Anda di halaman 1dari 27

Mauliza

ADPU4340

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Administrasi Pemerintahan Desa


ADPU4340

No. Soal Skor


1. Jawablah pertanyaan berikut: 20
a. Berikan analisa Saudara terkait pemerintahan desa yang masuk ke dalam kelompok
organisasi pelayanan!
b. Dan jelaskan mengapa kedudukan perencanaan pembangunan desa tidak masuk ke
dalam sistem perencanaan pembangunan nasional?

Petunjuk:
1. Saudara dapat mengemukakan terlebih dahulu definisi organisasi pelayanan, lalu
hubungkan keterkaitannya dengan pemerintahan desa.
2. Selanjutnya kemukakan analisa Saudara terkait kedudukan desa dalam pembangunan
nasional, Saudara dapat berpedoman pada UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Berikan analisa Saudara terkait kelebihan dan kekurangan dari penerapan desentralisasi 20
fiskal oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah desa!

Petunjuk:
Saudara diharapkan dapat mengemukakan terlebih dahulu desentralisasi fiskal dan
hubungkan dengan kewenangan desa dalam hal keuangan.

3. Sebutkan dan jelaskan 6 (enam) komponen yang dapat membentuk sistem logistik dan 20
berikan analisa Saudara apa yang menjadi kekurangan desa dalam hal manajemen logistik
lalu bagaimana cara penyelesaiannya!

Petunjuk:
• Sebutkan komponen yang dapat membentuk sistem logistik.
• Berikan analisa saudara terkait kekurangan desa dalam pengelolaan kekayaan milik

desa dan berikan solusinya.


Mauliza
1 dari 2

ADPU4340

4. 1. Berikan analisa Saudara terkait konsep pengawasan yang efektif menurut Koontz 40
(1996:209) lalu buatkan hubungannya dengan pelayanan pemerintah desa kepada
masyarakat!
2. Berikan analisa Saudara terkait mekanisme pertanggungjawaban Kepala desa, baik
kepala desa yang dipilih langsung oleh warga desa dan Kepala Desa yang dipilih secara
adat desa (desa adat).

Petunjuk:
1. Ingatlah komponen-komponen dalam konsep pengawasan yang dikemukakan oleh
Koontz (1996:209) dan ingatlah bentuk - bentuk pelayanan pemerintah desa terhadap
masyarakat, lalu buatlah hubungannya.
2. Peran kepala desa dalam memberikan tanggung jawabnya, gunakan UU No 6 Tahun
2014 tentang Desa sebagai pedoman.

Skor Total 100


Jawaban Soal:
Mauliza
1. Jawaban no satu:
a. Saya ambil contoh
• Manajemen Pemerintahan
Pada prinsipnya tugas pokok pemerintah adalah public service, yaitu pelayanan atau melayani masyarakat.
Tingkat kemampuan pemerintah dengan tingkat kemampuan masyarakat moderen, tradisional maupun
termodern sekalipun harus seimbang atau diimbangi. Disamping itu pemerintah dituntut lebih banyak
memberikan bimbingan, pembinaan serta motivasi mengejar ketertinggalan dari bagian masyarakat yang
lain yang sudah maju, sehingga wajar apabila dalam kondisi seperti ini
dibutuhkan government (pemerintah) dan governance (pemerintahan) yang memadai. Selanjutnya
menurut (A.S Horby,), menyebutkan bahwa governance atau governing yaitu ” mengarahkan atau
mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam suatu negeri ”(Kushandajani, 2001). Apabila
ditinjau dari segi dinamika, kepemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha yang terorganisasikan,
bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu
demi tercapainya tujuan negara. Dari segi struktural fungsional, kepemerintahan berarti seperangkat fungsi
negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas
dasar-dasar tertentu demi tercapainya tujuan negara. Dari segi aspek tugas dan kewenangan negara maka
kepemerintahan berarti seluruh tugas dan kewenangan negara. Kemampuan menyelenggarakan
pemerintahan sangat ditentukan oleh kecakapan menajerial dari eksponen pemerintahan dan berfungsinya
sistem manajemen. Pola penyelenggaraan pemerintahan desa di satu sisi harus mengikuti tuntutan
modernitas, namun di sisi lain harus peka terhadap konteks budaya setempat. Dari tinjauan tersebut,
apabila governance sudah berjalan dengan baik serta dalam tataran implementasinya telah
mengakomodasi empat komponen yang meliputi : Hak azazi manusia (human right), masyarakat madani
(civil society), demokratisasi dan globalisasi, maka kepemerintahan yang ada telah berkualifikasi baik atau
diistilahkan ”good governance”. Birokrasi Indonesia memiliki pengertian suatu sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, cara pemerintahan yang sangat dikuasai
oleh pegawai. Birokrasi pemerintah Indonesia memiliki peranan sebagai stabilisator (menciptakan suasana
aman dan stabil); dinamisator (menggerakkan); inovator (pembaharuan); arbitrator dan moderator
(perantara).
• Enterpreneurial Government (EG)
Istilah lain manajemen pelayanan public, dengan ciri-ciri:
1. Mengedepankan kompetisi,

2. Mampu memberdayakan masyarakat (dengan membatasi peran birokrasi),

3. Berorientasi pada hasil (outcome),

4. Lebih menggunakan misi ketimbangan aturan sebagai daya dorongnya

5. Mencoba semaksimal mungkin mencegah (prevent) persoalan yang muncul ketimbang


memecahkannya,

6. Menggunakan semua potensi yang ada untuk earning money ketimbang membelajakannya,

7. Mengedepankan desentralisasi dan mendorong partisipasi, mengadopsi mekanisme pasar dalam


manajemen pelayanan public, dan

8. Mengutamakan peran sebagai katalisator ketimbang sebagai pengelola pelayanan publik.

• Penerapan model ini pertama kali dilakukan oleh Clinton di Amerika Serikat. Keberhasilan model
pemerintahan ini diindikasi dengan angka pengangguran menurun tajam, pertumbuhan ekonomi
meningkat pesat, dan peluang kerja terbuka lebar (Surundajang, 2003, 203-205)
Mauliza
• Pemerintahan Desa
Pemerintahan Desa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat publik dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan suatu organisasi publik. Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa
dan BPD. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa, kewenangan Desa yang ada untuk penguatan pemerintahan desa ke depan meliputi:
• Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;

• Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya


kepada desa;

• Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.;

• Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa;
(Undang-Undang No. 32 tentang Pemerintahan Desa).

Sedangkan menyangkut tugas pembantuan yang harus dilakukan oleh pemerintah desa sebagai suatu
wilayah otonom, sesuai pasal 207 Undang – undang 32 tahun 2004 menyebutkan ”Tugas pembantuan dari
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota kepada desa disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia”.

Berangkat dari pengertian diatas tampak bahwa desa sebagai wilayah yang memiliki otonomi tersendiri,
ternyata pada satu sisi desa memiliki kewenangan/ tugas internal yakni kewenangan dalam mengelola
manajemen pemerintahan dalam desa, dan secara eksternal pada sisi lain desa juga menerima pelimpahan
dan penyerahan tugas dari Pemerintah di atasnya yakni Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

Diharapkan mereka akan mampu melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya, sehingga
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di desa dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik. Kepala yang berfungsi sebagai pelayan
masyarakat (pamong), yang merupakan paradigma baru dan berbeda dari peran sebelumnya, yang hanya
menekankan fungsi sebagai pangreh praja.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 12 ayat (2) menyebutkan, ”perangkat desa
terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya” kemudian pada ayat (3) menyebutkan ”perangkat
desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :

1. Sekretariat desa;

2. Pelaksana teknis lapangan; danb.

3. Unsur kewilayahan.

Kepala Desa mempunyai Tugas, Wewenang, Kewajiban sebagai mana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 pasal 14 ayat (1) menyebutkan ”Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.” kemudian pada ayat (2) menyebutkan Kepala
desa mempunyai wewenang:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama


BPD;

2. Mengajukan rancangan peraturan desa;


Mauliza
3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDes untuk dibahas dan
ditetapkan bersama BPD;

5. Membina kehidupan masyarakat desa;

6. Membina perekonomian desa;

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk
mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan melaksanakan wewenang lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005).

Guna mencapai suatu tatanan penguatan manajemen pemerintahan desa yang sudah baik menjadi lebih
baik lagi maka penyerahan urusan kewenangan kepada desa harus melalui langkah-langkah strategis.
Langkah-Iangkah tersebut yaitu:

1. inventarisasi kewenangan

2. penetapan kewenangan yang diserahkan

3. penetapan peraturan daerah kabupaten dan kota

4. perumusan sarana dan pembiayaan serta capacity building

5. sosialisasi pemerintahan desa

6. kesediaan pemerintahan desa dalam peraturan desa

7. penyerahan urusan

Langkah-Iangkah strategis tersebut digunakan untuk cepatnya pelayanan kepada masyarakat. Urusan
kabupaten dan kota yang diserahkan ke desa merupakan hal-hal yang berkaitan langsung pada pokok-
pokok persoalan masyarakat yang dalam hal ini adalah penerbitan surat ijin mendirikan bangunan (1MB),
pengelolaan pasar desa, penerbitan ijin galian C, tujuan wisata pedesaan, pembersihan jalan-jalan
kabupaten dan tepi sungai, penerbitan surat kenal lahir, pengaturan tata pemukiman dan pengelolaan hutan
desa. Dengan adanya penyerahan urusan-urusan tersebut maka diharapkan pemerintah desa dapat menjadi
unit pelayanan pemerintahan terdepan yang dapat mengatur hal hal yang bersifat asli desa, sehingga
keputusan final dapat langsung diambil oleh desa. (Eko Prasetyanto, 04 November 2009}

Desa mempunyai peran dan fungsi yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan serta pembinaan dan pelayanan masyarakat. Karena desa merupakan tempat bertemunya
kebijakan pemerintah dan aspirasi dari masyarakat, tempat dikoordinasikannya program-program
pembangunan yang masuk ke wilayah perdesaan. Disamping itu desa juga sebagai tempat terwujudnya
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, tempat pemberian
pelayanan kepada masyarakat secara langsung dan tingkat pemerintahan yang mendukung Pemerintahan
Kabupaten.
Mauliza
• Manajemen Kinerja pada Organisasi Publik
Manajemen kinerja (performance management) adalah suatu upaya untuk memperoleh dan meningkatkan
hasil terbaik dari tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi, kelompok dan individu-individu
melalui pemahaman dan penjelasan kinerja dalam suatu kerangka atau tujuan-tujuan terencana, standar
dan persyaratan-persyaratan atribut atau kompetensi yang disetujui bersama. Manajemen kinerja bersifat
menyeluruh dan menjamah semua elemen, unsur atau input yang harus didayagunakan oleh organisasi dan
manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi. Dengan kata lain, manajemen kinerja berhubungan
dengan perencanaan strategis, anggaran keuangan pengembangan pegawai, dan program peningkatan
kualitas. Manajemen kinerja memberi dasar bagi pengelolaan pegawai secara efektif dan memberi layanan
bermutu bagi customer dan atau pengguna sebab semua orang bekerja dalam kapasitas penuh serta
bergerak ke arah yang sama.
Untuk menghasilkan kualitas kerja yang optimal, salah satu indikatornya akan dipengaruhi oleh sikap dan
perilaku manajemen eksekutif (Mirriam Sjofyan Arif, dkk, 2005).
Merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan adalah tindakan simultan dan saling
berhubungan, yang akan membawa pada peningkatan hasil kinerja. Intensitas penerapan sikap dan
perilaku yang bermutu merupakan filosofi untuk mengubah paradigma manajemen eksekutif lama yaitu
dari sikap dan perilaku yang dilayani, menjadi manajemen eksekutif yang melayani publik secara bermutu
(prima).

• Metodologi Penelitian
Pada bagian ini akan membahas tentang berbagai aspek metodologi yang menjadi landasan pada penelitian
ini, yaitu metode penelitian, metode pengambilan data, dan metode analisis data.
1. Metode Penelitian
Penelitian yang dijalankan selama waktu 5 bulan April 2009 – Agustus 2009 ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dimana, menurut Bogdan dan Taylor dalam Maleong (2000, 3) dikatakan
bahwa penelitian deskriftif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati yang selanjutnya diiterpretasikan oleh
peneliti, jadi dalam hal ini ingin mengungkapkan gambaran riil yang ada dilapangan dengan menganalisis
data yang tersedia.

2. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk memperoleh data antara lain dengan metode wawancara mendalam
(indepth interview) dan metode observasi. Metode wawancara dalam hal penelitian ini dilakukan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada unit analisis dengan menelusuri
hasil interview yang berkembang. Artinya, wawancara dapat berkembang sesuai situasi objek materi yang
berkembang. Sedang observasi dilaksanakan secara langsung di lapangan untuk mendapatkan informasi
atau data populasi penelitian baik yang berupa obyek maupun subyek yang ada kaitannya dengan
penelitian ini. Alasan penggunaan metode ini antara lain adalah metode yang digunakan mudah dan praktis
untuk mengumpulkan data primer (Indriantoro dan Supomo, 2009).
3. Metode Analisis Data
Metode pertama untuk menganalisisa data dan informasi yang berhasil dikumpulkan peneliti adalah teknik
analisa data trianggulasi, yaitu:

1. Trianggulasi metode: jika informasi atau data yang berhasil didapatkan (misalnya dari wawancara)
perlu diuji kebenarannya dengan hasil observasi.

2. Trianggulasi sumber : jika informasi tertentu, misalnya ditanyakan kepada responden yang berbeda
atau dengan bukti dokumentasi.

3. Trianggulasi situasi : bagaimana penuturan seorang responden jika dalam keadaan ada orang lain
dibanding dengan dalam keadaan sendirian.
Mauliza
4. Trianggulasi teori : apakah ada keparalelan penjelasan dan analisis atau tidak antara satu teori
dengan teori yang lain terhadap data hasil penelitian (Hamidi, 2004, 83).

Metode kedua yang dipergunakan pada penelitian ini adalah studi komparasi, yaitu penelitian yang
bertujuan mengetahui kondisi dari perbandingan antara dua atau lebih data, yaitu data-data dari hasil
interview dan observasi di ketiga desa/ kalurahan. Dalam hal ini hasil perbandingan obyek yang diteliti,
kemudian didapatkan hasil terbaik dari pelaksaknaan pemerintahan desa.

• Pelaksanaan Manajemen pemerintahan Desa


1. Dari sisi kemampuan anggaran, Desa Plipir memiliki kemandirian anggaran sebesar 61,1% dari
RAPBDesnya, kemudian disusul Desa Wonotulus dengan tingkat kemandirian sebesar 53,3%.
Sedang Kalurahan Paduroso kemandirian anggarannya masih di bawah target, yaitu 48,89%.
Kemampuan desa Plipir ini ditopang oleh kesadaran masyarakatnya terhadap pembangunan
desanya. Semangat gotong royong dan kemandirian ekonomi desa menjadi kunci dari keberhasilan
desa di dalam mengatasi kecukupan APBDes/ APBKal-nya.
2. Jika ditinjau dari kerjasama dengan BPD dalam hal penetapan perencanaan program dan
RAPBDes/RAPBKal masing-masing pemerintah desa/ kalurahan, survey menunjukkan bahwa
masing-masing desa telah melakukan kerjasama dengan BPD. Bahkan BPD difungsikan sebagai
mitra kerja bagi pemerintah desa/ kalurahan. Hanya tingkat kualitas kinerjanya yang berbeda,
karena hal ini berkaitan dengan SDM BPD.
3. Dalam hal pemberdayaan masyarakat, strategi yang ditempuh pemerintah desa/ kalurahan hampir
sama, yaitu mengefektifkan swadaya masyarakat, terutama untuk dana pembanguna desa. Selain
itu masing-masing desa/ kalurahan menempuh jalan: Desa Plipir lebih mengefektifkan pendapatan
gotong royong. Sementara pemerintah desa Wonotulus menempuh upaya penyisihan imbal balik
PBB agar mampu menyokong kebutuhan desa. Pemerintah kalurahan Paduroso pungutan pologoro
dari penjualan tanah masyarakat.
4. Peningkatan ekonomi pedesaan, secara umum dari sample, observasi dan wawancara
menunjukkan bahwa pemerintah desa belum menjalin kemitraan dengan investor, baik lokal
maupun luar desa untuk mengembangkan potensi di wilayah desa/ kalurahannya. Sumber daya
alam, baik pertanian maupun potensi perdagangan (pasar tradisional) belum digarap secara
maksimal. Pada hal, potensi ini akan mendatangkan kemakmuran bagi warganya, dan sekaligus
akan memberi masukan keuangan (retribusi) kepada pemerintah desa/ kalurahan.

• Strategi untuk mengimplementasikan manajemen pemerintah desa/ kalurahan:


1. Masing-masing desa/ kalurahan telah membuat perencanaan program kerja dan anggaran di setiap
tahunnya bersama-sama dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) dengan mengacu pada Visi, Misi
dan Renstra masing-masing pemerintah desa/ kalurahan.

2. Membuat deskripsi kerja kepada masing-masing aparat, dan dievaluasi kinerjanya pada setiap
tahunnya (fungsi controlling). Persoalan yang dihadapi adalah kompetensi SDM yang masih
kurang, sehingga pelaksanaan kinerja SDM berjalan tidak maksimal. Ini berakibat pada hasil
kinerja yang masih berada di bawah standar.

3. Koordinasi program kerja (fungsi actuating) belum dapat dilaksanakan secara optimal, terutama
pada koordinasi program kegiatan. Lemahnya fungsi ini ini dikarenakan kemampuan dan
kompetensi SDM kepala desa/ lurah dan perangkat desa yang kurang memadai. Keadaan ini
berdampak pada ketidakterlaksananya program evaluasi kegiatan kepemerintahan. Pada hal kunci
pokok untuk meningkatkan kinerja manajerial pemerintahan desa terletak pada keberhasilan dalam
evaluasi dan program perbaikan kegiatan manajerial.

4. Dari sisi kepemimpinan, lurah dan/ atau kepala desa adalah top figure yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat dan perangkat desa lainnya. Secara manajerial hal ini tidak baik, karena posisi ini
menempatkan kepala desa/ lurah sebagai pangreh praja yang serba bisa. Kondisi ini berakibat
Mauliza
sering terjadi lurah/ kepala desa kurang mendelegasikan pekerjaan dan wewenangnya kepada staf-
stafnya. Bahkan stempel desa/ kalurahan sampai dibawa ke rumahnya. Hal ini terjadi, karena
kantor kalurahan/ desa setiap hari tidak buka secara optimal (jam kerja); SDM aparat kalurahan/
desa yang kurang termotivasi kerjanya; budaya masyarakat yang pragmatis kepada kepala desa/
lurahnya.

• Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Strategi yang dapat digunakan dalam mengupayakan pengelolaan sumber daya yang ada dalam
rangka optimalisasi penerapan manajemen pemerintahan desa/ kalurahan adalah :

a. Membuat perencanaan program, koordinasi program, pengendalian program, dan evaluasi


program yang dapat mendorong pengelolaan sumber daya yang ada. Dalam hal ini, peran
swadaya masyarakat dikembangkan di dalam pembangunan desa/ kalurahan. Pemerintah
desa/ kalurahan mampu mengangkat martabat masyarakat desa sebagai subjek
pembangunan.

b. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakatnya dengan melalui program P2KP, UED,


koperasi desa, dan lain-lain.

c. Menjalin kemitraan dengan investor untuk mendayagunakan potensi sumber daya alam di
desa/ kalurahan.

2. Strategi yang digunakan untuk implementasi manajemen pemerintahan desa/ kalurahan adalah :

a. Menjalankan proses otonomi pemerintahan desa dan kelurahan.

b. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah yang ada untuk lebih cepat mengakses
informasi yang ada.

c. Mengubah pola kepemimpinan yang ada menjadi pola kepemimpinan partisipasif dan
demokratis dengan berbasis pada budaya setempat.

d. Pengelolaan perangkat desa yang perlu ditingkatkan oleh kepala desa/ lurah untuk
memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

e. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada secara optimal.

3. Implementasi visi, misi, dan renstra sebagai pedoman manajemen pemerintahan desa/ kalurahan :

a. Pada kebijakan investasi, masing masing desa/ kalurahan harus mampu mengeksplorasi
potensi desanya. Upaya ini bisa dijalankan dengan cara : menjalin kemitraan dengan
investor; memberdayakan masyarakat agar memiliki kemandirian secara ekonomi,
memanfaatkan potensi alam untuk dijadikan basis usaha, dll.

b. Di dalam proses pengambilan keputusan, pemerintah Kalurahan Paduroso, Desa Plipir, dan
Desa Wonotulus melakukan berdasar pada regulasi dari Pemerintah Kabupaten Purworejo.
Mauliza
Setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah desa terlebih dahulu dibahas dan disyahkan
oleh BPD.

c. Idealnya prioritas program kerja dari masing-masing desa/ kalurahan selalu berpedoman
atas rencana operasi dan rencana strategis desa/ kalurahan. Namun implementasi hal
tersebut belum dijalankan secara konsekuen, bukan program-program yang bersifat
rutinitas dari tahun ke tahun.

b. Karena pada UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,


kedudukan perencanaan pembangunan desa dari Pengalaman IRE selama mengawal
pelaksanaan UU Desa, khususnya dalam penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP Desa), menemukan beberapa hal yang krusial. Pertama, harmonisasi antar
regulasi perencanaan pembangunan desa. Regulasi teknis turunan dari UU No 25/2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, belum harmonis dengan Permendagri 114/2014. Peluang terjadinya
disharmoni muncul pada tatakala waktu proses penyusunannya maupun subtansi Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan RKP Desa tahun 2016. Menyusun RKPD tahun
2016 membutuhkan Musrenbang desa pada bulan Januari 2015, pada rentang waktu
Januari-Juni desa pun harus menyelenggarakan Musdes untuk menyusun RKP Desa.
Setelah Musdes selesai gelaran Musrenbang desa pun harus kembali dilaksanakan pada
bulan Juli-September 2015. Artinya, masyarakat desa akan sering bermusyawarah dan
membicarakan tema yang kurang lebih sama. Suatu proses yang melelahkan dan
mengulang-ulang hal yang sama.

Kedua, daerah beragam merespon Permendagri 114/2014.

Ketiga, tanpa landasan kewenangan desa yang legal.

Keempat, mengusulkan kewenangan desa diatur dan diurus kabupaten.

Lalu dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah diatur dalam BAB VIII
tentang KELEMBAGAAN:

Pasal 32

1. Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional.


2. Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Nasional, Presiden dibantu oleh Menteri.
3. Pimpinan Kementerian/Lembaga menyelenggarakan perencanaan pembangunan sesuai dengan
tugas dan kewenangannya.
4. Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan tugas-
tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pasal 33

1. Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan Daerah
didaerahnya.
2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Kepala
Bappeda.
3. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah
sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
4. Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan
pembangunan antarkabupaten/kota.
Mauliza
Jawaban no.2: desentralisasi fiskal dan hubungkan dengan kewenangan desa dalam hal keuangan.
Kebijakan sentralisasi menyebabkan ketimpangan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah,
mematikan inisiatif dan kreativitas daerah dan menimbulkan ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat. Penerapan otonomi daerah/desentralisasi yang luas diharapkan mampu mengatasi
permasalahan kebijakan sentralisasi. Desentralisasi fiskal diharapkan dapat menciptakan alokasi
anggaran daerah yang semakin efisien dan mampu menstimulus pertumbuhan ekonomi di daerah.
Desentralisasi fiskal diharapkan akan berdampak besar pada berbagai sektor. Desentralisasi fiskal
memberikan implikasi yang bervariasi terhadap kegiatan pembangunan antar daerah, tergantung pada
pengaturan kelembagaan, dan desain menyeluruh dari pembagian wewenang dan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dari implikasi kebijakan desentralisasi fiskal
memberikan dampak positif dan negatif.

Desentralisasi fiskal pada otonomi desa semakin berkembang terutama dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dengan lahirnya kedua peraturan tersebut maka
lingkup desentralisasi fiskal yang ada pada desa menjadi semakin luas. Dalam lingkup desentralisasi
fiskal, desa mendapatkan tambahan pendapatan desa berupa alokasi dari APBN dan lain-lain pendapatan
yang sah. Selain itu terdapat pula aturan-aturan yang lebih mendetail terkait belanja desa dan alokasi dana
desa. Pertanggungjawaban APBDesa juga diharapkan menjadi lebih transparan dan akuntabel sesuai
dengan visi dan misi dari desentralisasi fiskal itu sendiri. Namun, hal-hal tersebut tidak akan tercapai
apabila tidak dibarengi dengan penguatan kapasitas, kesiapan, dan kemampuan dari perangkat dan unsur
masyarakat desa. Jika kapasitas, kesiapan, dan kemampuan dari perangkat dan unsur masyarakat desa
dikuatkan maka tujuan dari otonomi desa secara umum dan tujuan dari desentralisasi fiskal secara khusus
dapat tercapai dengan maksimal. Dengan demikian maka reformasi keuangan desa dapat terlaksana
dengan efektif, efisien, akuntabel dan transparan.

Saran untuk peneliti yang akan datang adalah mengingat artikel ini masih terbatas pada studi literatur dan
belum masuk keranah pengimplementasian kebijakan secara praktikal, diharapkan peneliti yang akan
datang dapat melanjutkan dengan menggunakan paradigma dan pendekatan penelitian yang lebih
kongkrit, sebagai contoh dapat menggunakan pendekatan studi kasus dalam menilai keefektifan
pelaksanaan desentralisasi fiskal dalam penggunaan dana desa oleh pemerintah desa. Namun demikian
artikel ini setidaknya telah memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan desentralisasi fiskal
secara umum walaupun masih terbatas pada simpulan yang bersifat argumentatif.

Jawaban no 3:

a. 6 (enam) komponen yang dapat membentuk sistem logistik:


Mauliza
SECARA TEORITIS ADA 6 (ENAM) KOMPONEN YANG BERGBUNG UNTUK
MEMBENTUK SISTEM LOGISTIK YANG MELIPUTI :

1. STRUKTUR FASILITAS

SRUKTUR FASILITAS ADALAH FUNDAMENTAL BAGI HASIL AKHIR


LOGISTIKNYA.JUMLAH,BESAR DAN PENGATURAN GEOGRAFIS DARI
FASILITAS-FASILITAS YANG DIOPERASIKAN ATAU DIGUNAKAN ITU
MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN
TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN DAN TERHADAP BIAYA LOGISTIKNYA.

2. TRANSPORTASI

TRANSPORTASI MERUPAKAN MATA RANTAI PENGHUBUNG. ADA TIGA ASPEK


TRANSPORTASI YANG HARUS DIPERHATIKAN KARENA BERHUBUNGAN
DENGAN SISTEM LOGISTIK. PERTAMA ADALAH KECEPATAN/WAKTU
PELAYANAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMINDAHKAN BARANG DARI
TEMPAT YANG SATU KE TEMPAT YANG LAIN, ASPEK KEDUA ADALAH ASPEK
BIAYA TRANSPORTASI UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRNSPORTASI SISTEM
SECARA KESELURUHAN

3. PENGADAAN PERSEDIAAN

PENGADAAN PERSEDIAAN DIPERHITUNGKAN BERDASARKAN PERMINTAAN


ATAU DEMAND PELANGGAN. HAL INI PENTING GUNA EFISIENSI BIAYA SISTEM
SECARA KESELURUHAN.

4. KOMUNIKASI

KOMUNIKASI SERING KALI DIABAIKAN DALAM SISTEM LOGISTIK.


KEKURANGAN DALAM MUTU INFORMASI DAPAT MENIMBULKAN BANYAK
MASALAH . JADI INFORMASI YANG CEPAT DAN AKURAT MEMPENGARUHI
PRESTASI LOGISTIK.

5. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN

DALAM ARTI LUAS PENANGANAN DAN PENYIMPANAN MELIPUTI


PERGERAKAN DAN PENGEMASAN ( CONTAINERIZATION).

6. PEMELIHARAAN INFORMASI

MENGUMPULKAN INFORMASI DAN MEMANIPULASI, MELAKUKAN ANALISIS


DATA DAN MENETAPKAN PROSEDUR PENGENDALIAN.
Mauliza
b. Indonesia memiliki tidak kurang dari 74.957 desa. Potensi desa di Indonesia memberikan
nilai ekonomi dari berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, perikanan, desa wisata,
energi terbarukan, dan lain-lain. Komitmen pemerintah untuk membangun Indonesia dari
pinggiran atau desa melalui alokasi dana desa. Pada tahun 2018, alokasi dana desa
dianggarkan sebesar Rp 60 triliun atau rata-rata alokasi dana untuk setiap desa Rp 800 juta.
Kementerian Desa menyebutkan bahwa pemanfaatan dana desa per Maret 2018 untuk
pembangunan infrastruktur ekonomi dan beberapa sarana seperti jalan desa (123.145 km),
jembatan (791.258 m), pasar desa (5.220 unit), embung (1.927 unit), tambatan perahu
(2.882 unit), BUM Desa (26.070-unit kegiatan), dan sarana olah raga (3.004 unit). Dana
desa diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, mengubah paradigma
pembangunan desa, menurunkan jumlah penduduk miskin, peningkatan partisipasi
masyarakat, peningkatan kompetensi kepemerintahan, peningkatan kesempatan kerja, dan
peningkatan produktivitas usaha.
Potensi ekonomi desa umumnya berasal dari sektor pertanian (61.821 desa), perkebunan
(20.034 desa), dan perikanan (12.827 desa). Hasil produksi dari sektor ekonomi desa
tersebut perlu dipasarkan ke kota kabupaten, provinsi, bahkan diekspor. Perdagangan
komoditas dan produk-produk desa diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat desa.
Logistik memainkan peran penting bagi kelancaran perdagangan komoditas dan produk
dari desa ke kota. Konsep logistik perdesaan mencakup transportasi, distribusi,
penyimpanan, penanganan bahan, pengemasan barang di daerah perdesaan, serta aliran
informasi dan dana untuk mendukung produksi dan konsumsi penduduk perdesaan.
Logistik perdesaan lebih dari sekadar arus keluar (outbound) produk pertanian dari daerah
perdesaan. Logistik perdesaan juga mencakup perpindahan input pertanian (seperti pupuk,
mesin, peralatan, dan sarana pertanian) dan produk-produk konsumen ke daerah perdesaan.
Selain itu, logistik perdesaan mencakup perpindahan barang industri ringan rumahan yang
diproduksi di desa.
Umumnya, arus logistik perdesaan memiliki karakteristik:

• Arus keluar produk pertanian yang sangat musiman;


• Aliran masuk input pertanian yang juga musiman tetapi mendahului arus keluar produk pertanian
beberapa minggu atau bulan;
• Arus keluar tetap untuk barang-barang industri ringan rumahan.

Pengembangan logistik perdesaan sebagai bagian penting dari modernisasi sektor pertanian di Indonesia untuk
meningkatkan standar hidup penduduk perdesaan. Selain itu, hal ini sebagai langkah penting menuju integrasi
konektivitas perkotaan-perdesaan dan peningkatan kualitas kehidupan desa.

Karakteristik Logistik Perdesaan Pertanian di Indonesia sangat terfragmentasi dengan setiap rumah tangga
perdesaan yang bertindak sebagai unit produksi skala kecil. Seluruh rantai pasokan mulai dari pengadaan input
Mauliza
pertanian hingga penanaman, panen, dan transportasi produk dilakukan oleh operator skala mikro dan tingkat
efisiensi organisasi yang rendah. Fragmentasi pertanian ini, pada gilirannya memengaruhi skala dan
produktivitas operator logistik perdesaan.

Secara keseluruhan, perbedaan antara logistik perkotaan dan perdesaan disebabkan oleh perbedaan antara
budaya perkotaan dan perdesaan, standar hidup, dan metode produksi.

Produksi pertanian pada umumnya terkonsentrasi pada musim-musim tertentu, tetapi penduduk perdesaan
menuntut makanan pokok setiap hari sepanjang tahun. Produk pertanian yang berbeda memiliki waktu tanam,
pertumbuhan, dan panen yang berbeda, serta membutuhkan input pertanian yang berbeda.

Aliran keluar dari produk pertanian jarang diselaraskan dengan aliran masuk input pertanian dan barang
konsumen, sehingga penyimpanan dan pergudangan yang memadai sangat penting untuk menyeimbangkan
aliran masuk dan keluar, serta untuk memperlancar produksi pertanian musiman.

Berbagai macam produk pertanian dan metode produksi menciptakan keragaman dalam logistik perdesaan.
Pertanian mencakup pemeliharaan tanaman, kehutanan, dan produksi ternak yang semuanya sangat bervariasi
dalam jumlah lahan yang dibutuhkan dan kesulitan pengoperasiannya.

Setiap jenis pertanian memerlukan berbagai jenis layanan logistik dan menimbulkan biaya logistik yang
berbeda. Fakta bahwa Indonesia adalah produsen pertanian utama dengan variasi yang luas di antara ekonomi
regionalnya, semakin menambah keragaman logistik perdesaan.

Tingkat pengangkutan kosong yang tinggi dan pemanfaatan kapasitas kendaraan yang rendah adalah
permasalahan umum di daerah perdesaan. Kerugian produk pascapanen seringkali tinggi karena kurangnya
fasilitas untuk penyimpanan berpendingin (cold storage), pengemasan, pemrosesan, dan pengawetan. Fasilitas
yang lebih baik akan lebih efektif dalam melindungi kesegaran dan keamanan produk pertanian, serta
memperluas ketersediaan dan jangkauan pasar.

Rantai pasokan pertanian dapat dilihat sebagai jalur pipa untuk aliran produk, informasi, serta dana yang efisien
dan efektif. Memang, kecenderungannya adalah menuju integrasi rantai pasokan yang menghubungkan
produsen dan pemangku kepentingan, konsentrasi yang lebih besar dari pertanian, pengolah makanan, dan
pedagang besar.

Dari perspektif manajemen, rantai pasokan pertanian secara inheren lebih kompleks, lebih kacau, dan jauh
lebih sulit untuk dikendalikan daripada rantai pasokan untuk sebagian besar produk manufaktur. Misalnya,
rantai pasokan untuk hasil pertanian yang mudah rusak sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur alami (musim,
curah hujan, kekeringan, suhu, serangan jamur, virus, dan hama).

Karakteristik khusus dari rantai pasokan pertanian meliputi:

1. Rantai pasokan tipe “push” dengan daya tanggap, fleksibilitas, dan kelincahan yang terbatas. Sebagai
contoh, pohon buah biasanya mulai berbuah beberapa tahun setelah penanaman. Setelah penanaman
selesai, sangat sulit untuk menyesuaikan dengan perubahan permintaan. Bahkan untuk tanaman siklus
pendek seperti sayuran, jumlah aktual yang dipasok dalam jangka pendek tidak ditentukan oleh
permintaan konsumen tetapi oleh unsur-unsur seperti hujan, cuaca, serangan serangga, dan penyakit
tanaman.
2. Musiman dan siklus. Budidaya tanaman sangat musiman menyebabkan puncak pasokan pada waktu
panen dapat melebihi permintaan. Selain itu, harga tinggi yang didorong oleh permintaan tinggi sering
memikat para petani untuk menambah banyak penanaman, akibatnya terjadi kelebihan produksi.
3. Pertanian cenderung padat karya, kecuali untuk produksi biji-bijian, kedelai, dan jagung di pertanian
dengan lahan luas.
Mauliza
4. Pertanian hanya memiliki skala kemampuan terbatas. Pertumbuhan terbaik untuk berbagai produk
pertanian ditentukan oleh iklim, tanah, dan pasokan air. Tanah subur langka dan semakin langka karena
urbanisasi dan industrialisasi yang sering menghilangkan lahan terbaik dari pertanian. Peningkatan
permintaan atau gangguan pasokan dapat dengan cepat menaikkan harga produk segar.
5. Produksi pertanian dicirikan oleh ketidakpastian dan ketahanan yang rendah. Pertanian sangat
dipengaruhi oleh unsur-unsur alami yang berada di luar kendali petani. Kekeringan, banjir, angin,
penyakit, dan serangan serangga dapat menghapus seluruh tanaman.
6. Risiko permintaan tinggi, seperti risiko volatilitas harga. Selera konsumen untuk produk pertanian bisa
berubah-ubah menyebabkan perubahan permintaan yang tiba-tiba. Bahkan perubahan kecil dalam
permintaan dapat menyebabkan perubahan besar dalam harga produk.
7. Ada permintaan konsumen untuk kualitas makanan yang lebih tinggi (yaitu, lebih segar, enak, lebih
bergizi, dan lebih disukai organik) dan untuk keamanan pangan yang lebih tinggi.
8. Biaya logistik (sebagai persentase dari harga jual) tinggi. Tingkat kerusakan produk dan preferensi
konsumen untuk kesegaran menyebabkan transportasi tinggi, biaya penyimpanan, dan risiko
pembusukan. Selain itu, biaya manajemen logistik produk pertanian semakin tinggi, terutama ketika
produk harus dikemas dan didinginkan, diangkut dalam kendaraan berpendingin, dan kemudian
ditempatkan di fasilitas cold storage saat pengiriman.

Perbaikan Logistik Perdesaan Memperhatikan karakteristik sektor pertanian di Indonesia dan permasalahan
logistik perdesaan yang dihadapi, beberapa inisiatif strategis perbaikan logistik pertanian mendesak untuk
dilakukan. Area perbaikan mencakup sektor publik dan sektor swasta.

Secara umum, pemerintah harus fokus pada peningkatan kinerja sektor publik:

• Menciptakan lingkungan bisnis yang ramah untuk perusahaan perdesaan, seperti BUMDes, koperasi,
serta usaha perorangan skala kecil dan menengah;
• Merumuskan kebijakan, undang-undang, dan peraturan dengan mendapatkan masukan dari berbagai
pemangku kepentingan;
• Menumbuhkan pasar yang terbuka dan kompetitif agar mendorong perusahaan logistik perdesaan yang
efisien, andal, aman, beretika, dan berkinerja baik;
• Mengembangkan standar dan spesifikasi yang tepat;
• Berinvestasi di perdesaan dalam pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan desa, terminal angkutan
produk pertanian, penyimpanan sementara, dan gudang pengepakan.

Sementara itu, sektor swasta perlu didorong untuk lebih memainkan perannya dengan:

• Perusahaan logistik yang lebih efisien dan lebih andal;


• Mengadopsi model bisnis baru, teknologi baru, dan metode baru;
• Mengoptimalkan operasi bisnis dan meningkatkan layanan pelanggan;
• Mengalokasikan modal perbaikan logistik perdesaan.

Logistik memainkan peran penting dalam produksi dan manajemen rantai pasokan produk pertanian yang pada
akhirnya meningkatkan keamanan dan kualitas pangan. Perbaikan logistik perdesaan membantu para petani
untuk memanen dan memasarkan produk pertanian dengan lebih efisien. Memfasilitasi sistem logistik
perdesaan akan memperluas pasar produk pertanian dari desa ke kota dan pasar global.

Mengembangkan logistik perdesaan dapat menghasilkan saluran distribusi yang efektif dan efisien antara daerah
perkotaan dan perdesaan. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dan nilai produk pertanian dan menyediakan barang-
barang konsumen (consumer goods) yang murah dan berkualitas di perdesaan. Perbaikan logistik perdesaan akan
memberikan kesejahteraan masyarakat perdesaan dan pertumbuhan ekonomi desa yang berkeadilan untuk
meningkatkan ketahanan desa.
Mauliza
Jawaban no.4 :

a. Menurut Harold Koontz dalam buku Dasar-dasar Manajemen (2009:189) : “Pengawasan adalah
pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibua
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara”. Kinerja Aparatur memang peranan
penting dalam fungsi pelayanan. Tingkat kinerja dibagi menjadi tiga yaitu kinerja individu, kinerja prose
dan kinerja organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kinerja aparatur pemerintah desa dalam
pelayanan administrasi kependudukan di kantor kepala desa godean, kecamatan loceret, kabupaten
nganjuk sudah baik hal ini dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan aparatur pemerintah desa dapa
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kualitas layanan aparatur pemerintah
desa sudah baik hal ini dibuktikan dengan efisiensi dan kepuasan masyarakat dalam memohon layanan
administrasi kependudukan. Pekerjaan yang diselesaikan aparatur pemerintah desa dapat selesai tepa
waktu sesuai dengan yang telah direncakanan atau yang tercantum dalam aturan. Terdapat 3 pendukung
yaitu sarana dan prasarana, Lingkungan kerja yang nyaman dan adanya kerjasama antar perangkat
Terdapat 3 penghambat yaitu tentang kurangnya penggunakan IT yang handal, Kurangnya koordinas
lapangan antara RT dan RW dan kualitas pendidikan perangkat desa. Untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi, saran untuk meningkatkan kinerja perangkat desa yang perlu ditingkatkan adalah
kemampuan administrasi desa melalui pemberian pelatihan, keterampilan sebagai pembentukan tenaga
tenaga administrasi bagi desa yang tidak hanya handal dalam menjalankan tugas-tugas yang bersifat rutin
tetapi juga bisa mrnjadi penggerak suatu pembangunan desa.

b. Bentuk-bentuk Pelayanan Desa


Guna meningkatkan sistem manajemen pemerintahan desa harus dilakukan penataan administrasi supaya
bisa bekerja secara efisien dan efektif. Proses penataan administrasi desa sendiri adalah pencatatan
informasi dan data untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa. Karena itu, perlu
dilakukan penyempurnaan pelaksanaan administrasi. Berikut beberapa jenis penyelenggaraan
administrasi desa, diantaranya :
1. Administrasi Umum, yaitu aktivitas pencatatan informasi dan data tentang aktivitas pemerintahan desa dalam
buku administrasi umum di kantor desa.
2. Administrasi penduduk ialah kegiatan pencatatan informasi dan data tentang kependudukan yang terdapat
dalam buku administrasi penduduk yang ada di kantor desa.
3. Terakhir, Administrasi pembangunan yaitu kegiatan pencatatan informasi dan data pembangunan yang
direncanakan, sedang berlangsung dan sudah dilaksanakan dalam buku administrasi pembangunan di kantor
desa.

terkait pengaturan tentang pengelolaan keuangan desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa,
mekanisme dan prosedur pengelolaan keuangan desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa,
pertanggungjawaban Kepala Desa dalam pengelolaan keuangan desa menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang
Desa.

CONTOH LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA TAHUN 2014


Anggun Meridiana 04 Desember 2015 22:20:15 WIB
Mauliza
BAB I
PENDAHULUAN

1. A. UMUM
Memuat uraian tentang gambaran umum Masa jabatan Kepala Desa, Desa Ngoro-oro berdasarkan undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 dan beberapa petunjuk pelaksanaannya.

1. B. DASAR HUKUM
2. Undang–undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 No.
44) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai berlakunya
Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari hal Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Proponsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59)
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang
Tahun 1950 Nomor : 12, 13, 14, dan 15 dari hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propiinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentan Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indinesia Nomor 5539);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
168, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 5558);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Daerah Kabupten Gunungkidul Tahun 2008 Nomor 01 Seri E) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupten Gunungkidul Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010 Nomor
07 Seri E);
9. Peraturan Daerah Kabupten Gunungkidul Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 Nomor 10);
10. Peraturan Bupatei Gunungkidul Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pelimpahan Sebagian
Wewenang Kepala Daerah Dalam Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa Kepala Camat (Berita Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2007 Nomor 17 Seri E);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2006 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi dan Tatakerja Kecamatan;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2006 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 22 Tahun 2006 tentang Keuangan Desa;
15. Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 06 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintahan Desa Ngoro-oro;
Mauliza
16. Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan Desa;
17. Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 01 Tahun 2014 tentang Pungutan Desa;
18. Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Kekayaan Desa;
19. Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 04 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa;
20. Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 05 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa;
21. Peraturan Kepala Desa Ngoro-oro Nomor 02 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan
Desa;

1. C. KEADAAN UMUM DESA


1. Keadaan umum Wilayah
1. Luas Desa /Kalurahan : 753.7909 Ha
2. Batas Wilayah :
1) Sebelah Utara : Kabupaten Bantul dan Sleman.

2) Sebelah Selatan : Desa Nglnggeran

3) Sebelah Barat : Desa Patuk

4) Sebelah Timur : Desa Terbah

1. Kondisi Geografis :
1) Ketinggian Tanah Dari permukaan laut : 355 m

2) Banyaknya Curah hujan : 2300 mm/tahun

3) dst.

1. Orbitasio (Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa /Kelurahan )


1) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 6 km.

2) Jarak dari Pemerintahan Kabupaten /Kota Madya : 27 km.

3) dst

1. Kependudukan
1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamain sampai dengan 31 Desember 2014
1) Laki-laki : 1.847 orang

2) Perempuan : 1.927 orang


Jumlah : 3.774 orang

1. Jumlah Kepala Keluarga : 1.022 KK


2. Kewarga Negaraan
1) WNI Laki-laki : 1.847 orang

Perempuan : 1.927 orang

Jumlah : 3.774 orang

2) WNA Laki-laki : - orang

Perempuan : - orang
Mauliza
Jumlah : - orang

3) Struktur Usia 0 - 5 tahun : 203 orang

6 - 10 tahun : 264 orang

11-15 tahun : 253 orang

16-20 tahun : 233 orang

21-25 tahun : 261 orang

26-30 tahun : 249 orang

31-35 tahun : 322 orang

36-40 tahun : 286 orang

41-45 tahun : 309 orang

46-50 tahun : 301 orang

51-55 tahun : 244 orang

56-60 tahun : 228 orang

> 61 tahun : 621 orang


Jumlah : 3.774 orang

4) Pendidikan Penduduk :

Buta Aksara dan huruf lain : 153 orang

Tamat SD/sederajat : 940 orang

Tamat SLTP/sederajat : 859 orang

Tamat SLTA/sederajat : 482 orang

D1 : 23 orang

D2 : 2 orang

D3 : 4 orang

S1 : 10 orang

S2 : 8 orang

1. Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian


1) Petani : 879 orang

2) Perkebunan : 216 orang

3) Peternak : 72 orang

4) Tukang batu : 205 orang


Mauliza
5) Tukang kayu : 85 orang

6) Tukang kue : 55 orang

7) Tukang jahit : 13 orang

8) Pengrajin IRT lainya : 28 orang

9) Pegawai Negeri Sipil : 21 orang

10) TNI : 3 orang

11) Polri : 2 orang

12) Guru Swasta : 18 orang

13) Karyawan Swasta : 67 orang

14) Perdagangan : 39 orang

15) Seniman : 45 orang

16) Montir : 5 orang

17) Sopir : 18 orang

18) PRT : 12 orang

19) Buruh : 140 orang

20) Pensiunan : 8 orang

21) Wiraswasta lainnya : 150 orang

22) Tidak mempunyai matapencaharian tetap : 24 orang

1. Agama seluruh penduduk Desa Ngoro-oro beragama Islam


2. Kondisi Ekonomi
1. Potensi unggulan desa adalah hasil pertanian dan kehutanan
2. Pertumbuhan Ekonomi di Desa Ngoro-oro pada 10 tahun terakhir mengalami
banyak peningkatan dengan adanya UED SP dan Koperasi Islam Asalam, dengan
ditunjang dengan sarana dan prasaran transportasi yang cukup memadai.

BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

1. A. VISI DAN MISI


1. a. Visi
Visi adalah hal yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang kondisinya direpresentatikan dalam
sejumlah sasaran hasil pembangunan yang dicapai melalui program-program pembangunan dalam bentuk
Rencana Kerja Pembangunan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Ngoro-oro
Tahun 2012 – 2017 mengadopsi visi Rencana Kerja Pembangunan Desa Ngoro-oro 2014 yaitu :
Mauliza
Desa Ngoro-oro sebagai desa yang mampu melaksanakan pembangunan secara berkesinambungan
baik dalam aspek fisik, non fisik dan pelayanan umum untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menuju desa yang mandiri dan tangguh menghadapi bencana.

Penjelasan Visi
“Pembangunan berkesinambungan” adalah upaya untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik dalam semua
segi kehidupan melalui upaya yang mampu mencukupi kebutuhan pada saat ini tanpa mengabaikan
kebutuhan masa depan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan demi kelangsungan hidup generasi
yang akan datang.

“Pembangunan Fisik” adalah usaha/upaya perbaikan, perawatan dan peningkatan sarana dan prasarana fisik
desa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya saran dan prasarana Pemerintah Desa,
Transportasi, Sosial, Pendidikan dan sarana prasarana lainnya.

“Pembangunan Non Fisik” adalah usaha/upaya untuk meningkatkan kualitas kehidapan masyarakat Desa
Ngoro-oro meningkat melalui kegiatan-kegiatan pembinaan terhadap lembaga Desa yang ada, misalnya
pembinaan kerohanian, penyuluhan-penyuluhan dan lain sebaginya.

“Kesejahteraan Masyarakat” adalah suatu keadaan masyarakat Desa Ngoro-oro yang dapat dilihat dari segi
meningkatnya taraf hidup masyarakat dengan tercukupinya segala kebutuhan jasmani dan rohani.

“Pelayanan Umum” adalah suatu bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Desa Ngoro-
oro dalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat baik dalam bentuk surat-surat maupun tugas perbantuan
yang dilimpahkan dari Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Propinsi maupun Pusat kepada Desa Ngoro-oro.

“Desa yang Mandiri” adalah desa yang mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan
sumber daya yang ada.

“Desa yang Tangguh Menghadapi Bencana” adalah desa yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap potensi ancaman dan menghadapi peristiwa bencana sehingga senantiasa dapat
mempertahankan suatu tingkat fungsi dan struktur sosial-budaya tertentu yang sekurang-kurangnya seperti
sediakala atau menjadi lebih baik.

Rangkuman Penjelasan Visi


Perwujudan desa yang mampu menyesuaikan diri terhadap segala bentuk ancaman bencana dan menghadapi
peristiwa bencana dengan segenap kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya melalui usaha-usaha
pembangunan secara berkesinambungan sehingga senantiasa dapat mempertahankan suatu tingkat fungsi
dan struktur sosial-budaya tertentu yang sekurang-kurangnya seperti sediakala atau menjadi lebih baik.

1. b. Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan Pemerintah Desa untuk mewujudkan
Visi. Selanjutnya berdasarkan visi desa tersebut di atas, ditetapkan 5 (lima) misi Pembangunan Desa 2012-
2017, yaitu :

1) Melaksanakan pembangunan secara berkesinambungan

2) Mewujudkan pelayanan yang baik terhadap masyarakat

3) Mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana yang menunjang kesejahteraan masyarakat.

4) Mewujudkan peningkatan semangat kewiraswastaan masyarakat

5) Melaksanakan pengurangan resiko bencana secara terpadu dan komprehensif


Mauliza

Penjelasan masing-masing Misi


Misi Kesatu
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Desa dan segenap masyarakat Desa Ngoro-oro untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembangunan dan penghidupan/pencaharian yang mampu memenuhi
kebutuhan/kesejahteraan masa sekarang namun dengan tetap memperhatikan dan bahkan harus
meningkatkan kualitas kehidupan yang berkesinambungan dengan upaya melestarikan lingkungan.

Misi Kedua
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Desa Ngoro-oro dalam mewujudkan pelayanan terhadap masyarakat
yang meliputi peningkatan kapasitas lembaga desa yang ada serta kualitas dan kopentesi SDM Perangkat
Desa, Perencanaan, Pengawasan, Kesadaran dan ketaatan terhadap aturan, sistim keuangan dan pengelolaan
Kekayaan Asli Desa.

Misi Ketiga
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Desa Ngoro-oro dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera
dengan meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang, antara lain sarana prasarana di
Pemerintah Desa, transportasi dan komunikasi, sosial, budaya dan pendidikan serta sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan dan kesehatan.

Misi Keempat
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Desa Ngoro-oro untuk meningkatkan perekonimian masyarakat, yang
meliputi usaha pembentukan Koperasi Assalam, UED SP, pembinaan dan penambahan modal usaha kecil
serta peningkatan ketrampilan masyarakat.

Misi Kelima
Misi ini merupakan upaya Pemerintah Desa Ngoro-oro untuk mengurangi resiko bencana alam yang meliputi
perencanaan, pemetaan, pencegahan sampai dengan kesiap siagaan dalam menghadapi ancaman bencana.

Selanjutnya kelima misi tersebut di atas diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan program pembangunan Desa
Ngoro-oro sebagai berikut :

MISI TUJUAN

No Misi Tujuan

1 Melaksanakan pembangunan secara Mengembangkan pola pencaharian


berkesinambungan yang mendukung kelestarian lingkungan

2 Mewujudkan pelayanan yang baik 1. Meningkatkan Kapasitas Perangkat


Desa
terhadap masyarakat 2. Meningkatkan kemampuan dalam
penggalian Pendapatan Asli Desa
3. Memberdayakan Lembaga
Kemasyarakatan
3 Mewujudkan peningkatan sarana dan 1. Meningkatkan sarana transportasi
Prasarana yang menunjang dan komunikasi.
Kesejahteraan Masyarakat 2. Meningkatkan kenyamanan dan
pelayanan terhadap masyarakat.
Mauliza
4 Mewujudkan peningkatan 1. Meningkatkan tingkat
perekonomian rumah tangga
Kewiraswastaan masyarakat masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan
potensi masyarakat
5 Melaksanakan pengurangan resiko Meningkatkan kemampuan
untuk menyesuaikan diri terhadap potensi
Bencana secara terpadu dan ancaman dan menghadapi terjadinya bencana

Komprehensif

1. B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DESA


1. Memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada didesa
2. Memberdayakan lembaga masyarakat yang ada didesa
3. Membangun manusia yang mandiri tanpa ketergantungan dari pihak lain
4. Membangun masyarakat berperilaku hidup sehat

1. 1. Bidang Pemerintahan
1. Pemerintahan Umum.
1) Menjaga Keamanan dan ketertiban wilayah Desa .

2) Meningkatkan pelayanan masyarakat secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan.

3) Meninngkatkan administrasi yang tertib dan sesuai dengan petunjuk dan peraturan yang ada.

4) Memberdayakan serta fungsi lembaga yang ada.

1. Pemerintahan Desa
1) Mengintensifkan pertemuan rutin bagi perangkat.

2) Menggali sumber pendapatan desa sesuai dengan peraturan desa tentang Pungutan Desa.

3) Membuat laporan rutin dengan cepat dan tepat sesuai dengan aturan yang ada.

4) Pensertifikatan tanah melalui PRONA sejak tahun 2007 s/d 2014, dengan rincian sebagai berikut :

• Tahun 2007 sejumlah 250 bidang


• Tahun 2008 sejumlah 250 bidang
• Tahun 2009 sejumlah 300 bidang
• Tahun 2010 sejumlah 150 bidang
• Tahun 2011 sejumlah 125 bidang
• Tahun 2012 sejumlah 250 bidang
• Tahun 2013 sejumlah 220 bidang
• Tahun 2014 sejumlah 150 bidang

1. 2. Bidang Kesejahteraan Masyarakat.


1. Pembinaan anak–anak Remaja.
2. Mengadakan kegiatan penyuluhan Keagamaan/mental secara berkesinambungan
yang diukur dengan kegiatan perlombaan antar masjid.
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan.
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melalui Koperasi Islam Assalam
dan UED.
Mauliza
5. Meningkatkan pendidikan Life Skills, KF, kejar paket B dan C bagi masyarakat.
6. Meningkatkan penyuluhan ketransmigrasian.
7. Meningkatkan rehabilitasi penyandang cacat.

1. 3. Bidang Pembangunan.
1. Corblok sepanjang 100 m di Padukuhan Salaran dan 51 m di Padukuhan Tawang
dengan bantuan dari Pungutan Desa.
2. Rehab Balai Padukuhan Tawang dengan bantuan dari Pungutan Desa.
3. Corblok : 78 m di PadukuhanTawang, 78 m di Padukuhan Sepat, 69 m di
Padukuhan Gembyong, 300 m di Padukuhan Klegung, 145 m di Padukuhan
Gunungasem, 140 m di Padukuhan Salaran, 50 m di Padukuhan Senggotan, 61 m
di Padukuhan Soka dan 80 m di Padukuhan Jatikuning dengan dana bantuan dari
BPMPKB.
4. Buk : 2 unit di Padukuhan Soka dengan dana bantuan dari BPMPKB.
5. Pos ronda : 1 unit di Padukuhan Soka dengan dana bantuan dari BPMPKB.
6. Drainase : 20 m di Padukuhan Soka dengan dana bantuan dari BPMPKB.
7. Corblok jalan Padukuhan Soka sepanjang 2 x 300 m dengan dana bantuan
Keuangan dari Provinsi.
8. Corblok sepanjang 127 m di Padukuhan Senggotan dengan dana bantuan Anggaran
Dana Desa.
9. Jembatan Lengkung di Padukuhan Gembyong sepanjang 10 x 4,5 m dengan dana
PNPM-Mandiri Perdesaan.
10. Buka Jalan baru sepanjang 200 x 5 m, Perkerasan/telfort sepanjang 175 x 4 m,
Talud batu kosong sepanjang 175 m dan Rabat jalan sepanjang 64 m dengan dana
PNPM-Mandiri Perdesaan Integrasi.
11. Pembuatan sumur bur dalam sebanyak 1 unit di Padukuhan Jatikuning dengan dana
bantuan dari Pemerintah Pusat.
12. Pembuatan Jalan usaha tani di Padukuhan Salaran-Klegung sepanjang 750 m
dengan dana bantuan dari Dinsosnakertrans Kabupaten Gunungkidul.
13. Pembangunan Pasar Desa berupa MCK 2 unit di Padukuhan Tawang dengan dana
Retribusi desa.
14. Memperbaiki/menata lingkungan Balai/Kantor Desa (perbaikan talang, pengecatan
genteng dan tralis).
15. Perkerasan Jalan Usaha Tani di Padukuhan Senggotan sepanjang 300 m dana
bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul.
16. Pembangunan Talud di Padukuhan Tawang sepanjang 37 x 4,5 m dengan dana
bantuan dari DPU Kabupaten Gunungkidul.
17. Bantuan bak penampungan air kapasitas 5000 liter di Padukuhan Gembyong dari
DPU Kabupaten Gunungkidul.
18. Bantuan mesin diesel sebanyak 1 unit di Padukuhan Salaran dari Dinas Pertanian
Kabupaten.
19. Bantuan indukan Sapi di Padukuhan Salaran sebanyak 28 ekor dari Pemerintah
DIY.
20. Bantuan budidaya (peternakan) ayam kampung dari Pemerintah DIY.
21. Bantuan peralatan budidaya (peternak) ikan lele, mesin diesel dll.

1. C. PRIORITAS DESA
Dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa diprioritaskan pada infrastruktur dan mental/ahlak, mengingat
di desa kami daerahnya yang cukup luas dan berbukit sehingga apabila infrastruktur telah tertata dengan
baik dengan sendirinya pertumbuhan ekonomi akan berjalan dengan baik dan meningkat. Begitu juga dengan
mental/ahlak, apabila masyrakat memiliki mental/ahlaknya baik dengan sendirinya ketentraman, kedamaian
serta keamanan wilayah akan berjalan dengan baik.
Mauliza
BAB III
URUSAN PEMERINTAHAN DESA

1. A. ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA


1. Dasar Hukum
Peraturan Desa Ngoro-oro Nomor 06 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan
Desa.

1. Program dan kegiatan serta realisasi pelaksanaannya.


Program-program dan kegiatan serta realisasi pelaksanaannya berjalan dengan baik dan apabila ada program
yang tidak terealisasi, maka diprogramkan ketahun berikutnya sesuai dengan RPJM Desa Ngoro-oro Nomor
07 Tahun 2012.

1. Keadaan Aparat Pemerintah Desa


Keadaan Aparat Pemerintah Desa lengkap tidak ada yang lowong.

1. Kondisi Sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana sudah cukup memenuhi kebutuhan.

1. Permasalahan dan Solusi


Permasalahan dan solusi semua dapat diatasi dengan baik dengan dasar musyawarah mufakat yang
menghasilkan cukup memuaskan.

1. B. LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA


1. Dasar Hukum
1. Keputusan Kepala Desa Nomor 08/KPTS/2010 tentang Susunan
Pengurus Karang Taruna
2. Keputusan Kepala Desa Nomor 08/KPTS/2012 tentang Pembentukan
Tim Penggerak PKK
3. Keputusan Kepala Desa Nomor 14/KPTS/2013 tentang Pembentukan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
4. Keputusan Kepala Desa Nomor 25/KPTS/2013 tentang Pembentukan
Pengurus Rukun Tangga (RT).
5. Keputusan Kepala Desa Nomor 26/KPTS/2013 tentang Pembentukan
Pengurus Rukun Warga (RW).
6. Keputusan Kepala Desa Nomor 27/KPTS/2013 tentang Pembentukan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Padukuhan (LPMP)
7. Keputusan Kepala Desa Nomor 28/KPTS/2013 tentang Pembentukan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)

1. Lembaga Kemasyarakatan Desa


1. Karang Taruna
Mauliza
2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
4. Rukun Tetangga (RT)
5. Rukun Warga (RW)
6. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Padukuhan (LPMP)
7. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)

1. Jumlah dan realisasi anggaran


1. Karang Taruna Rp. 1.570.167,50
2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Rp. 3.140.335,00
3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Rp. 7.850.837,50
4. Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) Rp. 6.280.670,00
5. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Padukuhan (LPMP) Rp. -
6. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD) Rp. 4.710.502,50

1. Kondisi Sarana dan Prasarana


Kondisi sarana dan prasarana sampai saat ini sudah cukup lengkap.

1. C. PERATURAN DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA


1. Peraturan Desa
1. Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2014 tentang Pungutan Desa.
2. Peraturan Desa Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Kekayaan
Desa Tahun Anggaran 2014.
3. Peraturan Desa Nomor 03 Tahun 2014 tentang Pertanggung Jawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran
2013.
4. Peraturan Desa Nomor 04 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2014.
5. Peraturan Desa Nomor 05 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2014.
6. Peraturan Desa Nomor 06 Tahun 2014 tentang Kerjasama Antar Desa.

1. Peraturan Kepala Desa


1. Peraturan Kepala Desa Nomor 01 Tahun 2013 tentang Besarnya Biaya Prona
Tahun Anggaran 2014.
2. Peraturan Kepala Desa Nomor 02 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja
Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2014.

1. Keputusan Kepala Desa


1. Keputusan Kepala Desa Nomor 24/KPTS/2013 tentang Pengangkatan Tim
Pelaksana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Tahun
2014.
2. Keputusan Kepala Desa Nomor 01/KPTS/2014 tentang Pengangkatan Bendahara
Desa dan Pembantu Bendahara Desa.
3. Keputusan Kepala Desa Nomor 03/KPTS/2014 tentang Pembentukan Panitia
Pelaksana PRONA.
Mauliza
4. Keputusan Kepala Desa Nomor 06/KPTS/2014 tentang Pembentukan Tim
Pelaksana Kegiatan Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Provinsi Kepada Desa
melalui APBD Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2014.
5. Keputusan Kepala Desa Nomor 07/KPTS/2014 tentang Pembentukan Panitia HUT
KE 69 Republik Indonesia Tahun 2014.
6. Keputusan Kepala Desa Nomor 08/KPTS/2014 tentang Pembentukan Panita
Pelaksana Kegiatan Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2014.
7. Keputusan Kepala Desa Nomor 09/KPTS/2014 tentang Susunan Badan Kerjasama
Desa.

1. Proses Pengambilan Keputusan


Proses pengambilan keputusan dengan cara musyawarah antara Pemerintah Desa, BPD dengan lembaga
yang ada beserta tokoh masyarakat.

BAB IV
PELAKSANAAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KEUANGAN DESA
(APPKD)

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pendapatan Desa : Rp. 445.645.800,00


2. Rencana Belanja
1. Belanja Langsung : Rp. 175.821.200,00
2. Belanja tidak langsung : Rp. 269.824.600,00
3. Belanja modal : Rp. 6.000.000,00
JUMLAH : Rp. 445.645.800,00

1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2014 :


1. 1. Penerimaan : Rp. 453.397.711,00
2. 2. Pengeluaran
1. Belanja Langsung : Rp. 159.139.086,00
2. Belanja Tidak Langsung : Rp. 267.116.675,00
3. Belanja Modal : RP. 6.000.000,00
JUMLAH : Rp. 432.255.761,00

1. Realisasi APBDesa Tahun Anggaran 2014 terdiri dari :


1. Pendapatan
1. Pendapatan Asli Desa (PADes) Rp. 81.961.900,00
2. Bagi Hasil Pajak Rp. 18.874.110,00
3. Bagi Hasil Retribusi Rp. 12.484.760,00
4. Bagian Dana Perimbangan Rp. 62.806.700,00
5. Bantuan Keuangan DIY Rp. 44.157.100,00
6. Bantuan Keuangan Pem. Kab. Rp. 225.900.000,00
7. Sumbangan dari Pihak Ketiga Rp. 7.213.141,00
Jumlah Pendapatan : Rp. 453.397.711,00
Mauliza
1. Belanja :
1. Belanja Langsung :
1) Belanja Pegawai Rp. 11.900.000,00

2) Belanja Barang dan Jasa Rp. 147.239.086,00

3) Belanja Modal Rp. 6.000.000,00


Rp. 165.139.086,00

1. Belanja Tidak Langsung :


1) Belanja Pegawai Rp. 248.350.000,00

2) Belanja Bantuan Sosial Rp. 15.701.675,00

3) Biaya Tidak Terduga Rp. 3.065.000,00


Rp. 267.116.675,00

Jumlah Belanja (a + b) Rp. 432.255.761,00


Surplus/Defisit Rp. 21.141.950,00
1. Pembiayaan :
1. Jumlah Penerimaan Rp. 26.789.350,00
2. Jumlah Pengeluaran Rp.
3. Surplus Tahun 2014 Rp. 21.141.950,00

Anda mungkin juga menyukai