Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“IMAN, ISLAM, DAN IKHSAN DAN KOMITMEN


SEBAGAI UMAT ISLAM”
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah PAI
Dosen pengampu : Auliyaur Rokhim S.Hum. M.M

Oleh:
Kelompok 2
Dicky Adi Saputra (231501016)
Dewi Rachmatul A (231501004)
A Burhanuzzacky Alwafani(231501003)
Nurul Alifah (231501030)
Regina Mauliditya Valencia Yolanda (231501027)

PROGAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITASN UNUGIRI BOJONEGORO
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang berjudul Iman Ihsan Dan Berkomitemen Dalam Islam dan juga
untuk khalayak umum sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat dunia dan akhirat, amin. Makalah ini kami
susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami
menyadari bahwasannya dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan
pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Auliyaur Rokhim S.Hum. M.M yang
kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bojonegoro, 29 September 2023

Penyusun
DFATR ISI

Isi
MAKALAH............................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Masalah..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Apa Itu Iman...............................................................................................5
B. Apa itu islam................................................................................................6
C. Apa itu Ihsan...............................................................................................7
D. Bagaimana bentuk kita komitmen kepada islam.....................................9
BAB III PENUTUPAN........................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang bersifat universal dan memiliki prinsip
rahmatanlil’alamin. Ajaran Islam bertujuan untuk mensejahterakan
kehidupan umat manusia secara lahir dan batin, baik di dunia maupun di
akhirat.
Manusia secara kodrati memiliki fitrah. Oleh karena itu manusia
memiliki potensi untuk beriman dan beribadah kepada Allah SWT ketika
mereka baru dilahirkan,akan tetapi karena adanya faktor lingkungan
sekitar, maka fitrah tersebut kadang kala bisa tidak berkembang dengan
baik sebagaimana mestinya, melainkan mengarah pada hal-hal yang
lain.seperti hal-hal positif dan hal-hal negatif.
Sebagaimana iman yang berasal dari hati ikhlas juga berasal dari
hati seperti halnya melakukan apa yang dianggap benar karena ikhlas
kepada Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau mendapat pengakuan
dari orang lain.
memiliki sifat ikhlas merupakan hal yang sangat penting dalam
agama Islam karena memberikan banyak manfaat baik bagi diri sendiri
maupun bagi orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Iman
2. Apa itu Islam
3. Apa itu ihsan
4. Bagaimana bentuk kita komitmen kepada islam

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu ihsan
2. Mengetahui apa itu iman
3. Mengetahui bagaimana bentuk kita komitmen kepada islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apa Itu Iman


Iman itu berupa pembenaran hati’ artinya hati menerima semua
ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam. ‘Pengakuan
dengan lisan’ artinya mengucapkan dua kalimat syahadat ‘asyhadu an la
ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah’. Sedangkan
‘perbuatan dengan anggota badan’ artinya amal hati yang berupa
keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota badan yang lainnya
dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan kemampuannya.
Dan salah satu pokok penting dari aqidah Ahlus sunnah wal
jama’ah ialah keyakinan bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Hal ini
telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al Qur’an maupun As Sunnah. Salah
satu dalil dari Al Qur’an yaitu firman Allah ta’ala (yang artinya), “Agar
bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
(QS. Al Fath [48] : 4).
Dalil dari As Sunnah di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang sosok kaum perempuan, ”Tidaklah aku melihat
suatu kaum yang kurang akal dan agamanya dan lebih cepat membuat
hilang akal pada diri seorang lelaki yang kuat daripada kalian ini (kaum
perempuan).” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Maka ayat di atas menunjukkan penetapan bahwa iman itu bisa
bertambah, sedangkan di dalam hadits tersebut terdapat penetapan tentang
berkurangnya agama. Sehingga masing-masing dalil ini menunjukkan
adanya pertambahan iman. Dan secara otomatis hal itu juga mengandung
penetapan bisa berkurangnya iman, begitu pula sebaliknya. Sebab
pertambahan dan pengurangan adalah dua hal yang tidak bisa dipisah-
pisahkan. Tidak masuk akal keberadaan salah satunya tanpa diiringi oleh
yang lainnya.
Dengan demikian dalam pandangan ahlus sunnah definisi iman
memiliki 5 karakter : keyakinan, ucapan, amal, bisa bertambah, dan bisa
berkurang. Atau bisa diringkas menjadi 3 : keyakinan, ucapan, dan amal.
Karena amal bagian dari iman, secara otomatis iman bisa bertambah dan
berkurang. Atau bisa diringkas lebih sedikit lagi menjadi 2 : ucapan dan
amal, sebab keyakinan sudah termasuk dalam amal yaitu amal
hati. Wallahu a’lam.

B. Apa itu islam


Suatu hari saat Rasulullah SAW berkumpul dalam sebuah majelis
bersama para sahabatnya, tiba-tiba muncul seorang lelaki mengenakan
pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak nampak tanda-
tanda bekas perjalanan jauh, dan tak ada seorang pun di antara sahabat
yang mengenalnya.

Sosok misterius ini pun segera duduk di hadapan Nabi, lalu


lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya
di atas kedua paha Nabi seraya bertanya tentang apa yang dinamakan
Islam.

Mendengar pertanyaan ini Rasulullah SAW pun menjawab dengan


tegas bahwa Islam adalah engkau bersaksi tidak ada tuhan selain Allah,
dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke
Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya.

"Tahukah siapa sosok yang telah membuat heran para sahabat dan
tiba-tiba bertanya kepada Rasul tentang apa itu Islam? dia adalah Malaikat
Jibril.

Jadi selama seseorang tetap berpedoman kepada penjelasan Nabi


yang terangkum dalam Rukun Islam tersebut, maka menurut pria yang
akrab disapa Gus Balighin ini, Islam yang dianutnya adalah sesuai dengan
Nabi Muhammad SAW.

"Selama syahadatnya sama, shalat lima waktu, membayar zakat,


berpuasa di bulan Ramadhan, berhaji ke Makkah maka tetap Islam.
Sementara kata 'Islam' bisa ditambah untuk menekankan model
amaliahnya seperti Islam Nusantara, Islam Terpadu, Islam Berkemajuan,
Islam Aswaja dan sejenisnya. Definisi Islam sudah jelas menurut
Rasulullah, tinggal pengamalannya saja yang dilihat," tegasnya.

Ia pun sangat prihatin terhadap orang yang gagal paham tentang


Islam Nusantara karena membuat definisi sendiri tentang Islam Nusantara
sekaligus menyalahkan definisi yang sudah dibuatnya sendiri. Apalagi hal
itu dilakukan di atas mimbar khutbah Jumat yang seharusnya digunakan
untuk menyampaikan ajakan bertakwa dan mendekatkan diri kepada
Allah. Mimbar khutbah tidak boleh digunakan untuk meng kafir-kafirkan
orang lain, menebar kebencian dan melakukan fitnah.

C. Apa itu Ihsan


Ihsan merupakan pilar penting dalam bangunan agama Islam selain
pilar iman dan islam. Ihsan tidak dapat dipisahkan dari iman dan islam.
Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh ditinggal salah
satunya sebagai kesempurnaan keberislaman seseorang.

Ihsan berikut turunan katanya sering kali ditemukan pada Al-


Qur’an dan hadits yang menunjukkan urgensinya. Ihsan yang berarti
perbuatan baik merupakan pembuktian atas keimanan dan keislaman
seseorang. Ihsan secara harfiah berarti kebaikan sebagai perilaku, bukan
sekadar pengetahuan tentang kebaikan sebagai etika. Ihsan dapat menjadi
alternatif di tengah krisis akhlak di mana kebaikan hanya berhenti pada
level pengetahuan atau jargon, tidak sampai pada tindakan atau aksi nyata.
Sedangkan kita sering menyaksikan pelanggaran hukum dilakukan oleh
orang yang telah 'mengerti' ketentuan dan peraturan.
Pada, Perintah Allah kepada umat manusia untuk berbuat adil,
berbuat baik (ihsan), mengulurkan bantuan untuk kerabat. Melalui pintu
masuk Surat An-Nahl ayat 90 ini, kita coba menggali kandungan makna
kata 'al-ihsan' dari sejumlah ulama tafsir.

Al-Baidhawi mengartikan ihsan pada Surat An-Nahl ayat 90


sebagai bentuk ketaatan kepada Allah baik secara kuantitas seperti ibadah
sunnah maupun coraknya.

Ulama lain memaknainya sebagai perbuatan baik kepada orang


lain. Oleh sebagian ulama, ihsan diartikan sebagai kelapangan hati dalam
memaafkan orang lain. Ada ulama seperti Jalaluddin As-Suyuthi
memaknai ihsan sebagai pelaksanaan kewajiban-kewajiban

Ihsan mengandung makna lebih luas dari sekadar adil karena adil
berarti memenuhi hak kepada pemiliknya tanpa melewati batas atau
menguranginya. Sedangkan kandungan makna ihsan mencakup pengertian
kelapangan hati memaafkan orang yang telah berbuat jahat, menginisiasi
hubungan dengan orang yang memutuskannya, dan juga memberikan
sesuatu kepada orang yang enggan berbagi dengannya.

Kedudukan ihsan dalam trilogi iman, Islam, dan ihsan tidak dapat
dipisahkan. Rasulullah berpesan kepada Mu‘adz, "Hendaklah kamu
bertakwa kepada Allah di mana saja berada. Iringi perbuatan buruk dengan
perbuatan baik, niscaya itu dapat menghapusnya. Interaksilah dengan
orang lain dengan akhlak yang baik." (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi,
Ahmad, dan Al-Hakim).

Ihsan atau perilaku yang baik sebagai wujud keimanan oleh Al-
Qadhi Iyadh diartikan sebagai interaksi dengan orang lain dengan cara
yang baik, gembira, semangat persaudaraan, kasih sayang, kesantunan,
menanggung risiko kerugian atas interaksi, tidak sombong, tidak
mencemari kehormatan orang lain, menjauhi kebengisan, kemarahan, dan
pembalasan terhadap orang lain. Karena keterkaitan erat iman, islam, dan
ihsan, Rasulullah bersabda sebagaimana riwayat Al-Askari dan Al-Khatib
dan sahabat Anas RA, "Perilaku yang baik adalah separuh dari isi agama
ini." Bahkan pada riwayat Ad-Dailami dari sahabat Abu Sa’id RA,
Rasulullah SAW bersabda, "Agama Islam itu sendiri sepenuhnya akhlak
yang baik.

Dengan kata lain, orang yang tidak mematuhi hukum Allah dalam
menjamin keselamatan dan menahan untuk tidak menyakiti orang lain
adalah orang yangtidak sempurna keberislamannya. Orang yang tidak
memiliki semangat untuk mematuhi ketentuan Allah dan menjaga hak-hak
orang lain sejatinya tidak menjaga hubungannya dengan Allah sehingga
keimanannya juga terbilang cacat.

Rasulullah SAW secara lugas ingin mengatakan, kesempurnaan


keimanan seseorang tidak dapat terbukti tanpa perbuatan baik. Tanpa
perbuatan baik, seseorang tidak dapat mencapai derajat kesempurnaan
keimanan. Kesempurnaan keimanan tidak dapat diraih tanpa akhlak.
Sedangkan akhlak adalah manifestasi dan bukti keimanan, bukan sekadar
etika yang berisi pengetahuan akan baik dan buruk.

D. Bagaimana bentuk kita komitmen kepada islam


Menjadi muslim yang baik tidak cukup dengan hanya
mengandalkan faktor keturunan, identitas, atau penampilan luar. Untuk
menjadi muslim yang sejati, kita harus memilih, berkomitmen dan
berinteraksi dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan.

Sifat-sifat paling signifikan yang harus dimiliki oleh setiap muslim agar
pilihannya menjadi seorang muslim menjadi benar dan tulus, adalah :

 Kita harus Mengislamkan Aqidah Kita

Syarat pertama untuk menjadi seorang muslim yang baik adalah


memiliki aqidah yang benar dan lurus, sesuai dengan arahan Al-
Quran dan Sunnah Rasulullah saw. Beriman kepada apa yang
diimani oleh generasi muslim pertama, yakni generasi salaf yang
shalih dan para pemuka agama yang diakui kualitas kebaikan,
ketaqwaan, dan pemahamannya yang benar atas agama Allah 'Azza
wa Jalla.

 Kita Harus Mengislamkan Ibadah Kita

Ibadah dalam perspektif Islam adalah kepasrahan yang total dan


merasakan keagungan Dzat yang disembah (Allah). Ibadah
merupakan anak tangga yang menghubungkan makhluk dengan
Penciptanya. Di sisi lain, ibadah memberi pengaruh yang sangat
dalam terhadap pola hubungan antara sesama makhluk. Sama
halnya dengan rukun-rukun Islam, seperti sholat, puasa, zakat, haji,
dan amalan-amalan lain yang dilakukan oleh manusia untuk meraih
keridhoan Allah dengan tetap berkomitmen dengan syariat-Nya.
Dalam logika Islam, semua sisi kehidupan adalah ibadah dan
ketaatan kepada Allah.

 Kita Harus Mengislamkan Akhlak Kita

Moral (akhlak) mulia adalah tujuan utama dari risalah Islam,


seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah saw. dalam hadits
"Sesungguhnya, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia." (H.R Ahmad). Akhlak mulia adalah bukti dan buah dari
keimanan yang benar. Iman tidak berarti apa-apa jika tidak
melahirkan akhlak. Hal ini disinyalir oleh Rasulullah saw. dalam
sabdanya, "Iman bukanlah angan-angan kosong, tetapi sesuatu
yang terpatri di dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan."
(H.R. ad-Dailami).

Akhlak mulia adalah implementasi berbagai bentuk ibadah dalam


Islam. Tanpa akhlak, ibadah hanya menjadi ritual dan gerakan yang
tidak memiliki nilai dan manfaat.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Iman, Ihsan, dan Islam adalah rangkaian konsep agama islam yang
sesuai dengan dalil. Iman, Ihsan dan Islam saling berhubungan karena
seseorang yang hanya menganut. Islam sebagai agama belumlah cukup
tanpa diimbangi dengan Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa
jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan
Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan, karena
Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai