Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN DALAM
MEMBENTUK INSAN KAMIL

KELOMPOK 4:
1. Alyandra Bilal Indraprasta (144221011)
2. Firman Dwi Laksana Putra (144221012)
3. Rama Alvino Ajev Bargawa (144221013)
4. Guntur Syaiful Anwar (146221027)
5. Risqi Fisama Ifa Anzil (146221065)
6. Nila Zahrotul Musthafidah (144221025)
7. Umi Halimatus Sa’diyah (146221073)
8. Tasya Ainun Salsabillah (146221063)
9. Aisyah Al Khotimul Mufatih (146221046)
10. Tiara Nur Fajriah (144221016)
11. Siti Khoirotul Maftukhah (146221067)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS KOMPUTER DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad bin
Abdullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga, para sahabat dan seluruh
pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini merupakan karya mengenai insan kamil. Dengan makalah ini, kami
menghendaki keridhaan Allah SWT, sekaligus ingin menyebarluaskan agama-
Nya. Makalah ini berisi mengenai pembahasan bagaimana iman, islam dan ihsan
yang merupakan satu kesatuan dalam agama islam dalam membentuk insan kamil
atau manusia yang sempurna.

Makalah ini diawali pembahasan mengenai hakikat insan kamil pada manusia
dengan memberikan definisi secara rinci dan jelas. Juga menguraikan tentang
konsep, alasan, serta kesinambungan iman, islam dan ihsan dalam membentuk
insan kamil pada manusia.

Dalam makalah ini kita juga menguraikan masalah

Semoga Allah Rabbul ‘Arsyil Azim menjadikan makalah ini bermanfaat bagi
pembaca serta memberikan pahala yang baik dan besar kepada penyusunnya.
Karena sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk melakukan semua itu dan
mengabulkannya. Taufiq dan hidayah hanyalah bersumber dari-Nya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1. Latar Belakang.................................................................................................4
2. Rumusan Masalah............................................................................................5
3. Tujuan...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam
Membentuk Insan Kamil (Manusia Sempurna).................................................7
B. Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi Persyaratan
dalam Membentuk Insan Kamil........................................................................8
C. Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan
Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.....................8
D. Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode
Pencapaiannya....................................................................................................10
E. Mendeskripsikan Tentang Esensi dan Urgensi Iman, Islam, dan Ihsan Dalam
Membentuk Insan Kamil....................................................................................11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia ilmu dan pendidikan adalah dua hal yang saling
berkesinambungan dan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Seseorang akan tidak senang jika ia disebut tidak memiliki ilmu atau
bodoh. Ilmu dapat membuat sesorang menjadi mulia dan dihormati. Sebagaimana
yang dikatakan Ali bin Abi Thalib bahwa sesorang yang memiliki cukup ilmu
akan merasa dimuliakan dan sementara mereka yang tidak memiliki ilmu dan
tidak mengetahui apapun akan merasa tercela dan hal tersebut akan membuat
sesorang merasa bodoh. Dengan kata lain, ilmu akan membuat sesorang mulia
ditengan pergaulan dalam islam pada khususnya. Sama hal nya dengan
pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi
pengetahuan menuju ke arah kebaikan,penguatan,dan penyempurnaan semua
potensi manusia. Proses yang bersambungan ini berlangsung sepanjang hayat.
Dalam agama islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam,Iman, dan Ihsan. Setiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya. Jika islam dan iman
disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amalan-
amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud
Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya
berdiri sendiri-sendiri maka masing-masing menyandang makna dan hukum
tersendiri. Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat ihsan berarti berbuat
baik. Orang yang berbuat ihsan disebut Muhsin berarti orang yang berbuat baik,
setiap perbuatan baik yang tampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau
dilandaskan pada aqidah dan syariat islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak
dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang
disebut akhlaqul karimah. Dalam agama islam, kita mengenal konsep iman dan
ihsan. Kedudukan ihsan dalam kehidupan merupakan hal yang penting.
Kadangkala kita sebagai seorang muslim yang sudah diberikan tuntutan masih
saja melakukan hal-hal yang tidak baik. Ini diakibatkan karena tingkat keimanan

4
yang tidak stabil. Kita tahu bahwa ihsan merupakan realisasi dari iman. Oleh
karena itu,kita harus mengetahui bagaimana kaitannya antara islam, iman dan
ihsan. Karena ketiga konsep diatas merupakan kunci untuk mencapai suatu
kehidupan yang bahagia.

2. Rumusan Masalah

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk
Insan Kamil (Manusia Sempurna)

B. Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi Persyaratan


dalam Membentuk Insan Kamil

C. Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan
Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.

D. Membangun Argumen Tentang Karateristik Insan Kamil Dan Metode


Pencapaiannya

E. Mendeskripsikan Tentang Esensi Dan Urgensi Iman, Islam, Dan Ihsan Dalam
Membentuk Insan Kamil

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui sumber teodologis,histori, dan fisiologis tentang iman,ihsan


dan islam sebagai pilar agama islam yang membentuk ihsan kamil.

2. Untuk mengetahui iman,ihsan, dan islam menjadi persyaratan dalam


membentuk ihsan kamil.

3. Untuk mengetahui konsep dan urgensi islam,iman,dan ihsan dalam membentuk


ihsan kamil.

5
4. Menyadari pentingnya nilai iman, islam dan insan dalam membentun Ihsan
kamil dan menerapkan jiwa iman, islam dan ihsan dalam bentuk ihsan kamil
dalam kehidupan.

BAB II PEMBAHASAN

Iman Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati;
pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian
pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala
konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati. Iman sering juga dikenal dengan
istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang
beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang
tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi
pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat
dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup
berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.

Devinisi islam Islam Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan
oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan
dalam Quran, yaitu: 1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah
mengakui bagimu Islam sebagai Agama” 2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam”
artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”. [Berdasarkan 2 (dua)
surat tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai
sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama
tersebut. Ada beberapa pengertian Islam[3], yaitu: 1.Islam berarti kepatuhan atau
penyerahan diri 2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
penyerahan diri dan kepatuhan. 3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata
benda jenis masdhar yaitu berasal dari kata kerja Kata. kerja asalnya ialah:
Aslama,Salima, dan Salama.

Devinisi ihsan adalah berbuat baik. Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an
mengenai hal ini. Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu

6
sendiri…” (al-Isra’: 7) “…Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya
Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77) Ihsan adalah puncak ibadah
dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan
menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya,
seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah
swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh
ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia. Kemudian dia bertanya lagi: Maka sekarang
khabarkanlah kepadaku darihal Ihsan. Rasulullah s.a.w. menjawab: Ihsan ialah
bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi jika
engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihat engkau. (HR. Muslim)
Ihsan adalah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya,
jika kamu tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya dia sedang melihat kamu.
(HR. Abu Hurairah)

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam


Membentuk Insan Kamil (Manusia Sempurna)

Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan.
Pertama, tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian.
Artinya, mereka “ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang
disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimami
Tuhan dengan cara mendefinisikan. Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan.
Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan
sifat–sifat dan nama–nama Tuhan. (Asma’ul Husna)

Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.

a) Tingkat Pemula (al–bidayah). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat–sifat ilahi pada dirinya.

7
b) Tingkat menengah (at–tawasuth). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan (al–haqaiq
ar–ramaniyyah). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini
telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal–hal yang gaib
telah dibukakan Tuhan kepadanya.

c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir

B. Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi


Persyaratan dalam Membentuk Insan Kamil.

Apakah anda percaya akan adanya Allah ? Mereka semua memberikan


jawaban yang sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya
malaikat – malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih lanjut
adakah manusia yang tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah manusia
yang tidak percaya adanya tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa
menjawab tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan,
tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya malaikat, dan
seterusnya. Semua manusia percaya adanya Tuhan, dan seterusnya.

C. Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam,


dan Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.

Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam,


dan Ihsan sebagai Pilar Agama Islam

8
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum muslimin
menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman, islam,
dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh.

Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.

Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh
Ibn Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan
kamil dan monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi
insan kamil, maka manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil
adalah manusia yang telah menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar
kedua jenis manusia ini da manusia yang sedang berproses menanggalkan
kemonsterannya dalam membentuk insan kamil.

a. Konsep Manusia dalam Al-Quran.

secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua
dimensi, yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.

b. Unsur–unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil

secara ringkas, Al – Ghazali ( dalam othman, 1987: 31-33) menyebut beberapa


instrumen untuk mencari pengetahuan yang benar serta kapasitas untuk
mencapainya. Pertama, panca indra. Panca indra memiliki keterbatasan dan tidak
bisa mencapai pengetahuan yanng benar, setelah dinilai oleh akal. Kedua, akal.
Dengan metode ini, dengan cara yang sama, seharusnya orangpun menuilai
tingkat kebenaran akal. Orang seharusnya menggunakan cara yang sama dengan
cara yang digunakan oleh akal ketika menulai kekeliruan panca indra.

Ketiga, nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari sakitnya ia menuturkan,
kesembuhannya dari sakit karena adanya nur ilahi yang menembus dirinya.
Kemudian Al- Ghazali mengungkapkan pandangannya tentang nur ilahi sebagai
berikut. Kapan saja Allah menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah

9
demikian. Dialah yang melapangkan dada orang itu untuk berislam. ( QS: Al- An
am/ 6:125)

D. Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode


Pencapaiannya

1. Karakteristik insan kamil

Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby meyebutkan
adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh manusia.
Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi monster
bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai
derajat insan kamil, diantaranya :

1. Jasad

2. Hati nurani

3. Roh

4. Sirr (rasa)

Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan
syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah.

Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30

Yang artinya hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-
hambaku, masuklah kedalam surgaku.

10
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik
berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu
muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu
diatasnya. Menurut Imam Ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi
(menaik) yaitu :

1. Nafsu ammarah

2. Nafsu lawwamah

3. Nafsu mulhimah

4. Nafsu muthma’inah

5. Nafsu radhiyah

6. Nafsu mardiyyah

7. Nafsu kamilah

2. Metode Mencapai Insan Kamil

cara konkret :

1. Memulai sholat jika Tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan
dalam hati, sehingga ia menyembah Tuhan yang benar-benar Tuhan.

2. Berniat sholat karna Allah.

3. Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat allah.

4. Sholat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan
mungkar.

E. Mendeskripsikan Tentang Esensi dan Urgensi Iman, Islam, dan Ihsan


Dalam Membentuk Insan Kamil

11
Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan.
Hal ini disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah
monster bertubuh manusia.

Siapa dan bagaimana insan kamil itu?

Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu: jasad, hati, roh
dan rasa. Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak Ilahi. Untuk
mengkokohkan keimanan akan menjadi manusia yang insan kamil maka
kaimanan kita harus mencapai tingkat yakin. Maka kita harus mengidentifikasi
yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk dapat beribadah secara
bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita lakukan mengacu
pada rukun islam.

Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka
seseorang yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan
melakukan riyadhah (berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi
maqam yang biasa ditempuh oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan.
Maqam-maqam yang dimaksud merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6
unsur :

Taubat.

Wara’.

Zuhud.

Faqir.

Sabar.

Tawakkal.

12
BAB III KESIMPULAN

Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai
dengan dalil ,Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang
hanya menganut Islam sebagaimana belumlah cukup tanpa dibarengi dengan
Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika
dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam
yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fachriza, Alif. 2019. MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN DALAM


MEMBENTUK INSAN KAMIL. 17 september. Diakses september 30, 2022.
https://prezi.com/p/qqfkntsyihol/mengintegrasikan-iman-islam-dan-ihsan-
dalam-membentuk-insan-kamil/.

Kholifah, Dewi Umu. 2018. KONSEP TASAWUF AKHLAQI DAN INSAN KAMIL. 11
september . Diakses September 30, 2022.
https://123dok.com/article/pengertian-hakikat-insan-kamil-konsep-tasawuf-
akhlaqi-insan.yn6l7vjq.

rahmayanti, rizkia. 2015. MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN DALAM


MEMBENTUK INSAN KAMIL. 26 februari. Diakses september 30, 2022.
http://rizkiarahmayanti16.blogspot.com/2015/02/mengintegrasikan-iman-
islam-dan-ihsan.html?m=1.

14

Anda mungkin juga menyukai