Anda di halaman 1dari 17

KAJIAN AYAT DAN HADIST TENTANG ZAKAT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Tafsir Ayat-Hadist
Ahkam
Dosen Pengampu: Arif Fikri, M.Ag

Disusun Oleh:
1. Dwi Kassya Deby Apriyani 2221020056
2. M. Rizqi Pratama 2221020122
3. Salsabilla Syafa Kamila 2221020168

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2023\ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya, Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW sserta kepada keluarganya ,sahabat dan semua
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami juga ingin berterima kasih kepada Bapak Arif Fikri, M.Ag
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
berkat tugas yang diberikan kami dapat menambah wawasan dan
pengetahuan lebih dalam dengan bidang yang kami tekuni. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Tafsir
ayat-Hadist Ahkam” yang berjudul “Kajian Ayat Dan Hadist Tentang
Zakat”
Kami berterimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penyususna makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang
kami tulis ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu sangat
diharapakan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau keritik yang
membangun demi tercapainya makalah yang baik. Selain itu, makalah ini
juga betujuan untuk memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca
tentang Kajian Ayat dan Hadist Tentang Zakat, Semoga Makalah ini bisa
bermanfaat untuk orang banyak pada umumnya dan kami khususnya.

Bandar Lampung, 21 September


2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
B. Macam-Macam Zakat
C. Syarat Wajib Zakat
D. Kajian Ayat Tentang Zakat
E. Hadist Tentang Zakat
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Saran…………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
pembahasan tentang rincian masalah zakat merupakan bab yang sangat
luas cakupannya. Di samping ada rincian-rincian mendasar yang telah banyak
dibahas oleh ulama Mutaqodimin (ulama klasik) dalam berbagai mazab ulama
Figh berkaitan tentang Al-Amwal Az-Zakawiyah (objek harta yang wajib
dizakati). ashnaf Az-Zakah (para ashnaf yang berhak atas zakat) dengan berbagai
sudut pandang pembahasan. Dalam pembahasan- pembahasan yang dilakukan,
ada yang merinci hingga kepada turunan detail baik pada Al-Amwal Az-
Zakawiyah (objek harta yang wajib dizakati), ashnaf Az-Zakah (para ashnaf yang
berhak atas zakat), syarat haul, maupun pad al-fardu al-muqoddar (kadar wajib
yang harus dizakati).

Harta dengan segala daya tariknya kadang menjadikan beberapa orang


sebagai tujuan bukan sarana sehingga rasa memiliki secara penuh dan kebakhilan,
sangat mendominasi diri seseorang. Sifat rakus dan rasa memiliki penuh akan
harta yang didapatkan membuat seseorang bertambah bakhil dan bahkan terus
menumpuk pundi demi pundi hartanya sebagai mana Allah firmankan bahwa
kecintaan manusia pada harta amat sangat besar (Wa innahu lihubbil khoiri la
syadid) Oleh karena itu, Allah menjadikan sebagian dari harta seorang muslim
hak yang wajib yang harus dikeluarkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan zakat?
2. Apa saja kajian ayat yang menjelaskan tentang zakat?
3. Apa saja hadist yang menjelaskan tentang zakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian zakat
2. Untuk mengetahui ayat yang menjelaskan tentang zakat
3. Untuk mengetahui hadist yang menjelaskan tentang zakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Setiap orang muslim mengakui bahwa zakat merupakan salah satu


penyangga tegaknya Islam yang wajib ditunaikan. Zakat adalah rukun Islam
yang ketiga, di wajibkan di Madinah pada tahun kedpa hijriah. Namun, ada
juga yang berpendapat bahwa perintah ini diwajibkan bersama diwjibkan
dengan perintah kewajiban shalat ketika Nabi masih berada di Makkah.1

Zakat menurut bahasa yaitu tumbuh dan tambah. Kata ‘ zakat’ juga di
gunakan untuk ungkapan pujian, suci, keshalehan, dan berkah. Saaikh
Taqiyudin berkata, “Lafaz zakat secara bahasa menunjukkan arti tumbuh.”2

Secara terminologis zakat yang berarti hak yang wajib di ambil dari
harta yang banyak (yaitu harta yang mencapai nishab) untuk di berikan
kepada kelompok tertentu, yaitu mereka yang berhak mendapatkan sebagian
dari harta tersebut. Firman Allah SWT:

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka. (At Taubah 103)3

Mazhab maliki mendefenisikan dengan mengeluarkan sebagian yang


khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan
zakat) kepada oeang orang yang berhak menerimanya. Dengan catatan,
kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang

1
Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat (Depok: Graha Ilmu, 2007), Cet. 1,
h.153
2
Sa’ad Yusuf Abdul Aziz, Sunnah Dan Bid’ah, alih bahasa oleh H. Masturi
IrhamLc,dkk, ( Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008 ), Cet. 4, h. 345
3
Departemen Agama RI, op. cit. h. 203
dan bukan juga pertanian.

Dari defenisi di atas tentang makna zakat yang di kemukakan para ulama di
atas maka penulis dapat memasukkan zakat adalah harta yang dimiliki orang
muslim yang apa bila apa bila sudah mencapai nasabnya maka wajib di
keluarkan zakatnya dan diberikan kepada mustahik sesuai dengan perintah
Allah SWT, hal ini di jelaskan dalam Al-Qur’an bahwa dalam harta orang orang
kaya terdapat bagian yang merupakan bagian hak orang miskin, Islam telah
memberi tuntunan kepada umat manusia, dan ini salah satu bentuk cara hidup
sosial yang peduli sesama manusia, dimana zakat merupakan jambatan untuk
memperdekat hubungan kasih sayang antara umat manusia dan membuktikan
bahwa Islam itu bersaudara dan saling tolong menolong.
Seorang muslim yang mengeluarkan zakat akan dapat membersihkan
dirinya dari sifat kikir dan dosa, dia akan mendapat berkah dalam hartanya,
keluarga dan peninggalannya. Begitu juga orang muslim yang memberikan
zakat, dia akan membersihkan dirinya dari dosa dan dari harta yang haram.4

Zakat adalah satu hak yang diwajibkan pada harta tertentu (yaitu binatang
ternak, yang keluar dari bumi, uang, dan komoditi perdagangan) untuk kelompok
tertentu (delapan golongan yang disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 60) pada
waktu tertentu (yaitu ketika sempurna haul-nya, kecuali pada buah-buahan karena
waktu wajib zakatnya adalah saat panen). Dan menurut Sayyid Sabiq, disebut
zakat karena adanya harapan keberkahan, penyucian jiwa dan pertumbuhannya
dengan kebaikan; karena istilah ini diambil dari kata Az-Zakah yang artinya
secara bahasa adalah tumbuh, suci dan berkah.5

Zakat adalah kewajiban syar'i yang banyak dibahas dalam kitab-kitab fiqh
turots (klasik) maupun kitab-kitab fiqh mu'ashir (kontemporer). Dalam diskursus
tentang zakat tentu sisi khilafiyah fiqhiyyah menjadi sesuatu keniscayaan

4
Gazi Inayah, op.cit. h. 23
5
Figh Al-Sunnah, Al-Sayyid Sabiq, Kairo, Dârul Fath li Al-i'lâm Al-`Arobi,199
sebagaimana terjadi dalam diskursus kewajiban syar'i lainnya. Tentu sebagai
seorang muslim kita memandang bahwa sisi khilafiyah yang ada dalam masalah
merupakan parameter kekayaan tradisi ilmiyyah di kalangan para ulama
Mutaqoddimin (klasik) maupun ulama Mu’ashirin (kontemporer).

B. Macam Macam Zakat

1. Zakat fitrah

Zakat fitrah merupakan zakat jiwa ( Zakat Al-Nafs ), yaitu kewajiban


berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun yang
belum dewasa, dan di bareingi dengan ibadah puasa (Shaum).

2. Zakat Maal

Seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata shadaqah, juga
bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan harta
konsep ini sudah di sepakati oeh para ahli Islam.6

C. Syarat Wajib Zakat

a. Merdeka
b. Islam
c. Baligh- berakal
d. kondisi harta itu dapat berkembang
e. Kondisi harta sampai nishab
f. Kepemilikan yang sempurna terhadap harta
g. Berlalu selama satu tahun, genapnya satu tahu adalah syarat untuk zakat
tanaman dan buah buahan.
h. Tidak ada utang
i. Lebih dari kebutuhan pokok7

6
Mursyidi , Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), Cet. 1, h. 78
7
Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani,
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.172
D. Kajian Ayat Tentang Zakat

Ayat-ayat zakat yang terdapat dalam Al-Qur’an, dipahami oleh sebagian


besar ulama sebagai kewajiban. Mayoritas ulama menafsirkan zakat adalah
kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang muslim yang sudah memenuhi
syarat tertentu. Beberapa syarat yang sudah ditentukan oleh ulama itu antara
lain adalah harta yang dipunyai adalah milik sendiri, memenuhi batas
kekayaan tertentu (nisab), layaknya sudah berlalu satu tahun (haul), berbebas
dari hutang, dan lain sebagainya.

1. QS. Al-Baqarah 2: 43 tentang Perintah Membayar Zakat

Artinya: “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orang-orang yang ruku'.”

Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal pada tahun
kedua hijrah Nabi SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa
Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena
masyarakat Islam sudah mulai terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan
untuk membina masyarakat muslim yakni sebagai bukti solidaritas sosial,
dalam arti bahwa orang kaya yang berzakat yang patut masuk dalam barisan
kaum beriman.8

Manusia sebagai makhluk sosial, kebersamaan antara beberapa individu


dalam suatu wilayah membentuk masyarakat yang walaupun berbeda sifatnya
antara individu-individu tersebut, namun ia tidak dapat dipisahkan darinya.
Demikian juga dalam bidang material, betapapun seseorang memiliki
kepandaian, namun hasil-hasil material yang diperolehnya adalah berkat
8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 171.
bantuan pihak-pihak lain, baik secara langsung disadari, maupun tidak.
Sehingga dalam ayat ini terdapat dua kewajiban yang merupakan pertanda
hubungan harmonis, shalat untuk hubungan baik dengan Allah SWT.

2. Qs. Al- Baqarah 2: 83 tentang Rangkaian Shalat dengan Zakat

Artinya: “dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi
janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.”

Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertikal dan
horizontal. Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah
(hablu minallah; vertikal) dan sebagai kewajiban kepada sesama manusia
(hablum minannaas; horizontal). Zakat juga sering disebut sebagai ibadah
kesungguhan dalam harta (maaliyah ijtihadiyah).

Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yang


menyandingkan perintah zakat dengan perintah shalat. Keadaan mustahik,
khususnya kondisi fakir dan miskin dapat menyebabkan mereka berada
dalam keterputusasaan dari rahmat Allah.9
9
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., h. 15.
3. Qs. Al- Baqarah 2: 83 tentang Rangkaian Shalat dengan Zakat

Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat


itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Ayat ini menganjurkan Rasulullah untuk mengambil sedekah dari
harta orang-orang yang bertobat, dimana sedekah tersebut dapat
membersihkan mereka dari dosa dan kekikiran dan dapat mengangkat
derajat mereka di sisi Allah. Serta mendoakan mereka dengan
kebaikan dan hidayah, karena sesungguhnya doa itu dapat
menenangkan jiwa dan menenteramkan kalbu mereka. Allah Maha
Mendengar doa dan Maha Mengetahui orangorang yang ikhlas dalam
bertobat.10

4. Qs. Al-Baqarah 2: 277 tentang Zakat yang Memperoleh Ganjaran

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan


amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian Al-Quran, Vol. 5,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 706.
Di dalam ekonomi Islam, menetapkan upah yang adil bagi seorang
buruh atau pekerja sesuai kehendak syariah bukan suatu pekerjaan
yang mudah. Kompleksitas permasalahannya terletak pada ukuran
yang akan digunakan dan dapat membantu mentransormasikan konsep
upah yang adil ke dalam dunia kerja. Dalam menetapkan upah seorang
pengusaha tidak dibenarkan bertindak kejam terhadap kelompok
pekerja dengan menghilangkan hak sepenuhnya dari bagian diri
mereka. Upah ditetapkan dengan cara paling tepat tanpa harus
menindas pihak manapun. 11
5. Qs. Adz-Dzariyat 51: 19 tentang Hak Orang-orang Miskin dari
Zakat

Artinya: “dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”

Orang-orang miskin termasuk dalam mustahik zakat, pendistribusian zakat


pada orang miskin akan menyebabkan adanya pertumbuhan. dikarenakan
dengan memberikan hak fakir miskin dan lain-lain yang terdapat dalam harta
benda muzakki, akan terjadinya suatu sirkulasi uang yang mengakibatkan
berkembangnya fungsi uang itu dalam kehidupan perekonomian di
masyarakat. Zakat dalam bentuk bantuan konsumtif yang diberikan kepada
orang-orang miskin akan meningkatkan pendapatan mereka, yang berarti daya
beli mereka atas suatu produk yang menjadi kebutuhannya akan meningkat
pula.

produksi atau perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah


meningkatnya kapasitas produksi.12

E. Hadist Tentang Zakat

11
Ika Novi Nur Hidayati, Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam, “Az-Zarqa”, Vo. 4,
No. 2, Desember 2012, h. 212-213.
12
Buchari Alma dan Donni Juni, Manajemen Bisnis Syari‟ah, (Bandung: Alfabeta, 2009),
h. 180.
1. Hadits dari Ibnu Umar r.a.

Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو ِإيَت اُء‬،‫ َو ِإَق اُم الَّص اَل ِة‬،‫ َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس وُلُه‬،‫ َش َهاَد ُة َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهللا‬:‫َبِني اِإْل ْس اَل ُم َع َلى َخ ْم ٍس‬
‫ َو َص ْو ُم َر َم َض اَن ُم َّتَفٌق َع َلْيه‬،‫ َو َح َّج اْلَبْيِت‬،‫الَّز َك اِة‬.

Artinya: "Islam itu dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan."
(HR Bukhari).

2. Hadits dari Ibnu Abbas r.a.

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi SAW mengutus Muadz r.a. ke Yaman,
kemudian beliau bersabda:

‫ َفَأْعَلُم ُهم َأَّن َهَّللا َتَع اَلى اْفَت َرَض‬، ‫ َفِإْن ُهْم َأَطاُعوا َلَذ لَك‬،‫أْدُع ُهْم ِإَلى َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأِّني َر ُسوُل ِهللا‬
‫ َفِإْن ُهْم َأَطاُعوا ِلَذ ِلَك َفَأْع ِلْم ُهْم َأَّن َهَّللا اْفَتَرَض َع َلْيِه ْم َص َد َقًة ُتْؤ َخ ُذ‬،‫َع َلْيِهْم َخ ْمَس َص َلَو اٍت ِفي ُك ِّل َيْو ٍم َو َلْيَلة‬

‫ َو ُتَر ُّد َع َلى ُفَقَر اِئِه ْم ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬، ‫ِم ْن َأْغ ِنَياِئِهْم‬

Artinya: "Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dn
bahwa aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mau menuruti ajakanmu itu,
maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah SWT mewajibkan mereka
sholat lima kali sehari semalam. Apabila mereka telah menaatinya, maka
beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka zakat yang
dipungut dari orang-orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang-
orang yang miskin di antara mereka." (HR Bukhari dan Muslim).

3. Hadits dari Abu Ayyub r.a.


Dari Abu Ayyub r.a. bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan
berkata:

‫َّر ِح َم‬SS‫ َو َتِص ُل ال‬،‫ َو ُتْؤ ِتي الَّز َك اَة‬،‫ َو ُتِقيُم الَّص اَل َة‬،‫ «َتْعُبُد َهللا َو اَل ُتْش ِرُك ِبِه َشْيًئا‬: ‫ َقاَل‬،‫أْخ ِبْر ِني ِبَع َم ٍل ُيْد ِخ ْلِني اْلَج َنَة‬
‫ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬

Artinya: "Beritahukan kepadaku tentang amal perbuatan yang dapat


memasukkan aku ke dalam surga. Lalu beliau bersabda, 'Sembahyanglah Allah
dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dirikanlah
sholat, tunaikanlah zakat, dan sambunglah silaturahim.'" (HR Bukhari dan
Muslim).

4. Hadits dari Jarir bin Abdullah r.a.

Dari Jarir bin Abdullah r.a., ia berkata:

‫َباَيْع ُت الَّنِبَّي ﷺ َع َلى ِإَقاِم الَّص اَل ِة َو ِإيَتاِء الَّز َك اِة َو الُّنْص ِح ِلُك ِّل ُم ْس ِلٍم ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬

Artinya: "Aku telah berbaiat kepada Nabi SAW untuk mendirikan sholat,
menunaikan zakat, dan memberi nasihat kepada setiap Muslim." (HR Bukhari
dan Muslim).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa , Zakat


menurut bahasa yaitu tumbuh dan tambah. Kata ‘ zakat’ juga di gunakan
untuk ungkapan pujian, suci, keshalehan, dan berkah. Saaikh Taqiyudin
berkata, “Lafaz zakat secara bahasa menunjukkan arti tumbuh.”
Sedangan secara terminologis zakat yang berarti hak yang wajib di
ambil dari harta yang banyak (yaitu harta yang mencapai nishab) untuk di
berikan kepada kelompok tertentu, yaitu mereka yang berhak
mendapatkan sebagian dari harta tersebut.

Dan menurut Sayyid Sabiq, disebut zakat karena adanya harapan


keberkahan, penyucian jiwa dan pertumbuhannya dengan kebaikan; karena
istilah ini diambil dari kata Az-Zakah yang artinya secara bahasa adalah
tumbuh, suci dan berkah.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesimpulan dalam penyusunan


makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pada
pembaca sangat penulis harapan untuk perbaikan ke depanya.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat (Depok: Graha Ilmu, 2007), Cet. 1,
h.153
Sa’ad Yusuf Abdul Aziz, Sunnah Dan Bid’ah, alih bahasa oleh H. Masturi
IrhamLc,dkk, ( Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008 ), Cet. 4, h. 345
Departemen Agama RI, op. cit. h. 203

Gazi Inayah, op.cit. h. 23

Figh Al-Sunnah, Al-Sayyid Sabiq, Kairo, Dârul Fath li Al-i'lâm Al-`Arobi,199


Mursyidi , Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), Cet. 1, h. 78

Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, bahasa oleh Abdul Hayyie Al Kattani,
(Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet. 1, h.172

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian al-Quran, Vol. 1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 171.

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., h. 15.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian Al-Quran, Vol. 5,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 706.

Ika Novi Nur Hidayati, Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam, “Az-Zarqa”, Vo. 4,
No. 2, Desember 2012, h. 212-213.

Buchari Alma dan Donni Juni, Manajemen Bisnis Syari‟ah, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.
180.

Anda mungkin juga menyukai