Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadis Maudhu’i pada
Program Pascasarjana Studi Hukum Keluarga Islam Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bone
Oleh :
FITRI RAMADHANI
NIM.741302022034
SITTI NURFAIZAH
NIM. NIM.741302022035
1
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
والصـالة والســالم على اشـرف اال نــبـيـاء والمرسـلـيـن سـيّـدنا, رب العالمــيـن
ّ الحـمدهلل
.محـمـد وعـلى اله وصـحـبـه اجـمـعـيـن
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji syukur kepada ALLAH SWT, atas segala rahmad
dan hidayah-Nya serta karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan atas Rasulallah
Nabi Muhammad SAW, keluarga para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga
akhir Zaman.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesenmpurnaan makalah ini.
Semoga segala kebaikan yang diterima menjadi berkat tersendiri bagi penulis,
sehingga menjadi bekal yang sangat bermanfaat dikehidupan penulis nantinya.
Akhir kata apa yang telah penulis lakukan dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan, kritik dan saran yang membangun
penulis terima untuk menyempurnakan dimasa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat/Pengertian Wasiat 3
C. Takhrij Hadis 13
E. Pendapat Ulama 16
A. Simpulan 17
B. Implikasi 17
DAFTAR PUSTAKA 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
hukumnya adalah Sunnah. pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk
mewasiatkan hartanya kepada siapa saja yang dikehendakinya, akan tetapi dalam
mewasiatkan harta ada beberapa ketentuan atau syarat yang harus di penuhi.
dalam hal ini, orang yang berwasiat harus memiliki kemampuan untuk melepas
wasiat kurang mengedepankan prinsip kebenaran dan keadilan. Hal ini dapat
dilihat pada masa romawi dan masa Arab Jahiliyah, wasiat dilakukan oleh
dekat ditinggalkan dan dibiarkan dalam keadaan miskin. Keadaan seperti ini
kemudian berubah dengan datangnya Islam dan turunnya sebuah ayat dalam al-
Qur’an yang berkaitan dengan kewajiban seseorang berwasiat kepada orang tua
dan kerabatnya.3
Islam, yaitu al-Qur’an, namun dalam penjelasan yang lebih detail mengenai
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Cet. 54; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 371.
2
Fathurrahman, Ilmu Waris (Bandung: al- Ma’rif, 1984), h. 36-37.
3
Ahmad Faqihudin, “Wasiat Perspektif al- Qur’an dan Hadits”, Kajian Ilmu Al-Quran
dan Tafsir, Vol. 1, No. 2, September 2021, h. 86.
1
wasiat tersebut dituangkan dalam hadis. Oleh karena itu, penulis menganggap
perlu adanya pembahasan yang lebih mendalam terkait masalah wasiat yang
akan penulis bahas melalui hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. yang membahas
perspektif hadis, yaitu meliputi hakikat wasiat dan wujud wasiat,. Sehingga
Muhammad Saw.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Wasiat
Wasiat dari segi bahasa berarti menggabungkan. Kata wasiat berasal dari
bahasa Arab, yaitu ( )الوصيةterambil dari الشي وصيت أصيةyang berarti أوصلت
(aku menyampaikan sesuatu.4 Wasiat juga berarti suatu ucapan atau pernyataan
Secara syara’ wasiat adalah suatu janji tertentu untuk mengelola harta
hadis hanya sepertiga harta pewarisan. Wasiat hanya ditujukan kepada orang
Menurut istilah Fiqh, wasiat itu perbuatan sukarela yang dilakukan oleh
orang lain untuk melakukan sesuatu perbuatan baik ketika seseorang berwasiat
4
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Analisis Hukum Islam Bidang
Wasiat (Jakarta: Departemen Agama, 1998), h. 49.
5
Departemen Agama, Ilmu Fiqh (Cet. 2; Jakarta, 2008), h. 181.
6
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram
(Syarah Bulughul Maram), Terj. Thahirin Suparta, M. Faisal, dan Adis Aldizar (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006), Jilid. 5, h. 222.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, h. 371.
8
Zainuddin bin Abdul Aziz, Terjemah Fathul Mu’in (Bandung: Huasaini, 2003), h. 349.
3
masih hidup maupun setelah wafat).9 Sedangkan wasiat dalam Kompilasi
Hukum Islam yaitu pemberian suatu benda dari pewaris yang telah berumur
kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewasiat meninggal
merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan kemauan hati dalam keadaan
apapun.11
sesorang kepada orang lain untuk melaksanakan perbuatan baik ketika seseorang
dibatalkan sewaktu-waktu oleh salah satu pihak. Dalam hal ini adalah oleh pihak
pemberi wasiat itu sendiri. Para fuqaha sependapat bahwa barang wasiat menjadi
tetap bagi orang yang diberi wasiat setelah pewasiat meninggal dunia.12
Wasiat merupakan salah satu keindahan Islam karena pemilik harta diberi
setelah kematiannya. Di samping juga merupakan bukti kasih saying Allah swt.,
9
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Vol. III (Mesir: Dar Al-Hadis), h. 250.
10
Instruksi Presiden R.I. Nomor I Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
(Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Binbaga Depag RI Tahun
1998/1999), h. 89.
11
Hasbi as Shiddieqy, Fiqh Mawaris (Jakarta: Bulan Bintang, 1973, h 18.
12
Imam Ghazali Said, A. Zaidun, Terjemah Kitab Bidayatul Mujtahid Karya Ibnu
Rusd (Jakarta: Pusaka Amani, 1995), h. 9-10.
4
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan wasiat adalah perbuatan seseorang kepada orang
lain yang bukan ahli warisnya dengan memberikan hartanya secara sukarela
dalam kadar tertentu sesuai dengan yang telah di tentukan dan pelaksanaannya
setelah si pemberi atau dalam hal ini disebut pewasiat telah meninggal dunia.
pengarahan kepada umat Islam mengenai hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
berwasiat. Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan beberapa hadis yang
1. Wasiat Sepertiga
ع َْن َس ْع ِد، ع َْن عَا ِم ِر ب ِْن َس ْع ٍد، ع َْن َس ْع ِد ْب ِن ِإب َْرا ِهي َم، ُ َح َّدثَنَا ُس ْفيَان، َح َّدثَنَا َأبُو نُ َعي ٍْم
اmmَ َوَأنmو ُدنِيmmلَّ َم يَ ُعm ِه َو َسmلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيmص
َ ا َء النَّبِ ُّيm َج: ا َلmmَ ق،ُهmي هَّللا ُ َع ْن mَ mض
ِ ص َر ٍ ْب ِن َأبِي َوقَّا
." َرا َءm رْ َح ُم هَّللا ُ ا ْبنَ َع ْفmmَ " ي: الm َ mَ ق،ض الَّتِي هَا َج َر ِم ْنهَا ِ ْ َوهُ َو يَ ْك َرهُ َأ ْن يَ ُموتَ بِاَأْلر،َبِ َم َّكة
." " اَل: الm َ َر ؟ قmُ ط ْ mالش
َّ َ ف: ت ُ قُ ْل." " اَل: ا َلmَالِي ُكلِّ ِه ؟ قmي بِ َمmوص ِ ُأ،ِ يَا َرسُو َل هَّللا: ت ُ قُ ْل
ٌر ِم ْن َأ ْنmا َء خَ ْيmmَكَ َأ ْغنِيmmَ َد َع َو َرثَتmَك َأ ْن ت َ َّ ِإن،ٌيرmmِث َكث ُ ُ َوالثُّل،ث ُ ُالثُّلmmَ " ف: الm
َ mَث ؟ ق ُ ُ الثُّل: تُ قُ ْل
َحتَّى،ٌ َدقَةm ص َ mاm َك َم ْه َما َأ ْنفَ ْقتَ ِم ْن نَفَقَ ٍة فَِإنَّه َ َّ َوِإن،اس فِي َأ ْي ِدي ِه ْم
َ َّتَ َد َعهُ ْم عَالَةً يَتَ َكفَّفُونَ الن
َ َوي، ٌاسmmَكَ نmmِ َع بmِ َو َع َسى هَّللا ُ َأ ْن يَرْ فَ َعكَ فَيَ ْنتَف، َ ِإلَى فِي ا ْم َرَأتِكmاللُّ ْق َمةُ الَّتِي تَرْ فَ ُعهَا
َكmmِ َّر بmُض
13
)(البخاري." ٌ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ يَوْ َمِئ ٍذ ِإاَّل ا ْبنَة، َآ َخرُون
Terjemahannya:
“Telah bercerita kepada kami Abu Nu'aim telah bercerita
kepada kami Sufyan dari Sa'ad bin Ibrahim dari' Amir bin
Sa'ad dari Sa'ad bin Abi Waqash ra. berkata: Nabi saw. datang
menjengukku (saat aku sakit) ketika aku berada di Makkah. Dia
tidak suka bila meninggal dunia di negeri di mana dia sudah
berhijrah darinya. Beliau bersabda: "Semoga Allah merahmati
Ibnu 'Afra'." Aku katakan: "Wahai Rasulullah, aku mau
berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku." Beliau
bersabda: "Jangan!" Aku katakan: "Setengahnya." Beliau
bersabda: "Jangan!" Aku katakan lagi: "Sepertiganya." Beliau
bersabda: "Ya, sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak.
13
Abu Abdullah bin al-Mughirah bin al-Bardizbah Al-Bukhari, Shahih al-Bukhariy, Juz
IV, h. 3.
5
Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan
mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia
dengan menengadahkan tangan mereka. Sesungguhnya apa
saja yang kamu keluarkan berupa nafkah sesungguhnya itu
termasuk shadaqah sekalipun satu suapan yang kamu
masukkan ke dalam mulut istrimu. Dan semoga Allah
mengangkatmu di mana Allah memberi manfaat kepada
manusia melalui dirimu atau memberikan madharat
orangorang yang lainnya." Saat itu dia (Sa'ad) tidak memiliki
ahli waris kecuali seorang anak perempuan.”
ك ب ِْنmِ mِ ِد ْال َملm ع َْن َع ْب، َ ع َْن َزاِئ َدة، يْنُ بْنُ َعلِ ٍّيmُس َ َح َّدثَنَا ح، ْالقَا ِس ُم بْنُ َز َك ِريَّا َءmَو َح َّدثَنِي
َ ا َدنِي النَّبِ ُّيmm َع: ا َلmmَ ق، ِهm ع َْن َأبِي، ب ْب ِن َس ْع ٍد
،لَّ َمm ِه َو َسmلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيmص ِ ع َْن ُمصْ َع، ُع َمي ٍْر
ِ ُالثُّلmmِ َأب: ت
ث ُ فَقُ ْل." " اَل: فَالنِّصْ فُ ؟ قَا َل: ت ُ قُ ْل." " اَل: بِ َمالِي ُكلِّ ِه ؟ قَا َلmصي ِ ُأو: ت ُ فَقُ ْل
14
) (المسلم." ث َكثِي ٌر ُ ُ َوالثُّل، " نَ َع ْم: ؟ فَقَا َل
Terjemahannya:
“Dan telah menceritakan kepadaku Al Qasim bin Zakaria telah
menceritakan kepada kami Hunain bin Ali dari Zaidah dari
Abdul Malik bin 'Umair dari Mush'ab bin Sa'd dari Ayahnya
dia berkata: "Nabi saw. datang menjengukku, maka saya pun
berkata: "Saya telah mewasiatkan hartaku semuanya." Beliau
bersabda: "Jangan." Saya berkata lagi, "Bagaimana jika
setengahnya?" beliau bersabda: "Jangan." Saya berkata lagi,
"Bagaimana jika sepertiganya?" beliau menjawab: "Ya, tidak
mengapa. Sepertiga itu sudah banyak"
ع َْن َس ْع ِد، ُ َح َّدثَنَا ُس ْفيَان: قَا َل، َح َّدثَنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن: قَا َل، بْنُ َعلِ ٍّيmَأ ْخبَ َرنَا َع ْم ُرو
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ َكانَ النَّبِ ُّي: ع َْن َأبِي ِه قَا َل، ع َْن عَا ِم ِر ْب ِن َس ْع ٍد، ْب ِن ِإب َْرا ِهي َم
ُ صلَّى هَّللا َ ال النَّبِ ُّي َ َ ق،َاج َر ِم ْنهَا َ ض الَّ ِذي ه ِ ْ َوهُ َو يَ ْك َرهُ َأ ْن يَ ُموتَ بِاَأْلر،َيَعُو ُدهُ َوه َُو بِ َم َّكة
َولَ ْم يَ ُك ْن." " يَرْ َح ُم هَّللا ُ َس ْع َد ا ْبنَ َع ْف َرا َء: ْ َأو." " َر ِح َم هَّللا ُ َس ْع َد ا ْبنَ َع ْف َرا َء: َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
:ت ُ قُ ْل." " اَل: وصي بِ َمالِي ُكلِّ ِه ؟ قَا َل ِ ُأ،ِ يَا َرسُو َل هَّللا: ال َ َ ق،ٌاح َدة ِ لَهُ ِإاَّل ا ْبنَةٌ َو
ك َأ ْن تَ َد َعَ َّ ِإن،ٌث َكثِير ُ ُ َوالثُّل،ث َ ُ " الثُّل: ث ؟ قَا َل َ ُ فَالثُّل: تُ قُ ْل." " اَل: ال َ َالنِّصْ فَ ؟ ق
َأ َأ
ْخبَ َرنَا حْ َم ُد." مmْ اس َما فِي ْي ِدي ِه َأ َ َّك َأ ْغنِيَا َء خَ ْي ٌر ِم ْن ْن تَ َد َعهُ ْم عَالَة يَتَ َكففونَ الن
ُ َّ ً َأ َ ََو َرثَت
: ال َ َ ع َْن َس ْع ِد ب ِْن ِإب َْرا ِهي َم ق، َح َّدثَنَا ِم ْس َع ٌر: ال َأ
َ َ ق، َح َّدثَنَا بُو نُ َعي ٍْم: ال َ َ ق، َبْنُ ُسلَ ْي َمان
َّ
،صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم هَّللا َّ هَّللا
َ ِ لmُ فَ َد َخ َل َرسُو، ض َس ْع ٌد َ َم ِر: ال َ َ ق، َح َّدثَنِي بَعْضُ آ ِل َس ْع ٍد
) (النسائ.يث
15 ْ
َ ق ال َح ِد ِّ
mَ َو َسا." " اَل: صي بِ َمالِي ُكل ِه ؟ قَا َل ِ ل هَّللا ِ ُأوmَ يَا َرسُو: فَقَا َل
Terjemahannya:
14
Muslim bin Hajjaj al-Qusayriy al-Naisaburiy, Shahih Muslim, Juz III, h. 1252.
15
Abu Abudrrahman bin Syu’ayb Al-Nasaiy, Sunan al-Nasa’iy alMujtaba, Juz VI h. 242.
6
“Telah mengabarkan kepada kami' Amru bin Ali berkata: telah
menceritakan kepada kami' Abdurrahman berkata: telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Sa'd bin Ibrahim dari'
Amir bin Sa'd dari Ayahnya berkata: "Nabi saw. menjenguknya
dan saat beliau berada di Makkah. Dan ia tidak ingin
meninggal di tanah yang darinya ia berhijrah. Nabi saw. lalu
bersabda: 'Semoga Allah merahmati Sa'd bin 'Afra', dan ia
hanya memiliki satu anak wanita. Ia berkata: "Wahai
Rasulullah, bolehkah aku berwasiat dengan seluruh hartaku?"
Beliau menjawab: "Jangan." Aku tanyakan lagi: "Bagaimana
jika setengah?" Beliau menjawab: "Jangan." Aku tanyakan
lagi: "Bagaimana jika sepertiga?" Beliau menjawab:
"Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya engkau
meninggalkan pewarismu dalam keadaan kaya lebih baik
daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan miskin
dan meminta-minta kepada manusia apa yang ada di tangan
mereka." Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin
Sulaiman berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim
berkata: telah menceritakan kepada kami Mis'ar bin Ibrahim
berkata: telah menceritakan kepadaku sebagian keluarga Sa'd
ia berkata: "Saat Sa'd sakit, Rasulullah saw. masuk
menjenguknya, lalu Sa'd berkata: "Wahai Rasulullah, bolehkah
aku berwasiat dengan seluruh hartaku?" Beliau menjawab:
'Jangan.' Lalu ia menyebutkan hadis tersebut.
ع َْن، َرْ َوةmُا ُم بْنُ عm َّدثَنَا ِه َشm َح: ا َلmَ ق، ٌعm َّدثَنَا َو ِكيm َح: ال َ َ ق، ق بْنُ ِإ ْب َرا ِهي َم ُ َأ ْخبَ َرنَا ِإ ْس َحا
،ِ ول هَّللا
َ mا َر ُسmmَ ي: ال ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم عَا َدهُ فِي َم َر
َ َ فَق،ض ِه َ ي َّ ِ َأ َّن النَّب، ع َْن َس ْع ٍد، َأبِي ِه
" : الm َ mَث ؟ قَ ُالثُّلmmَ ف: قَا َل." " اَل: ط َر ؟ قَا َل ْ فَال َّش: قَا َل." " اَل: بِ َمالِي ُكلِّ ِه ؟ قَا َلmصي ِ ُأو
16
) (النسائي." َكبِي ٌر." ْ َأو." ث َكثِي ٌر ُ ُ َوالثُّل،ث
َ ُالثُّل
Terjemahannya:
“Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim berkata:
telah menceritakan kepada kami Waki 'berkata: telah
menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Urwah dari ayahnya
dari Sa'd ,bahwa Nabi saw. mengunjunginya ketika ia sedang
sakit. Ia lalu berkata: "Wahai Rasulullah, bolehkah aku
berwasiat dengan seluruh hartaku?" Beliau menjawab:
"Tidak." Ia berkata lagi" Bagaimana jika setengah?" Beliau
menjawab: "Tidak." Ia berkata lagi, "Bagaimana jika
sepertiga?" Beliau menjawab: "Sepertiga, dan sepertiga itu
banyak atau besar "
16
Abu Abudrrahman bin Syu’ayb Al-Nasaiy, Sunan al-Nasa’iy alMujtaba, Juz VI, h.
243.
7
لَّ َمm ِه َو َسmلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيm ص
َ ي َّ ِ َأ َّن النَّب،3/ ع َْن َس ْع ٍد، ع َْن َأبِي ِه، َح َّدثَنَا ِه َشا ٌم، َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع
" اَل: الm َ mَالِي ُكلِّ ِه ؟ قmm بِ َمmوصي ِ َأاَل ُأ،ِ يَا َرسُو َل هَّللا: ال َ َ فَق، ٌَد َخ َل َعلَ ْي ِه يَعُو ُدهُ َوه َُو َم ِريض
َأ
ي ٌرmmِ وْ َكب- ي ٌرmmِث َكث ُّ
ُ ُ َوالثل،ث ُّ
ُ ُ " الثل: ث ؟ قَا َل ُّ ْ فَبِال َّش: قَا َل."
ِ ُ فَبِالثل: قَا َل." " اَل: قَا َلm،ط ِر
17
) (احمد."
Terjemahannya:
“Telah menceritakan kepada kami Waki 'telah menceritakan
kepada kami Hisyam dari Bapaknya dari Sa'd ,bahwa Nabi
saw. menjenguknya pada saat dia sakit. Dia bertanya: "Wahai
Rasulullah, bolehkah aku mewasiatkan hartaku semuanya?"
Beliau menjawab: "Jangan" Sa'd bertanya lagi: "Bagaimana
kalau setengah?" Beliau menjawab: "Jangan" Sa'd bertanya
lagi: "Bagaimana jika sepertiga?" Rasulullah saw. menjawab:
"Sepertiga. Ya sepertiga, tapi itu banyak." Atau "Besar".
2. Wasiat Yang Diperintahkan
، ْع ٍدmا ِم ِر ب ِْن َسmm ع َْن َع، َرا ِهي َمm ْع ِد ب ِْن ِإ ْبm ع َْن َس، ُ َأ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَان، ير ٍ َِح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َكث
ٌريضm َأ َّ هَّللا
ِ mا َمmmَ َو نmو ُدنِيmmل َم يَ ُعm ِه َو َسmلى ُ َعلَ ْيmص َّ َ َكانَ النَّبِ ُّي: ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ِ ع َْن َس ْع ٍد َر
." " اَل: الmm ْ
َ َ فَال َّشط ُر ؟ ق: ت ْ ُ
ُ قل." " اَل: ال ِّ
َ َ بِ َمالِي ُكل ِه ؟ قmصي ُأ
ِ و،ٌ لِي َمال: ت ُ فَقُ ْل،َبِ َم َّكة
َد َعهُ ْمmَ ٌر ِم ْن َأ ْن تmا َء خَ ْيmmَك َأ ْغنِيَ mَ َد َع َو َرثَتmَ َأ ْن ت،ٌث َكثِير ُ ُ َوالثُّل،ث ُ ُ " الثُّل: قَا َل.ث ُ ُ فَالثُّل: ت ُ قُ ْل
ا فِيmmَ ةَ تَرْ فَ ُعهm َحتَّى اللُّ ْق َم،ٌ َدقَةmص َ ك َ َ َو َم ْه َما َأ ْنفَ ْقتَ فَه َُو ل،اس فِي َأ ْي ِدي ِه ْم َ َّعَالَةً يَتَ َكفَّفُونَ الن
18
) ك آ َخرُون(البخارى َ ِضرُّ ب َ ُ َوي، ٌ يَ ْنتَفِ ُع بِكَ نَاس،ك َ َولَ َع َّل هَّللا َ يَرْ فَ ُع،ك َ ِفِي ا ْم َرَأت
Terjemahannya:
Dari Abdullah putra Umar dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda, “Tidak layak bagi seorang muslim yang
memiliki sesuatu yang (harus) diwasiatkan untuk
bermalam selama dua hari, kecuali wasiat ditulis
disisinya”. (Sahih: Muttafaq A’laih).19
Hadis tersebut di atas memberikan penjelasan bahwa wasiat yang
tertulis dan selalu berada di sisi orang yang berwasiat merupakan suatu
17
Abdullah Muhammad bin Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz.III, h.
77.
Abu Dawud al- Sijistani, Sunan Abi Dawud (Lebanon: Dar Al-Kotob Al- Ilmiyah,
18
kesempatan itu hilang (sebab kematian). Untuk itu, beliau memberi petunjuk
menulis wasiatnya. Jika pun ingin menundanya maka diberi toleransi satu
atau dua malam. Seseorang tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi
Islam yang berwasiat sebaiknya wasiat tersebut ditulis dan berada di sisinya,
sebab hal tersebut dapat menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Bila
tertentu.21 Menyimpan wasiat setelah ditulis agar tetap berada pada pewasiat
20
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram
(Syarah Bulughul Maram), Terj. Thahirin Suparta, M. Faisal, dan Adis Aldizar, Jilid. 5, h. 224.
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram
21
(Syarah Bulughul Maram), Terj. Thahirin Suparta, M. Faisal, dan Adis Aldizar, Jilid. 5, h. 226.
9
َ َّونَ النmmُةً يَتَ َكفَّفmَ َد َعهُ ْم عَالmَ ٌر ِم ْن َأ ْن تmا َء خَ ْيmmَك َأ ْغنِي
،اس mَ mَك َأ ْن تَ َد َع َو َرثَت ُ َُوالثُّل
َ َّ ِإن،ٌث َكثِير
22
) (النسائ." يَتَ َكفَّفُونَ فِي َأ ْي ِدي ِه ْم
Terjemahannya:
“Telah mengabarkan kepada kami' Amru bin Manshur
dan Ahmad bin Sulaiman dan lafazhnya adalah lafazh
Ahmad. Mereka berkata: telah menceritakan kepada kami
Abu Nu'aim berkata: telah menceritakan kepada kami
Sufyan dari Sa'd bin Ibrahim dari' Amir bin Sa'd dari Sa'd
ia berkata: "Nabi saw. datang menjengukku saat aku di
Makkah, lalu aku katakan, "Wahai Rasulullah, bolehkah
aku berwasiat dengan seluruh hartaku?" Beliau
menjawab: "Jangan." Aku tanyakan lagi, "Bagaimana jika
setengah?" Beliau menjawab: "Jangan." Aku tanyakan
lagi, "Bagaimana jika sepertiga?" Beliau menjawab:
"Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya
engkau meninggalkan pewarismu dalam keadaan kaya
lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dalam
keadaan miskin dan meminta-minta kepada manusia
dengan tangan mereka"
Hadis di atas menjelaskan sebuah dialog antara Rasulullah dengan
menjenguknya pada saat pelaksanaan haji Wada’. Ketika itu Sa’ad dalam
keadaan sakit parah dan menurutnya ia segera meninggal dunia. Sa’ad bin
Abi Waqash adalah salah seorang kongomerat dan juga termasuk salah
Sa’ad bin Abi Waqash adalah seorang agniya dan hanya mempunyai
22
Abu Abudrrahman bin Syu’ayb Al-Nasaiy, Sunan al-Nasa’iy alMujtaba, Juz VI, h.
247.
23
Bahdar “Hadis Sa’ad Ibn Abi Waqash tentang Wasiat Sepertiga Harta Kekayaan”,
Jurnal Hunafa, Vol. 2, No. 1 April 2005, h. 1.
10
ditanyakan kepada Rasulullah saw., Apakah ia bisa mewasiatkan seluruh
hartanya? Rasulullah saw., bersabda: Itu tidak boleh wahai Sa’ad. Kemudian
Sa’ad bertanya lagi, bagaimana kalau dua pertiga? Rasulullah saw.,: Tidak
boleh! Sa’ad pun bertanya kembali kepada Rasulullah saw., kalau begitu
lebih dari sepertiga dan ada pula yang tidak memperbolehkan. Wasiat hanya
berlaku dalam kadar sepertiga dari harta peninggalan apabila terdapat ahli
24
Bahdar “Hadis Sa’ad Ibn Abi Waqash tentang Wasiat Sepertiga Harta Kekayaan”, h. 2.
25
M. Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab (Cet. 11; Jakarta: PT. Lentera Basritama,
2004), h. 513.
11
seluruh mazhab, membutuhkan izin dari para ahli waris. Jika semua
mengizinkan, wasiat itu berlaku. Tapi jika mereka menolak, maka batallah
tidak, maka kelebihan dari sepertiga itu dikeluarkan dari harta yang
mengizinkan.26
izin, maka mereka tidak berhak menarik kembali izin mereka, baik izin itu
wasiat maka jika mereka memberi izin ketika dia masih hidup, kemudian
meninggal, maka berhak melakukan itu, baik izin itu mereka berikan ketika
kelebihan dari sepertiga itu dikeluarkan dari hak waris mereka, dan mereka
“Izin yang diberikan oleh ahli waris bagi kelebihan dari sepertiga harta
26
Rusli Halil Nasution, “Wasiat Dalam Perspektif Hadits Ahkam”, Jurnal Ilmiah Al –
Hadi Vol. 7, No. 2, Januari-Juni 2022, h. 52.
27
M. Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, h. 513.
28
Rusli Halil Nasution, “Wasiat Dalam Perspektif Hadits Ahkam”, h. 52.
12
sebagai hibah dari ahli waris kepada sipenerima wasiat.29
ketentuan terkait penerima wasiat juga diatur dalam sebuah hadis. Dalam
hadis dimaksud tidak diperbolehkan wasiat kepada ahli waris sebagai mana
C. Takhrij Hadis
juga dibantu dengan aplikasi hadis CD ROM Lidwa Hadis 9 Imam, CD ROM
Gawami Alkalem dan juga maktabah samilah. Dengan term-key صــيو أmaka
3.2 Ahmad bin Hanbal 6 riwayat nomor hadis 1479, 1480, 1483, 1488, 1599,
dan 1615.
3.4 Nasa’I 4 riwayat nomor hadis 3627, 3628, 3629, 3630 dan 3632
3.1 Ahmad bin Hanbal 5 riwayat nomor hadis 17663, 17665, 18082, 18083, dan
22294.
29
Rusli Halil Nasution, “Wasiat Dalam Perspektif Hadits Ahkam”, h. 52
13
D. Fiqh Hadis (Pemahaman/Kandungan Hadis)
untuk berwasiat sebanyak 1/3 dari harta kekayaan adalah guna melindungi ahli
waris, supaya mereka tidak dalam keadaan miskin setelah ditinggalkan pewaris.
Namun harta yang diwasiatkan tidak boleh melebihi dari sepertiga dari seluruh
harta yang ditinggalkan. Hal ini dilakukan untuk melindungi ahli waris dari
kemiskinan.30
yang ditetapkan yaitu 1/3 dari seluruh harta peninggalannya. Jika wasiat tersebut
diperuntukkan bagi orang yang bukan ahli waris, dan tidak ada keberatan dari
salah satu atau bahkan seluruh ahli warisnya. Adapun pelaksanaan wasiat
Jika wasiat pewaris melebihi yang telah ditentukan yaitu sepertiga dari
kecuali jika ada kesepakatan semua ahli warisnya. ini berlandaskan sabda
Rasulullah saw. ketika menjawab pertanyaan Sa'ad bin Abi Waqash ra. sakit dan
saw. bersabda: "... Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya bila
engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik
kepada orang."
Anak angkat dalam hukum Islam tidak boleh menerima warisan tetapi
30
Moh. Muhibbin Abdul Wahid, Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.148.
14
bisa mendapatkan wasiat, wasiat itu namanya wasiat wajibah. Pemberlakuan
wasiat wajibah mempengaruhi peralihan nilai hak warisan dari ahli waris yang
lain. Wasiat merupakan produk ijtihad ulama di Indonesia yang secara substansi
Allah swt. seperti zakat, fidyah dan kafarat. Demikian juga halnya apabila
Pewaris dapat memberikan sebagian hartanya pada orang lain dengan adanya
pesan terakhir, apalagi jika pesan tersebut berkaitan dengan pembagian warisan
telah sesuai dengan keadilan. Dalam hal ini hukum perlu mengaturnya. Wasiat
E. Pendapat Ulama
31
Fahmi Al Amruzi, Rekonstruksi Wasiat Wajibah dalam kompilasi Hukum Islam
(Yogyakarta: Aswaja Pressidon, 2014), h. 85.
15
seseorang sebelum ia meninggal dunia.
3. Wasiat yang sifat dan hukumnya boleh dilakukan oleh seorang sebelum ia
Hanafi. Berwasiat untuk ahl al-fusuq dan ahli maksiat. Para ulama
kecuali kalau ahli waris yang diberi wasiat itu seorang miskin sedangkan
5. Wasiat yang hukumnya haram, yakni wasiat yang tidak boleh dilakukan
32
Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 90-92.
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Wasiat adalah perbuatan seseorang kepada orang lain yang bukan ahli
sesuai dengan yang telah di tentukan dan pelaksanaannya setelah si pemberi atau
terkait kadar yang diperbolehkan adalah hanya sepertiga dari harta si pemberi
wasiat dan yang kedua menjelaskan terkait yang tidak mendapat wasiat yaitu ahli
waris karena ahli waris telah ditentukan bagiannya masing-masing melalui hukum
waris.
B. Implikasi
masyarakat luas, khususnya umat Islam, untuk lebih memahami mengenai wasiat
17
DAFTAR RUJUKAN
Al Albani, Muhammad Nashiruddin. Shahih Sunan Abu Daud, Terj. Abd. Mufid
-------. Shahih Sunan An- Nasa’i, Terj. Fathurahman dan Zuhdi. Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006.
Bahdar. “Hadis Sa’ad Ibn Abi Waqash tentang Wasiat Sepertiga Harta Kekayaan”.
Jurnal Hunafa. Vol. 2, No. 1 April 2005. Departemen Agama. Ilmu Fiqh. Jakarta,
2008.
Faqihudin, Ahmad. “Wasiat Perspektif al- Qur’an dan Hadits”. Kajian Ilmu Al-
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris. Mukhtasar Kitab Al Umm Fi Al
Mughniyah, M. Jawad. Fiqh Lima Mazhab. Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2004.
al- Nasa’i, Imam, Al- Hafiz al- Sayuti dan Imam al- Sindi. Sunan al- Nasa’i bisarh al
18
Sayuti wahasiyat al Sindi. Lebanon: Dar Al-Kotob Al- Ilmiyah, 2010.
Nasution, Rusli Halil. “Wasiat Dalam Perspektif Hadits Ahkam”. Jurnal Ilmiah Al –
Said, Imam Ghazali dan A. Zaidun. Terjemah Kitab Bidayatul Mujtahid Karya Ibnu
al- Sijistani, Abu Dawud. Sunan Abi Dawud. Lebanon: Dar Al-Kotob Al- Ilmiyah,
2011.
Zahrah, Muhammad Abu. Al-Miras ‘Inda al-Ja’fariyah. Beyrut: Dar al-Fikr, 1995.
2003.
2004.
19