Anda di halaman 1dari 10

TASAWUF ASWAJA

AHLI SUNNAH WAL JAMAAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ASWAJA


Dosen Pengampu: Muhammad Arifin, S.Pd.I.,M.H.

Disusun oleh :
RIAN
PUTRI PATRISIA
RIVA DWI ARYANTI

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang karena limpahan rahmat dan anugerah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kepada junjungan
kita baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke
zaman islamiyah seperti sekarang ini. Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membimbing, mengarahkan, membantu dan ikut andil guna
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
baik itu dari segi isi makalah maupun tata cara penulisannya. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna lebih menyempurnakan penulisan makalah pada masa
yang akan dating.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca
semua khusunya dalam menunjang pembelajaran kita mengenai ilmu tasawuf ahli sunnah wal
jama’ah.

07 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TASAWUF ASWAJA AHLU SUNNNAH WAL JAMAAH ............................................... I


KATA PENGANTAR............................................................................................................. II
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... III
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Pengertian Tasawuf Aswaja......................................................................................... 2
B. Prinsip Dasar Tasawuf Aswaja.................................................................................... 3
C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Aswaja .................................................................................... 7
BAB III...................................................................................................................................... 6
PENUTUP................................................................................................................................. 6
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 6
B. Saran .............................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan ilmu yang berguna untuk mengetahui keadaan jiwa
seseorang yang kemudian bertekad dengan sepenuh hati untuk mensucikan jiwa raga
tersebut dari sifat-sifat yang tidak baik, tercela dan buruk. Sehingga menanamkan
berbagai macam sifat yang baik dan terpuji. Dalam upaya mensucikan jiwa tersebut
maka para ulama sufi selalu berusaha untuk selalu dekat disisi Allah SWT dengan
melaksanakan suluk. Bahkan Ibn Arabi seorang ulama tasawuf menyatakan bahwa
sejatinya tasawuf adalah ilmu penetahuan yang konsisten dalam hal ketenangan jiwa
yang mengacu terhadap pengamalan hukum syari’at baik secara lahiriah maupun
secara batiniah yang diiringi dengan selalu menjalankan dan mengamalkan akhlak
terpuji.1
Tasawuf pada dasarnya selalu diidentikkan dan disamakan dengan sifat zuhud
yakni hidup yang sederhana dan apa adanya serta tidak mengeluh dengan apa yang
diberikan Allah SWT, berpakaian yang lusuh, compang camping, serba menunjukkan
keadaan diri dalam hal kefakiran dan tidak tertarik dengan gemerlapnya dunia yang
fana. Dalam hal yang lain, tasawuf memang seringkali dinisbahkan dengan keadaan
hati yang anti dunia, tidak sedikitpun memikirkan kehidupan dunia yang fana ini atau
bahkan sama sekali meninggalkan kesenangan dunia dan hanya mencari kehidupan
yang damai di akhirat.
Pada zaman Rasulullah SAW masih hidup, istilah “aswaja” sudah pernah ada
tetapi tidak menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud
dengan Ahlus sunnah wal Jamaah adalah orang-orang Islam secara keseluruhan. Ada
sebuah hadits yang mungkin perlu dikutipkan telebih dahulu, Rasulullah SAW
bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya bani Israil akan terpecah menjadi 70 golongan dan umatku
terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.
Para Sahabat bertanya : Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah SAW. menjawab :
yaitu golongan dimana Aku dan Sahabatku berada.”

1
Ensiklopedi Tasawuf, Penerbit Angkasa: Bandung, 2008
1
Sedangkan Tasawuf sudah dikenal secara luas di kawasan Islam sejak
penghujung abad ke-2 Hijriyah, sebagai perkembangan lanjut dari para zahid yang
mengelompok di serambi Masjid Madinah. Dalam perjalanan kehidupan, kelompok
ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah
dengan mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup keshalehan yang demikian
merupakan awal pertumbuhan tasawuf yang kemudian berkembang pesat dalam
masyarakat Islam. Cikal bakal munculnya tasawuf bersamaan dengan pertumbuhan
dan perkembangan Islam itu sendiri, sebagai suatu agama dengan prilaku hidup
sederhana yang dicontohkan Rasulullah SAW sebagai sumbernya.

B. Tujuan
Secara umum tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar penulis dan juga
pembaca dapat mempelajari tentang tasawuf aswaja atau tasawuf ahli sunnah wal
jamah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Aswaja


Para ulama tasawuf berbeda pendapat tentang asal usul penggunaan kata
tasawuf. Pertama, kata tasawuf dinisbahkan kepada perkataan ahl shuffah, yaitu nama
yang diberikan kepada sebagian fakir miskin dikalangan orang Islam pada masa awal
Islam. Mereka adalah diantara orang-orang yang tidak punya rumah, maka menempati
gubuk yang telah dibangun Rasulullah diluar masjid di Madinah. Ahl al-Shuffah
adalah sebuah komunitas yang memiliki ciri yang menyibukkan diri dengan kegiatan
ibadah. Merekameninggalkan kehidupan dunia dan memilih pola hidup zuhud.
Mereka tinggal di masjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai pelana
(sofa), mereka miskin tetapi berhati mulia. Para sahabat nabi hasil produk shuffah ini
antara lain Abu Darda’, Abu Dzar al Ghifari dan Abu Hurairah.
Kedua ada pendapat yang mengatakan tasawuf berasal dari kata shuf yang
berarti bulu domba. Berasal dari kata shuf karena orang-orang ahli ibadah dan zahid
pada masa dahulu menggunakan pakaian sederhanaterbuat dari bulu domba. Dalam

2
sejarah tasawuf banyak kita dapati cerita bahwa ketika seseorang ingin memasuki
jalan kedekatan pada Allahmereka meninggalkan pakaian mewah yang biasa
dipakainya dan digantidengan kain wol kasar yang ditenun sederhana. Tradisi pakaian
sederhanadan compang camping ini dengan tujuan agar para ahli ibadah tidak timbul
rasa riya’, ujub atau sombong.
Ketiga, tasawuf berasal dari kata shofi, yang berarti orang suci atauorang-
orang yang mensucikan dirinya dari hal-hal yang bersifatkeduniaan. Mereka memiliki
ciri-ciri khusus dalam aktifitas dan ibadah mereka atas dasar kesucian hati dan untuk
pembersihan jiwa dalam rangkamendekatkan diri kepada Allah. Mereka adalah orang
yang selalumemelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
Sementara pendapat yang lain mengatakan bahwa tasawuf
bukan berasal dari bahasa Arab melainkan bahasa Yunani, yaitu Sophia, yang artinya
hikmah atau filsafat. Menisbahkan dengan kata Sophia karena jalan yang ditempuh
oleh para ahli ibadah memiliki kesamaan dengan cara yangditempuh oleh para filosof.
Mereka sama-sama mencari kebenaran yang berawal dari keraguan dan ketidakpuasan
jiwa.2
Dari banyaknya pendapat diatas dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap
mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela
berkorban untuk kebaikan dan selalu bijaksana serta mengutamakan kebajikan.

B. Prinsip Tasawuf Aswaja


Dalam bidang tasawuf Aswaja memiliki prinsip untuk dijadikan pedoman bagi
kaumnya. Sebagaimana dalam masalah akidah dan fiqih., dimana Aswaja megambil
posisi moderat, tasawuf Aswaja juga begitu demikian.
Dasar utama tasawuf Aswaja adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu
jika ada orang yang mengaku telah mencapa derajat ma’rifat namun meninggalkan
Al-Qur’an dan Sunnah maka ia bukan termasuk golongan Aswaja. Imam Malik
pernah mengatakan “Orang yang bertasawuf tanpa mempelajari fikih telah merusak
imannya, sedangkan orang yang memahami fikih tanpa menjalankan tasawuf telah
merusak dirinya sendiri. Hanya orang yang telah memadukan keduanyalah yang akan
menemukan kebenaran ”3

2
Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf. 2000
3
Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan: Jakarta 2007
3
Jalan sufi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para
pengikutnya adalah jalan yang tetap memegang teguh perintah-perintah syari’at.
Karena itu, kaum Aswaja tidak dapat menerima jalan sufi yang melepaskan diri dari
kewajiban-kewajiban syari’at.

C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Aswaja


a. Tasawuf Al-Junaidi Al-Baghdadi
Nama lengkap beliau adalah abu Al-Qasim al-Junayd bin Muhammad binal-
junaid al-Khazzaz al-Qawariri al-nahawandi al-baghdadi, dia lahir dan wafat (297
H/910 M) dikota baghdad. Dalam bidang tasawuf selain berguru pada pamanya
Sari Al-Saqathi, dia juga berguru kepada Al Harits bin Asaad Al-Muhasibi (165-
123 H/ 781-856 M), dan yang lainya. Menurutnya: “Tasawuf adalah
membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlaq
yang fitri, menekan sifat basyariya (kemanusiaan), menjahui hawa nafsu,
memberikan tempat bagisifat-sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran,
mengamalkansesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberikan
nasihatkepada umat , benar-benar menepati janji kepada Allah SWT, dan
mengikuti syariat Rasulullah SAW”.
Pada intinya, tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin
dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga kehadiran Allah
SWT senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Menurut ajaran tasawuf,
apabila seorang muslimin meningkatkan kualitas pendekatan dirinya kepada Allah
SWT, lebih dahulu ia harus memahami isyariat sebaik-baiknya. Dalam hal ini,
harus mempelajari fiqh dalam segala bidangnya secara baik yang meliputi bidang
ibadah, muamalah, pernikahan, warisan dan sebagainya ssesuai dengan yang telah
dirumuskandalam mazhab-mazhab fiqh,yaitu mazhab hanafi, mliki, syafi’i, dan
hanbali. Imam Malik bin anas (w. 179 H./795 M.) pendiri madzab Maliki
mengatakan: “Barang siapa yang menjalani kehidupan tasawuf tanpa dilandasi
oleh pengalaman fiqih, maka ia akan menjadi zindiq (menyimpang dari agama
yang benar), barang siapa yang melaksanakan fiqh tanpa dilengkapi pengalaman
tasawuf, ia telah fasiq (banyak dosa),dan barang siapa yang melakukan keduanya
secara seimbang, maka ia telah meraih hakikat kebenaran”

4
Imam Zakariya al-Anshori mengungkapkan bahwa: “Tasawuf mengajarkan
cara untuk menyucikan diri ,meningkatkan akhlaq dan membangun kehidupan
jasmani maupun Rohani untuk mencapai kehidupan abadi ”.
Sesungguhnya islam secara utuh adalah mengikuti apa yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW serrta mengimaninya. Dan ajaran-ajaranya melalui para sahabat
dan diteruskanoleh para tabi’in, selanjutnya para ulama-ulama generasi berikutnya
sampai pada masa kita

b. Tasawuf Al-Ghazali
Nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
binMuhammad al-Ghazali al Thusi. Dilahirkan di kota Thus, pada tahun450 H/
1058 M. Dalam ajaran tasawufnya, al-ghazali memilih tasawufsunni yag
berdasarkan Alquran dan As-Shunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahl-As-
Sunnah wa Al-Jama’ah. Dan tasawuf Al-Ghazali bercorak psiko-moral yang
mengutamakan pendidikan moral.Selain belajar tasawuf kepada syaikh Yusuf al-
Nassaj (487 H/1094 M), beliau juga belajar tasawuf kepada Syaikh Abu Ali al-
Fadhal bin muhammad binAli al Farmadzi(477 H/108 M), dan beberapa guru
beliau yang lain. Ada tiga karangan Al-Ghazali yang menggambarkan corak
intelektual dan sosok kepribadian Al-Ghazali, yaitu
- Al-Mundziq min Al-Dhalal (penyelamat dan kesesatan)
- Tahafut Al-Falasifah (runtuhnya para filosof)
- Ihya’ Ulum Al-Din (menghidupkan ilmu-ilmu agama)

Menurut Al-Ghazali jalan menuju tasawuf dapat dicapai dengan


caramematahkan hambatan-hambatan jiwa dan membersihkan diri dari moralyang
tercela sehingga kalbu lepas dari segala sesuatu selain allah danselalu
mengingatnya. Dan ia berpendapat bahwa sosok yang terbaik, jalan mereka adalah
yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih sebab, gerak,dan
diam mereka, baik lahir maupun batin, diam bildari cahaya kenabian.
Al-Ghozali juga menolak paham hulul dan ittihad. Untukm engantisipasi itu ia
mengeluarkan paham baru tentng ma’rifat, yaitu pendekatan diri kepada Allah
tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya. Jalan menuju ma’rifat adalah perpaduan ilmu
dan amal, Sedangkan buahnyaadalah moral. Menurut Al-Ghazali ma’rifat adalah
mengetahui rahasiaAllah dan mengetahui peraturan-peraturan-Nya tentang segala
5
yang ada.Dan begitu juga dalam memahami As-Sa’adah (kebahagian) dalam kitab
Kimiya’ As-Sa’adah, Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa kebahagian itu sesuai
denagn watak, Sedangkan watak sesuai dengan ciptaan-Nya.
Ada dua hal pokok tentang inti tasawuf yang disepakati semua pihak, yaitu
kesucian jiwa untuk menghadapi Allah SWT yang maha suci dan upaya
pendekatan diri kepada Allah SWT

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aswaja memiliki prinsip, bahwa hakikat tujuan hidup adalahtercapainya
keseimbangan kepentingan dunia akhirat dan selalumendekatkan diri kepada Allah
SWTBagi penganut aswaja Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW merupakan
rujukan tertinggi. Tasawuf yang benar adalah yang dituntun oleh wahyu Al-Qur’an
maupun Sunnah. Dengan tasawuf Al-Ghazali dan Junaidi Al-Baghdadi kaum aswaja
an-nahdliyah diharapkan menjadi umat yang selalu dinamis dan dapat
membandingkan antara tawaran-tawaran kenikmatan bertemu dengan Tuhan dan
sekaligus dapat menyelesaikan persoalan- persoalan yang dihadapi oleh umat.

B. Saran
Untuk kesempurnaan makalah ini, maka penulis memerlukan kritik dan saran
yang sifatnya membangun sebagai tolak ukur kualitas penulis bagi pembahasan
selanjutnya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis harapkan
kepada para pembaca untuk lebih banyak membaca referensi-referensi dari jurnal dan
buku-buku terkait untuk menambah wawasan dalam bidang keilmuan ini bagi para
pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan dengan diselesaikannya makalah ini, baik
pembaca maupun penulis dapat memahami pandangan islam terhadap ilmu tasawuf
aswaja (Ahli Sunnah wal Jamah).

6
DAFTAR PUSTAKA

Solihin M, & Anwar Rosihon, Ilmu Taswuf, Bandung, cv pustaka setia, 2008
https://www.coursehero.com/file/59211966/TasawufAswaja4docx/
https://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/09/aliran-aliran-tasawuf-dan-tarekat-
serta.html/
http://fazadaroeni.blogspot.com/2012/01/-tasawwuf-aswaja.html

Anda mungkin juga menyukai