Kelompok 6
Disusun Oleh:
Moh. Bayu Hariyanto
M. Nasihur Ridwan
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat alah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi
muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Ilahi rabbi yang telah memberikan
Hidayah dan Taufik-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Bathsul
kutub yang berjudul “syafa’at konsep dan pandangan Ibnu Taimiyah” ini
terselesaikan dengan tepat waktu.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Hal ini dikarenakn keterbatasan saya, baik dalam
pemahaman maupun dalam referensi yang dijadikan rujukan penyusun laporan
makalah ini. Saya penulis mengharap kepada bapak dosen pengampu agar
memberikan saran dan kritik terhadap makalah ini guna untuk perbaikan laporan
makalah mendatang. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kualiah Bathsul kutub, yaitu. Ahmad Izza Muttaqin M.Pd.I
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................iii
A. Latar Belakang......................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................iv
C. Tujuan...................................................................................................iv
BABII ..............................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Syafa’at...............................................................................1
B. Biografi Ibnu Taimiyah........................................................................2
C. Konsep dan pandangan Ibnu Taimiyah Syafa’at..................................4
PENUTUP........................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan dunia ini, manusia sebagai mahkuk ciptaan allah
tidak luput dari kesalahan dan dosa, banyak melakuka pelanggaran-
pelanggaean dari ajaran agama sehingga meyesal dan sadar bahwa perbuatan
yang dilakukan itu menyimpang dari ajaran agama dan ingin kembali pada
jalan allah. Untuk memperoleh ampunan dari allah seseorang membutuhkan
syafaat dari nabi ﷺagar dosa-dosanya diamuni oleh alah.
Syafaat berarti orang yang mencari perantara (mediator) dari orag lain
di sisi orang yang mempunyai kerajaan atau kekuasaan (bisa juga allah) agar
memenuhi kebutuhanya untuk memberikan sesuatu yang dibutuhkan
ataumelewati batas dalam perbuatan dosa atau kejahatan yang dikerjakan.
Orang pertama yang diizinkan untuk memberi syafaat ialah nabi muhammad
ﷺ.
Sekalipun syafaat itu ada, tetapi sesorang itu masih tetap wajib
beramal shaleh yang keduanya inilah yangpasti akan sapat mengangkat
seseorang itu ketingkat yang luhur dan sempurna sebagaimana yang dinginkan
dan dicita-citakan.
Konsep ibnu taimiyah tentang syafaat didasarkan pada AL-Qur’an dan
hadis nabi. La mengatakan bahwa secara mutlak salah seorangpun tidak ada
yang memiliki syafaat selai allah SWT. Menurut ibnu taimiyah sasaran
syafaat itu agar orang-orang yang semestinya masuk neraka tidak
memaukinya, dan orang-orang saleh yang berada didalamnya bisa
dikeluarkan. Tentunya harus dengan seizin allah tidak karena jika tidak
dengan seizinya mempunyai arti apa-apa . syafaat diberikan kepada orang-
orang yang tauhid dan tidak diberikan kepada ahli syirik. Oran-orang
iii
musrik beranggapan selainallah makhlukpun dapat memberi syafaat
sehingga mereka memintanya. Padahal meminta selain allah syirik. Merka
berangapan bahwa syfaat di akhirat seperti halnya di bumi misalnya meminta
tolong kepada pegawai kemudian pegawai tersebut memberi syfaat tanpa
seizin rajanya/ bosnya.
Menurut ibnu taimiyah juga tidak membolehkan berdo’a dan meminta
kepada malaikat, nabi-nabi dan orang saleh karena itu adalah syirik. Orang-
orang yang musrik pergi makam orang yang meninggal dan sesampainya
disana meminta syfaat dan meminta do’a do’a orang saleh yang dianggap
keramat yang disangka do’a orang yang sudahmennggal masih dikabulkan.
Diatara orang yang menantang terhadap praktek ini adalah ibnu
taimiyah, dengan pola fikir khusus mengingkari kebiasaan ini dan kebiasaan
muslim lainya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas tentang syafa’at maka timbul pertanyan
1. Pengertian syafaat ?
2. Biografi Ibnu Taimiyah ?
3. Bagaimana konsep dan pandangan syafaat menurut Ibnu Taimiyah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai unttuk dalam makalah ini adalah
1. Agar si pembaca tauapa itu syafaat.
2. Agar si pembaca tau biografi Ibnu Taimiyah itu khususnya para
mahasiswa.
3. Agar si pembaca tau bagaimana konsep dan pandangan yang dimunculkan
Ibnu Iaimiya tentang syfaat.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian syafaat
Diambil dari kata ( )شفا عةdiambil dari kata al-syaf’u ()الشفعyang berarti
dua. Kata al-sayf’u yang berarti genap itu merupakan antonim dari kata al-
watru ))الوترyang berarti ganjil. Abu al- Qasim memberikan definisi terhadap
1
2
diberi syafa’at, dan Allah tidak akan merestui suatu perbuatan kecuali ikhlas
dan benar.(anam : 2011:53).
Sasaran syafa’at itu agar orang-orang yang semestinya masuk
kedalam neraka agar tidak memasukinya, dan orang yang ada didalamnya
dapat keluar. Dan semua itu harus ada izin dari Allah swt, orang-orang musrik
beranggapan bahwa selain allah, makhluk pun dapat memberi syafa’at
sehingga mereka memintanya. Padahal meminta syafa’at selain allah adalah
syirik, meraka beranggapan bahwa syafaat di akhirat sama dengan syafa’at
didunia.
Ibnu Taimiyah dalam AL-Aqidah al- Wasithiyyah mengemukakan
macam-macam syafaat menjadi tiga. Dua diantaranya khusus untuk nabi
ﷺ. pertama adalah syafa’at agung, yaitu syafaat nabi kepada
seluruh manusia, sehingga nabi dapat meberikan keputusan pada mereka.
Setelah para nabi (yang lain) memmohon syafa’at itu pada para rasul pemilik
syafa’at dari adam nuh, ibrahim, musa, dan isa a.s. syafa’at ini merupakan
penghargaan tertinggi. Kedua syafa’at nabi untuk penduduk surga agar
mereka dapat memasukinya. Sedangkan yang ketiga, syafa’at untuk orang-
orang yang masuk neraka agar tidak memsukinya. Syafaat yang ini sifatnya
menyeluruh untuk nabi muhammad dan nabi nabi yang lain.
Menurut Ibnu Taimiyah syafa’at dalam arti luas dapat dibagi menjadi
tiga macam yang pertama ialah perbuatan manusia sendiri. Dengan kata lain,
apabila seseorang taat pada semua peraturan Islam dan meninggalkan semua
larangan, maka sikap ini juga disebut wasilah(perantara). Yang kedua adalah
syafa’at melalui permohonan atau do’a dari orang lain sebagai penghubung
terhadap allah. Dengan pengertian ini, Ibnu Taimiah menyatakan bahwa
syafa’at dapat terjadi di dunia ini atau di akhirat nanti, dan hanya orang-orang
hidup sajalah yang dapat memberi syafa’at. Mencari syafa’at pada orang yang
sudah meninggal dipandang syirik. Yang ketiga ialah permohonan allah atas
6
nama orang lain, seperti nabi atau wali. Dengan kata lain karena kedudukan
nabi atau wali sangat dekat dengan allah, mereka memohon kepada-Nya
dengan keutamaan-keutamaanya. (Halimudin : 1990:42)
Di antara tiga macam syafa’at itu, Ibnu Taimiyah membenarkan dua
yang pertama dan memandang yang terakhir sebagai syirik.
Menurut Ibnu Taimiyah Allah melarang orang yang berdo’a dan
meminta syafa’at selain kepada-Nya. Tidak boleh do’a itu ditunjukan kepada
malaikat, nabi-nabi dan orang-orang saleh karena itu adlah syirik. Orang-
orang musrik pergi ke pemakaman dan dari sana mereka meminta syafa’at dan
minta dido’akan orang-orang saleh yang dianggap keramat yang disangka
do’a orang yang sudah meninggal masih dikabulkan, memang do’a orang
yang saleh doanya bisa terkabul tetapi jika sudah meninggal keadaanya sudah
lain dan doanya tidak dikabulkan lagi.
Hal ini adalah dugaan yang salah terhadap malaikat dan arwah orang
yang sudah meninggal, ini termasuk perbuatan syirik, inilah perbuatan yang
seperti orang-orang yahudi dan nasrani amat disayangkan ad orang islam yang
terlibat ke dalam perbuatan bid’ah ini padahal dalam Al-Qur’an Allah swt
telah berfirman:
ِ
ُأ َْم هَلُ ْم ُشَر َك ُؤأ َشَر عُو أ هَلُ ْم ِّم َن الدِّي ِن َما مَلْ يَأْ َذ ن بِه آ للَّه
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah”. (QS. Asy Syuraa :
21).
Disini allah mengancam orang yang menyeru sesuatu selain allah, baik
malaikat, para nabi, dan lain-lain. Sebab, itulah kemusrikn atau penyebab
musrik. Berbeda jika minta do’a dan syafa’at ketika masih hidup, sebab
mereka tidak mungkin disembah ketika masih hidup dan pasti melarang hal
itut. Menyeru mereka setelah meninggal dunia atau tidak hadir, akan
menyebabkan kemusrikan.(anam : 2011:60)
7
8
DAFTAR PUSTAKA
‘Alawi-Maliki, A. M. 2016. Pemahaman yang harus diluruska.Surabaya:
Hai’ah ash-Shofwah al-Malikiyyah
Ilyas, Hamim. 2004. Studi kitab tafsir. Depok: teras ngawen
magutwoharjo.
Umar, Sulaiman. 2006. al-Futuhat al-ilahiyah bi taudihi Tafsir al-
jalalain li al-Daqaid al-kafiyyah, jilid 8, Beirut Lebanon: Dar al-
kotob al-ilmiah.
Anam, M. 2011. Studi komparasi konsep syafa’at menurut Ibnu Tauimiyah
dan Imam Al-Ghazali. Skripsi. Surabaya: Program Sarjana Fakultas
Ushuluddin