Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DOA BERSAMA DAN DASAR HUKUMNYA


DAN BACAAN WASILAH DALAM YASINAN DAN DASAR
HUKUMNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Aswaja


Dosen Pengampu :Dr.Hi.Warisno,M.Pd.I

Kelompok 3:
1. Haliatul Mufidah
2. Fadila Azahra
3. Faridatul Ummah
4. Ibnu Sholehuddin

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL MA’ARIF


KALIREJO LAMPUNG TENGAH
TAHUN AKADEMIK 2024/2025

I
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan ke hadirat ALLAH SWT. sang


pencipta semesta alam yang telah memberikan hidayah dan inayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah aswaja yang berjudul
„‟DOA BERSAMA DAN DASAR HUKUMNYA DAN BACAAN WASILAH
DALAM YASINAN DAN DASAR HUKUMNYA‟‟
Terimakasih untuk bapak Dr.Hi.Warisno,M.Pd.I,selaku dosen mata kuliah
Aswaja yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses pembelajaran
dan kepada rekan-rekan yang bersedia bekerjasama demi terselesaikan nya
makalah ini dengan baik.
Terakhir semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dalam
menambah wawasan keilmuannya terutama dalam kajian pendidikan. Saran dan
kritik dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan buku ini pada
masa yang akan datang. Semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua.

Penulis

kelompok 3

II
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................I
KATA PENGANTAR ...............................................................................................II

DAFTAR ISI ..............................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................................1


B. Rumusan masalah ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Tentang Doa Bersama........................................................2


B. Dasar Hukum Doa Bersama ..........................................................................4
C. Keutamaan Doa Bersama ...............................................................................5
D. Pengertian Tawasul ........................................................................................7
E.Dasar Hukum Tawasul ....................................................................................8
F.Bacaan Tawasul ...............................................................................................12
BAB III PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi umat islam, bahkan sejak aga ma Islam disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW hingga se karang, meragi umat Islam, doa bersama bukan
sesuatu yang baru. Sejak belasan abad eka sudah terbiasa melakukannya, baik
setelah sha lat berjamaah maupun pada acara-acara tertentu.Di antara ketentuan
yang paling penting dalam berdoa adalah doa hanya dipanjatkan kepada Allah
SWT. Dengan demikian, di dalam doa sebenarnya terkandung juga unsur akidah,
yakni hal yang paling fundamental dalam agama.

Dalam Islam, tawasul adalah dilakukan melalui beberapa cara. Salah satunya
adalah melalui wasilah atau perantara yang dapat berupa orang yang hidup atau
yang telah meninggal dunia.Orang-orang yang dipandang sebagai perantara atau
wasilah ini sering kali memiliki kedekatan atau hubungan khusus dengan Allah,
seperti para nabi, rasul, atau orang-orang saleh.Tawasul juga dapat dilakukan
melalui amal ibadah atau amal shaleh yang dilakukan oleh seseorang, seperti
sedekah, shalat, puasa, dan lain sebagainya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pandangan islam tentang doa bersama?
2. Bagaimana pandangan islam tentang tawasul?

IV
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam tentang Doa Bersama

Dalam al-Qur‟an, demikian juga Sunnah Nabi saw, ditemukan sekian banyak
doa yang menggunakan redaksi berbentuk jamak. Hal tersebut menunjukkan
dibenarkannya doa bersama. Bahkan bisa dikatakan semakin banyak yang terlibat
dalam doa, maka semakin besar harapan (atau kemungkinan) pengabulannya.
Firman-Nya dalam QS. Al-Fatihah (1): "Ihdina ash-shirath al-
Mustaqim (Antarlah kami menuju jalan lebar yang lurus)," diajarkan Allah SWT
sebagai doa yang hendaknya dipanjatkan dalam salat, walau shalat itu
dilaksanakan sendiri -- demikianlah sabda Rasul SAW. Maksudnya adalah
“rahmat (dan bantuan) Allah hadir bersama jamaah”, yakni orang banyak.

Namun bukan berarti doa bersama yang dimaksud adalah doa yang
dipanjatkan bersama oleh siapa pun tanpa memerhatikan syarat-syarat pengabulan
doa. Sebelum ini, penulis telah kemukakan syarat utama pengabulan doa yang
ditemukan dalam al-Qur‟an dan Sunnah, yakni keikhlasan berdoa dan beribadah
kepada-Nya. Keikhlasan tersebut, antara lain, tercermin dalam meng-esa-kan
Allah; tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu atau sesedikit apa pun.
Kendati umat agama lain boleh jadi memercayai dan mengakui keesaan Allah,
namun pengakuan dan kepercayaan itu dalam pandangan Islam tidaklah murni.
Oleh karenanya dinilai tidak dapat meraih tingkat keikhlasan yang ideal.

Suatu hal yang perlu selalu diingat bahwa ajaran Islam sangat memelihara
kemurnian akidah. Sepanjang periode Mekkah, yang berlangsung sekitar sepuluh
tahun lamanya, Nabi SAW mengajarkan hal tersebut kepada umat agar tidak
terjadi kerancuan sedikit pun menyangkut ke-esaan-Nya itu. Karena itu pula, ayat-
ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang akidah sangat gamblang dan tegas, lagi
rinci, yang sedikit berbeda dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Ini
karena kerancuan dalam akidah dapat mengakibatkan kemusyrikan yang tidak
ditoleransi oleh Islam.

2
Atas dasar terbukanya peluang bagi munculnya kerancuan akidah
menyangkut Allah SWT, serta untuk menutup segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, maka para ulama sepakat menyatakan tidak dibenarkan seorang
Muslim mengaminkan doa yang dipanjatkan oleh non-Muslim, karena doa mereka
itu pada hakikatnya ditujukan kepada siapa yang tidak menyandang sifat-sifat
ketuhanan yang diajarkan Islam. Kendati boleh jadi mereka pun menamainya
Tuhan atau Allah dan menyatakan keesaan-Nya, namun keesaan yang mereka
maksud bukan seperti yang diajarkan Nabi SAW, yang antara lain tercermin
dalam QS. Al-Ikhlas (112):” Lam yalid wa lam yakun lahu kufwan ahad atau Dia
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada satu pun yang setara
dengan Dia.”Terlibat secara langsung dan aktif dalam acara spiritual non-muslim,
seperti mengaminkan doa mereka, mengandung arti menyetujui doa itu, baik pada
permohonan yang dipanjatkan maupun pada siapa yang dipinta untuk
mengabulkannya.

Bukan berarti ajaran Islam tidak memerkenankan kehadiran non-muslim


dalam acara doa yang dilaksanakan kaum muslim, atau melarang non-muslim
berdoa di satu tempat yang dihadiri oleh mayoritas umat Islam. Pakar tafsir, Ibnu
Katsir, ketika menafsirkan firman Allah tentang mubahalah (QS. Ali Imran ayat
61) menyatakan bahwa Rasul SAW mengizinkan utusan orang-orang Nasrani dan
Najran untuk melaksanakan salat mereka di Masjid Nabawi ketika waktu ibadah
mereka telah tiba. Nabi dan para sahabat menyaksikan mereka beribahada dan
berdoa. Ini berarti tidak ada larangan bagi non-muslim untuk berdoa di hadapan
kaum muslim selama kaum muslim tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan
ritual itu.

Selanjutnya harus pula digarisbawahi bahwa larangan di atas bukan berarti


Islam melarang kegiatan bersama dalam bidang sosial. Allah SWT
memerintahkan kaum muslim untuk bekerja sama dalam kebajikan, bahkan
larangan tersebut bukan berarti larangan memberi bantuan kepada siapa pun
selama mereka tidak memerangi umat Islam. Umat Islam dibenarkan oleh Al-

3
Qur‟an untuk berbuat baik, memberi hadiah dan semacamnya kepada non-
muslim.
Dalam konteks ini Allah SWT berfirman: “Allah tiada melarang kamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil (memberi sebagian dari harta kamu) terhadap
orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negeri kamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil (QS. Al-Mumtahanah ayat 8).

B. Dasar Hukum Doa Bersama Dalam Islam

Sebagaimana seorang muslim tentu Anda pernah melakukan doa secara


bersama – sama baik itu dalam keadaan selesai sholat berjamaah, mengikuti
kajian islam, pengajian rutin, ataupun hal lainnya. Dalam hal ini doa berjamaah
sesungguhnya tidak diperintahkan atau tidak diharuskan untuk dilakukan.
Terdapat dalil tentang doa berjamaah yang memberikan banyak manfaat dan juga
amalan baik kepada kita dan juga orang yang berjamaah.
Saat kita berdoa, sejatinya syarat utama pengabulan doa Anda yang ditemukan
dalam al-Qur‟an dan Sunnah, ialah keikhlasan dalam berdoa serta beribadah
kepada-Nya. Doa adalah inti ibadah, bisa dilakukan bersama-sama atau sendiri-
sendiri. Semakin banyak orang berdoa maka semakin yakin do‟a kita akan
dikabulkan.

Doa bersama, atau doa jama‟i, adalah berdoa dimana ada seorang yang memimpin
doa lalu orang-orang di belakang mengaminkannya. Maka dalam hal ini ada
perincian di dalamnya merangkum, ada dalil khusus yang menunjukkan
pelaksanaannya, seperti saat Qunut, doa istisqo (meminta hujan) dan lain-alin.
Ada pun berdoa berjamaah merupakan anjuran dari Rasulullah Saw sebagaimana
Hadits Riwayat Imam Thabrani sebagai berikut :

4
Dari Habib bin Maslamah Al-Fihri RA, ia adalah seorang yang dikabulkan
doanya dan berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : Rasulullah
bersabda, "Tidaklah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa,
dan sebagian lainnyamengamininya,kecuali Alloh mengabulkan doa mereka.
.” (HR. al-Thabarani)

C. Keutamaan Doa Bersama

Sebelum membahas tentang keutamaan doa bersama, ada baiknya kita


mengetahui terlebih dahulu apa arti doa bersama. Doa bersama adalah doa yang
dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang. Adapun keutamaan doa
bersama antara lain:

1. Menyampaikan Kebutuhan Bersama

Dengan melakukan doa bersama, kita dapat menyampaikan kebutuhan


bersama kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah SWT akan
memenuhi segala kebutuhan hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya.

2. Meningkatkan Rasa Kebersamaan

Doa bersama juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan antara sesama


muslim. Dalam melakukan doa bersama, kita membuka hati dan saling
memaafkan serta berdoa untuk kebaikan sesama.

3. Mendapatkan Pahala Lebih Besar

Doa bersama juga memberikan pahala yang lebih besar jika dibandingkan
dengan melakukan doa sendiri-sendiri. Hal ini dikarenakan doa bersama memiliki
kekuatan yang lebih besar karena dilakukan oleh beberapa orang.

5
Manfaat Doa Bersama

Selain keutamaan, doa bersama juga memiliki manfaat yang sangat besar
bagi kehidupan kita sebagai muslim. Beberapa manfaat doa bersama di antaranya:

1. Menjaga Keimanan dan Ketaqwaan

Dalam doa bersama, kita mengingatkan diri untuk selalu beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. Hal ini dapat membantu kita untuk selalu
menjaga keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

2. Meningkatkan Konsentrasi dalam Berdoa

Dalam melakukan doa bersama, kita akan lebih mudah untuk fokus dan
konsentrasi dalam berdoa. Kita juga dapat lebih tenang dan terkonsentrasi
saat berdoa karena didukung oleh kekuatan doa bersama.

3. Menjaga Solidaritas dalam Islam

Doa bersama juga dapat membantu kita untuk menjaga solidaritas dalam
Islam. Dalam melakukan doa bersama, kita saling berdoa untuk kebaikan
sesama. Hal ini dapat membantu kita untuk saling menguatkan dan
menjaga persatuan dalam Islam.

a) Cara Melakukan Doa Bersama

Berikut adalah cara melakukan doa bersama yang benar:

1. Memilih Pemimpin Doa

Sebelum melakukan doa bersama, kita perlu memilih pemimpin doa yang
akan memimpin doa bersama. Pemimpin doa haruslah orang yang
memiliki bacaan yang benar dan fasih dalam membaca Al-Quran.

6
2. Menyediakan Tempat yang Tepat

Tempat yang digunakan untuk doa bersama haruslah bersih dan tenang.
Hal ini akan membantu kita untuk lebih khusyuk dalam berdoa. Selain itu,
kita juga perlu membiasakan diri untuk datang tepat waktu agar tidak
mengganggu ketertiban doa bersama.

3. Mengikuti Pemimpin Doa

Ketika pemimpin doa membaca doa, kita harus mengikuti bacaannya. Hal
ini akan membantu kita untuk lebih fokus dan khusyuk dalam berdoa. Kita
juga perlu memperhatikan pelafalan dan arti dari setiap ayat yang dibaca
oleh pemimpin doa.

D. Pengertian Tawasul

Secara bahasa, arti tawasul adalah al-wasilah yang artinya segala sesuatu
yang bisa menyampaikan dan mendekatkan diri kepada sesuatu hal.Sementara
menurut istilah, tawasul artinya hal yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri
pada Allah, salah satunya dengan melakukan amalan-amalan baik yang telah
disyariatkan.Secara makna, hal ini merupakan aktivitas yang dilakukan supaya
doa yang dipanjatkan dapat terkabul.

Dalam Islam, tawasul adalah dilakukan melalui beberapa cara. Salah satunya
adalah melalui wasilah atau perantara yang dapat berupa orang yang hidup atau
yang telah meninggal dunia.Orang-orang yang dipandang sebagai perantara atau
wasilah ini sering kali memiliki kedekatan atau hubungan khusus dengan Allah,
seperti para nabi, rasul, atau orang-orang saleh.Tawasul juga dapat dilakukan
melalui amal ibadah atau amal shaleh yang dilakukan oleh seseorang, seperti
sedekah, shalat, puasa, dan lain sebagainya.

7
E. Dasar Hukum Tawasul

Tawasul adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang
maha esa memperkuat hubungan batin dengan-Nya, melalui perantara atau
wasilah yang telah diberikan-Nya.

Perintah untuk senantiasa mendekatkan diri pada Allah SWT telah tercantum
dalam ayat Al-Quran, yaitu surat Al-Maidah ayat 35:

َ‫سبِي ِهِۦً نَعَهَّ ُك ْم ح ُ ْف ِهحُُن‬ ۟ ‫ٱَّللَ ََٱ ْبخَغُ َُٰٓ ۟ا إِنَ ْي ًِ ْٱن َُ ِسيهَتَ ََ َج ٍِذ‬
َ ‫َُا فِى‬ َّ ‫ُا‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ ٍَب ٱنَّزِيهَ َءا َمى‬
۟ ُ‫ُا ٱحَّق‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah


dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
(berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung." (Q.S Al Maidah: 35).

DalamTirmidzi disebutkan bahwa Utsman bin Hunaif berkata,


“Ada seorang lelaki tuna netra datang menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan meminta beliau untuk mendoakannya ag ar dapat
melihat kembali. Pada saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan dua pilihan kepadanya, yaitu didoakan sembuh atau
bersabar dengan kebutaannya tersebut.

Tetapi, lelaki itu bersikeras minta didoakan agar d Dalam Sapat melihat
kembali. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam kemudian
memerintahkannya untuk berwudhu dengan baik kemudian membaca
doa berikut:

‫ك إ ِ ن َ ى َس ب ِ ّ ي‬ َ ِ‫ج ب‬ َّ ََُ ‫ إ ِ و ِ ّ ي ح‬، ِ‫ح َّم ٍذ و َ ب ِ ي ّ ِ ان َّش ْح َم ت‬


ُ ٍْ ‫ج‬ َ ‫ك ُم‬
َ ّ ِ ‫ك ب ِ ى َب ِي‬ َّ ََُ ‫ك ََ أ َ ح‬
َ ْ‫ج ً ُ إ ِ ن َي‬ َ ُ ‫ان ه َّ ٍُ مَّ إ ِ و ِ ّ ي أ َسْ أ َن‬
ّ َّ ْ
َّ ِ ‫ ان ه ٍُ مَّ ف َ ش َ ف ِ ع ْ ً ُ ف‬،‫ج خ ِ ي ٌ َ ِز ي ِ نِ خ ُق ضَ ى ن ِ ي‬
‫ي‬ َ ‫حب‬ َ ‫فِي‬.

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan berdoa kepada-Mu


dengan (bertawassul dengan) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh

8
kasih sayang. (Duhai Rasul) Sesungguhnya aku telah ber-tawajjuh
kepada Tuhanku dengan (bertawassul dengan)-mu agar hajatku ini
terkabul. Ya Allah, terimalah syafa’at beliau untukku“. (HR. Tirmidzi
dan Abu Dawud).

Dalam Shahih Bukhari, Anas bin Malik menceritakan bahwa


dahulu jika terjadi paceklik, Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu meminta hujan kepada Allah dengan bertawassul dengan „Abbas
bin Abdul Muththalib. Sayidina „Umar berkata dalam doanya:

َ ْ ‫ا َ ن ه َّ ٍُ مَّ إ ِ و َّ ب ك ُ ى َّ ب و َ خ ََُ س َّ ُم إ ِ ن َ ي‬
َ ْ ‫ك ب ِ ى َ ب ِ ي ِ ّ ى َب ف َ خ َ سْ ق ِ ي َ ى َب ََ إ ِ و َّ ب و َ خ ََُ س َّ ُم إ ِ ن َ ي‬
‫ك ب ِ ع َ ِم ّ و َ ب ِ ي ِ ّ ى َب ف َ ب سْ ق ِ ى َب‬

“Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdoa kepada-mu kami


bertawassul dengan Nabi-Mu, Engkau pun menuruhkan hujan kepada
kami. Dan sekarang kami bedoa kepada-Mu dengan bertawassul
dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” (HR. Bukhari).

Dalam Islam, tawasul adalah cara untuk mengabulkan doa, karena


memiliki sejumlah keutamaan. Salah satu keutamaanya adalah untuk
mendapatkan ridho Allah SWT.

Tawassul artinya dengan Nabi dan orang-orang shaleh kerap menjadi


permasalahan. Contoh sederhana tawassul jenis ini adalah ketika seseorang
mengharapkan ampunan Allah SWT.

Misalnya ia berdoa, "Ya Allah, aku memohon ampunanmu dengan perantara


Nabi-Mu atau Syaikh Abdul Qadir al-Jailani."

Dalam tawassul, nabi atau orang shaleh hanyalah perantara, sedangkan yang
dituju dengan doa hanyalah Allah SWT semata. Dengan tawassul, ia tidak
menjadikan Nabi dan orang shaleh tersebut sebagai tuhan yang disembah.Namun,
sebagian orang yang mengaku mengikuti sunnah tidak memahami konsep

9
sederhana ini. Mereka menganggap tawassul jenis ini sebagai bentuk
menyekutukan Allah SWT.

KH Wazir Ali, Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama


(PCNU) Jombang menyampaikan bahwa kunci kebahagiaan hidup di dunia ada
empat, salah satunya adalah tawasul.

Beliau mengatakan pada beberapa kitab tafsir, "Ada yang mengartikan wasilah itu
surga, ada yang mengartikan amalan-amalan yang bisa mendekatkan diri kepada
Allah SWT, dan ada pula yang mengartikan bahwa seseorang bisa menjadi
perantara, karena orang tersebut alim dan dekat kepada Allah, misalnya seorang
wali."

Selanjutnya Kyai Wazir Ali menerangkan tentang macam-macam tawasul adalah


sebagai berikut:

a. Tawasul dengan nama Allah (tawasul bi asmaillah)

Tawasul ini merupakan yang paling tinggi. Ibnu Katsir berkata, tawasul adalah
perantara yang bisa menghantarkan seseorang pada maksud Salah satu contoh
tawasil adalah dengan menyerukan asma dan sifat Alloh Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surat Al-A‟raf ayat 180, yang berbunyi:

َ ًٖۗ ‫ََ ِ هَّللِ ْاْلَ ْس َم ۤب ُء ْان ُحسْىى فَب ْدع ُُْيُ بِ ٍَ ۖب ََرَ ُسَا انَّ ِزيْهَ ي ُْه ِحذ َُْنَ ِف َْٰٓي ا َ ْس َم ۤب ِٕى‬
ۖ َ‫سيُجْ ضَ َْنَ َمب كَبوُ ُْا يَ ْع َمهُ ُْن‬

Artinya: Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik),


maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

b. Tawasul dengan amal baik (tawasul bi a'mal shalihat)

Kyai Wazir Ali menjelaskan, dalam kitab Riyadus Shalihin diceritakan


tentang 3 orang sahabat yang dalam perjalanan mereka menemukan sebuah gua.
Karena rasa penasaran, ketiganya memasuki gua tersebut.Setelah mereka masuk,

10
tiba-tiba angin kencang datang dan meruntuhkan sebuah batu besar yang
menutupi pintu gua.Mereka mengalami kesulitan dan tidak makan selama
seminggu, serta berupaya memanggil bantuan tanpa mendapatkan respons. Pada
akhirnya, ketiganya melakukan introspeksi diri (muhasabah).Salah satu dari
mereka berdoa dan menggunakan tawassul melalui amal birrul walidain (berbuat
baik kepada orang tua).Akhirnya, batu tersebut terdorong oleh angin besar, dan
sinar matahari masuk ke dalam gua. Kemudian, yang lainnya berdoa dengan
mengandalkan amal unggulan yang telah mereka lakukan, sehingga batu tergeser
perlahan-lahan.

c. Tawasul dengan orang-orang soleh (tawasul bis shalihin)

Tawassul kepada orang-orang shalih, baik yang masih hidup maupun yang
telah meninggal. Dalam sebuah hadits, terdapat kisah seorang sahabat yang buta
dan ingin mendapatkan penglihatan.

Dia melakukan tawassul dengan menghadap kepada Allah dan menggunakan


wasilah Nabi, dengan doa "Allahumma inni as'aluka wa atawajjahu bi nabiyyika
fi hajati hadzihi..."

Artinya: (Ya Allah, saya meminta dan menghadap kepada-Mu dengan perantara
Nabi dalam memenuhi kebutuhan saya ini...). Akhirnya, sahabat tersebut
diberikan penglihatan oleh Allah.Tawasul kepada orang yang telah meninggal,
dengan menghadap kepada Allah melalui perantaraanNabi, juga dapat
dilakukan.Para Nabi masih hidup dalam kuburan mereka, dan apa yang mereka
lakukan adalah mengerjakan shalat.

11
d. Tawasul dengan dzat (tawasul bi dzat)

Cara melakukan tawassul seperti ini, misalnya dengan menggunakan


tawassul bi jahi (dengan kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati
(dengan kemurahan).

Sholawat nariyah merupakan contoh dari tawassul bi dzat. Namun, terdapat


perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai tawassul keempat ini.

"Sebagian besar ulama berpendapat bahwa tawassul dengan empat cara tersebut
tidak ada masalah, namun menurut Ibn Taimiyah, semua jenis tawassul dapat
diterima dalam syariat kecuali tawassul bi dzat," jelas Kyai Wazir Ali.

Umumnya dibaca sebelum tahlil dengan mengkhususkan Al-Fatihah bagi


Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang mukmin, serta para ahli kubur.

F. Bacaan Tawasul

susunan bacaan tawasul adalah atau tata caranya sebagai berikut:

1. Istigfar sebanyak 3 kali

‫( ا َ ْسخ َ ْغ ِف ُشهللاَ ْانعَ ِظي َْم‬3x)

Artinya: "Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."

2. Kalimat Syahadat

ُ ‫أ َ ْش ٍَذُ أ َ ْن َْل ِإنًََ ِإ َّْل هللاُ ََأ َ ْش ٍَذُ أ َ َّن ُم َح َّمذًا َس‬
ِ‫س ُْ ُل هللا‬

Bacaan latin: Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar


rasulullah.

Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."

12
3. Pengantar

‫انش ِحي ِْم‬


َّ ‫انش حْ َم ِه‬
َّ ِ‫س ِْم هللا‬

‫سهَّ َم ََا َ ِن ًِ ََا َ ْص ََا ِج ًِ ََا َ َْْلَ ِد ِي ََرُ ِ ّسيَّب حِ ًِ ْانفَخِ َح ْت‬ َ ُ‫صهَّى هللا‬
َ ََ ًِ ‫عهَي‬ َ ‫طفَى‬ ْ ‫ي ِ ْان ُم‬
َ ‫ص‬ َ ‫اِنَى َح‬
ّ ‫ض َش ِة انىَّ ِب‬

Artinya :

"Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kepada yang
terhormat Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam yang terpilih,
kepadanya segenap keluarga para istri dan anak cucu beliau, bacaan al fatihah
kami tujukan untuk beliau…"

(Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)

‫بء‬ َ ‫بء ََ ْان ُم ْش‬


ِ َ‫س ِهيْهَ ََ ْاْلَ َْ ِني‬ ِ َ‫ث ا ِْخ َُا وِ ًِ ِمهَ ْاْلَ ْو ِبي‬ َ ‫اِ َل َح‬
ِ ‫ض َشا‬

‫بء ْانعَب‬
ِ ‫ص َحب بَ ِت ََ انخَّب ِب ِعيّهَ ََ ْانعُهَ َم‬
َّ ‫صب ِن ِحيْهَ ََاَن‬
َّ ‫اء ََاَن‬ َّ ‫ََاَن‬
ِ َ‫ش ٍَذ‬

‫ع ْي ِذ ْانقَبد ِِسا ْن َجي ََْل وِى‬


َ ‫ْخ‬ َّ ‫س ِيّ ِذوَب ان‬
ِ ‫شي‬ َ ‫صب‬ ُ ‫صيْهَ ََ َج ِمي ِْع ْان َمهَئِ َك ِت ْان ُمقَ َّش بِيْهَ ُخ‬
ً ُْ ‫ص‬ ِ ‫ص ِىّ ِفيْهَ ْان ُم ْخ ِه‬
َ ‫ِم ِهيْهَ ََ ْان ُم‬

. ‫ْانفَب ِح َح ْت‬

Bacaan latin: Ilaa hadhorooti ikhwaanihi minal anbiyaa’I wal mursaliina wal
auliyaa’I wash syuhadaa’I wash shoolihiina wash shohaabati wat taabi’iina wal
ulamaa’il aamiliina walmushonni final mukh’lishina wa jamii’il malaa ikatil
muqorrobiina khusuushon sayyidinaa asy syaikhi’abdil qoodiril jailaani. Al
Fatihah. (Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)

Artinya :"Kepada yang terhormat para handai taulan dari para nabi dan rasul, para
wali, para syuhada‟, orang orang saleh, para sahabat, para ulama yang
mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan kepada segenap malaikat
yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh
Abdul Qadir Jailani".

13
(Dilanjutkan dengan Al-Fatihah)

َ‫ص َحب بَ ِت ََ انخَّب ِب ِعيّه‬َّ ‫صب ِن ِحيْهَ ََاَن‬ َّ ‫اء ََاَن‬ ِ َ‫س ِهيْهَ ََ ْاْلَ َْ ِني‬
َّ ‫بء ََاَن‬
ِ َ‫ش ٍَذ‬ َ ‫بء ََ ْان ُم ْش‬
ِ َ‫ث ا ِْخ َُا ِو ًِ ِمهَ ْاْلَ ْو ِبي‬ ِ ‫ض َشا‬ َ ‫ث ُ َّم اِنَي َح‬
‫ع ْي ِذ ْانقَبد ِِسا ْن َجي ََْل‬
َ ِ‫شيْخ‬َّ ‫سيِّ ِذوَب ان‬
َ ‫صب‬ً ُْ ‫ص‬ُ ‫صيْهَ ََ َج ِمي ِْع ْان َمهَئِ َك ِت ْان ُمقَ َّش بِيْهَ ُخ‬ ِ ‫ص ِىّ ِفيْهَ ْان ُم ْخ ِه‬
َ ‫بء ْانعَب ِم ِهيْهَ ََ ْان ُم‬
ِ ‫ََ ْانعُهَ َم‬
‫ ْانفَبحِ َح ْت‬. ‫وِى‬

Bacaan latin: Tsumma ilaa hadhorooti ikhwaanihi minal anbiyaa’I wal mursaliina
wal auliyaa’I wash syuhadaa’I wash shoolihiina wash shohaabati wat taabi’iina
wal ulamaa’il aamiliina walmushonni final mukh’lishina wa jamii’il malaa ikatil
muqorrobiina khusuushon sayyidinaa asy syaikhi’abdil qoodiril jailaani. Al
Fatihah.

(Dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Kemudian kepada yang terhormat para handai taulan dari para nabi dan
rasul, para wali, para syuhada‟, orang-orang saleh, para sahabat, para ulama yang
mengamalkan ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan kepada segenap malaikat
yang mendekatkan diri kepada Allah, terutama kepada penghulu kita syaikh
Abdul Qadir Jailani.”

‫ض ََ َمغَب ِسبِ ٍَب بَ ِ ّشٌَب ََبَحْ ِش ٌَب‬ ِ ‫َبس قِ ْبْلَ ْس‬


ِ ‫ث ِم ْه َمش‬ ِ ‫ث ََ ْان ُمؤْ ِمىَب‬ِ ‫اِنَى َج ِمي ِْع ا َ ٌْ ِم ْانقُب ُُْ ِس ِمىَب ْن ُم ْس ِه ِميْهَ ََ ْان ُم ْس ِه َمب‬
‫صب‬ً ُْ ‫ص‬
ُ ‫(َ ُح‬َ َ‫سبحِزَ حِه‬ َ َ ‫صب اَبَب َء و ََبَ ا ُ َّم ٍَب حِىَب ََاَجْ ذَا دَو ََبَ َجذَّا حِىَب ََ َمشَب يِ َخىَب ََ َمشَب يِ َخ َمشَب يِ ِخىَب ََا‬
َ ِ‫سب حَزَةِ ا‬ ً ُ‫ص‬ ُ ‫ُخ‬
‫ ْانفَخِ َح ْت‬. ًِ ‫سبَ ِب‬
َ ‫ح …) ََنَ ِم ِه اجْ خ َ َم ْعىَب ٌَ ٍُىَب ِب‬ ُّ ‫اِنَى‬
ِ ‫انش‬

Bacaan latin: Ilaa jamii’ii ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaati
walmu’miniina walmu’minaati min masyaariqil ardhi wa maghooribihaa
barrihaa wa bahrihaa khususon aabaa anaa wa umma haatinaa wa ajdaadanaa
wa jaddaatinaa wa masyaayikhonaa wa masyaayikho masyaayikhinaa wa
asaatidzatinaa wa khushuushoon ilarruhi (…) wa limini ijtama’naa haa hunaa bi
sababihi. Al-Fatihah. (dilanjutkan dengan al-Fatihah)

Artinya: “Kepada segenap ahli kubur kaum muslimin laki laki dan perempuan,
kaum mukminin laki laki dan perempuan dari timur dan barat, baik yang ada di

14
darat maupun di laut, terutama kepada para bapak dan ibu kami, para nenek laki
laki dan perempuan kami, kepada syaikh kami dan syaikhnya syaikh kami, kepada
gurunya guru kami, dan kepada orang yang menyebabkan kami sekalian
berkumpul di sini.”

15
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Doa bersama yang dimaksud adalah doa yang dipanjatkan bersama oleh
siapa pun tanpa memerhatikan syarat-syarat pengabulan doa. Sebelum ini, penulis
telah kemukakan syarat utama pengabulan doa yang ditemukan dalam al-Qur‟an
dan Sunnah, yakni keikhlasan berdoa dan beribadah kepada-Nya.

Secara bahasa, arti tawasul adalah al-wasilah yang artinya segala sesuatu
yang bisa menyampaikan dan mendekatkan diri kepada sesuatu hal.Sementara
menurut istilah, tawasul artinya hal yang dapat dilakukan untuk mendekatkan diri
pada Allah, salah satunya dengan melakukan amalan-amalan baik yang telah
disyariatkan.Secara makna, hal ini merupakan aktivitas yang dilakukan supaya
doa yang dipanjatkan dapat terkabul.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/pandangan-islam-tentang-doa-bersama-cKM5

https://www.pikiranmuslim.com/doa-bersama/

https://umroh.com/blog/dalil-tentang-doa-berjamaah/

https://parboaboa.com/bacaan-tawasul

17

Anda mungkin juga menyukai