Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang
April 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-bainya dan tanpa halangan
yang berarti.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan senang hati kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
Maulid Nabi Muhammad SAW ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam adalah agama yang menjadi Rohmatal Lil ‘Alamin yang
artinya menjadi rahmat bagi seluruh alam, namun perkembangan dan
penyebaran agama islam tidaklah mudah seperti halnya membalikkan
tangan, tetapi melalui berbagai halangan, rintangan, dan cobaan yang
besar dari berbagai kalangan terutama orang-orang non muslim, namun
dengan kegigihan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW, Sahabat,
Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, Ulama, serta Kyai Alhamdulillah Allah SWT
mengabulkan doa-doa beliau lantas memberi jalan keluar dapat berdakwah
hingga ke seluruh penjuru dunia.
1
2
Atas dasar kecintaan umat islam kepada nabi muhammad SAW, beberapa
umat islam pun membuat perayaan atas peringatan kelahiran nabi Muhammad
SAW.
Ada Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali
muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (1193 M). Shalahuddin disebut
menganjurkan umatnya untuk melaksanaan perayaan Maulid Nabi guna
membangkitkan semangat jihad kaum Muslim. Kala itu, Shalahuddin dan umat
Islam memang berada dalam fase berperang melawan pasukan atau tentara Salib.
Kendati demikian, pendapat tersebut juga masih diperdebatkan. Mereka yang
menolak bahwa Shalahuddin sebagai pelopor maulid beralasan, tidak ditemukan
catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi
sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib.
Menurut beberapa pakar sejarah Islam, peringatan dan perayaan Maulid Nabi
dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (silsilah
keturunannya disandarkan pada Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah
Islam mengatakan, para khilafah Fatimiyah memang memiliki banyak perayaan
sepanjang tahun.
Antara lain perayaan tahun baru, hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi,
maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra,
perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban,
perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan
3
4
malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun baru Persia), dan lainnya. (Al
Mawa'izh wal I'tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20 dan Al Bida' Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syekh Bakhit Al Muti'iy, seorang mufti dari Mesir, dalam kitabnya
Ahsanul Kalam (hal.44) juga menyebut, yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid, salah satunya adalah Maulid Nabi adalah Al Mu'izh Lidnillah
(keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah.
Selain mereka, dalam beberapa buku sejarah juga disebutkan bahwa Dinasti
Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui
sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam
dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir. Dua
tahun setelah masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni sekitar tahun
1171 M, Dinasti Fatimiyah runtuh.
Adanya perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah disebutkan antara lain
oleh dua sejarawan dan ilmuwan pada masa Dinasti Mamluk, beberapa abad
setelah masa hidup Shalahuddin. Salah satu sejarawan tersebut adalah yang telah
disebutkan sebelumnya, yakni al-Maqrizi (1442) dan al-Qalqashandi (1418).
ِ ار ْالفر
َح ِ ْ ْف بِموْ لِ ِد َِه و
َِ اْل ْستِبْش َِ ال َّش ِري
َظها ُرَ لنا يُسْتحب ْ ِى بِموْ لِ ِد َِه الش ْك َِر إ َ ع وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه
ََّ للاُ صل ْ ِام وإ
ِ ْ طعا َُم و
َُ اْلجْ تِما َِ ن ذلِكَ ونحْ َُو الطَّع
َْ ُوجُوْ َِه ِم
َِ ار ْالقُرُبا
ت ْ ِ ت وإ
َِ ظه َِ ْالمسرَّا
5
“Sunah bagi kami untuk memperlihatkan rasa syukur dengan cara memperingati
maulid Rasulullah Saw, berkumpul, membagikan makanan dan beberapa hal lain
dari berbagai macam bentuk ibadah dan luapan kegembiraan”.
َن اِ ْعل ْم َِ ْف ْالموْ لِ َِد عملَ ْالمحْ ُموْ د َِة ْالبِد
ََّ ع ِمنَ أ ََّ ى فِ ْي َِه ُولِدَ الَّ ِذيَْ ال َّشه َِْر ِمنَ ال
َِ ش ِري َ وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه
ََّ للاُ صل
“Ketahuilah bahwa salah satu bid’ah yang terpuji adalah perayaan maulid Nabi
pada bulan dilahirkan Rasulullah Muhammad Saw”.
Bahkan setiap tempat yang di dalamnya dibacakan sejarah hidup Nabi Saw, akan
dikelilingi malaikat dan dipenuhi rahmat serta ridla Allah Swt. Al-Imam Ibnu al-
Haj ulama’ dari kalangan madzhab Maliki mengatakan:
ي موْ لِ َُد فِ ْي َِه قُ َِرئَ مس ِْجدَ أوَْ محلَ أوَْ بيْتَ ِم ْنَ ما
َ ِى النَّب
ََّ للاُ صل َِ َّك أ ْهلَ ْالمالئِك َةُ حف
َ ت إِ َّْلَ وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه َ ِ ذل
َِ للاُ وع َّمهُ َُم ْالمك
ان َ ن بِالرَّحْ م َِة تعالى
َِ والرضْ وا
“Tidaklah suatu rumah atau tempat yang di dalamnya dibacakan maulid Nabi
Saw, kecuali malaikat mengelilingi penghuni tempat tersebut dan Allah memberi
mereka limpahan rahmat dan keridloan”.
ِ اس بعْضَُ ي ْفعلُ َهُ ق َْد موْ ِس ًما واتخا ُذ َهُ ْالموْ لِ َِد فتع
َْظ ْي ُم َِ َّن ع ِظيْمَ أجْ رَ فِ ْي َِه ل َه ُ وي ُكوْ نَُ الن
َِ ْظ ْي ِم َِه قصْ ِد ِهَ لِ ُح ْس
ِ ل وتع
َِ ْلِرسُو
ِللا
َ ى َ وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه
ََّ للاُ صل
Bahkan merayakan maulid Nabi bisa menjadi wajib bila menjadi sarana dakwah
yang efektif untuk menandingi perayaan-perayaan lain yang terdapat banyak
kemunkaran. Al-Syaikh al-Mubasyir al-Tharazi menegaskan:
“Sesungguhnya perayaan maulid Nabi menjadi wajib yang bersifat siyasat untuk
menandingi perayaan-perayaan lain yang membahayakan pada hari ini”.
6
Bahkan, hukum merayakan maulid bisa menjadi wajib bila menjadi sarana
dakwah yang paling efektif untuk mengimbangi acara-acara yang membahayakan
moral bangsa.
4. Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW dalam setiap gerak-
gerik dalam kehidupan kita. Allah SWT bersabda dalam surah Al-Ahzab:21
yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
5. Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah SAW dan para Nabi.
Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan
kepada umat yang amat disayanginya. Beliau bersabda, “Aku tinggalkan pada
kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan
sunnah Nabi Muhammad SAW.”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA