Dosen Pengampu:
Dibuat Oleh:
Siti Julaiha
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2020
1
A. Pengertian Kualitatif
1
John C. Reinard, Communication Research Statistics, SAGE, 2006, hlm 8
2
Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan
pewawancara atau moderator group periset menjelajah dengan
tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi,
pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan
untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas
hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada
kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari pewawancara atau
moderator group.
Jenis penelitian ini jarang dilakukan untuk survei, karena
memerlukan biaya yang mahal, namun sangat efektif dalam
memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan
serta pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini seringkali
metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei
kuantitatif tidak diperlukan.
B. Pendekatan Kualitatif
1. Pencatatan Data
Pencatatan data mengenai semua hasil yang didapat dari wawancara dan
pengamatan terlibat itu adalah merupakan hal yang penting karena
2
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
20-21
3
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
3
sistematis, lengkap dan akurat. Di samping metode kasus juga
merupakan metode yang sangat berguna untuk menggali data di
lapangan. Dalam kepustakaan antropologi (hukum) khususnya dikenal
metode kasus sengketa (trouble case), kasus bukan sengketa (trouble
less case), kasus yang diperluas (extended case method).
1. Bahwa apa yang ingin diperoleh dan dikaji oleh sebuah penelitian
kualitatif adalah pemikiran, makna, cara pandang manusia mengenai
gejala-gejala yang menjadi focus penelitian. Makna pemikiran dan
sebagainya adalah satuan gagasan bukan sebuah gejala.
2. Gejala dapat ditangkap oleh panca indra (mata, telinga, penciuman,
alat perasa), sedangkan gagasan yang bersangkutan. Keberadaan
4
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 56
4
suatu gejala dapat dibuktikan dengan cara memperlihatkan pola-pola
tindakan yang merupakan perwujudan dari gagasan yang
bersangkutan.
3. Makna yang ingin diperoleh dan dikaji dalam penelitian kualitatif
dilihat sebagai sebuah sistem, demikian pola-pola tindakan yang
merupakan perwujudan dari sistem makna tersebut. Artinya suatu
gejala yang ingin dipahami di dalam penelitian kualitatif selalu
dilihat sebagai hal yang mempunyai kompenen-kompenen yang
lebih kecil. Kompenen yang satu dengan lainnya secara fungsional
(saling mempengaruhi). Kalau kita mengabaikan hubungan-
hubungan tersebut, maka pemahaman yang akan kita peroleh tentang
gejala tersebut juga tidak akan lengkap. Oleh karena itu kuantifikasi
menjadi tidak operasional didalam penelitian kualitatif karena
hubungan-hubungan tersebut terlalu rumit untuk dihitung.5
Dan perlu kamu tau bahwa metode dasar dari penelitian kualitatif ada
obsevasi dan wawancara
E. Metode Observasi
5
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 57
5
orang awam adalah pengamatan yang sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan, interest, dan sebagainya.6
F. Metode wawancara
6
tidak ada aturan pasti di dalam pengambilan sampel dalam penelitian
kualitatif. Tentang siapa yang harus diwawancara tergantung pada:
G. Pencatatan Data
Pencatatan data mengenai semua hasil yang didapat dari wawancara dan
pengmatan terlibat itu adalah hal yang penting karena sistematis,
lengkap dan akurat. Di samping itu metode kasus juga merupakan
metode yang sangat berguna untuk menggali data di lapangan. Dalam
kepustakaan antropologi (hukum) khususnya dikenal metode kasus
8
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 60
7
sengketa (trouble case), kasus bukan sengketa (trouble less case, kasus
yang diperluas (extended case method).
9
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm 61
10
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
62
8
1) Buatlah catatan secepatnya jangan menunda-nunda pekerjaan
sebab makin ditund makin sukar diingat, makin besar
kemungkianan data bisa hilang atau terbuang.
2) Jangan berbicara ke orang lain dulu mengenai hasil pengamatan
sebelum peneliti menuangkan ke dalam catatan lapangan. Jika
anda melanggar prinsip ini, ada kemungkinan isi catatan
lapangan terkotori oleh hasil pembicaraan itu.
3) Usahakan untuk menggambarakan dalam diagram keadaan fisik
yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui, tuliskan
secara urut peristiwa langkah demi langkah sesuai apa yang
terjadi sewaktu diamati.
4) Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis,
mengetik atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari
perekam kaset. Biarkan alur berfikir dan mengingat hal baru atau
peristiwa yang terjadi itu mengalir dengan bebas dan lancer. Hal
itu jelas akan terjadi apabila tidak terjadi gangguan.
5) Buatlah gadris besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang
ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup
lama dilakukan.
6) Dalam jadwal yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu
sesudah pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk
menulis catatan lapangan.
7) Mencatat apa yang dikatakan oleh subyek secara verbal
hendaknya dilakukan secara teliti, namun jika ada yang terlupa
jangan terlalu dipusingkan, atasilah hal itu dengan jalan
menuliskan: “Anton seperti mengtakan…….”
8) Sering apa yang dikatakan atau diamati terlupakan sesudah
beberapa hari berlalu, jika teringat segera catat lagi untuk
kemudian dimasukkan kembali ke dalam catatan lapangan. Oleh
karena itu pada setiap saat di mana pun peneliti berada
hendaknya senantiasa membawa buku catatan.11
H. Pengolahan Data
11
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
63
9
besar berkonsentrasi untuk menganalisis dan menginterpretasi data
itu tentu tercurah pada tahap sesudah penelitian lapangan dilakukan.
Proses analisis data itu sebenarnya merupakan pekerjaan untuk
menemukan tema-tema dan merumuskan hipotesa-hipotesa,
meskipun sebenarnya tidak ada formula yang pasti untuk dapat
digunakan merumuskan hipotesa. Hanya saja pada analisis data tema
dan hipotesa lebih diperkaya dan diperdalam dengan cara
menggabungkannya dengan sumber-sumber data yang ada.
Berikut saran-saran dari Bolgan dan Taylor (1975: 82-84), yang telh
diterjemahkan oleh Moleong (1990: 103-104), seperti di bawah ini:
1) Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda
2) Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu
3) Susunlan menurut tipologi
4) Bacalah pustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan
setting penelitian.12
12
Burhan Ashshofa, METODE PENELITIAN HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 1996, hlm
66-68
10