realisasi privatisasi tahun 2006 berupa pelepasan saham PT
Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk sebesar Rp2,088 triliun, pada tahun 2007 PT BNI Tbk
dalam bentuk divestasi sebesar Rp3,13 triliun, dan dalam bentuk saham baru sebesar
Rp3,99 triliun, PT Wijaya Karya Tbk dalam bentuk saham baru sebesar Rp0.78 triliun. dan
PT Jasa Marga Tbk dalam bentuk saham baru sebesar Rp3,47 triliun. Sejak tahun 2006,
hasil privatisasi diutamakan untuk pengembangan BUMN itu sendiri dalam bentuk
penyertaan modal negara (PMN) yang pada tahun 2006 diberikan kepada 14 BUMN)

dan pada tahun 2007 kepada 9 BUMN. Pada tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2009
Kementerian Negara BUMN tidak melakukan privatisasi BUMN meskipun privatisasi
beberapa BUMN tahun 2008 telah memperoleh persetujuan DPR. Hal ini disebabkan oleh
kondisi pasar modal yang kurang kondusif mulai dari pertengahan tahun 2008 hingga awal
tahun 2009. Ke depan. privatisasi akan terus dijalankan untuk pengembangan BUMN itu
sendiri.

Sejak tahun 2005 Kementerian Negara BUMN melanjutkan upaya pembinaan pelaksanan
tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG). Pembinaan ini,
antara lain, dalam bentuk sosialisasi, pengkajian, dan review termasuk memberikan
gambaran kepada publik mengenai pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN. Untuk
memantapkan pelaksanaannya, telah dilaksanakan penandatanganan Statement of
Corporate Intent (SCI) oleh 16 perusahaan yang merupakan wujud transparansi
pengelolaan usaha oleh BUMN, Sebagai tindak lanjutnya. Kementerian Negara BUMN
oleh BUMN. Sebagai tindak lanjutnya, Kementerian Negara BUMN terus memantau dan
menilai pelaksanaan GCG, antara lain, melalui assessment yang sampai dengan tahun 2008
telah dilakukan terhadap 94 BUMN dan review yang sampai dengan tahun 2008 telah
dilakukan terhadap terhadap 47 BUMN. Dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian
terhadap praktik GCG pada BUMN dilakukan penyederhanaaan indikator dan parameter
dalam rangka assessment dan review GCG, yaitu indikator yang semula. sebanyak 86 item
menjadi 50 item, dan parameter yang semula 253 item menjadi 160 item.

Sejak tahun 2005 hingga 2008. pengelolaan pelaksanaan PSO terus disempurnakan, antara
lain, melalui (1) pemetaan kegiatan BUMN dalam rangka pemisahan administrasi
pengelolaan yang bersifat PSO dan administrasi pengelolaan yang bersifat komersial; dan
(2) mulai diterapkannya ketentuan Pasal 66 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang
menegaskan bahwa jika Pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga menugasi BUMN
untuk melaksanakan sebagian dari tugasnya, konsekuensi penugasan tersebut berikut
margin yang diharapkan ditanggung oleh Kementerian/ Lembaga pemberi tugas.
Pelaksanaan PSO didasarkan pada penugasan dari pemerintah kepada BUMN dengan tetap
memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. Pelaksanaan PSO dan penyaluran
dilaksanakan melalu PT Merpati Nusantara Airlines, PT Kereta Api Indonesia, PT
Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI), PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
(ASDP). Perum DAMRI, PT Askes. PT Pos Indonesia, PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN). PT PERTAMINA, PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Holding, PT Sang Hyang Seri, PT
Pertani, Perum Badan Urusan Logistik (Balog), Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II, dan
Perum Perumnas, yang sesuai dengan jenis usahanya. Pelaksanaan PSO oleh BUMN
tersebut meliputi lima prinsip tepat yaitu tepat sasaran, tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat
waktu, dan tepat harga. Dengan semangat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, dilakukan pemantauan terhadap pelaksanaan PSO oleh BUMN dalam tahun
2008 yang hasilnya secara umum telah dilaksanakan dengan baik dan tepat walaupun
muncul berbagai kendala di lapangan.

Untuk memperbaiki struktur permodalan BUMN dan/atau meningkatkan kapasitas usaha


BUMN, pada tahun 2006 - 2009 dilakukan penambahan penyertaan modal negara (PMN)
kepada BUMN. Pada Tahun 2006 dilakukan penambahan dana penyertaan modal negara
(PMN) kepada 14 BUMN dengan nilai sebesar Rp1.97 triliun. Pada tahun 2007 sebesar
Rp2,7 trilun digunakan untuk tambahan penyertaan modal negara pada 9 BUMN yang
mencakup, antara lain, Perum Sarana Pengembangan Usaha (sekarang Perum Jamkrindo)
dan PT Askrindo dalam rangka pelaksanaan Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, serta PT Kereta Api Indonesia guna pembayaran past service liability (PSL)
selebihnya diberikan dalam rangka restrukturisasi/penyehatan 6 BUMN lainnya. Pada
Tahun 2008 PMN yang diberikan sebesar Rp1,5 triliun untuk PT Perusahaan Pengelola
Aset (PPA) yang alokasinya diprioritaskan untuk restrukturisasi beberapa BUMN dengan
pola bergulir.

Salah satu upaya penyehatan BUMN dilakukan melalui restrukturisasi keuangan terkait
dengan penyelesaian utang rekening dana investasi dan Subsidiary Loan Agreement
(RDI/SLA) pada BUMN. Berdasarkan hasil inventarisasi pada tahun 2005, pinjaman

RDI/SLA pada BUMN berjumlah kurang lebih Rp40 triliun yang. terdiri atas RDI lancar
sebesar Rp23,5 triliun dan RDI tidak lancar sebesar Rp16,5 triliun. Pada tahun 2006 jumlah
pinjaman RDI/SLA pada BUMN meningkat menjadi Rp 50,65 triliun. Pada tahun 2007
terdapat 85 BUMN penerima pinjaman RDI SLA dengan nilai Rp49,79 triliun. Sebanyak
44 BUMN mengalami kesulitan pengembalian dengan nilai pinjaman sebesar Rp15,47
triliun. sedangkan 41 BUMN dalam kategori lancar dengan nilai pinjaman sebesar Rp34,32
triliun. Terkait dengan pinjaman tersebut, upaya yang telah dilakukan adalah koordinasi
dengan berbagai instansi dan penyiapan kerangka hukum bagi penyelesaiannya. Hasilnya
adalah telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.05/2007 yang membuka
kesempatan penyelesaian utang RDI/SLA BUMN. Berdasarkan peraturan tersebut, pada
tahun 2008. Kementerian Negara BUMN telah melakukan langkah-langkah dan koordinasi
Negara BUMN telah melakukan langkah-langkan dan koordinasi intensif dengan
Departemen Keuangan, pihak legislatif, instansi terkait lainnya, serta berbagai BUMN
dengan hasil antara lain (a) penyelesaian oleh Kementerian Negara BUMN (2 BUMN), (b)
penyelesaian secara struktural (1 BUMN), (c) pembahasan di Komite Kebijakan (3
BUMN). (d) pembahasan di komite teknis (4 BUMN). (e) proses analisis di tim kerja (3
BUMN), (f). revisi RPKP. kelengkapan data dan dokumen dari BUMN (17 BUMN), (g).
tidak. memenuhi syarat (1 BUMN), (h) batal cut off date (2 BUMN), dan (i) menunggu
proses penyelesaian kewajiban lain terlebih dahulu (IBUMN). Karena mengingat
diperlukan waktu untuk menyelesaikan permasalahan RDI/SLA di berbagai BUMN,
koordinasi intensif dan langkah-langkah lanjutan untuk penyelesaian kewajiban oleh
BUMN di tahun 2009 terus dilakukan. Diharapkan berbagai permasalahan dapat
diminimalisir dan kewajiban ataupun utang BUMN pada RDI/SLA makin menurun. Di
samping itu, Pemerintah juga berupaya melakukan penyelesaian terhadap bantuan.
Pemerintah yang belum ditetapkan statusnya (BPYBDS).

Adanya langkah-langkah kebijakan pembinaan BUMN tersebut di atas telah menunjukkan


hasil positif. Dari tahun 2005 hingga tahun 2008 dari sejumlah 139 BUMN yang merugi
makin sedikit, yaitu 36 BUMN pada tahun 2005 menjadi 39 BUMN pada tahun 2006, 34
BUMN pada tahun 2007, dan 23 BUMN pada tahun 2008. Sejalan dengan itu, besarnya
keuntungan yang diraih BUMN juga meningkat dari sebesar Rp42,31 triliun pada akhir
tahun 2005 menjadi Rp53,15 triliun pada tahun 2006, Rp71,59 triliun pada tahun 2007 dan
Rp77,8 triliun pada tahun 2008. Dengan demikian, bagian laba BUMN yang diserahkan ke
kas negara juga meningkat, yaitu dari Rp12,8 triliun pada tahun 2005. menjadi Rp21,5
triliun pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp23,8 triliun pada tahun 2007, dan Rp29,1
triliun pada tahun 2008. Jika dilihat dari kontribusi BUMN di pasar modal, kapitalisasi
pasar 15 BUMN di pasar modal pada akhir tahun 2008 mencapai kurang lebih Rp386,14
triliun atau 35,87% dari nilai total kapitalisasi pasar sedangkan pada akhir Juni 2009
mencapai kurang lebih Rp504,80 triliun atau 31,49% dari nilai total kapitalisasi pasar.
Kondisi itu cukup menggembirakan dan sangat kondusif untuk mendukung dinamika pasar
saham dan pertumbuhan industri. Di samping dividen, sumbangan BUMN. terhadap
perekonomian juga melalui pajak, investasi dalam bentuk belanja modal (capital
expenditure). serta penyediaan lapangan kerja. Di masa yang akan datang, BUMN akan
terus dibina sehingga mampu menjadi perusahaan yang diperhitungkan di pasar global.

Selanjutnya, sebagai wujud kepedulian BUMN kepada masyarakat, BUMN terus


melanjutkan pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN.
Dalam tahun 2008, dari Program Kemitraan mencapai 55.367 unit mitra binaan, penyaluran
dana program kemitraan sebesar Rp1.270,75 miliar atau naik sebesar 24,93% jika
dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp1.017,1 miliar. Sementara itu, Program Bina
Lingkungan dalam bentuk bantuan korban bencana alam, pendidikan/pelatihan
masyarakat, dan sarana umum/ibadah telah disalurkan pada tahun 2008 oleh berbagai
BUMN untuk tujuan kemanfaatan umum masyarakat di berbagai daerah mencapai sebesar
Rp569.30 miliar atau naik sebesar 25.39 % jika dibandingkan dengan dana yang. disalurkan
pada tahun 2007 sebesar Rp 454 miliar. Pelaksanaan program PKBL mengacu pada
Peraturan Menteri Negara (Permeneg) BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN


a. Kebijakan pengembangan dan pembinaan BUMN akan diarahkan untuk: meningkatkan
kemampuan SDM dan debirokratisasi Kementerian Negara BUMN sehingga mampu
melaksanakan program restrukturisasi dan revitalisasi BUMN dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN;
b. profitisasi, restrukturisasi, right sizing dan privatisasi BUMN;
c. melaksanakan harmonisasi peraturan perundang-undangandalam pengelolaan BUMN:
d. penyediaan infrastruktur, peningkatan ketahanan energi, dan pemantapan ketahanan
pangan:
e. mendorong BUMN meningkatkan Investasi Serta meningkatkan efisiensi operasi
usaha, antara lain, melalui penerapan pengadaan secara elektronik (e-procurement) dan
melakukan optimalisasi penggunaan dan penertiban aset pengendalian internal yang
lebih ketat;
f. yang tidak kurang produktif: melaksanakan restrukturisasi keuangan BUMN (RDI,
SLA dan penetapan status bantuan pemerintah yang belum. ditetapkan
statusnya/BPYBDS);
g. pengembangan dan diversifikasi usaha, terutama untuk BUMN yang berbasis SDA
(Resources Based) guna meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pangsa pasar yang lebih luas dan penyebaran risiko usaha;
h. melanjutkan upaya pemisahan administrasi yang jelas dari kegiatan BUMN yang
menjalankan fungsi PSO dengan yang menjalankan fungsi komersial dalam rangka
menetapkan kebijakan yang jelas bagi BUMN, serta mendorong keseragaman
formulasi penetapan PSO dan subsidi sesuai dengan Pasal 6 UU Nomor 19 Tahun 2003;
i. Menciptakan pola hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara BUMN
pemerintah daerah melalui kerja sama terutama pada bidang ekonomi dalam rangka
pembangunan daerah.
b. Di tahun 1967, Orde Baru (Orba) mengambil alih kekuasaan dan terjadilah perubahan
mendasar. Perubahan tersebut terutama dipengaruhi oleh dua lembaga donor internasional
yaitu Inter Govemental Group on Indonesian (IGGI) dan International Bank for
Reconstrntuction & Development (IBRD). Pemulihan ekonomi Indonesia dinyatakan harus
didukung bantuan luar negeri. Sebagai lembaga donor, IGGI (sekarang CGI-Consultative
Group of Indonesian) dan IBRD mensyaratkan Pemerintah Indonesia menjalankan
kebijakan pintu terbuka yang memberi jalan masuk bagi modal asing. Tindakan nyata yang
diambil adalah penerbitan Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 mengenai Penanaman Modal
Asing (PMA). Undang-undan ini telah mendorong modal asing ke Indonesia, melalui
berbagai perusahaan multinasional.
Pada tahun 1970, diundangkan UU No 6/1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang telah menciptakan perusahaan- perusahaan raksasa milik sekelompok keci
pengusaha etnis Tionghoa. Adapula perusahaan besar milik badan-badan usaha yang terkait
dengan sejumlah yayasan dan oknum militer yang diduga mewakili militr sebagai institusi.
Mulai saat itu, terciptalah hubungan kepentingan antara berbagai perusahaan swasta
dengan militer dan elit politik yang berkuasa dalam berbagai bentuk kerja sama, termasuk
kolusi. Pada tahun 1970-an, peranan BUMN ditingkatkan sebagai inti stratedi
industrialisasi ekonomi Indonesia. Dalam proses industrialisasi itu, dibangun industri besar
yang padat modal dan berteknologi tinggi dengan rasio kerugian yang besar. Dalam periode
1970-an, muncul investasi Pemerintah dalam industri mesin dan alat-alat berat, seperti
industri besi, baja, pengolahan logam, petrokimia, pulp dan kertas. Kebijakan itu
berlangsung sampai 1990-an termasuk pembangunan industri kapal, kereta api dan pesawat
terbang.
Di tahun 1990-an, kondisi BUMN lebih parah dengan laba rata-rata BUMN di tahun 1996
dan 1997, hanya 3% dari modal yang ditanamkan. Dibandingkan swasta, tingkat
keuntungan tersebut hanya seperempat atau seperlima dari laba perusahaan swasta sejenis.
Akibatnya adalah ketidakmampuan untuk membiayai perluasan usahanya, atau untuk
membayar utang BUMN10.
Di tahun 1997, Indonesia dilanda krisis moneter pertengahan tahun1997. Kondisi kinerja
BUMN semakin parah. Dengan rekomendasi IMF (International Monetary Fund) dan Bank
Dunia, Pemerintah lebih serius meningkatkan kinerja BUMN. Pemerintah menyebut
langkah perbaikan itu meliputi: Ibid.
1. Restrukturisasi
2. Penggabungan Usaha (Merger)
3. Pelaksanaan Kerja Sama Operasi (Joint Operation)
METODE PRIVATISASI
a. Penawaran saham BUMN kepada umum (public offering of shares). Penawaran ini
dapat dilakukan secara parsial maupun secara penuh. Di dalam transaksi ini,
pemerintah menjual sebagian atau seluruh saham kepemilikannya atas BUMN yang
diasumsikan akan tetap beroperasi dan menjadi perusahaan publik.
b. Penjualan saham BUMN kepada pihak swasta tertentu (private sale of share). Di
dalam transaksi ini, pemerintah menjual seluruh ataupun sebagian saham
kepemilikannya di BUMN kepada pembeli tunggal yang telah diidentifikasikan
atau kepada pembeli dalam bentuk kelompok tertentu.
c. Penjualan aktiva BUMN kepada swasta (sale of government organization state-
owned enterprise assets). Pada metode ini, pada dasarnya transaksi adalah penjualan
aktiva, bukan penjualan perusahaan dalam keadaan tetap beroperasi.
d. Penambahan investasi baru dari sektor swasta ke dalam BUMN (new private
investment in an stateowned enterprise assets). Pada metode ini, pemerintah dapat
menambah modal pada BUMN untuk keperluan rehabilitasi atau ekspansi dengan
memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk menambah modal.
e. Pembelian BUMN oleh manajemen atau karyawan (management/employee buy
out). Metode ini dilakukan dengan memberikan hak kepada manajemen atau
karyawan perusahaan untuk mengambil alih kekuasaan atau pengendalian
perusahaan.
DAMPAK PRIVATISASI BUMN DI INDONESIA
Dampak kebijakan privatisasi BUMN jelas terlihat pada perubahan kebijakan
pemerintah dan kontrol regulasi. Dimana dapat dikatakan sebagai sarana transisi
menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar
yang lebih kompetitif, dengan adanya jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi,
baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. Kebijakan privatisasi dikaitkan
dengan kebijakan eksternal yang penting seperti tarif, tingkat nilai tukar, dan
regulasi bagi investor asing. Juga menyangkut kebijakan domestik, antara lain
keadaan pasar keuangan, termasuk akses modal, penerapan pajak dan regulasi yang
adil, dan kepastian hukum serta arbitrase untuk mengantisipasi kemungkinan
munculnya kasus perselisihan bisnis.
Dampak lain yang sering dirasakan dari kebijakan privatisasi yaitu menyebarnya
kepemilikan pemerintah kepada swasta, mengurangi sentralisasi kepemilikan pada
suatu kelompok atau konglomerat tertentu. Sebagai sarana transisi menuju pasar
bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar yang lebih
kompetitif, dengan jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi, baik berupa
aturan, regulasi maupun subsidi. Untuk itu diperlukan perombakan hambatan
masuk pasar dan adopsi sebuah kebijakan yang dapat membantu perkembangan dan
menarik investasi swasta
dengan memindahkan efek keruwetan dari kepemilikan pemerintah. Seharusnya
program privatisasi ditekankan pada manfaat transformasi suatu monopoli publik
menjadi milik swasta. Hal ini terbatas pada keuntungan ekonomi dan politik.
Dengan pengalihan kepemilikan, salah satu alternatif yaitu dengan pelepasan saham
kepada rakyat dan karyawan BUMN yang bersangkutan dapat ikut melakukan
kontrol dan lebih memotivasi kerja para karyawan karena merasa ikut memilki dan
lebih semangat untuk berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kinerja BUMN
yang sehat. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan produktivitas karyawan
yang berujung pada kenaikan keuntungan.
Privatisasi BUMN di Indonesia mulai dicanangkan pemerintah sejak tahun 1980-
an. BUMN-BUMN yang telah diprivatisasi seperti PT. Telkom (Persero) Tbk., PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT. Bank
BNI 46 (Persero) Tbk., PT. Indosat (Persero) Tbk., PT. Aneka Tambang (Persero)
Tbk., dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., ternyata mampu membrikan kontribusi
yang signifikan terhadap likuiditas dan pergerakan pasar modal11. Kondisi ini
membuat semakin kuatnya dorongan untuk melakukan privatisasi secara lebih luas
kepada BUMN-BUMN lainnya. Namun demikian, diketahui pula bahwa terdapat
beberapa BUMN yang tidak menunjukkan perbaikan kinerja terutama 2-3 tahun
pertama setelah diprivatisasi, misalkan pada PT. Indofarma (Persero) Tbk. dan PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Dimana target privatisasi BUMN masih belum tercapai
sepenuhnya.
KONDISI IDEAL PRIVATISASI BUMN DI INDONESIA
Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 ayat (1), maka sistem ekonomi yang dianut
Indonesia adalah sistem ekonomi yang berdasar atas asas kekeluargaan. Konsep
sistem ekonomi yang demikian di Indonesia disebut sebagai konsep Demokrasi
Ekonomi. Mubyarto menyebutkan bahwa dalam konsep demokrasi ekonomi,
sistem ekonomi tidak diatur oleh negara melalui perencanaan sentral (sosialisme),
akan tetapi dilaksanakan oleh, dari, dan untuk rakyat13. Demokrasi ekonomi
mengutamakan terwujudnya kemakmuran masyarakat (bersama) bukan
kemakmuran individu-individu. Demokrasi ekonomi mengartikan masyarakat
harus ikut dalam seluruh proses produksi dan turut menikmati hasil-hasil produksi
yang dijalankan di Indonesia.
Mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, tersirat bahwa poin utama dari perekonomian
Indonesia adalah kesejahteraan rakyat. Di sinilah peran demokrasi ekonomi, yaitu
sebagai pemandu pengelolaan
BUMN agar dapat memaksimalkan kesejahteraan rakyat. BUMN harus dapat
beroperasi dengan efektif dan efisien, sehingga dapat menyediakan produk-produk
vital yang berkualitas dengan harga yang terjangkau bagi rakyat. Selain itu, BUMN
juga harus berupaya memperbaiki profitabilitasnya, sehingga dapat diandalkan
sebagai sumber pendanaan utama bagi pemerintah, terutama untuk mendanai defisit
anggarannya. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kesejahteraan rakyat, karena
BUMN tidak lain adalah pengelola sumber daya yang vital bagi hajat hidup rakyat
banyak, sehingga tentu akan sangat merugikan rakyat jika BUMN jatuh bangrut
atau pailit.
Praktik privatisasi BUMN yang belakangan marak dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dianggap sebagai jalan keluar yang paling baik untuk melaksanakan
amanat demokrasi ekonomi untuk menyehatkan BUMN-BUMN di Indonesia
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Pada beberapa
BUMN, ada yang diprivatisasi oleh pihak asing, bahkan dalam jumlah kepemilikan
saham yang cukup signfikan. Privatisasi BUMN kepada pihak asing ini dinilai
“menggadaikan― nasionalisme Indonesia. Selain itu, BUMN tidak lain adalah
pihak yang diberikan wewenang khusus untuk mengelola sumber daya vital yang
meemgang hajat hidup orang banyak. Menurut Pasal 33 UUD 1945, sumber daya
yang seperti demikian itu harus dikelola oleh negara.
Dilihat dari sudut pandang Pasal 33 UUD 1945, tampak bahwa sebenarnya
privatisasi BUMN kepada pihak asing agak kontradiktif dengan jiwa pasal ini.
Pihak asing yang bersangkutan jelas bertindak atas nama swasta yang tentu saja
bertindak dengan didorong oleh maksud dan motif hanya untuk mencari
keuntungan yang maksimal. Jika demikian yang terjadi, BUMN yang diprivatisasi
kepada pihak asing hanya akan menjadi keuntungan bagi pihak asing, sehingga
dapat dikatakan manfaatnya akan berpindah kepada pihak asing, bukannya ke
rakyat Indonesia.
Pilihan model privatisasi mana yang sesuai dengan iklim perekonomian, politik dan
sosial budaya Indonesia haruslah mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
1. Ukuran nilai privatisasi ;
2. Kondisi kesehatan keuangan tiga tahun terakhir ;
3. Waktu yang tersedia bagi BUMN untuk melakukan privatisasi ;
4. Kondisi pasar ;
5. Status perusahaan, apakah telah go public atau belum ; dan
6. Rencana jangka panjang masing-masing BUMN.

Selama ini, praktik privatisasi yang dilakukan di Indonesia masih dianggap


kurang optimal. Idealnya, sebelum diprivatisasi, BUMN yang kurang sehat
sebaiknya direstrukturisasi terlebih dahulu, sehinga pasca privatisasi nanti,
kinerja BUMN yang bersangkutan dapat mengalami peningkatan.
Landasan hukum privatisasi juga hrus kuat, sehingga saat sebuah BUMN
diprivatisasi, tidak ada lagi kontroversi yang sifatnya merugikan. Sedangkan
dari segi politis, harus ada kesepahaman antara segenap rakyat, pemerintah dan
para pengambil kebijakan publik, sehingga semuanya sepakat bahwa privatisasi
akan membawa dampak positif bagi kesejahteraan rakyat, sehingga kebijakan
privatisasi pun didukung oleh semua pihak.

2. Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir
menyampaikan berupaya tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap perusahaan
pelat merah. Hal ini disampaikan Erick merespons wabah virus corona (covid-19) yang
mengganggu kinerja perusahaan BUMN. "Kami undang 3 Dirut (BUMN) pastikan efisiensi
berjalan, karyawannya kita seminimal mungkin tidak lay off. Karena banyak yang kita
rasionalisasikan banyak shell company (perusahaan cangkang) banyak digabung. Misalnya Garuda
Tauberes Indonesia, online kargo Garuda padahal kan sudah ada bisnis kargo, tinggal
dikembangkan saja," ujar Erick Thohir dalam video conference yang dilakukan hari ini, Jumat
(3/4/2020).
3. Jawaban:
a. Analisis ini mendiskusikan performa perekonomian Indonesia, negara dengan
perekonomian terbesar di Asia Tengagra, sejak akhirnya era boom komoditas. Topik-
topiknya dibagi dalam kategori-kategori berikut:
1) perlambatan perekonomian yang terjadi di periode 2010-2015 setelah berakhirnya
era boom komoditas;
2) periode proses akselerasi pertumbuhan ekonomi (yang sederhana) yang terjadi di
periode 2015-2019, dan;
3) terjunnya pertumbuhan ekonomi akibat krisis global virus korona (COVID-19)
b. Dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian dan sektor keuangan juga perlu
dimitigasi bersama oleh Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk
melakukan tindakan antisipasi yang bersifat forward looking, Pemerintah bersama lembaga
terkait mengambil langkah-langkah luar biasa dalam rangka penyelamatan perekonomian
nasional dan stabilitas sistem keuangan melalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan APBN Langkah-langkah relaksasi tersebut terutama dilakukan melalui
peningkatan belanja untuk kesehatan, pengeluaran untuk Jaring pengaman sosial dan
pemulihan perekonomian, serta memperkuat kewenangan berbagai lembaga dalam sektor
keuangan. Dengan memperhitungkan segala dukungan. fiskal yang dilakukan Pemerintah
serta mempertimbangkan dampak dari COVID-19 kepada indikator makro dan fiskal, maka
defisit APBN 2020 diperkirakan akan mencapai 5,07 terhadap PDB. Pelebaran batas defisit
anggaran tersebut menjadi salah satu poin yang diatur di dalam Perppu Nomor 1 tahun
2020 tersebut.
Sementara itu, berkaitan dengan stabilitas sistem keuangan, Perppu juga telah mengatur
langkah-langkah extraordinary untuk memperkuat koordinasi dan mitigasi di sektor
keuangan. Beberapa langkah yang diatur dalam Perppu antara lain adalah perluasan
kewenangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam menetapkan skema
pemberian dukungan kepada Pemerintah untuk penanganan permasalahan lembaga
keuangan dan stabilitas sistem keuangan yang membahayakan perekonomian nasional
Selain itu, Perppu juga memberikan kewenangan bagi Bl untuk dapat membeli SBN
berjangka panjang di pasar perdana dan pembelian Repurchase Agreement (Repo) SBN
milik LPS. Terkait dengan LPS, Perppu memberikan perluasan kewenangan pemerintah
dalam memberikan pinjaman pada LPS dan early involvement LPS dalam penanganan
bank bermasalah serta perluasan sumber pendanaan dan program penjaminan simpanan
LPS. KSSK juga diberikan perluasan kewenangan untuk melakukan assessment yang
forward looking dalam rangka menjaga stabilitas sektor keuangan.
4. Jawaban:
a. Penerapan ekonomi kerakyatan guna mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Bentuk nyata dari ekonomi kerakyatan yaitu berupa dukungan kepada usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM). sehingga hasil produksi dari UMKM tidak hanya
dipasarkan di pasar lokal tetapi juga diluar daerah dan semakin berkembang. Apalagi jika
didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi, pemasaran produk tidak lagi dibatasi
tempat dan waktu. Serta tidak hanya dari Pemerintah saja melainkan partisipasi dari
masyakat dan dukungan dari pemerintah dapat membuka jalan baru bagi masyarakat yang
ingin berwirausaha dari mulai usaha kecil sampai menengah. Munculnya partisipasi dari
masyarakat memunculkan usaha-usaha baru ataupun mengembangkan usaha yang sudah
ada serta memunculkan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
b. Kebijakan Indonesia
Terdapat lima kesepakatan kebijakan yang konsisten dan bersinergi, yaitu:
• Percepatan infrastruktur
Mendorong percepatan infrastruktur akan mendukung tumbuhnya sektor-sektor
ekonomi. Upaya pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor ekonomi
potensial juga memerlukan adanya keselarasan dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
Peningkatan peran proaktif dari pemerintah daerah untuk memperbaiki
infrastruktur di daerah juga diperlukan. Hal tersebut dilakukan melalui:
• Peningkatan kualitas dan kuantitas jalan kabupaten atau kota.
• Optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk pembangunan infrastruktur dan sarana
desa.
• Pengembangan dan pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
• Perbaikan infrastruktur kunci lain yang menjadi tanggung jawab pemerintah desa.
• Perkembangan sektor ekonomi potensial
Mendorong berkembangnya sektor ekonomi potensial daerah sebagai sumber
pertumbuhan baru yang disesuaikan dengan karakter daerah.
• Perkembangan sektor industri
• Mendorong berkembangnya sektor industri berdaya saing tinggi. Selain
pengembangan infrastruktur fisik juga dilakukan upaya sebagai berikut:
• Meningkatkan kapasitas SDM melalui pendidikan vokasi. Seperti pembangunan
dan penyelenggaraan politeknik atau akademisi di kawasan industri.
• Meningkatkan skala ekonomi dan kapasitas industri kecil dan menengah (IKM)
dengan pendampingan yang memastikan jaminan produk, keamanan, dan standar.
• Optimalisasi penggunaan teknologi dan integrasi IKM ke perekonomian digital
melalui pengembangan e-smart IKM dengan sentra di seluruh Indonesia.
• Pengembangan sektor pertanian
• Pengembangan sektor pertanian difokuskan pada upaya meningkatkan nilai tambah
hasil produksi pertanian. Dengan beberapa cara sebagai berikut:
• Memperkuat kelembagaan petani melalui pengembangan corporate farming.
Sehingga agroindustri-agrobisnsis berkembang.

Anda mungkin juga menyukai