Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Syafa’at Konsep Dan Pandangan Ibnu Taimiyah

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahtsul Kutub


Dosen Pengampu:
Ahmad Izza Muttaqin M.Pd.I
Kelas : 6B

Kelompok 6
Disusun Oleh:
Moh. Bayu Hariyanto

M. Nasihur Ridwan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA
ISLAM IBRAHIMY GENTENG
BANYUWANGI
2018

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat alah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi
muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Ilahi rabbi yang telah memberikan
Hidayah dan Taufik-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Bathsul
kutub yang berjudul “syafa’at konsep dan pandangan Ibnu Taimiyah” ini
terselesaikan dengan tepat waktu.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Hal ini dikarenakn keterbatasan saya, baik dalam
pemahaman maupun dalam referensi yang dijadikan rujukan penyusun laporan
makalah ini. Saya penulis mengharap kepada bapak dosen pengampu agar
memberikan saran dan kritik terhadap makalah ini guna untuk perbaikan laporan
makalah mendatang. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kualiah Bathsul kutub, yaitu. Ahmad Izza Muttaqin M.Pd.I

Mudah-mudahan penyusunan makalah ini mendapat ridho Allah SWT, dan


semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................iii

PENDAHULUAN............................................................................................iii

A. Latar Belakang......................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.................................................................................iv
C. Tujuan...................................................................................................iv

BABII ..............................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Pengertian Syafa’at...............................................................................1
B. Biografi Ibnu Taimiyah........................................................................2
C. Konsep dan pandangan Ibnu Taimiyah Syafa’at..................................4

BAB III ............................................................................................................8

PENUTUP........................................................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan dunia ini, manusia sebagai mahkuk ciptaan allah
tidak luput dari kesalahan dan dosa, banyak melakuka pelanggaran-
pelanggaean dari ajaran agama sehingga meyesal dan sadar bahwa perbuatan
yang dilakukan itu menyimpang dari ajaran agama dan ingin kembali pada
jalan allah. Untuk memperoleh ampunan dari allah seseorang membutuhkan
syafaat dari nabi ‫ ﷺ‬agar dosa-dosanya diamuni oleh alah.
Syafaat berarti orang yang mencari perantara (mediator) dari orag lain
di sisi orang yang mempunyai kerajaan atau kekuasaan (bisa juga allah) agar
memenuhi kebutuhanya untuk memberikan sesuatu yang dibutuhkan
ataumelewati batas dalam perbuatan dosa atau kejahatan yang dikerjakan.
Orang pertama yang diizinkan untuk memberi syafaat ialah nabi muhammad
‫ﷺ‬.
Sekalipun syafaat itu ada, tetapi sesorang itu masih tetap wajib
beramal shaleh yang keduanya inilah yangpasti akan sapat mengangkat
seseorang itu ketingkat yang luhur dan sempurna sebagaimana yang dinginkan
dan dicita-citakan.
Konsep ibnu taimiyah tentang syafaat didasarkan pada AL-Qur’an dan
hadis nabi. La mengatakan bahwa secara mutlak salah seorangpun tidak ada
yang memiliki syafaat selai allah SWT. Menurut ibnu taimiyah sasaran
syafaat itu agar orang-orang yang semestinya masuk neraka tidak
memaukinya, dan orang-orang saleh yang berada didalamnya bisa
dikeluarkan. Tentunya harus dengan seizin allah tidak karena jika tidak
dengan seizinya mempunyai arti apa-apa . syafaat diberikan kepada orang-
orang yang tauhid dan tidak diberikan kepada ahli syirik. Oran-orang

iii
musrik beranggapan selainallah makhlukpun dapat memberi syafaat
sehingga mereka memintanya. Padahal meminta selain allah syirik. Merka
berangapan bahwa syfaat di akhirat seperti halnya di bumi misalnya meminta
tolong kepada pegawai kemudian pegawai tersebut memberi syfaat tanpa
seizin rajanya/ bosnya.
Menurut ibnu taimiyah juga tidak membolehkan berdo’a dan meminta
kepada malaikat, nabi-nabi dan orang saleh karena itu adalah syirik. Orang-
orang yang musrik pergi makam orang yang meninggal dan sesampainya
disana meminta syfaat dan meminta do’a do’a orang saleh yang dianggap
keramat yang disangka do’a orang yang sudahmennggal masih dikabulkan.
Diatara orang yang menantang terhadap praktek ini adalah ibnu
taimiyah, dengan pola fikir khusus mengingkari kebiasaan ini dan kebiasaan
muslim lainya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas tentang syafa’at maka timbul pertanyan
1. Pengertian syafaat ?
2. Biografi Ibnu Taimiyah ?
3. Bagaimana konsep dan pandangan syafaat menurut Ibnu Taimiyah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai unttuk dalam makalah ini adalah
1. Agar si pembaca tauapa itu syafaat.
2. Agar si pembaca tau biografi Ibnu Taimiyah itu khususnya para
mahasiswa.
3. Agar si pembaca tau bagaimana konsep dan pandangan yang dimunculkan
Ibnu Iaimiya tentang syfaat.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian syafaat

Diambil dari kata (‫ )شفا عة‬diambil dari kata al-syaf’u (‫)الشفع‬yang berarti

dua. Kata al-sayf’u yang berarti genap itu merupakan antonim dari kata al-

watru ‫ ))الوتر‬yang berarti ganjil. Abu al- Qasim memberikan definisi terhadap

kata al-syaf’u, yaitu berkumpulnya sesuatu kepad sesuatu yang semisalnya.


Beliau juga mengemukakan beberapa pendapat lain mengenai definisi kata al-
syaf’u yang diambil dari surah al- fajr ayat 3.

Sedangkan syafa’at secara etimologi adalah bergabung dengan yang


lain untuk memberikan pertolongan kepada yang memintanya. Umumnya,
penggabungan ini dilakukan oleh orang yang lebih tinggi kehormatan dan
merambatnya kepada orang yang lebih rendah. Menurut al-jurjani, syafa’at
adalah permohonan orang-orang yang banyak dosa untuk dibebaskan dari
siksa yang menjadihaknya. Anwar yunus memberikan definisi yang lebih
simpel tentang syafa’at yakni menyatukan suatu barang dengan jenisnya.

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki ketika mengomentari pendapat


sebagian ulama yang melarang meminta syafa’at nabi di dunia, berkata bahwa
syafa’at adalah do’a, dan do’a itu diperbolehkan, ditetapkan dan di terima dari
setiap orang mukmin apalagi para nabi da orang-orang shaleh, baik ketika
mereka masih hidup ataupun sudah berada di alam kubur.

Ahmad Chodjim memberikan arti syafa’at itu sebagai perantara


dengan pertolongan misalnya, di masa nabi hidup di tengah umatnya, ada
seorang sahabat yang memohn kepada nabi.

1
2

Sahabat itu meminta nabi berdo’a kepada Tuhan agar dirinya


diberikan kekayan harta benda oleh Tuhan. Ternyata doa nabi itu dikabulkan
oleh Tuhan, sehingga sahabat tersebut menjadi kaya. Ini berarti sahabat
tersebut menerima syafa’at dari nabi. Dengan kata lain, nabi berkedudukan
sebagai perantara antara hamba dan tuhan. Syeikh Salih bin Fauzan juga
membrikan definisi yang tidak jauh berbeda bahwa syfa’at itu meminta
kebaikan kepada orang lain.

Perbedaan pedapat tentang definisi syafa’at di atas tidak terlalu


signifikan, semuanya mempunyai titik persamaan, yaitu bahwa syfaat itu
metupakan suatu permohoan dari seseorang kepada orang lain agar
permohonan terebut dikabulkan. Wahabah al-Zuhaili menambahkan
bahwayang dimaksud syfa’at itu untuk membuktikan kemuliaan orang yang
memberi syafa’at dengan meninggalkan apa yag telah Allah kehendaki di
zama azali dengan sebab doa orang yang memberi syfa’at tersebut.(Umar :
2006:310)

Pada intinya, syafa’at merupakan sebuah pertolongan atau bisa juga


disebut dengan media. Bisa juga diartikan dengan kebutuhan, karena tidak
mungkin seseorag meminta syafaat jikalau mereka tidak membutuhkan
permintaan syfaa’at jikalau mereka tidak membutuhkan. Peminta syafa’at pun
akan memintakan syafa’at kepada orang yang dipandang lebih daripada
dirinya sendiri. Maka syafa’at adalah suatu permohonan seseorang yang
sedang membutuhkan guna mencapai tujuan tertentu kepada sang penguasa.

B. Biografi ibnu taimiyah


Ibnu Taimiyah adalah seseorang tokoh dan pemikir islam. Nama
lengkapnya adalah Taqityuddin Abdul Abas Ahmad Ibnu Abdul Halim Ibnu
Abdus Salam Abdullah Ibnu Muhammad Ibnu Taimiyah. Beliau lahir paada
hari senin tanggal 10 Rabiul awal tahun 661 hijriyah atau tanggal 26 januari
3

1263 masehi di Harran, dan dibesarkan dalam pendidikan islam, sehingga


menjadi seorang muslim yang berpandangan luas.
Dalam usia kurang dari sepuluh tahun Ibnu taimiyah telah hafal al-
Qur’an. La mempelajari hadis, fiqih, seluk beluk bahasa, ilmu pasti, ilmu
tafsir dan aqidah. Pada usia 22 tahun, ia menggantikan ayahnya menjadi guru
hadis di berbagai madrasah terkemuka di kota damaskus dan memberikan
pelajaran tafsitr al-Qur’an setiap jum’at di masjid jami’. Pada thun 691
H/november 1291 M, ia melaksanakan ibadah haji dan kembali ke damaskus
dengan membawa karangan manasik haji dan mengungkapkan beberapa
bid’ah yang terjadi disana.Ibnu Taimiyah berusaha menghidupkan kembali
ajaran agama islam. La mengkeritik ahli fiqih, tasawuf, mazhab-mazhab
kalam dan aliran pemikiran lainya dengan logika: kaum mulimin generasi
pertama menengah, karena berpegang pada ajaran islam dan menghormati al-
Qur’an, sedangkan pada masanya kaum muslimin lemah diabaikan, karena
bergeser dari sumber islam. Maka tugas utamanya berdakwah mengajak
manusia kembali kepada al-Qur’a dan pemahaman kaum muslimin generasi
pertama. Sikap dan ucapanya keras, sehingga sering keluar masuk penjara.
(Ilyas : 2004:79)
Ibnu Taimiyah berpengaruh pada beberapa tokoh gerakan islam
semisal Syah Waliyullah, Muhammad Ibn ‘Abd Al-Wahhab (pendiri gerakan
wahabi di saudi arabia), Muhammad ‘Abduh dan Sayyid Muhammad Rasyid
Trida. Pengaruh itu pada mulanya terbatas pada murid-murid terdekat, akan
tetapi dalam jangka panjang, meresap ke dalam tubuh intelegensia keagamaan
pada abad ke 12 H/18 M. Gerakan wahabi merupakan manifestasi yang paling
terorganisasi dari pemikiran-pemikiranya. Sekalipun demikian, gerakan ini
tidak tidak sepenuhnya merupakan duplikat pikiran ibnu taimiyah. Pada abad
ke-19, gerakan sanusi di libia dan Cad, sikap ibnu taimiyah mengenai fiqih
dan tasawuf serta peranan islam dalam sistem politik mempengaruhi
perkembangan pikiran persatuan islam (PERSIS) dan Al-Irsyad. Gagasan
4

menghidupkan kembali semangat ijtihad di kalangan para ulama islam


merupakan ide pokok ibnu taimiyah yang menggugah para pendiri organisasi
tersebut.
C. Konsep dan pandangan ibnu Taimiyah syafa’at
Konsep Ibnu taimiyah tentang syafa’at didasarkan pada Al-Qur’an dan
hadit Nabi. Ia mengatakan bahwa secaara mutlak salah seorang pun tidak ada
yang memiliki syafa’at selain allah swt. Kemudian nabi berdo’a kepada allah
agar memperoleh syfa’at, dan do’a itu dikabulkan oleh Allah.
Syafa’at merupakan do’a (permohonan) nabi ‫ ﷺ‬untuk
umatnya dan permohonan syafa’at ini hanya diberikan kepada orang yang
telah diizinkan oleh allah dan tidak boleh permohonan syafa’at itu diberikan
kepada orang-orang yang tidak diizinkan oleh Allah. “rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda :
ِ ِ ِ ِ ِ
‫و‬,
َ ُ‫ِّق َقْلبَهُ ل َسا نَه‬
ُ ‫صد‬ ً ‫" َش َفا َعىِت ل َم ْن َش َه َد أ ْن الَ إلهَ إالَ اهلل خُمْل‬: ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَ ْم‬
َ ُ‫صا ي‬ َ ‫قَ َل َر ُس ْو ُل أاهلل‬
‫"لِ َسانَهُ َق ْلبَ ْة‬

“manusia yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat


adalah dia yang berkata”tiada tuhan selain allah” dengan tulus melalui hatinya dan
dirinya”.
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa syafa’at itu memiliki arti hanya
bagi orang-orang yang memiliki iman. Itulah sebabnya menurut dia, allah
menganjurkanorang-orang yang beriman untuk saling memohon ampunan
dari allah sementara hal yang demikian itu dilarang bagi orang-orang yang
kafir. Menurut Ibnu Taimiyah syafa’at yang dikabulkan oleh Allah yaitu
syafa’at yang sudah dikatakan dalam Al-Qur’an. Yaitu syafa’at untuk orang
yang ikhlas, dan mempunyai dua syarat pertama, izin memberi syafaat dari
allah untuk si pemberi syafa’at. Kedua, restu Allah terhadap orang yang
5

diberi syafa’at, dan Allah tidak akan merestui suatu perbuatan kecuali ikhlas
dan benar.(anam : 2011:53).
Sasaran syafa’at itu agar orang-orang yang semestinya masuk
kedalam neraka agar tidak memasukinya, dan orang yang ada didalamnya
dapat keluar. Dan semua itu harus ada izin dari Allah swt, orang-orang musrik
beranggapan bahwa selain allah, makhluk pun dapat memberi syafa’at
sehingga mereka memintanya. Padahal meminta syafa’at selain allah adalah
syirik, meraka beranggapan bahwa syafaat di akhirat sama dengan syafa’at
didunia.
Ibnu Taimiyah dalam AL-Aqidah al- Wasithiyyah mengemukakan
macam-macam syafaat menjadi tiga. Dua diantaranya khusus untuk nabi
‫ﷺ‬. pertama adalah syafa’at agung, yaitu syafaat nabi kepada
seluruh manusia, sehingga nabi dapat meberikan keputusan pada mereka.
Setelah para nabi (yang lain) memmohon syafa’at itu pada para rasul pemilik
syafa’at dari adam nuh, ibrahim, musa, dan isa a.s. syafa’at ini merupakan
penghargaan tertinggi. Kedua syafa’at nabi untuk penduduk surga agar
mereka dapat memasukinya. Sedangkan yang ketiga, syafa’at untuk orang-
orang yang masuk neraka agar tidak memsukinya. Syafaat yang ini sifatnya
menyeluruh untuk nabi muhammad dan nabi nabi yang lain.
Menurut Ibnu Taimiyah syafa’at dalam arti luas dapat dibagi menjadi
tiga macam yang pertama ialah perbuatan manusia sendiri. Dengan kata lain,
apabila seseorang taat pada semua peraturan Islam dan meninggalkan semua
larangan, maka sikap ini juga disebut wasilah(perantara). Yang kedua adalah
syafa’at melalui permohonan atau do’a dari orang lain sebagai penghubung
terhadap allah. Dengan pengertian ini, Ibnu Taimiah menyatakan bahwa
syafa’at dapat terjadi di dunia ini atau di akhirat nanti, dan hanya orang-orang
hidup sajalah yang dapat memberi syafa’at. Mencari syafa’at pada orang yang
sudah meninggal dipandang syirik. Yang ketiga ialah permohonan allah atas
6

nama orang lain, seperti nabi atau wali. Dengan kata lain karena kedudukan
nabi atau wali sangat dekat dengan allah, mereka memohon kepada-Nya
dengan keutamaan-keutamaanya. (Halimudin : 1990:42)
Di antara tiga macam syafa’at itu, Ibnu Taimiyah membenarkan dua
yang pertama dan memandang yang terakhir sebagai syirik.
Menurut Ibnu Taimiyah Allah melarang orang yang berdo’a dan
meminta syafa’at selain kepada-Nya. Tidak boleh do’a itu ditunjukan kepada
malaikat, nabi-nabi dan orang-orang saleh karena itu adlah syirik. Orang-
orang musrik pergi ke pemakaman dan dari sana mereka meminta syafa’at dan
minta dido’akan orang-orang saleh yang dianggap keramat yang disangka
do’a orang yang sudah meninggal masih dikabulkan, memang do’a orang
yang saleh doanya bisa terkabul tetapi jika sudah meninggal keadaanya sudah
lain dan doanya tidak dikabulkan lagi.
Hal ini adalah dugaan yang salah terhadap malaikat dan arwah orang
yang sudah meninggal, ini termasuk perbuatan syirik, inilah perbuatan yang
seperti orang-orang yahudi dan nasrani amat disayangkan ad orang islam yang
terlibat ke dalam perbuatan bid’ah ini padahal dalam Al-Qur’an Allah swt
telah berfirman:
ِ
ُ‫أ َْم هَلُ ْم ُشَر َك ُؤأ َشَر عُو أ هَلُ ْم ِّم َن الدِّي ِن َما مَلْ يَأْ َذ ن بِه آ للَّه‬
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah”. (QS. Asy Syuraa :
21).
Disini allah mengancam orang yang menyeru sesuatu selain allah, baik
malaikat, para nabi, dan lain-lain. Sebab, itulah kemusrikn atau penyebab
musrik. Berbeda jika minta do’a dan syafa’at ketika masih hidup, sebab
mereka tidak mungkin disembah ketika masih hidup dan pasti melarang hal
itut. Menyeru mereka setelah meninggal dunia atau tidak hadir, akan
menyebabkan kemusrikan.(anam : 2011:60)
7

Dalam al-fatwa Syeikh Ibnu Taimiyah memberikan analisa yang


menarik terhadap ayat-ayat yang berisi larangan syafa’at. Tidak mendapat
manfaat denganya, dan larangan untuk memintanya. Padahal ayat-ayat ini
adalah yang dijadikan argumentasi oleh sebagian golongan dalam melarang
meminta syafa’at kepada nabi ‫ ﷺ‬di dunia. (Alawi al-Maliki :
2016:316).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. syfa’at merupakan sebuah pertolongan atau bisa juga disebut dengan
media. Bisa juga diarttikan dengan kebutuhan, karena tidak mungkin
seseorag meminta syfaat jikalau mereka tidak membutuhkan permintaan
syfaa’at jikalau mereka tidak membutuhkan. Peminta syafa’at pun akan
memintakan syafa’at kepada orang yang dipandang lebih daripada dirinya
sendiri.
2. Ibnu taimiyah adalah seseorang tokoh dan pemikir islam. Nama
lengkapnya adalah taqityuddin abdul abas ahmd ibnu abdul halim ibnu
abdus salam abdullah ibnu Muhammad ibnu Taimiyah. Beliau lahir paada
hari senin tanggal 10 Rabiul awal tahun 661 hijriyah atau tanggal 26
januari 1263 masehi di harran, dan dibesarkan dalam pendidikan islam,
sehingga menjadi seorang muslim yang berpandangan luas.
3. Diantara tiga macam syafa’at itu, Ibnu Taimiyah membenarkan yang
pertama dan memandang yang terakhir sebagai syirik. yang pertama
ialah perbuatan manusia sendiri. Dengan kata lain, apabila seseorang taat
pada semua peraturan islam dan meninggalkan semua larangan, maka
sikap ini juga disebut wasilah(perantara). Yang kedua adalah syafa’at
melalui permohonan atau do’a dari orang lain sebagai penghubung
terhadap allah. Dengan pengertian ini, Ibnu Taimiah menyatakan bahwa
syafa’at dapat terjadi di dunia ini atau di akhirat nanti, dan hanya orang-
orang hidup sajalah yang dapat memberi syafa’at. Mencari syafa’at pada
orang yang sudah meninggal dipandang syirik. Yang ketiga ialah
permohonan allah atas nama orang lain, seperti nabi atau wali.

8
DAFTAR PUSTAKA
‘Alawi-Maliki, A. M. 2016. Pemahaman yang harus diluruska.Surabaya:
Hai’ah ash-Shofwah al-Malikiyyah
Ilyas, Hamim. 2004. Studi kitab tafsir. Depok: teras ngawen
magutwoharjo.
Umar, Sulaiman. 2006. al-Futuhat al-ilahiyah bi taudihi Tafsir al-
jalalain li al-Daqaid al-kafiyyah, jilid 8, Beirut Lebanon: Dar al-
kotob al-ilmiah.
Anam, M. 2011. Studi komparasi konsep syafa’at menurut Ibnu Tauimiyah
dan Imam Al-Ghazali. Skripsi. Surabaya: Program Sarjana Fakultas
Ushuluddin

Anda mungkin juga menyukai