Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Tafsir Ayat-Hadist
Ahkam
Dosen Pengampu: Arif Fikri, M.Ag
Disusun Oleh:
1. Dwi Kassya Deby Apriyani 2221020056
2. M. Rizqi Pratama 2221020122
3. Salsabilla Syafa Kamila 2221020168
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya, Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW sserta kepada keluarganya ,sahabat dan semua
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami juga ingin berterima kasih kepada Bapak Arif Fikri, M.Ag
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
berkat tugas yang diberikan kami dapat menambah wawasan dan
pengetahuan lebih dalam dengan bidang yang kami tekuni. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Tafsir
ayat-Hadist Ahkam” yang berjudul “Kajian Ayat Dan Hadist Tentang
Zakat”
Kami berterimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penyususna makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang
kami tulis ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu sangat
diharapakan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau keritik yang
membangun demi tercapainya makalah yang baik. Selain itu, makalah ini
juga betujuan untuk memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca
tentang Kajian Ayat dan Hadist Tentang Zakat, Semoga Makalah ini bisa
bermanfaat untuk orang banyak pada umumnya dan kami khususnya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
B. Macam-Macam Zakat
C. Syarat Wajib Zakat
D. Kajian Ayat Tentang Zakat
E. Hadist Tentang Zakat
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Saran…………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembahasan tentang rincian masalah zakat merupakan bab yang sangat
luas cakupannya. Di samping ada rincian-rincian mendasar yang telah banyak
dibahas oleh ulama Mutaqodimin (ulama klasik) dalam berbagai mazab ulama
Figh berkaitan tentang Al-Amwal Az-Zakawiyah (objek harta yang wajib
dizakati). ashnaf Az-Zakah (para ashnaf yang berhak atas zakat) dengan berbagai
sudut pandang pembahasan. Dalam pembahasan- pembahasan yang dilakukan,
ada yang merinci hingga kepada turunan detail baik pada Al-Amwal Az-
Zakawiyah (objek harta yang wajib dizakati), ashnaf Az-Zakah (para ashnaf yang
berhak atas zakat), syarat haul, maupun pad al-fardu al-muqoddar (kadar wajib
yang harus dizakati).
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian zakat
2. Untuk mengetahui ayat yang menjelaskan tentang zakat
3. Untuk mengetahui hadist yang menjelaskan tentang zakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa yaitu tumbuh dan tambah. Kata ‘ zakat’ juga di
gunakan untuk ungkapan pujian, suci, keshalehan, dan berkah. Saaikh
Taqiyudin berkata, “Lafaz zakat secara bahasa menunjukkan arti tumbuh.”2
Secara terminologis zakat yang berarti hak yang wajib di ambil dari
harta yang banyak (yaitu harta yang mencapai nishab) untuk di berikan
kepada kelompok tertentu, yaitu mereka yang berhak mendapatkan sebagian
dari harta tersebut. Firman Allah SWT:
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka. (At Taubah 103)3
1
Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat (Depok: Graha Ilmu, 2007), Cet. 1,
h.153
2
Sa’ad Yusuf Abdul Aziz, Sunnah Dan Bid’ah, alih bahasa oleh H. Masturi
IrhamLc,dkk, ( Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008 ), Cet. 4, h. 345
3
Departemen Agama RI, op. cit. h. 203
dan bukan juga pertanian.
Dari defenisi di atas tentang makna zakat yang di kemukakan para ulama di
atas maka penulis dapat memasukkan zakat adalah harta yang dimiliki orang
muslim yang apa bila apa bila sudah mencapai nasabnya maka wajib di
keluarkan zakatnya dan diberikan kepada mustahik sesuai dengan perintah
Allah SWT, hal ini di jelaskan dalam Al-Qur’an bahwa dalam harta orang orang
kaya terdapat bagian yang merupakan bagian hak orang miskin, Islam telah
memberi tuntunan kepada umat manusia, dan ini salah satu bentuk cara hidup
sosial yang peduli sesama manusia, dimana zakat merupakan jambatan untuk
memperdekat hubungan kasih sayang antara umat manusia dan membuktikan
bahwa Islam itu bersaudara dan saling tolong menolong.
Seorang muslim yang mengeluarkan zakat akan dapat membersihkan
dirinya dari sifat kikir dan dosa, dia akan mendapat berkah dalam hartanya,
keluarga dan peninggalannya. Begitu juga orang muslim yang memberikan
zakat, dia akan membersihkan dirinya dari dosa dan dari harta yang haram.4
Zakat adalah satu hak yang diwajibkan pada harta tertentu (yaitu binatang
ternak, yang keluar dari bumi, uang, dan komoditi perdagangan) untuk kelompok
tertentu (delapan golongan yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 60) pada
waktu tertentu (yaitu ketika sempurna haul-nya, kecuali pada buah-buahan karena
waktu wajib zakatnya adalah saat panen). Dan menurut Sayyid Sabiq, disebut
zakat karena adanya harapan keberkahan, penyucian jiwa dan pertumbuhannya
dengan kebaikan; karena istilah ini diambil dari kata Az-Zakah yang artinya
secara bahasa adalah tumbuh, suci dan berkah.5
Zakat adalah kewajiban syar'i yang banyak dibahas dalam kitab-kitab fiqh
turots (klasik) maupun kitab-kitab fiqh mu'ashir (kontemporer). Dalam diskursus
tentang zakat tentu sisi khilafiyah fiqhiyyah menjadi sesuatu keniscayaan
4
Gazi Inayah, op.cit. h. 23
5
Figh Al-Sunnah, Al-Sayyid Sabiq, Kairo, Dârul Fath li Al-i'lâm Al-`Arobi,199
sebagaimana terjadi dalam diskursus kewajiban syar'i lainnya. Tentu sebagai
seorang muslim kita memandang bahwa sisi khilafiyah yang ada dalam masalah
merupakan parameter kekayaan tradisi ilmiyyah di kalangan para ulama
Mutaqoddimin (klasik) maupun ulama Mu’ashirin (kontemporer).
1. Zakat fitrah
2. Zakat Maal
Seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata shadaqah, juga
bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan harta
konsep ini sudah di sepakati oeh para ahli Islam.6
a. Merdeka
b. Islam
c. Baligh- berakal
d. kondisi harta itu dapat berkembang
e. Kondisi harta sampai nishab
f. Kepemilikan yang sempurna terhadap harta
g. Berlalu selama satu tahun, genapnya satu tahu adalah syarat untuk zakat
tanaman dan buah buahan.
h. Tidak ada utang
i. Lebih dari kebutuhan pokok7
6
Mursyidi , Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), Cet. 1, h. 78
7
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani,
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.172
D. Kajian Ayat Tentang Zakat
Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal pada tahun
kedua hijrah Nabi SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa
Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena
masyarakat Islam sudah mulai terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan
untuk membina masyarakat muslim yakni sebagai bukti solidaritas sosial,
dalam arti bahwa orang kaya yang berzakat yang patut masuk dalam barisan
kaum beriman.8
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi
janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.”
Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertikal dan
horizontal. Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah
(hablu minallah; vertikal) dan sebagai kewajiban kepada sesama manusia
(hablum minannaas; horizontal). Zakat juga sering disebut sebagai ibadah
kesungguhan dalam harta (maaliyah ijtihadiyah).
Artinya: “dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”
11
Ika Novi Nur Hidayati, Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam, “Az-Zarqa”, Vo. 4,
No. 2, Desember 2012, h. 212-213.
12
Buchari Alma dan Donni Juni, Manajemen Bisnis Syari‟ah, (Bandung: Alfabeta, 2009),
h. 180.
1. Hadits dari Ibnu Umar r.a.
َو ِإيَت اُء، َو ِإَق اُم الَّص اَل ِة، َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس وُلُه، َش َهاَد ُة َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهللا:َبِني اِإْل ْس اَل ُم َع َلى َخ ْم ٍس
َو َص ْو ُم َر َم َض اَن ُم َّتَفٌق َع َلْيه، َو َح َّج اْلَبْيِت،الَّز َك اِة.
Artinya: "Islam itu dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan."
(HR Bukhari).
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi SAW mengutus Muadz r.a. ke Yaman,
kemudian beliau bersabda:
َفَأْعَلُم ُهم َأَّن َهَّللا َتَع اَلى اْفَت َرَض، َفِإْن ُهْم َأَطاُعوا َلَذ لَك،أْدُع ُهْم ِإَلى َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأِّني َر ُسوُل ِهللا
َفِإْن ُهْم َأَطاُعوا ِلَذ ِلَك َفَأْع ِلْم ُهْم َأَّن َهَّللا اْفَتَرَض َع َلْيِه ْم َص َد َقًة ُتْؤ َخ ُذ،َع َلْيِهْم َخ ْمَس َص َلَو اٍت ِفي ُك ِّل َيْو ٍم َو َلْيَلة
َو ُتَر ُّد َع َلى ُفَقَر اِئِه ْم ُم َّتَفٌق َع َلْيِه، ِم ْن َأْغ ِنَياِئِهْم
Artinya: "Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dn
bahwa aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mau menuruti ajakanmu itu,
maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah SWT mewajibkan mereka
sholat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah menaatinya, maka
beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka zakat yang
dipungut dari orang-orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang-
orang yang miskin di antara mereka." (HR Bukhari dan Muslim).
َّر ِح َمSS َو َتِص ُل ال، َو ُتْؤ ِتي الَّز َك اَة، َو ُتِقيُم الَّص اَل َة، «َتْعُبُد َهللا َو اَل ُتْش ِرُك ِبِه َشْيًئا: َقاَل،أْخ ِبْر ِني ِبَع َم ٍل ُيْد ِخ ْلِني اْلَج َنَة
ُم َّتَفٌق َع َلْيِه
َباَيْع ُت الَّنِبَّي ﷺ َع َلى ِإَقاِم الَّص اَل ِة َو ِإيَتاِء الَّز َك اِة َو الُّنْص ِح ِلُك ِّل ُم ْس ِلٍم ُم َّتَفٌق َع َلْيِه
Artinya: "Aku telah berbaiat kepada Nabi SAW untuk mendirikan sholat,
menunaikan zakat, dan memberi nasihat kepada setiap Muslim." (HR Bukhari
dan Muslim).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat (Depok: Graha Ilmu, 2007), Cet. 1,
h.153
Sa’ad Yusuf Abdul Aziz, Sunnah Dan Bid’ah, alih bahasa oleh H. Masturi
IrhamLc,dkk, ( Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008 ), Cet. 4, h. 345
Departemen Agama RI, op. cit. h. 203
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani,
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.172
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 171.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian Al-Quran, Vol. 5,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 706.
Ika Novi Nur Hidayati, Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam, “Az-Zarqa”, Vo. 4,
No. 2, Desember 2012, h. 212-213.
Buchari Alma dan Donni Juni, Manajemen Bisnis Syari‟ah, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.
180.