Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Integrasi Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil

Disusun Oleh :
Salma Aqila Purnama Dewi (H1091201011)
Fenti Nurdiana Rahmawati (H1091201057)
Sherina Izzati Putri (H1091201018)
Dewi Setyo Utami (H1091201033)
Arla Salsabilla (H1091201047)

Program Studi Statistika


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah, puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat-
Nya yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Integrasi Iman, Islam, dan Ihsan dalam
Membentuk Insan Kamil”. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Agama Islam.

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syabandi, M.Pd. selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Agama Islam. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat sehingga dapat
memberi wawasan dan pandangan baru bagi pembacanya. Penulis juga terbuka
terhadap kritik dan saran yang membangun agar kedepannya makalah ini dapat
diperbaiki lagi.

Pontianak, 4 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Iman..............................................................................................................................3
2.2 Islam..............................................................................................................................3
2.3 Ihsan..............................................................................................................................4
2.4 Hubungan Iman, Islam,dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil........................7
BAB 3....................................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................10
3.2 SARAN........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berjalannya waktu dan zaman, tantangan yang harus di hadapi umat
manusia semakin berat. Cobaan demi cobaan dilalui sebagai ujian agar manusia dapat
menjadi pribadi yang lebih baik. Penting bagi umat manusia mengasah pengetahuan
dan kecerdasan yang dimiliki agar dapat menyelesaikan berbagai ujian.

Manusia makhluk yang sempurna diciptakan sebagai khalifah dibumi ini.


Manusia diberikan akal pikiran yang dapat membedakan yang benar dan yang salah.
Hal ini tentu pendidikan agama berperan penting untuk membimbing serta
mengarahkan setiap individu pada jalan Allah Swt. Lubis (dalam Kurnia, 2019)
menyebutkan bahwa dengan adanya akal pikiran pada diri manusia membuat umat
manusia bertahan dan berkembang dalam menjalankan fungsi pengabdian dan
kekhalifahannya di muka bumi. Ilmu yang diajarkan dalam pendidikan agama islam
salah satunya yaitu tauhid. Tauhid merupakan inti pokok atau fondasi dari ajaran
agama Islam yang harus direfleksikan dalam segala aspek kehidupan termasuk
pendidikan (Mau’inudinillah dalam Kurnia, 2019).

Tidak hanya itu, manusia juga diberikan nikmat islam, iman dan ihsan oleh
Allah Swt. yang tiada terkira nilainya. Islam, iman dan ihsan merupakan syarat
terbentuknya insan kamil. Muhyidin Ibn Araby (abad ke-13 M) adalah orang pertama
yang mengemukakan istilah insan kamil. Berdasarkan pandangan Ibn Araby untuk
dapat kembali kepada Tuhan maka seseorang haruslah mencapai martabat insan
kamil. Insan kamil ialah manusia yang sempurna dari segi wujud dan pengetahuannya
(Kurnia, 2019). Kesempurnaan itu dapat dilihat dari segi wujudnya karena seseorang
tersebut merupakan manifestasi sempurna dari nama-nama Allah Swt.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah, tim penulis merumuskan masalah yang
dijabarkan, sebagai berikut.

1
1. Apakah yang dimaksud dengan iman, islam, dan ihsan?
2. Bagaimana konsep iman, islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Memaparkan pengertian dari iman, islam dan ihsan;
2. Menjelaskan konsep iman, islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian dan tujuan penulisan
yang ingin dicapai maka makalah ini hendaknya dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.
1. Manfaat teoritis
Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian dan tujuan yang
ingin dicapai maka diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
menjadi sumbangsih dalam teori/pemikiran mengenai konsep iman, islam, dan
ihsan dalam membentuk insan kamil.

2. Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat membantu memahami integrasi iman, islam dan
ihsan dalam membentuk insan kamil untuk diterapkan secara optimal.
a. Manfaat bagi pembaca
a) Pembaca dapat mengerti pentingnyaiman, islam, dan ihsan.
b) Pembaca dapat menambah ilmu mengenai insan kamil.
c) Pembaca dapat berbenah diri agar menjadi insan kamil.
b. Manfaat bagi penyusun
a) Penyusun mendapatkan ilmu serta pengetahuan mengenai insan
kamil.
b) Penyusun dapat mengasah keterampilan dalam menyusun makalah.

2
c) Penyusun memahami pentingnya insan kamil pada diri seseorang.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Iman
Iman menurut istilah adalah membenarkan, meyakinkan dengan hati, diucapkan
oleh lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Sedangkan menurut bahasa, iman adalah
percaya dan membenarkan. Dapat disimpulkan makna iman secara umum adalah
mempercayai dengan sepenuh hati dan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang
dibenarkan oleh hati. Iman juga sering dikenal dengan istilah aqidah, yaitu ikatan.
Ibarat bangunan, aqidah merupakan fondasi, jika fondasi kuat maka bangunan itu
berdiri tegak dan kokoh dalam menghadapi bahaya dari luar, sebaliknya jika fondasi
rapuh maka bangunan itu akan mudah runtuh. Seseorang yang telah beriman, tentu
telah tertanam keyakinan dan kepercayaannya dan tidak khawatir akan hal yang
bertentangan dengan kepercayaannya.

2.2 Islam
Islam secara bahasa memiliki banyak pengertian, di antaranya.

1. Assalmu, kedamaian

Di mana pun berada, seorang muslim wajib menjaga perdamaian, seperti


ketika menjadi penegah dan menciptakan perdamaian antara dua orang yang
berselisih.

“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah
kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Anfal:61)

2. Aslama, taat

Sebagai seorang muslim, kita hendaknya wajib taat kepada ajaran agama
Islam. Jika mengingkari hukum Allah SWT maka kesengsaraan yang akan didapatkan
di kehidupan serta azab Allah SWT yang berat di hari pembalasan.

3
“Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa
yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus.” (QS. Al-Jinn :14)

3. Istaslama, berserah diri

Dalam halnya manusia, ketika menghadapi berbagai persoalan hidup, tentu ia


akan menyerahkan urusan tersebut kepada yang mampu menyelesaikannya. Sebagai
seorang muslim, tentu ia memasrahkan diri kepada Allah SWT karena Allah yang
maha mengetahui segala sesuatu. Dengan percaya penuh kepada Allah tentu dapat
menghilangkan kesedihan dan kecemasan.

“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa
yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun
terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan? (QS. Ali Imran :83)

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah (kepada keputusan Allah).” (QS. As-
Saffat:26)

4. Saliim, Bersih dan suci

Sebagai umat Islam harus menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani dan
rohani. Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan hal yang disukai Allah Swt.
Jika kita melakukan hal yang disukai Allah swt, tentu kita akan mendapatkan nilai di
hadapan-Nya. Gambaran hati seorang muslim tentu hati yang mentauhidkan Allah
Swt dan bersih dari perbuatan-perbuatan syirik.

“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-
Syuara :89)

2.3 Ihsan
Secara Bahasa ihsan artinya berbuat baik. Ihsan berkebalikan dengan Isa’ah
yang artinya berbuat buruk. Secara istilah Ihsan terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Ihsan dalam ibadah kepada Allah Swt

4
Orang yang memiliki sikap ihsan, dalam beribadah kepada Allah Swt tentu
akan berpenampilan sebaik mungkin. Tentu ia akan menggunakan pakaian
terbaiknnya, menggunakan wewangian, dan tanpa ada kotoran yang menempel di
badannya. Hal itu dilakukan karena menurutnya ia langsung berhadapan dengan
Allah Swt, walaupun ia tidak bisa melihat tuhan nya secara langsung, tetapi ia merasa
selalu dilihat oleh Allah Swt. Selain itu, dalam beribadah kepada Allah Swt ia juga
tidak akan berani melakukan tindakan- tindakan yang tidak semestinya, sebisa
mungkin ia melakukan ibadah kepada Allah Swt secara khusyuk.

Contoh ihsan dalam beribadah seperti berikut ini.

1. Menyembah Allah semata dan tidak menyekutui-Nya.

2. Mengerjakan ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah Swt seperti puasa, sholat,


haji, dan sebagainya.

3. Tidak berbuat bid’ah atau mengerjakan ibadah yang tidak diperintahkan.

4. Mengerjakan ibadah dan menyempurnakan syarat dan rukun-rukunnya,


menjalankan sunah-sunnahnya serta adab-adabnya.

2. Ihsan kepada sesama makhluk

Terdapat berbagai bentuk ihsan kepada makhluk Allah Swt seperti kepada
manusia, binatang, dan alam sekitar. Pada sesama manusia hendaklah kita menjaga
perbuatan, melembutkan ucapan, dan saling menghargai satu sama lain.

 Ihsan kepada orang tua


“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra:24)
Contoh ihsan pada orang tua.
1. Berbuat baik kepada keduanya
2. Mematuhi perintahnya keduanya selama tidak melanggar aturan Allah
3. Memohon kepada Allah agar dosa keduanya diampuni
4. Melaksanakan amanah keduanya

 Ihsan kepada anak yatim

5
Contoh berbuat baik pada anak yatim
1. Menjaga hak dan harta mereka
2. Mendidik mereka
3. Mengusap dan mengelus kepala mereka
4. Berelemah lembut kepada mereka

 Ihsan kepada tetangga


Contoh berbuat baik pada tetangga
1. Memberi rasa aman pada tetangga
2. Berbuat baik pada tetangga meskipun orang kafir
3. Tidak menganggu tetangga baik secara lisan dan perbuatan

 Ihsan kepada orang miskin


Contoh berbuat baik pada orang miskin
1. Memberikan makanan pada orang miskin
2. Tidak memandang rendah orang miskin
3. Tidak menghina orang miskin
4. Tidak berprilaku kasar pada orang miskin

 Ihsan kepada kerabat


Allah Swt berfirman:

“…memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya...” (QS. Al-


Baqarah:177)
Contoh berbuat baik kepada kerabat.
1. Menyayangi kerabat
2. Bersimpati pada kerabat
3. Menyambung tali silaturahmi
4. Tidak berbuat buruk pada mereka

 Ihsan pada pelayan atau pegawai


Contoh berbuat baik pada pelayan atau pegawai
1. Memberikan upah sebelum keringatnya mengering
2. Tidak memaksa bekerja di luar kemamapuan
3. Menjaga kehormatan pegawai

 Ihsan pada orang yang berbuat buruk


Allah Swt berfirman:

6
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-
tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat:34)
Contoh berbuat baik pada orang yang berbuat buruk.
1. Memaafkan orang yang berbuat buruk
2. Meninggalkan pertengkaran
3. Melupakan kesalahan orang lain
4. Menahan amarah

 Ihsan kepada binatang


Contoh berbuat baik pada hewan dan tumbuhan
1. Memberi makanan dan minuman
2. Mengobatinya apabila sakit
3. Tidak berbuat kasar atau menyiksanya

 Ihsan kepada alam sekitar


Contoh berbuat baik pada alam sekitar.
1. Merawat tumbuhan dengan baik
2. Tidak membuang sampah sembarangan
3. Menjaga kelestarian sungai
4. Menanam tumbuhan hijau di pekarangan

2.4 Hubungan Iman, Islam,dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil


a). Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam,Iman,dan Ihsan dalam
Membentuk Insan Kamil
Iman, islam, dan ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana dalam
hadits nabi SAW yang diriwayatkan oleh HR muslim. Hadis HR
muslim mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu
sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw di
penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan
agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang
disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-
din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang
baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala
kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas
dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.

7
Seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa
dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak
didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan islam dan iman akan
mencapai kesempurnaan jika diikuti dengan ihsan, sebab ihsan  mengandung
konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.  Keterkaitan antara ketiga konsep
di atas (iman, islam, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat
merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima
ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastian kedatangannya menjadi
rahasia Allah swt.

Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan.
Pertama, tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian.
Artinya, mereka “ menyaksikan” Tuhan mereka menyembah Tuhan yang
disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimami
Tuhan dengan cara mendefinisikan. Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan.
Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan
sifat – sifat dan nama – nama Tuhan ( Asma’ul Husna ).

            Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.


a) Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya.
b) Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al –
haqaiq ar – ramaniyyah ). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada
tingkat ini telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal – hal
yang gaib telah dibukakan Tuhan kepadanya.
c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tingkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir.

b). Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis tentang Iman,Islam,dan


Ihsan sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil

           1.    Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Konsep Insan Kamil

Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh


syekh Ibn Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni
insan kamil dan monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak
menjadi insan kamil, maka manusia menjadi monster setengah manusia. Insan
kamil adalah manusia yang telah menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya,

8
diluar kedua jenis manusia ini, manusia yang sedang berproses menanggalkan
kemonsterannya dalam membentuk insan kamil.
a. Konsep Manusia dalam Al-Quran.
secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua
dimensi, yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.
b. Unsur –unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil
secara ringkas, Al – Ghazali ( dalam othman, 1987: 31-33) menyebut
beberapa instrumen untuk mencari pengetahuan yang benar serta kapasitas
untuk mencapainya. Pertama, panca indra. Panca indra memiliki keterbatasan
dan tidak bisa mencapai pengetahuan yanng benar, setelah dinilai oleh akal.
Kedua, akal. Dengan metode ini, dengan cara yang sama, seharusnya
orangpun menuilai tingkat kebenaran akal. Orang seharusnya menggunakan
cara yang sama dengan cara yang digunakan oleh akal ketika menulai
kekeliruan panca indra. Ketiga, nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari
sakitnya ia menuturkan, kesembuhannya dari sakit karena adanya nur ilahi
yang menembus dirinya. Kemudian Al- Ghazali mengungkapkan
pandangannya tentang nur ilahi sebagai berikut.
“Kapan saja Allah menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah
demikian. Dialah yang melapangkan dada orang itu untuk berislam.” ( QS:
Al- An am/ 6:125).

c.) Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil dan Metode


Pencapaiannya
1. Karakteristik Insan Kamil
Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby
meyebutkan adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh
manusia. Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan
menjadi monster bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat
unsur untuk mencapai derajat insan kamil, diantaranya :
1.      Jasad
2.      Hati nurani
3.      Roh
4.      Sirr (rasa)

2. Metode Mencapai Insan Kamil

9
1.      Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan
dalam hati, sehingga ia menyembah tuhan yang benar-benar tuhan.
2.      Berniat sholat karna allah.
3.      Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat allah.
4.      Shollat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan
mungkar.

10
BAB 3

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Umat muslim mengenal tiga unsur penting dalam agama Islam yaitu Iman,
Islam, dan Ihsan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Unsur Iman,
Islam, dan Ihsan ini harus diterapkan oleh seluruh umat manusia yang beragama
Islam agar dapat menjadi insan kamil (manusia sempurna). Ketiga unsur tersebut
merupakan tolak ukur kehidupan umat muslim. Sebab, jika umat muslim tidak
mendalami dan menerapkan ketiga unsur tersebut maka orang itu akan jauh dari
Allah dan segala kebaikannya. Setiap umat muslim dituntut untuk selalu percaya
dengan adanya Allah Swt. sebagai pencipta segala sesuatu yang ada di alam
semesta. Umat muslim juga diharuskan untuk beribadah kepada Allah Swt. dan
mendekatkan diri kepada-Nya.

Di dalam islam dikenal dengan rukun iman dan rukun islam sekaligus
penerapannya sebagai penjabaran dari Iman, Islam, dan Ihsan. Rukun islam
merupakan lima tidakan dasar yang terdiri dari syahadat, shalat, zakat, puasa, dan
haji. Rukun iman merupakan landasan bahwa umat muslim harus pecaya dengan
apa yang telah diciptakan Allah yang terdiri atas iman kepada Allah, iman
kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman
kepada hari kiamat dan iman kepada qada dan qadar. Hal tersebut diterapkan
melalui ihsan atau beribadah kepada Allah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Iman, Islam, dan Ihsan sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan.

3.2 SARAN
Berdasarkan materi yang telah dibahas, maka saran yang diberikan oleh
penulis sebagai berikut.
1. Selalu beriman dan percaya bahwa Allah itu ada dan Allah lah yang
menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
2. Selalu berserah diri kepada Allah atas apa pun masalah yang sedang dihadapi.

11
3. Melaksanakan dan menerapkan isi dari rukun Islam agar ajaran Islam tidak
mudah luntur terutama untuk diri sendiri.
4. Melaksanakan ibadah-ibadah wajib diiringi dengan ibadah yang Sunnah.
Demikian makalah yang kelompok kami buat dengan sebaik-baiknya.
Semoga makalah Ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa itu
integrasi antara iman, islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil
(manusia sempurna). Untuk itu apabila ada kritik dan saran yang ingin
disampaikan mengenai penulisan makalah ini silahkan sampaikan kepada
penulis. Jika ada kesalahan dalam penulisan ini mohon dimaafkan sebab kami
hanyalah manusia biasa yang sedang berproses untuk menjadi lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Khoir. 2021. Pengertian Islam Menurut Bahasa Arab, Qur’an, Hadits, dan
Ulama. Diakses dari : https://www.alkhoirmoslemwear.com/pengertian-islam-
menurut-bahasa-arab-quran-hadits-dan-ulama/
Kurnia, A. A., 2019. Pendidikan Integral Berbasis Tauhid dalam Membentuk Insan
Kamil. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. (Tesis)
Mahmud, Akilah. 2014. Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi. Jurnal Wawasan
Keislaman Vol 9 No 2.
Rizkala, Adam. 2020. Pengertian Ihsan dan Islam beserta dalil dan contohnya.
Diakses dari : https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-ihsan-dalam-
islam.html
Subhi, David. 2020. Keimanan : Iman dalam Perspektif Islam. UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. Diakses dari : file:///C:/Users/dewis/Downloads/iman
%20dalam%20persfektif%20Islam.pdf
Sudiyo. 2019. Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan
Kamil. Diakses dari :
https://sudiyo1303.files.wordpress.com/2019/08/watermark_bab-4-bgmn-insan-
kamil.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai