Anda di halaman 1dari 14

Proposal Penelitian

PERENCANAAN KOTA
Perencanaan Pembangunan Nasional
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Kota

Disusun oleh:

Mauliza

UNIVERSITAS TERBUKA
ADMINISTRASI PUBLIK
2021
Makalah Sosiologi Politik

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah


subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kita hidayah, taufik, dan
kelapangan nikmat. Berkat-Nya juga saya diberikan kesempatan dan
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan tugas proposal ini.
Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, beserta kerabat, sahabat,
dan pengikut beliau hingga hari akhir.
Rasa hormat juga tak lupa saya ucapkan kepada Bapak selaku dosen
mata kuliah Perencanaan Kota yang telah memberikan kepercayannnya
kepada saya untuk membuat Proposal Penelitian terkait tentang “Perencanaan
Pembangunan Nasional”
Saya berharap semoga proposal singkat ini bermanfaat dalam
membantu menambah pengetahuan dan wawasan dalam ranah Perencanaan
Kota, dan sejauh ini saya sadar bahwa proposal ini tidak lepas dari kekurangan
dan kesalahan dan tentu sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
berharap adanya saran dan kritik yang membangun untuk pembelajaran
pembuatan proposal selanjutnya.

Wawai Gardu, 27 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................................

i
Makalah Sosiologi Politik

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Perencanaan Pembangunan Nasional.................................................................3
2.2 Pengertian Pembangunan...................................................................................5
2.3 Model-Model Pembangunan..............................................................................6
2.4 Perencanaan Pembangunan................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................9
3.2. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
Makalah Sosiologi Politik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Pembangunan Nasional

A. PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengertian perencanaan pembangunan dapat didefinisikan berdasarkan unsur-unsur


yang membentuknya, yakni perencanaan dan pembangunan. Pengertian dan
karakteristik perencanaan secara umum telah dibahas dalam Modul 1. Dalam konteks
pembahasan mengenai perencanaan pembangunan, pengertian dan lingkup
terminologi tersebut perlu dipahami terlebih dahulu sebagai landasan untuk
memahami perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan pembangunan
daerah.

Salah satu definisi yang sering dipergunakan dalam konteks perencanaan


pembangunan adalah: suatu proses yang terus-menerus yang melibatkan keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada dengan sasaran
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datang (Conyers & Hills,
1984). Untuk konteks Indonesia, salah satu pengertian perencanaan yang disepakati
secara formal adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (UU No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional).

3
Makalah Sosiologi Politik

Dari definisi di atas dan berbagai definisi lain tentang perencanaan, dapat disimpulkan
bahwa dalam perencanaan pada umumnya terkandung beberapa hal pokok yang dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur dalam perencanaan. Adapun unsur-unsur perencanaan
meliputi (Bratakusuma, 2003):

1. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta. Ini berarti bahwa


perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan pada asumsi asumsi yang
didukung dengan fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada.

2. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan


kegiatan yang akan dilakukan. Ini berarti bahwa dalam menyusun rencana
perlu memperhatikan berbagai alternatif/pilihan sesuai dengan

3. kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam
hal ini perencanaan merupakan suatu alat/sarana untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan kegiatan.
4. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan.

5. Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang harus dilaksanakan. S


menentukan dan sulit,

Ang tak k

1. Pengertian Pembangunan

4
Makalah Sosiologi Politik

Pengertian pembangunan seperti halnya perencanaan, mempunyai banyak definisi


yang secara umum mengandung esensi bahwa pembangunan adalah proses untuk
melakukan perubahan atau suatu proses perubahan yang disengaja untuk
mencapai perbaikan kehidupan dan penghidupan yang berkesinambungan.
Beberapa pengertian yang selama ini berkembang tentang pembangunan adalah
sebagai berikut:

a. Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang


berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(Siagian, 1994). Suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik
melalui upaya yang Dilakukan secara terencana (Kartasasmita,
1994:9). Proses multidimensional yang melibatkan perubahan-
perubahan mengidentikkan pe mendasar dalam struktur sosial, perilaku
sosial, dan institusi nasional, di samping akselerasi pertumbuhan
ekonomi, pengurangan ketidak merataan, dan pemberantasan
kemiskinan (Todaro, 1994).

d. Proses natural mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu terwujudnya masyarakat


makmur sejahtera secara adil dan merata (Soemodiningrat. 2001).

e. Pembangunan adalah proses di mana anggota-anggota suatu masyarakat


meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk memobilisasi
dan mengelola sumber daya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang
berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka
sendiri (Korten, 1993).

f. Pembangunan mengandung unsur-unsur usaha atau proses, peningkatan.


Kemajuan, atau perubahan ke arah kemajuan; berkesinambungan; dilakukan

5
Makalah Sosiologi Politik

secara sadar atau dengan sengaja; terencana; untuk tujuan pembinaan; dilakukan
secara bertahap (Khairuddin, 1992 24).

g. Transformasi berbagai faktor dalam unsur sistemik yang secara sengaja


dilakukan oleh suatu bangsa untuk mencapai tingkat kehidupan yang secara
kualitatif dan kuantitatif lebih tinggi.Menurut Bryat & White (1987)
pembangunan adalah satu di antara konsep-konsep paling mendesak di zaman kita
sekarang ini. Menurutnya, pembangunan memancing pertanyaan-pertanyaan sulit
tentang nilai-nilai, teknik-teknik, dan pilihan-pilihan. Pembangunan memunculkan
kembali pertanyaan klasik tentang hakikat “masyarakat yang baik”, dan juga
masalah siapakah yang harus menentukan isi dan tujuan masyarakat. Karena
masalah masalah itu luas dan sulit, mudahlah orang mengaburkannya dalam
generalisasi, menggunakan istilah pembangunan sebagai eufemisme untuk
perubahan, modernisasi, atau pertumbuhan.

Sebagai suatu kajian, pembahasan tentang pembangunan senantiasa dikaitkan


dengan negara-negara Dunia Ketiga/Negara Berkembang sehingga melahirkan
Teori Pembangunan (Development Theories) yang berupaya menjelaskan
persoalan pembangunan yang dihadapi oleh negara-negara Dunia Ketiga dalam
berbagai dimensinya: ekonomi, sosial dan politik; serta bagaimana arah yang
harus ditempuh untuk menjawabnya. Teori pembangunan ini merupakan
mainstream dan teori yang dominan mengenai perubahan sosial.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya. Pemikiran


yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan
modernisasi dan industrialisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek
perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta
industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-
masing mempunyai latar belakang, asas dan hakikat yang berbeda serta prinsip

6
Makalah Sosiologi Politik

kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang


merefleksikan perubahan (Bratakusuma, 2003).

Perbedaan antara pembangunan dengan perkembangan pembangunan adalah suatu


proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan
terencana; sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara
alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.

Keterkaitan pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi dapat ditelusuri


dari awal konsep modernisasi dan industrialisasi berkembang. Istilah modernisasi
mulai dikenal sejak munculnya revolusi industri di Inggris pada abad ke-18. Pada
saat itu terjadi suatu proses transformasi dalam masyarakat karena teknik-teknik
produksi tradisional diganti dengan alat-alat mesin modern. Gejala ini akhirnya
meluas sampai ke negara-negara Eropa dan Amerika. Karena awal modernisasi
terjadi pada sektor industri, modernisasi sering juga disebut sebagai era
industrialisasi. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan
masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun
tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah
merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses transformasi dan perubahan
dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial,
budaya, dan sebagainya. Karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses
perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan
menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses
perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya
ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat
yang tradisional.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Bryant & White (1987) bahwa
wawasan pembangunan ini berbeda dengan modernisasi maupun pertumbuhan
sebagaimana definisi yang umum diberikan atas keduanya. Kendati telah tumbuh

7
Makalah Sosiologi Politik

teori yang kaya mengenai konsep modernisasi, praktis tidak mungkinlah


menceraikan modernisasi dari identifikasi dengan westernisasi dan industrialisasi.
Modernisasi sering didefinisikan dalam kaitan dengan spesialisasi yang
berkembang dan juga perkembangan aneka struktur serta institusi, tetapi dalam
bahasa yang gampang ia berarti dipakainya simbol, gaya, dan teknologi Dunia
Pertama. Namun demikian, suatu negara dapat saja menjadi modern dalam gaya
maupun teknologi tetapi tetap tidak mampu mempengaruhi masa depannya atau
mengembangkan potensinya. Dan, kendati pertumbuhan mungkin dapat
memperbaiki keadaan, pertumbuhan saja tidaklah mencukupi.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, para


ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep
pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan
sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena
perubahan yang dimaksud adala peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang
pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga
perkembangannya hingga saat pertumbuhan. Kesepakatan yang dapat menolak
asumsi tersebut. Dengan demikian dapat menuju arah ini belum ditemukan adanya
suatu dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari

2.2 (Re)produksi Kekuasaan

Menurut Blau (1964), dengan mengikuti Richard M. Emerson, ada empat


kemungkinan yang logis di mana individu dapat menjauhi kepatuhan:

1. la dapat memperoleh pelayanan yang sama sehingga, dengan demikian


hubungan dengan yang lainnya masih merupakan hubungan timbal balik yang
sama.
2. la dapat memperoleh pelayanan yang sama di mana-mana.
3. Ia dapat menekan yang lain untuk memberikan pelayanan, hal ini merupakan
hasil dari dominasinya terhadap yang lain.
4. Ia bekerja tanpa mengharapkan pelayanan seperti itu atau ia menemukan
beberapa penggantinya.

8
Makalah Sosiologi Politik

Dari pandangan Blau tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kekuasaan


merupakan hasil hubungan pertukaran yang timpang. Kekuasaan muncul ketika
seseorang atau ke lompok orang membutuhkan sesuatu dari seseorang atau
kelompok orang lainnya, namun tidak mempunyai sesuatu yang sama nilainya
sebagai penukar; sehingga barang dan jasa yang dibutuhkan tersebut hanya bisa
dipenuhinya melalui ketundukan atau kepatuhan terhadap kekuasaan mereka yang
menguasai barang dan jasa tersebut.

Kekuasaan atau kewenangan memiliki fungsi bagi bertahannya suatu masyarakat


atau bertahannya struktur sebagai suatu sistem sosial. Itu artinya bahwa kekuasaan
diperlukan untuk mempersatukan atau mengintegrasikan masyarakat. Melalui
kekuasaan, bagian-bagian atau unsur-unsur yang di dalam masyarakat,
dipersatukan olehnya. Sebab kekuasaan, seperti yang dikatakan tadi,
mencerminkan konsensus nilai dalam masyarakat. Untuk memahami analisis
fungsional, kita perlu memahami pandangan para sosiolog dari perspektif ini,
yaitu Kingsley Davis dan Wilbert Moore (1945), bagaimana kekuasaan ha dir
dalam masyarakat. Davis dan Moore berpendapat bahwa:

1. Masyarakat terdiri dari berbagai macam posisi.


2. Masyarakat harus memastikan bahwa setiap posisi terisi.
3. Beberapa posisi lebih penting dibandingkan dengan beberapa posisi yang lain.
4. Posisi-posisi yang lebih penting harus diisi oleh orang yang memiliki
kualifikasi yang lebih dibandingkan yang lain.
5. Untuk memotivasi orang yang memiliki kualifikasi yang lebih, masyarakat
harus menawarkan kepada mereka ini balan yang lebih besar misalnya
kekuasaan.

Dari beberapa perspektif analisis yang disajikan di atas tampak bahwa setiap
perspektif memberikan analisis yang berbeda terdapat (Re)produksi kekuasaan.
Mana perspektif yang lebih bagus? Jawabannya tergantung di sisi mana kita
berdiri untuk melihat sesuatu. Setiap sudut pandang memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Apakah dengan demikian tidak bisa melihatnya secara
komprehensif? Bisa, dengan melakukan pendekatan eklektik, yaitu meramu
berbagai sudut pandang yang ada sehingga muncul pemahaman yang holistis dan
komprehensif.1
1
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2010), hal. 75-82

9
Makalah Sosiologi Politik

2.3 Distribusi Kekuasaan

1. Konsep Distribusi Kekuasaan

Sebelum diskusi tentang distribusi kekuasaan, ada baik nya terlebih dahulu kita
membicarakan konsep distribusi. Distribusi berakar dari bahasa Inggris distribution,
yang ber arti penyaluran. Sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan Kamus
Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Shadily, bermakna membagikan,
menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan mengageni. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi dimaksudkan seba gai penyaluran
(pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Jadi,
berdasarkan rujukan di atas, distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran
barang atau jasa kepada pihak lain.2

2. Stratifikasi Sosial sebagai suatu Fenomena Distribusi

Distribusi kekuasaan dalam masyarakat dapat dilihat melalui stratifikasi sosial


(Lenski, 1966 dan Kartono, 2007). Untuk mendalami hal ini, maka ada baiknya kita
bahas lagi apa yang dimaksudkan dengan stratifikasi sosial. Berikut beberapa
pandangan ahli tentang konsep stratifikasi sosial:

a. James M. Henslin (2007: 178): stratifikasi sosial merupa kan suatu sistem di
mana kelompok manusia terbagi da lam lapisan-lapisan sesuai dengan
kekuasaan, kepemi likan, dan prestise relatif mereka. Stratifikasi sosial me
rupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kel ompok manusia ke
dalam suatu hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka. Oleh
sebab itu, strati fikasi sosial tidak merujuk pada individu.
b. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1989: 1): jika di gunakan sebagai kata
benda, maka stratifikasi sosial ber arti sistem perbedaan status yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Jika digunakan sebagai kata kerja, maka stratifikasi
sosial adalah proses penyambungan dan pe. rubahasn sistem perbedaan status.
c. Kamanto Sunarto (2004: 83): pembedaan anggota ma syarakat berdasarkan
status yang dimilikinya dinama kan stratifikasi sosial. Status yang dimiliki
bisa berupa kekuasaan, kekayaan, penghasilan, prestise atau yang lain.3

3. Proses dalam Distribusi Kekuasaan


2
Ibid, hal. 83
3
Ibid, hal. 84

10
Makalah Sosiologi Politik

Bagaimana proses distribusi kekuasaan terjadi dalam suatu masyarakat atau


komunitas? Secara umum proses distribusi kekuasaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu
distribusi melalui pemberian (distribution by ascription) dan distribusi melalui usaha
(distribution by achievement).4

2.4 Bagaimana Seseorang dapat Memiliki Kekuasaan dalam Bidang Politik


dengan Menjadi Seorang Legislator?

Orang yang menjadi wakil rakyat (legislatif) tentu memiliki "pintu" atau saluran ke
dalam dunia politik sehingga mampu memperoleh posisi tersebut. Pintu pertama
adalah dengan mengikuti rekruitmen untuk menjadi anggota partai politik. Proses ini
dikenal dengan istilah rekruitmen politik untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan. Partai politik sendiri melakukan penyeleksian terhadap anggota yang akan
didaftarkan sebagai perwakilan calon legislatif dari partai politik tersebut.

Selanjutnya partai perlu menentukan daerah pemilihan (dapil) dari calon tersebut.
Pemilihan daerah ini terkait sejauhmana pengaruh dari calon tersebut dalam
masyarakat setempat. Hal ini penting diperhitungkan sebab akan berpengaruh pada
jumlah suara yang akan didapatkan, Partai politik kemudian mendaftarkan calon dari
setiap partai politik ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Selanjutnya mereka mengikuti proses verifikasi data, menentukan nomor
urut sesuai daerah pemilihan atau dapil. mengikuti proses kampanye terbuka bagi
setiap calon untuk5 menarik simpati dari rakyat. Caleg tidak dibolehkan melakukan
kampanye yang memiliki unsur SARA atau membagikan uang pada masyarakat
(money politics), mengikuti masa tenang setelah kampanye terbuka, dengan
melakukan pencabutan baliho dan pamplet atau atribut kampanye lainnya. Tahapan
dan proses ini ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), wajib diikuti oleh
setiap calon partai politik karena jika tidak akan mendapatkan sanksi dari Badan
Pengawas Pemilu (BAWASLU).

Setiap partisan politik mengharapkan pemilu dilangsungkan secara langsung, umum,


bebas, rahasia, jujur, dan adil. Prinsip ini penting diterapkan terutama ketika
penghitungan suara yang diperoleh oleh setiap calon dari partai politik. Proses ini
menentukan siapa-siapa saja wakil rakyat yang menang dan dari partai apa ia berasal.
Bagi mereka yang merasa tidak puas, terdapat mekanisme pengaduan kepada lembaga
4
Ibid, hal. 90
5
Susi Fitria Dewi, Sosiologi Politik (Yogyakarta: GRE PUBLISHING, 2017), hal.28

11
Makalah Sosiologi Politik

Bawaslu yakni tiga hari setelah hasil pemilu diumumkan. Kesempatan ini dapat
diambil bagi pihak yang merasa ada kecurangan dari lawan politiknya.

Setelah seluruh proses selesai maka ditentukan hari pelantikan bagi calon yang telah
terpilih. Setelah dilantik, maka ia memiliki wewenang, hak dan kewajiban serta
kekuaaan dalam pengambilan keputusan. Keseluruhan proses ini disebut sebagai
upaya mendapatkan kekuasaan secara sah.6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pemikir Sosiologi tentang Kekuasaan sebagai berikut:


 Max Weber, menurutnya terdapat perbedaan antara kekuasaan (kewenangan)
yang sah dengan kekuasaan yang dilandasi oleh paksaan atau tidak.
 Bertrand Russel, menurutnya kekuasaan sebagai hasil pengaruh yang
diinginkan.
 Charles F. Andrain, Kekuasaan diperoleh melalui penggunaan sejumlah
sumber daya (aset atau kemampuan) untuk memperoleh kepatuhan dari orang
lain.
 Michel Foucault, keterkaitan antara pengetahuan dengan kekuasaan begitu
dekat dan saling mempengaruhi.
2. Maksudnya reproduksi kekuasaan adalah kekuasaan merupakan hasil
hubungan pertukaran yang timpang.
3. Konsep Distribusi Kekuasaan dapat dilihat melalui stratifikasi sosial (Lenski,
1966 dan Kartono, 2007)
4. Orang yang menjadi wakil rakyat (legislatif) tentu memiliki “pintu” atau
saluran ke dalam dunia politik sehingga mampu memperoleh posisi tersebut.

3.2 Saran

6
Ibid, hal. 30

12
Makalah Sosiologi Politik

Saran yang bisa saya berikan adalah berupa perlunya kita berjalan melihat bagaimana
kondisi ataupun keadaan kita saat ini, terutama mengenai Sosiologi Politik ini, karena
Sosiologi Politik ini mempunyai tujuan agar masyarakat atau anggota berperilaku
sesuai dengan aturan dan nilai yang telah di tetapkan bersama.

Daftar Pustaka

Fitria, Susi Dewi. 2017. Sosiologi Politik. Yogyakarta: GRE PUBLISHING

Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP

13

Anda mungkin juga menyukai