Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MEMAHAMI KONSEP FIQIH ASWAJA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

ASWAJA III

dosen pengampuh :

Aan Khunaifi, M.Th.I

Disusun oleh:

Faturrahman Bachdar

Leo Putra Jaya

Muh Raffiansyah Abdul Latief

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM MOJOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
kasih dan sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“MEMAHAMI KONSEP FIQIH ASWAJA” Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepanda baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga
dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakan
Dinullah dimuka bumi ini.

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh pendidikan Sarjana pada Fakultas Ushuluddin Program Studi Ilmu
Al-Quran dan Tafsir Insitut Pesantren Kh. Abdul Chalim.

Tentunya sebagai manusia tidak pernah luput dari kesalahan, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah
disisinya, aamiin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
A. Definisi Fiqih .................................................................................................. 5
B. Sumber fiqih ................................................................................................... 6
C. Pentingnya mempelajari fiqih ........................................................................ 9
D. Fiqih dan Ushul Fiqih ..................................................................................... 9
BAB III ....................................................................................................................... 11
PENUTUP ................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Waktu nabi Muhammad SAW wafat, dasar dasar syariah yang
fundamental atau khusus telah diletakan secara lengkap dan memadai, sehingga
para sahabat lebih banyak melakukan penerapan serta pengembangan terhadap
hukum atau ketetapan tersebut. Apabila ditemukan sesuatu yang belum
diketahui, maka akan dilakukan semacam musyawarah atau dialog terbuka
untuk menemukan kesepakatan bersama.
Pada saat kekuasaan islam telah meluas menembus lintas geografis dan
budaya, banyak masalah baru yang dihadapi oleh umat dan pemerintahan islam.
Bukan hanya masalah politik tetapi juga masalah hukum terkait masalah agama.
Sebab banyak realitas kehidupan baru yang tidak dapat diatasi dengan fatwa
fatwa sebelumnya tetapi dibutuhkan penalaran baru untuk memecahkannya.
Disitulah kebutuhan ijtihad baru harus dilakukan oleh para mutjahid
baik dari kalangan sahabat,disisi lain banyak kalangan sahabat yang
mengetahui banyak masalah syariah terus berkurang baik kuantitatif maupun
kualitatifnya akibat banyak yang wafat akibat sakit ataupun gugur di medan
perang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi fiqih?
2. Apa saja sumber fiqih?
3. Mengapa penting mempelajari fiqih?
4. Apa itu fiqih dan ushul fiqih?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan definisi fiqih
2. Menerangkan sumber fiqih
3. Menjelaskan pentingnya memperlajari fiqih
4. Menjelaskan fiqih dan ushul fiqih

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Fiqih
Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, seperti dalam firman Allah:

“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak


memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS. AnNisa: 78)

dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:


“Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang,
merupakan tanda akan kepahamannya.” (H.R Muslim no. 1437, Ahmad no.
17598, Daarimi no. 1511)
Fiqih Secara Istilah Mengandung Dua Arti:

1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan


perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani
menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang
bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang
bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.
2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi
tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-
hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu
wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari
dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-
hukum syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam
shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun,
kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya).1

1
Redaksi muslim, fiqih islam,(jakarta:redaksi islam co.id, 2022)
B. Sumber fiqih
1) Al-Qur’an

Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita


Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya
yang terang benderang. Ia adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih
Islam. Jika kita menjumpai suatu permasalahan, maka pertamakali kita
harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari hukumnya.
Sebagai contoh:

Bila kita ditanya tentang hukum khamer (miras), judi,


pengagungan terhadap bebatuan dan mengundi nasib, maka jika kita
merujuk kepada Al Qur’an niscaya kita akan mendapatkannya dalam
firman Allah subhanahu wa Ta’ala: (QS. Al maidah: 90)

Bila kita ditanya tentang masalah jual beli dan riba, maka kita
dapatkan hukum hal tersebut dalam Kitab Allah (QS. Al baqarah: 275).
Dan masih banyak contoh-contoh yang lain yang tidak memungkinkan
untuk di perinci satu persatu.

2) As-Sunnah

As-Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa


perkataan, perbuatan atau persetujuan.

Contoh perkataan/sabda Nabi:

“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan


membunuhnya adalah kekufuran.” (Bukhari no. 46, 48, muslim no.
64, 97, Tirmidzi no. 1906,2558, Nasa’i no. 4036, 4037, Ibnu Majah
no. 68, Ahmad no. 3465, 3708)

Contoh perbuatan:

Apa yang diriwayatkan oleh Bukhari (Bukhari no. 635, juga


diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 3413, dan Ahmad no. 23093, 23800,
34528) bahwa ‘Aisyah pernah ditanya: “Apa yang biasa dilakukan
Rasulullah di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Beliau membantu
keluarganya; kemudian bila datang waktu shalat, beliau keluar
untuk menunaikannya.”
Contoh persetujuan:

Apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Hadits no. 1267)


bahwa Nabi pernah melihat seseorang shalat dua rakaat setelah sholat
subuh, maka Nabi berkata kepadanya: “Shalat subuh itu dua
rakaat”, orang tersebut menjawab, “sesungguhnya saya belum shalat
sunat dua rakaat sebelum subuh, maka saya kerjakan sekarang.” Lalu
Nabi shollallahu’alaihiwasallam terdiam. Maka diamnya beliau berarti
menyetujui disyari’atkannya shalat Sunat Qabliah subuh tersebut
setelah shalat subuh bagi yang belum menunaikannya.
As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita
tidak mendapatkan hukum dari suatu permasalahn dalam Al Qur’an
maka kita merujuk kepada as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika
kita mendapatkan hukum tersebut. Dengan syarat, benar-benar
bersumber dari Nabi shollallahu’alaihiwasallam dengan sanad yang
sahih.

As Sunnah berfungsi sebagai penjelas al Qur’an dari apa yang


bersifat global dan umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana
tatacaranya didapati dalam as Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari


no. 595)
Sebagaimana pula as-Sunnah menetapkan sebagian hukum-hukum yang tidak
dijelaskan dalam Al Qur’an. Seperti pengharaman memakai cincin emas dan
kain sutra bagi laki-laki.

3) Ijma

imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah


Al Quran dan sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik
Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma
sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan
perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma'
adalah salah satu metode dalam menetapkan hukum atas segala
permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah.
Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era
globalisasi dan teknologimodern.

Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab
Khallaf, merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para
mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus
atau peristiwa.

Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti.
Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma
sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan
dalam suatu majelis, pertemuan tipdak dalam forum pun sulit dilakukan.

Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama
melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya
tentang hukum satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat
itu tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di
antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau
menyanggah pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.2

4) Qiyas

Qiyas secara etimologi mengandung beberapa makna, dan yang


terpenting ialah makna “Persamaan” ( al-musawah ) dan “Pengukuran”
(altaqdir). Qiyas Menurut istilah qiyas adalah menyamakan sesuatu
yang tidak memiliki nash hukum dengan sesuatu yang ada nash hukum
berdasarkan kesamaan illat atau kemaslahatan yang diperhatikan syara.
Qiyas juga dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan padanan suatu
hukum terhadap hukum lain.3

2
Tim hikmah detik, sumber hukum yang disepakati ulamai,(bandung:detiknews,2021)
3
Kristina, pengertian qiyas sebagai sumber hukum islam keempat,(detikedu,2021)
C. Pentingnya mempelajari fiqih

Fikih sebagai disiplin keilmuan dalam agama Islam, telah berhasil


menjelaskan dengan jelas dan tepat, tentang hukum-hukum yang
terkandung pada setiap potong ayat, dan hadis yang jumlahnya ribuan.
Dengan menguasai disiplin ilmu fikih, maka ajaran agama Islam bisa
dipahami dengan benar, sebagaimana Rasulullah Saw dahulu
mengajarkannya.

Namun akan terjadi sebaliknya, jika memahami ajaran Islam hanya


berpegang kepada Alquran dan As-Sunnah saja dan mengabaikan ilmu
fikih. Maka yang terjadi yaitu penyelewengan terhadap makna, yang
terdapat dalam sumber hukum Islam (Alquran dan Hadis). Khususnya ayat
dan hadis yang mengandung implikasi hukum di dalamnya. Salah satu
contoh bahwa ilmu fikih adalah alat yang sangat penting, untuk memahami
ajaran Islam dengan benar adalah dalam memaknai ayat-ayat hukum yang
terdapat dalam Alquran, maupun hadis-hadis hukum dalam kitab-kitab
hadis.4

D. Fiqih dan Ushul Fiqih

Fiqih berasal dari kata bahasa Arab, fiqh, yang artinya pemahaman
mendalam, pemikiran yang tepat, dan kecerdasan. Dalam Islam, fiqih
adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariat Islam yang diperoleh
dari sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Quran, Hadis, dan ijma
(kesepakatan ulama). Fiqih mempelajari semua aspek kehidupan manusia,
seperti ibadah, muamalah, dan muamalat. Tujuan utama dari mempelajari
fiqih adalah untuk menerapkan hukum-hukum syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sedangkan Ushul fiqh, atau juga disebut dengan usul al-fiqh, adalah
ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam menetapkan hukum-
hukum syariat Islam. Ushul fiqh juga mempelajari metode-metode deduksi
hukum dari sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Quran, Hadis, ijma,
dan qiyas (analogi).Ushul fiqh bertujuan untuk mengembangkan cara
berpikir yang objektif dan kritis dalam mendapatkan hukum-hukum syariat
4
Artikel,Mahasiswa Islamic Studies International University of Africa, Republic Sudan, 2017. Sekarang tinggal
di Pati, Jawa Tengah.
Islam. Dengan mempelajari ushul fiqh, seseorang dapat memahami
bagaimana hukum-hukum syariat Islam diturunkan dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Fiqih dan ushul fiqh adalah dua cabang ilmu penting dalam agama
Islam yang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari. Fiqih mempelajari hukum-hukum syariat Islam dan ushul fiqh
mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam menetapkan hukum-hukum
syariat Islam. Dengan mempelajari fiqih dan ushul fiqh, seseorang dapat
mengetahui hukum-hukum syariat Islam, meningkatkan kualitas ibadah,
dan mengembangkan cara berpikir yang objektif dan kritis dalam
mendapatkan hukum-hukum syariat Islam.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Fiqih dan ushul fiqh adalah dua cabang ilmu penting dalam
agama Islam yang memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Fiqih mempelajari hukum-hukum syariat
Islam dan ushul fiqh mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam
menetapkan hukum-hukum syariat Islam. Dengan mempelajari
fiqih dan ushul fiqh, seseorang dapat mengetahui hukum-hukum
syariat Islam, meningkatkan kualitas ibadah, dan mengembangkan
cara berpikir yang objektif dan kritis dalam mendapatkan hukum-
hukum syariat Islam.

Sumber hukum yang digunakan umat islam dalam


menentukan hukum ialah :

1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Ijma’
4. Qiyas

Fikih sebagai disiplin keilmuan dalam agama Islam, telah


berhasil menjelaskan dengan jelas dan tepat, tentang hukum-hukum
yang terkandung pada setiap potong ayat, dan hadis yang jumlahnya
ribuan. Dengan menguasai disiplin ilmu fikih, maka ajaran agama
Islam bisa dipahami dengan benar, sebagaimana Rasulullah Saw
dahulu mengajarkannya.

Fiqh artinya pemahaman mendalam, pemikiran yang tepat, dan


kecerdasan. Dalam Islam, fiqih adalah ilmu yang mempelajari hukum-
hukum syariat Islam yang diperoleh dari sumber-sumber hukum Islam
usul al-fiqh, adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dasar dalam
menetapkan hukum-hukum syariat Islam. Ushul fiqh juga mempelajari
metode-metode deduksi hukum dari sumber-sumber hukum Islam
DAFTAR PUSTAKA
Artikel,Mahasiswa Islamic Studies International University of Africa, Republic Sudan, 2017. Sekarang tinggal di
Pati, Jawa Tengah.
Kristina, pengertian qiyas sebagai sumber hukum islam keempat,(detikedu,2021)
Redaksi muslim, fiqih islam,(jakarta:redaksi islam co.id, 2022)
Tim hikmah detik, sumber hukum yang disepakati ulamai,(bandung:detiknews,2021)

Anda mungkin juga menyukai