Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RESUME

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Metode Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Masyithah Umar, M.Hum

Dibuat Oleh:

Siti Julaiha

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

TAHUN 2020

1
A. Pengertian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan


cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kualitatif dengan
penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori
menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Kriyantono menyatakan bahwa, "Riset kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya.” Penelitian kualitatif
menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti.
Semakin dalam dan detail data yang didapatkan, maka semakin baik
kualitas dari penelitian kualitatif ini.
Berbeda dengan kuantitatif, objek dalam penelitian kualitatif
umumnya berjumlah terbatas. Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta
dalam peristiwa/kondisi yang sedang diteliti. Untuk itu hasil dari
penelitian ini memerlukan kedalaman analisis dari peneliti. Selain itu,
hasil penelitian ini bersifat subjektif sehingga tidak dapat digeneralisir.
Secara umum, penelitian kualitatif dilakukan dengan metode
wawancara dan observasi. Melalui metode ini, peneliti akan
menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail. Peneliti
tidak dapat meriset kondisi sosial yang diobservasi, karena seluruh
realitas yang terjadi merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah.
Hasil dari penelitian kualitatif juga dapat memunculkan teori atau
konsep baru, apabila hasil penelitiannya bertentangan dengan teori dan
konsep yang sebelumnya dijadikan kajian dalam penelitian.1
Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian
atau survey kuantitatif Juga menggunakan metode yang sangat berbeda,
termasuk dalam hal mengumpulkan informasi, terutama individu, yaitu
dengan menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.
Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka,
dan berakhir dengan dilakukannya wawancara dalam jumlah relatif
kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

1
John C. Reinard, Communication Research Statistics, SAGE, 2006, hlm 8

2
Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan
pewawancara atau moderator group periset menjelajah dengan
tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi,
pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan
untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas
hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada
kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari pewawancara atau
moderator group.
Jenis penelitian ini jarang dilakukan untuk survei, karena
memerlukan biaya yang mahal, namun sangat efektif dalam
memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan
serta pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini seringkali
metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei
kuantitatif tidak diperlukan.

B. Pendekatan Kualitatif

Di sini memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang


mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala social budaya
dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan
untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.
Pola-pola tadi dianalisis lagi dengan menggunakan teori yang
obyektif, bila kita skemanya adalah sebagai berikut.2

C. Pencatatan dan Pengolahan Data Kualitatif

1. Pencatatan Data

Dalam penelitian kualitatif sama seperti halnya penelitian etnografi yang


bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup
menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang
digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview), pengamatan
terlibat (participant observation) dan dokumen pribadi seperti buku
harian, surat-surat, otobiografi, transkrip dan wawancara tidak
berstruktur.3

Pencatatan data mengenai semua hasil yang didapat dari wawancara dan
pengamatan terlibat itu adalah merupakan hal yang penting karena
2
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
20-21
3
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm

3
sistematis, lengkap dan akurat. Di samping metode kasus juga
merupakan metode yang sangat berguna untuk menggali data di
lapangan. Dalam kepustakaan antropologi (hukum) khususnya dikenal
metode kasus sengketa (trouble case), kasus bukan sengketa (trouble
less case), kasus yang diperluas (extended case method).

Bagaimana caranya melakukan pencatatan itu? Pencatatan harus


dilakukan segera setelah setiap kegiatan pengamatan dilakukan, begitu
juga setelah terjadi pertemuan yang tidak direncanakan dengan subyek
di luar setting penelitian, misalnya bertemu di jalan.

D. Instrumen Penelitian di dalam Penelitian kualitatif

Beberapa orang menyimpulkan bahwa metode kuantitatif itu lebih


ilmiah daripada kualitatif atau sebaliknya, ada juga yang memilih
metode kuajtitatif karena sejak semula ia mengenal dunia penelitian
metode itulah yang ia pelajari, sementara itu peneliti yang lain
sebenarnya mengenal kedua jenis metode itu, tetapi karena tradisi di
lingkungan komuniti ilmiahnya lebih menyukai jenis metode tertentu,
maka metode itulah yang selalu ia gunakan untuk melakukan penelitian.

Hal-hal seperti di atas sering menyebabkan peneliti yang bersangkutan


sering tidak mengetahui mengapa ia memilih metode tertentu dalam
mengkaji suatu masalah penelitian tertentu. Akibat yang lebih serius
adalah digunakannya sebuah metode penelitian yang kurang atau tidak
tepat untuk mengumpulkan informasi yang sebenarnya tidak dapat
dikumpulkan menggunakan metode tersebut. Oleh karena itu dalam
pembahasan mengenai metode penelitian sekarang sudah semakin
disadari dan dimengerti bahwa peneliti di dalam memilih metode
penelitian tertentu harus mempertimbangkan tujuan-tujuan khusus dari
suatu jenis metode tertentu, latar belakang pemikiran dan asumsi-asumsi
yang terdapat di belakang sebuah metode penelitian tertentu. Ada
beberapa hal penting diperhatikan dalam menggunakan metode
penelitian kualitatif:4

1. Bahwa apa yang ingin diperoleh dan dikaji oleh sebuah penelitian
kualitatif adalah pemikiran, makna, cara pandang manusia mengenai
gejala-gejala yang menjadi focus penelitian. Makna pemikiran dan
sebagainya adalah satuan gagasan bukan sebuah gejala.
2. Gejala dapat ditangkap oleh panca indra (mata, telinga, penciuman,
alat perasa), sedangkan gagasan yang bersangkutan. Keberadaan
4
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 56

4
suatu gejala dapat dibuktikan dengan cara memperlihatkan pola-pola
tindakan yang merupakan perwujudan dari gagasan yang
bersangkutan.
3. Makna yang ingin diperoleh dan dikaji dalam penelitian kualitatif
dilihat sebagai sebuah sistem, demikian pola-pola tindakan yang
merupakan perwujudan dari sistem makna tersebut. Artinya suatu
gejala yang ingin dipahami di dalam penelitian kualitatif selalu
dilihat sebagai hal yang mempunyai kompenen-kompenen yang
lebih kecil. Kompenen yang satu dengan lainnya secara fungsional
(saling mempengaruhi). Kalau kita mengabaikan hubungan-
hubungan tersebut, maka pemahaman yang akan kita peroleh tentang
gejala tersebut juga tidak akan lengkap. Oleh karena itu kuantifikasi
menjadi tidak operasional didalam penelitian kualitatif karena
hubungan-hubungan tersebut terlalu rumit untuk dihitung.5

Karena pemahaman yang ingin dicapai dalam penelitian kualitatif, maka


instrumen penelitiannya adalah si peneliti sendiri, sejauh mana ia dapat
memahami gejala yang ditelitinya tidak ditentukan oleh daftar
pertanyaan atau kuesioner yang telah dirancangnya, tetapi ditentukan
oleh kemampuannya memahami gejala yang diamatinya. Oleh karena itu
di dalam penelitian kualitatif apa yang biasanya disebut dengan istilah
alat atau instrumen penelitian sebenarnya lebih merupakan pedoman dan
teknik mengumpulkan data. Alatnya adalah si peneliti itu sendiri.
Pedoman-pedoman tersebut tidak dapat disebut instrument karena
instrument yang sama akan menghasilkan output penelitian yang
berbeda kemampuannya untuk memahami gejala yang diteliti.

Dan perlu kamu tau bahwa metode dasar dari penelitian kualitatif ada
obsevasi dan wawancara

E. Metode Observasi

Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan setting, kegiatan


yang terjadi, orang yang terlibat dalam kegoiatan, waktu kegiatan dan
makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa
yang bersangkutan.

Kemampuan mengamati merupakan kemampuan yang alamiah, tetapi


kemampuan menggunakan metode pengamatan sangat ditentukan oleh
latihan dan persiapan. Karena pengamatan yang sangat dipengaruhi oleh

5
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 57

5
orang awam adalah pengamatan yang sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan, interest, dan sebagainya.6

Berdasarkan keterlibatan si peneliti ada beberapa jenis pengamatan,


yaitu:

a) Metode pengamatan biasa


b) Metode pengamatan setengah terlibat
c) Mertode pengamatan terlibat.

Pengamatan yang dilakukan di dalam penelitian ilmiah biasanya dibantu


oleh konsep-konsep yang dapat membuat peneliti lebih sensitif terhadap
gejala yang diamati.

F. Metode wawancara

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-


hal yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan.

Ada tiga cara untuk melakukan interview:

a) Melalui percakapan informal (interview bebas)


b) Menggunakan pedoman wawancara
c) Menggunakan pedoman baku

Sedangkan jenis-jenis pertanyaan di dalam interview antara lain:

a) Pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku atau pengalaman


informan.
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai.
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan atau situasi emosi
informan.
d) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan (informasi factual).
e) Pertanyaan yang berkaitan dengan alat-alat perasa.
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang demografis
informan
g) Pertanyaan yang berkaitan dengan urutan kegiatan.7

Dalam menggunakan metode interview sampel biasanya menjadi persoalan


yang sering diperdebatkan. Cara pengambilan sampel dalam peneitian
kualitatif lebih bersifat purposive. Tujuan untuk memilih orang-orang
tertentu yang relevan dapat diperoleh dari orang yang bersangkutan. Jadi
6
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 58
7
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 59

6
tidak ada aturan pasti di dalam pengambilan sampel dalam penelitian
kualitatif. Tentang siapa yang harus diwawancara tergantung pada:

a) Apa yang ingin diketahui


b) Tujuan penelitian
c) Waktu dan sumber daya yang tersedia

Beberapa hal yang diperhatikan dalam membuat pedoman penelitian:

1) Pembuatan pedoman pengumpulan data sangat tergantung dan


dipengaruhi oleh masalah penelitian dan konsep-konsep yang
digunakan dalam kerangka teori penelitian.
2) Dalam membuat pedoman jangan berfiki secara liar, tetapi
mulailah dari hal-hal yang umum kemudian dipecah-pecah
menjadi sub-topik permasalahan yang akan dicari datanya.
3) Dalam membuat pertanyaan mulai dari pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat kongkret menuju ke hal-hal yang semakin abstrak.
4) Panduan pengumpulan data jangan diperlakukan sebagai suatu
hal yang baku tetapi suatu hal yang bersifat fleksibel. Hal ini
memungkinkan kita mengembangkan pertanyaan dan perhatian
kepada persoalan-persoalan yang relevan yang mungkin baru
muncul kemudian di lapangan.

hal-hal di atas juga digunakan pada waktu mengadakan observasi


dan wawancara.8

G. Pencatatan Data

Dalam penelitian kualitatif sama seperti halnya penelitian etnografi yang


bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup
memjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang
digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview), pengmatan
terlibat (participant observation) dan dokumen pribadi seperti buku
harian, surat-surat, otobiografi, transkrip dan wawancara tidak
berstruktur.

Pencatatan data mengenai semua hasil yang didapat dari wawancara dan
pengmatan terlibat itu adalah hal yang penting karena sistematis,
lengkap dan akurat. Di samping itu metode kasus juga merupakan
metode yang sangat berguna untuk menggali data di lapangan. Dalam
kepustakaan antropologi (hukum) khususnya dikenal metode kasus

8
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 60

7
sengketa (trouble case), kasus bukan sengketa (trouble less case, kasus
yang diperluas (extended case method).

Bagaimanakah caranya melakukan pencatatan itu? Pencatatan harus


dilakukan segera setelah setiap kegiatan9 pengamatan dilakukan, begitu
juga setelah terjadi pertemuan yang tidak direncanakan dengan subyek
setting penelitian, misalnya bertemu di jalan. Begitu catatan lapangan
(field notes) sudah dapat menyediakan data hasil pengamatan terlbat,
peneliti hendaknya berusaha sebanyak mungkin menghasilkan catatan
lapangan yang menyeluruh. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut
dibutuhkan disiplin diri yang tinggi, peneliti membutuhkan waktu enam
jam untuk mencatat setiap satu jam lapangan. Hendaknya peneliti tidak
beralasan untuk tidak mencatat apa pun, karena menganggap remeh .
hendaknya diingat bahwa kejadian yang dianggap tidak relevan
barangkali diintegrasikan dengan kejadian-kejadian lain secara bersama-
sama akan menjadi penting.

Hal yang penting bagi peneliti untuk memaksa dirinya sendiri


melakukan pencatatan, adalah dengan cara menyuruh orang lain
membaca hasil catatannya setiap selesai satu bagian. Orang lain ini
dapat memberikan koreksi pada hasil catatan yang barangkali tidak jelas
atau bertentangan.

Peneliti harus bisa menciptakan konsentrasi yang cukup dan


berkesinambungan untuk dapat mengingat dan merekam apa yang ia
lihat, dengar, cium, piker dan sebagainya. Setelah yang diingatnya itu ke
dalam pita rekaman, yang secara langsung atau kemudian diketik diatas
kertas. Termasuk dalam pencatatan itu adalah deskripsi mengenai
subyek (penampilan gerak dan ekspresi mereka), kejadian, pembicaraan
dan perasaan, pendapat peneliti sendiri, serta hipotesa kerjanya. Urutan
dan lamanya peristiwa dicatat. Sumber data mengenai setting
dideskripsikan secara mendetail. Pendeknya catatan lapangan
mencerminkan suatu usaha peneliti untuk mencatat segala sesuatu yang
sedapat mungkin diingatnya.10

Berikut ini beberapa petunjuk mengenai bagaimana pencatatan itu


seharusnya dilakukan seperti yang telah dikemukakan oleh Bogdan
(1972- 41-41), yang telah diterjemahkan oleh Moleong (1990: 101) :

9
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 61
10
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
62

8
1) Buatlah catatan secepatnya jangan menunda-nunda pekerjaan
sebab makin ditund makin sukar diingat, makin besar
kemungkianan data bisa hilang atau terbuang.
2) Jangan berbicara ke orang lain dulu mengenai hasil pengamatan
sebelum peneliti menuangkan ke dalam catatan lapangan. Jika
anda melanggar prinsip ini, ada kemungkinan isi catatan
lapangan terkotori oleh hasil pembicaraan itu.
3) Usahakan untuk menggambarakan dalam diagram keadaan fisik
yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui, tuliskan
secara urut peristiwa langkah demi langkah sesuai apa yang
terjadi sewaktu diamati.
4) Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis,
mengetik atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari
perekam kaset. Biarkan alur berfikir dan mengingat hal baru atau
peristiwa yang terjadi itu mengalir dengan bebas dan lancer. Hal
itu jelas akan terjadi apabila tidak terjadi gangguan.
5) Buatlah gadris besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang
ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup
lama dilakukan.
6) Dalam jadwal yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu
sesudah pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk
menulis catatan lapangan.
7) Mencatat apa yang dikatakan oleh subyek secara verbal
hendaknya dilakukan secara teliti, namun jika ada yang terlupa
jangan terlalu dipusingkan, atasilah hal itu dengan jalan
menuliskan: “Anton seperti mengtakan…….”
8) Sering apa yang dikatakan atau diamati terlupakan sesudah
beberapa hari berlalu, jika teringat segera catat lagi untuk
kemudian dimasukkan kembali ke dalam catatan lapangan. Oleh
karena itu pada setiap saat di mana pun peneliti berada
hendaknya senantiasa membawa buku catatan.11

H. Pengolahan Data

Analisis data merupakan proses yang tidak pernah selesai. Proses


analisis data sebaiknya dilakukan segera setelah peneliti
meninggalkan lapangan. Sebenrnya pekerjaan menganalisis data ini
dapat dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, namun sebagian

11
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
63

9
besar berkonsentrasi untuk menganalisis dan menginterpretasi data
itu tentu tercurah pada tahap sesudah penelitian lapangan dilakukan.
Proses analisis data itu sebenarnya merupakan pekerjaan untuk
menemukan tema-tema dan merumuskan hipotesa-hipotesa,
meskipun sebenarnya tidak ada formula yang pasti untuk dapat
digunakan merumuskan hipotesa. Hanya saja pada analisis data tema
dan hipotesa lebih diperkaya dan diperdalam dengan cara
menggabungkannya dengan sumber-sumber data yang ada.
Berikut saran-saran dari Bolgan dan Taylor (1975: 82-84), yang telh
diterjemahkan oleh Moleong (1990: 103-104), seperti di bawah ini:
1) Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda
2) Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu
3) Susunlan menurut tipologi
4) Bacalah pustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan
setting penelitian.12

12
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
66-68

10

Anda mungkin juga menyukai