Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AQIDAH ISLAM

URGENSI MEMBUMIKAN AQIDAH ISLAM DI INDONESIA

Disusun oleh :
Arum Nurohmah
Daffa Raihan Fahlefi
Davina Devianti
Dede Kuswana
Della Siti Aida
Dosen Pembimbing: Rusmayadi., S. Pd. I

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB
MAJALENGKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
makalah ini dapat di selesaikan pada waktunya. Makalah ini di tulis demi untuk
memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Islam dengan judul “URGENSI
MEMBUMIKAN AQIDAH ISLAM DI INDONESIA”.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan syarat yang membangun dari para
pembaca. Dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari banyak motifasi dari
teman-teman yang telah membantu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah banyak
memotifasi dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
informasi kepada para pembaca .
Demikianlah pengantar dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca dan pendengar. Atas
semua ini kami mengucapkan ribuan terimakasih yang tidak terhingga. Semoga
segala bantuan dari semua motivasi mudah-mudahan mendapat amal baik yang di
berikan oleh Allah SWT. Aamiin ya rabbal alamin.

Majalengka , 21 november 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk di


ajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke
generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah
rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat
rahman dan rahim Allah swt. Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama
islam. Banyak juga yang memilih menjadi mualaf setelah mengetahui semua
kebenaran ajaran nabi Muhammad SAW. Ini yang tercantum dalam al-Quran.
Namun di masa kejayaan islam pada masa sekarang,semakin banyak pula
orang-orang yang beragama islam, tapi tidak mengerti arti islam itu sendiri.
Mereka hanya menjalankan syari’ah atau ajaran-ajaran islam tanpa mengerti
makna islam. Ada juga orang yang islam KTP atau islam hanya sebagai
menyempurnakan KTP dari pada tak tercantum agamanya.
Oleh karena itu di makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana
membumikan islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISLAM
Islam pada suatu sisi dapat disebut sebagai high tradition, dan pada sisi lain
disebut sebagai low tradition. Dalam sebutan pertama islam adalah firman Tuhan
yang menjelaskan syariat-syariat-Nya yang dimaksudkan sebagai petunjuk bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termasuk dalam nash
(teks suci) kemudia dihimpun dalam shuhuf dan kitap suci (Al Quranul Karim).
Secara tegas dapat dikatakan hanya Tuhanlah yang paling mengetahui seluruh
maksud, arti, dan makna setiap Firman-Nya. Oleh karena itu, kebenaran islam
dalam dataran high tradition ini adalah mutlak. Bandingkan dengan islam pada
sebutan kedua: Low tradition. Pada dataran ini islam yang mengandung dalam
nash ata teks –teks suci bergumul dengan realitas sosial pada berbagai masyarakat
yang dibaca, dimengerti, dipahami, kemudian ditafsirkan dan dipraktikan dalam
masyarakat yang situasi dan kondisinya berbeda-beda. Kata orang, islam kahirnya
tidak hanya melulu ajaran yang tercatum dalam teks-teks suci melainkan juga
telah mewujud dalam historisitas kemanusiaan.

B. KEWAJIBAN SETIAP UMAT ISLAM UNTUK BERDAKWAH


(MEMBUMIKAN ISLAM )

Membumikan aqidah ialah menghilangkan aqidah dari kehidupan dan juga


dalam diri yang selama ini telah tertanam, selain itupun mempunyai makna
mengesampingkan aqidah daripada apa yang terjadi didalam kehidupan yang
bersinggungan dengan keyakinan.
Berikut ini Dasar Dalil Kewajiban Setiap Umat Islam Untuk Berdakwah
(Membumikan Islam )dari hadits.

‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْم ٍر و َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َبِّلُغ وا َع ِّني َو َلْو آَيًة‬

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,


“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]

‫َم ْن َر َأى ِم ْنُك ْم ُم ْنَك ًرا َفْلُيَغِّيْر ُه ِبَيِدِه َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبِلَس اِنِه َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبَقْلِبِه َو َذ ِلَك َأْض َع ُف اِإْل يَم اِن‬

“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan


tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya;
dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah
selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]
Terjemahan :

“Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rosulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang
hendak mengajak kepada kebaikan maka dia akan memperoleh pahala atas
perbuatan baiknya itu serta pahala orang yang mengikuti dan melaksanakan
kebaikan dengan tanoa dikurangi sedikitpun. Sebaliknya bagi siapa saja yang
mengajak kesesatan atau kemungkaran, maka dia mendapat dosa sebagai balasan
atas perbuatannya sendiri (ditambah) dosa sebanyak dosa orang yang
mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun” (HR Abu Dawud, Ahmad, Nasai,
Turmudzi dan Ibnu Majah)

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

– Orang yang mengajarkan ilmu agama kepada manusia berarti telah


menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala yang merupakan sebab utama terwujudnya
kemakmuran dan kesejahteraan alam semesta beserta semua isinya, oleh karena
itu semua makhluk di alam semesta berterima kasih kepadanya dan mendoakan
kebaikan baginya, sebagai balasan kebaikan yang sesuai dengan perbuatannya.

– Sebagian dari para ulama ada yang menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah
Ta’ala akan menetapkan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan
bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk
untuknya.

– Tentu saja yang keutamaan dalam hadits ini khusus bagi orang yang
mengajarkan ilmu agama dengan niat ikhlas mengharapkan wajah Allah Ta’ala,
bukan untuk tujuan mencari popularitas atau imbalan duniawi.

– Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena merekalah yang menggantikan tugas para
Nabi dan Rasul ‘alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala dan
menyeru manusia ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan
semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi
Allah Ta’ala setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam.

– Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Menyampaikan/menyebarkan


sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia
lebih utama daripada menyampaikan (melemparkan) panah ke leher musuh
(berperang melawan orang kafir di medan jihad), karena menyampaikan panah ke
leher musuh banyak orang yang (mampu) melakukannya, sedangkan
menyampaikan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada umat manusia hanya (mampu) dilakukan oleh (para ulama) pewaris para
Nabi ‘alaihis salam dan pengemban tugas mereka di umat mereka, semoga Allah
Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karunia dan
kemurahan-Nya”

Pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk


mendakwahkan Islam (membumikam islam ) kepada orang lain, baik Muslim
maupun Non Muslim.Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt,
dan berikut Dasar Dalil Kewajiban Setiap Umat Islam Untuk Berdakwah
(Menyeru Kebaikan) di AL-Qur’an. :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ;
merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran : 104),

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik” (TQS. Al-Imran : 110)
” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ” (TQS. An-
Nahl : 125).

Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban


dakwah (membumikan islam ) atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah
swt mengancam siapa saja yang meninggalkan dakwah Islam (membumikan
islam), atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak terkabulnya doa”.
Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah
kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di
masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiyat maupun tidak. Kenyataan ini
menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan
sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash
yang berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang
menunjukkan bahwa tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi
siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah
adalah wajib.

C. BAGAIMANA MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA

1. Menelusuri Transformasi Wahyu dan Implikasinya terhadap Corak


Keberagamaan

Wahyu difirmankan untuk memperpendek proses pembacaan terhadap alam.


Apabila manusia diberi kesempatan untuk membaca dan memahami alam dengan
segenap potensi nalar, rasa, dan jiwa yang dimilikinya, ia akan membutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai jawaban final. Namun berkat Wahyu, proses
yang panjang dan berliku tersebut dapat disingkat sedemikian rupa sehingga
manusia tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan jawaban final kehidupan.
Wahyu Allah yang terbentang dalam alam geografis dan sosial budaya Arab,
akan ditangkap oleh nabi berkebangsaan Arab dan dibesarkan dalam tradisi
intelektual Arab, otomatis akan menjadi Wahyu yang berbahasa Arab lengkap
dengan kultur Arab pada masa wahyu difirmankan. Contohnya AlQuran sangat
dipengaruhi oleh kultur Arab Nabi Muhammad karena ia diturunkan kepada Nabi
Muhammad yang berkebangsaan Arab. Namun seiring berjalannya waktu dan
ruang, Wahyu akan menyesuaikan dengan keadaan budaya pada suatu tempat dan
waktu tertentu sehingga munculnya keberagaman corak pemahaman agama.
Bila dalam sebutan pertama islam adalah agama wahyu yang seolah seolah
berada di langit dan keeradaannya bersifat mutlak, maka pada sebutan kedua
islam telah berada di bumi menjadi agama masyarakat dan kebenarannya pun
menjadi relatif. Implikasinya, pada dataran ini islam berubah menjadi “Islams”.
Dalam ajaran islam, wahyu Allah selain berbentuk tanda-tanda (ayat) yang
nirbahasa, juga bermanifestasi dalam bentuk tanda-tanda (ayat) yang difirmankan.
Untuk memudahkan pemahaman, kita bedakan antara istilah wahyu (dengan “w”
kecil) dan Wahyu (dengan “W” besar ). Wahyu dengan w kecil menyaran pada
tanda-tanda, instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, dan ketentuan Tuhan yang
nirbahasa, dan mewujudkan dalam alam semesta dan isinya, termasuk dinamika
sosial budaya yang terjadi didalamnya. Adapun Wahyu dengan W besar menyaran
pada tanda-tanda, instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, da ketentuan Tuhan yang
difirmankan melalui utusan-Nya (malaikat) dan diakses secara khusus oleh orang-
orang pilihan yang disebut sebagai nabi atau rasul (meskipun kedua istilah ini
sebenarnya berbeda, namun sementara ini dianggap sama).
Wahyu (dengan W besar) difirmankan untuk menjawab beberapa
permasalahan yang tidak ditemukan jawabannya dalam tanda-tanda Tuhan yang
terbentang, untuk memotivasi manusia agar makin detil dalam membaca dan
memahami alam yang terbentang, sehingga ia bisa memperoleh makna dari setiap
fenomena yang dialaminya. Tidak hanya itu, Wahyu difirmankan juga untuk
memperpendek proses pembacaan terhadap alam (wahyu yang terbentang).
Apabila manusia dieri kesempatan untuk membaca dan memahami alam dengan
segenap potensi nalar, rasa, dan jiwa yang dimilikinya, ia akan membutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai jawaban final. Namun berkat Wahyu, proses
yang panjang dan yang berliku tersebut dapat disingkat sedemikian rupa sehingga
manusia tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan jawaban final kehidupan.
Islam telah membeli kontribusi yang amat signifikan bagi keindonesiaa dan
perabadan, baik dalam bentuk nilai-nilai maupun bengunan fisik. Islam Indonesia
ternyata tidak kalah penting dibandingkan dengan islam di Timur Tengah.
Fazhlurrahman bahkan mengatakan bahwa islam indonesia merupakan corak
islam masa depan. Sepak masa Wali Songo, silam di indonesia memiliki dua
model diatas. Kelompok formalis lebih mengutamakan aspek fisik dan poltik
kenegaraan, sedangkan kelompok esensialis memprioritaskan aspek nilai dan
kultur dalam berdakwah. Di era kemerdekaan sampai dengan era pascareformasi,
polemik antara kedua model keberagaman ini masih tetap ada. Coba anda telusuri
lebih lanjut kedua model diatas sejak masa kemerdekaan sampai pascareformasi,
lalu kenali karakteristik masing-masing model diatas.

Tuntutan modernitas dan globalisasi menuntut model pemahaman agama


yang saintifik, yang secara serius memperlihatkan berbagai pendekatan.
Pendekatan islam monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan
zaman yang dihadapi umat islam di berbagai tempat. Agar diperoleh pemahaman
islam yang saintifik diatas diperlukan pembacaan teks-teks agama (baca:Al
Quran, Al Hadist, dan turats) meminta maaf dan memaafkan adalah ajaran islam
yang universal, diJawa pemohonan maaf si anak kepada orang tua diekspresikan
dengan ‘sungkem’ sedangkan komunitas Betawi tentunya tradisi tersebut tidak
dikenal. Uraian diatas menunjukkan bahwa ekspresi tentang islam tidak bisa
tunggal. Hal itu dikarenakan islam tidak lahir diruang hampa sejarah. Tabiat,
karakter, tradisi, budaya, lingkungan, dan lain-lain menjadi penentu dan pembeda
corak berfikir, cara bersikap, dan bentuk ekspresi seseorang, bahkan masyarakat.
Islam mengajarkan untuk bertutur kata halus dan penuh makna. Ini tidak berarti
orang Batak atau orang Arab harus berbicara dengan nada lembut seperti orang
Jawa.

D. ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI


INDONESIA

Agama Islam masuk ke Indonesia tidak dalam kekosongan budaya,


melainkan kaya akan budaya-budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging
seperti warna dasar negara Indonesia. Agama kemudian datang menjadi warna
lain di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu lah Negara Republik
Indonesia adalah negara yang kaya akan agama, budaya, tradisi, bahasa, suku, dan
ras. Persentuhan antara agama dan budaya akan menjadi bahasan seksi kali ini.
Abdul aziz Sachedina salah satu tokoh pemikir politik Islam modern yang mampu
mewarnai perkembangan politik Islam modern. Abdul aziz

Sachedina mengajak untuk menelisik kembali eksistensi agama Islam dalam


tataran publik square. Perdebatan apakah agama Islam sebagai pedoman menjadi
kacamata penting untuk melihat realitas kehidupan sosial keagamaan masyarakat.
Konflik yang terjadi atas nama agama menjadi keresahan bagi masyarakat luas.
Oleh karena itukita latah untuk mengembalikan problematika kehidupan kepada
ajaran agama maka konflik pun dikembalikan kepada ajaran agama. Namun,
kenyataannya agama tidak dapat menjawab problematika tersebut, bukan karena
agama tidak mampu menjawab itu. Ditelusuri lebih jauh ternyata bukan karna
agama tidak mampu menjawab hal itu melainkan juru bicara agama yang tidak
mampu menyampaikan resolusi yang diinginkan oleh realitas sosial. Realitas
sosial seperti multikultural sebenarnya sudah ada dari zaman Nabi Muhammad
SAW, akan tetapi sikap toleransi pada zaman itu masih belum mampu untuk
diterjemahkan pada kondisi sosial kemasyarkatan saat ini.

Sosio-kultural masyarakat Indonesia ini beragam, banyak sekali kepercayaan


yang dianut oleh masyarakat yaitu agama dan kepercayaan nenek moyang. Selain
itu tidak sedikit masyarakat Indonesia masih menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme yaitu yakin terhadap sesuatu yang memiliki kekuatan magis dan hal itu
berseberangan dengan aqidah terutama kita sebagai muslim.
E. INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian internalisasi

Internalisasi (internalization) juga diartikan sebagai penggabungan atau


penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya di dalam
kepribadian.18 Sedangkan menurut Reber, dalam buku Rohmat Mulyana
Internalisasi adalah menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau penyesuaian
keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada diri seseorang.

2. Strategi Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

Proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam di suatu lembaga


pendidikan tidak dapat dilakukan secara instan, namun secara bertahap dan
dilakukan secara terus-menerus atau secara berkelanjutan. Para ahli pendidikan
telah banyak berkontribusi dalam mengembangkan teori strategi internalisasi
nilai-nilai pendidikan Islam, Teori strategi internalisasi nilai yang populer di
kalangan praktisi pendidikan meliputi:
a. Strategi Keteladanan (modelling)
Keteladanan merupakan sikap yang ada dalam pendidikan Islam dan telah
dipraktikkan sejak zaman Rasulullah. Keteladanan ini memiliki nilai yang penting
dalam pendidikan Islam, karena memperkenalkan perilaku yang baik melalui
keteladanan, sama halnya memahami sistem nilai dalam bentuk nyata.Strategi
dengan keteladanan adalah internalisasi dengan cara memberi contoh-contoh
kongkrit pada anak didik. Dalam pendidikan, pemberian contoh-contoh ini sangat
ditekankan karena tingkah laku seorang pendidik mendapatkan pengamatan
khusus dari para anak didik. Melalui strategi keteladanan ini seorang pendidik
tidak secara langsung memasukan hal-hal terkait dengan keteladanan itu dalam
rencana pembelajaran. Artinya, nilai-nilai moral religius seperti ketakwaan,
kejujuran, keikhlasan, dan tanggungjawab yang ditanamkan kepada anak didik
merupakan sesuatu yang sifatnya hidden curriculum.
b. Strategi Pembiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk
dikerjakan. Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan
cara memberikan latihanlatihan dan membiasakan untuk dilakukan setiap hari.
Strategi pembiasan ini afektif untuk diajarkan kepada anak didik. Apabila anak
didik dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka akan tercermin dalam kehidupan
sehari-hari. Strategi pembiasan ini afektif untuk diajarkan kepada anak didik.
Apabila anak didik dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka akan tercermin
dalam kehidupan sehari-hari
c. Strategi Pemberian Nasihat
Rasyid Ridha seperti dikutip Burhanudin mengartikan nasihat (mauidzah) sebagai
peringatan atas kebaikan dan kebenaran, dengan jalan apa saja yang dapat
menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan. Metode Mauidzah
harus mengandung tiga unsur, yakni uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang
harus dilakukan oleh seseorang, misalnya: Tentang sopan santun, motivasi untuk
melakukan kebaikan, dan peringatan tentang dosa yang muncul dari adanya
larangan bagi dirinya dan orang lain.
d. Strategi Pemberian Janji dan Ancaman (Targhib wa Tarhib)
Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap
sesuatu maslahat, kenikmatan, atau kesenangan akhirat yang pasti dan baik, serta
membersihkan diri dari segala kotoran (dosa) yang kemudian diteruskan dengan
melakukan amal saleh. Hal itu dilakukan semata-mata demi mencapai keridlaan
Allah. Sedangkan Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat
melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah, atau akibat lengah
dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah. Dengan kata lain, Tarhib
adalah ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut
pada para hamba-Nya dan memperlihatkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan
Ilahiyah, agar mereka selalu berhati-hati dalam bertindak.
e. Strategi Kedisiplinan
Pendidikan dengan kedisiplinan memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan.
Ketegasan maksudnya seorang pendidik harus memberikan sanksi pada setiap
pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik, sedangkan kebijaksanaan
mengharuskan seorang guru memberikan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran
tanpa dihinggapi emosi atau dorongandorongan lain. dijatuhkan pada anak didik
yang melanggar. Hukuman ini diberikan bagi yang telah berulangkali melakukan
pelanggaran tanpa mengindahkan peringatan yang diberikan.

F. TANTANGAN DAN HAMBATAN INTERNALISASI AQIDAH ISLAM


Tantangan Akidah atau Iman Islam Dalam Kehidupan Modern Kehidupan
masyarakat modern identic dengan kecenderungan untuk mendewakan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan mengesampingkan agama demi kehidupan
duniawi. Mereka beranggapan bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan dapat
meningkatkan taraf kehidupan. Namun, tidak selamanya begitu. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di zaman modern tidak hanya membawa dampak
positif, namun juga membawa dampak negatif. Selain permasalahan dalam ilmu
pengetahuan, masyarakat modern juga menghadapi permasalahan dalam aspek
lainnya. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek politik, social, spiritual, etika, dan
lain-lain. Dalam aspek politik, terjadi perebutan kekuasaan. Dalam perebutan
kekuasaan ini, beberapa pihak menghalalkan segala cara untuk memenangkan
perebutan tersebut, yang dapat menjauhkan mereka dari surga. Pada aspek social,
terdapat masalah rasisme dan konflik antar individu atau kelompok. Padahal,
dewasa ini, kita hidup dengan kehidupan multirasial. Kita hidup berdampingan
dengan kelompok lain, yang seharusnya hidup damai, malah membuat konflik
yang meresahkan berbagai pihak. Pada aspek spiritual, masih banyak orang-orang
di zaman sekarang yang terbuai dengan kehidupan glamor, hedonism, dan lain-
lain yang tentunya bertentangan dengan prinsip Islam. Akibat perilaku ini,
banyak pula manusia yang merasa gelisah, depresi, tidak percaya diri, stress, dan
tidak memiliki pegangan hidup. Perasaan tersebut muncul karena mereka takut
akan kehilangan semua yang dimilikinya, takut bahwa apa yang mereka capai
jauh dibawah harapan mereka, persaingan tinggi, dan banyak dosa yang
dilakukan. Dalam aspek etika, sudah merupakan rahasia umum jika masyarakat
modern mulai kerap menampilkan sifat mereka yang kurang terpuji, menyimpang
dari norma agama, adat, susila, dan hukum.
G. PENTINGNYA AQIDAH DI MASYARAKAT
Urgensi dalam menginternalisasikan aqidah Islam ini sangat fundamental,
karena ketika seseorang bergama maka dasar atau pondasi utama nya ialah aqidah
terkhusus didalam agama Islam. Karena ketika bergama tanpa adanya aqidah
keyakinan maka tidak akan ada yang dijadikan pegangan dalam kehidupan dan
akan sangat mudah terbawa keyakinan yang salah.
Jika manusia memiliki akidah (kepercayaan) ia akan yakin dalam setiap
pengambilan tindakan berdasarkan akidah tersebut. Akidah berfungsi
membimbing tindakan manusia. Jika manusia memilki akidah yang benar, akidah
tersebut akan membimbingnya didalam berbuat kebajikan. Akidah membimbing
manusia dalam berakhlak baik dan buruk. Jika seseorang memiliki akidah yang
benar dan memahaminya dengan baik, akidah itu akan membimbingnya untuk
berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika seseorang memilki akidah yang tidak benar,
akidah itu akan membimbingnya menuju akhlak yang tercela. Jika seseorang
memiliki akidah islam yang kuat dan iman yang sempurna, ia akanmenjadi
teladan umat karena setiap tindakannya merupakan alat terpuji.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aqidah merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan seorang muslim.
Aqidah merupakan motor penggerak dan otak dalam kehidupan manusia. Jika
terjadi sedikit penyimpangan, maka menimbulkan penyelewengan dari jalan yang
lurus pada gerakan dan langkah yang dihasilkan. Aqidah merupakan fondasi
bangunan. Dia harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum merancang
dan membangun bagian yang lain. Kualitas pondasi yang dibangun akan
berpengaruh terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Bangunan yang ingin
dibangun itu sendiri adalah Islam yang sempurna (kamil), menyeluruh (syamil),
dan benar (shahih). Tauhid adalah fondasi dari Islam. Estetika Tauhid akan
mengungkapkan pengembaraan dan perjalanan menuju yang transendental.
Muaranya adalah pada nilai-nilai ilahiah, yaitu suatu kesadaran tentang
keberadaan Tuhan pada setiap gerak dan peristiwa dalam kehidupan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/40379-ID-islam-di-tengah-
masyarakat-multikultural-indonesia-studi-atas-konsep-multikultur.pdf
http://repository.iainbengkulu.ac.id/4207/1/ILMIKA%20SARI.pdf
https://www.scribd.com/document/429907993/Tantangan-Akidah-atau-Iman-
Islam-Dalam-Kehidupan-Modern-docx
file:///C:/Users/ACER/Downloads/4496-265-9049-1-10-20230424.pdf
file:///C:/Users/ACER/Downloads/PERAN%20AQIDAH%20TERHADAP
%20AKHLAK%20BERMASYARAKAT%20BERBANGA%20DAN
%20BERNEGARA.pdf

Anda mungkin juga menyukai