Anda di halaman 1dari 4

TELAAH ATAS TERJEMAH AL-QUR`AN KEMENAG SURAT AL-

BAQARAH AYAT 203-205

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Terjemah al-Qur’an

Dosen Pengampu:
Dr. KH. Abdul Ghofur, M.A

Oleh:
Chusni Amri
2018.01.01.1076

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR


SARANG REMBANG JAWA TENGAH
2020
TELAAH ATAS TERJEMAHAN AL-QUR`AN KEMENAG SURAT AL-BAQARAH
AYAT 203-205
Oleh: Chusni Amri
A. Redaksi Ayat dan Terjemah Kemenag
‫َع لَ ْي ِه َو َم ْن‬ ٍ ‫اذ ُك ر وا اللَّ ه يِف أَيَّ ٍام م ع ُد ود‬
َ‫إِ مْث‬ ‫اتۚ! فَ َم ْن َت َع َّج َل يِف َي ْو َم نْي ِ فَ اَل‬ َ َْ َ ُ ْ ‫َو‬
‫إِ لَ ْي ِه‬ ِ
‫ون‬
َ ‫حُتْ َش ُر‬ ‫َّك ْم‬ ْ ‫َخ َر فَ اَل إِ مْثَ َع لَ ْي ِه ۚ! ل َم ِن َّات َق ٰى ۗ! َو َّات ُق وا اللَّ هَ َو‬
ُ ‫اع لَ ُم وا أَن‬ َّ ‫تَ أ‬
Berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya. 1
Siapa yang mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua hari, tidak
ada dosa baginya. Siapa yang mengakhirkannya tidak ada dosa (pula)
baginya, 2 (yakni) bagi orang yang bertakwa. Bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulakan.

‫ص ِام‬ ِ ِ ُّ ‫ك َق ْولُهُۥ ىِف ٱحْلََي ٰو ِة‬ ِ ِ ‫َو ِم َن ٱلن‬


َ ‫ٱلد ْنيَا َويُ ْش ِه ُد ٱللَّهَ َعلَ ٰى َما ىِف َق ْلبِۦه َو ُه َو أَلَ ُّد ٱخْل‬ َ ُ‫َّاس َمن يُ ْعجب‬
Di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia
mengagumkan engkau (Nabi Muhammad) dan dia menjadikan Allah sebagai
saksi atas (kebenaran) isi hatinya. Padahal, dia adalah penentang yang paling
keras.

ُّ ِ‫ث َو النَّ ْس َل ۗ! َو اللَّ هُ اَل حُي‬


‫ب‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫و إِ ذَ ا َت و ىَّل ٰ س ع ى يِف ا أْل َ ر‬
َ ‫ك ا حْلَ ْر‬
َ ‫يه ا َو يُ ْه ل‬
َ ‫ض ل ُي ْف س َد ف‬ ْ ٰ ََ َ َ
َ‫الف ساد‬ َ
Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat
kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak
menyukai kerusakan.

B. Telaah Atas Terjemah Al-Qur`An Kemenag Surat Al-Baqarah Ayat 203 -


205
Metode yang digunakan dalam terjemahan Kemenag ini adalah
menggunakan metode setia. Hal ini terlihat dari model penerjemahannya yang
mana tetap mempertahankan makna kontekstual dari teks sumber serta
mempertahankan pengungkapan aslinya.
Kalimat !َ ‫ َو! ا! ْذ! ُك! ُر! و!ا! هَّللا‬diartikan dengan “berdzikirlah kepada Allah” .
Dalam hal tersebut penulis tidak sependapat mengenai terjemahan
1
Maksud zikir di sini ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, dan sebagainya. Maksud beberapa hari yang berbilang
ialah hari tasyriq, yaitu tiga hari setelah Idul Adha (tanggal 11, 12, dan 13 bulan Zulhijah).
2
Mempercepat pada ayat ini berarti meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijah sebelum matahari terbenam
(nafar awwal). Adapun mengakhirkannya berarti meninggalkan Mina pada tanggal 13 Zulhijah (nafar sani).
kemenang karena beralasan bahwa lafadz !‫ َ!و! ا! ْذ! ُك! ُر! و!ا‬ini fiil amr yang pasti
menyimpan dhomir mustatir dan pada lafadz tersebut mustatirnya ialah
dhomir “antum”. Sehingga makna yang tepat menurut penulis ialah
“berdzikirlah kalian kepada Allah”.
!ٰ !َ‫ لِ! َم! ِن! ا!ت!َّ ق‬oleh kemenag diartikan dengan “(yakni) bagi
Kata !‫ى‬
orang yang bertakwa”. Yaitu dengan memberi sisipan arti “yakni”
yang mana menjelaskan mengenai tidak ada dosa bagi orang yang
mempercepat atau mengakhirkan meninggalkan mina.
Pada ayat 204 ini membahas tentang sifat orang yang munafik.
Dalam penerjemahan ayat ini kemenang menerjemahkan dengan
metode setia yaitu dengan mempertahankan makna kontekstual dari
teks secara tepat dengan mempertahankan pengungkapan aslinya.
Kemenang kemudian memberikan sedikit penjelasan yaitu dengan cara
menambahkan kata-kata tertentu di dalam kurung.
Dalam redaksi ayat tersebut penulis penulis menemukan
terjemahan (Nabi Muhammad) yang ditambahkan oleh pihak kemenag
sebagai bentuk penjelasan dari dhomir kaf yang objeknya berupa
“engkau Muhammad”. Kemudian penulis juga menemukan terjemah
(kebenaran) yang diterjemahkan oleh kemenag sebagai bentuk makna
dari huruf mim yang terdapat pada ayat tersebut.
Menurut penulis pemilihan kata kebenaran yang dilakukan oleh
kemenag disini sudah pas sesuai kontekstualitas ayat karena yang
dimaksud mim atau sesuatu yang ada pada ayat tersebut adalah
kebenaran isi hati.
Mengenai ayat 205 kemenang juga menerjemahkan dengan
menggunakan metode setia. Yaitu dengan mempertahankan makna
kontekstual dari teks secara tepat dengan mempertahankan
pengungkapan aslinya. Kemenang kemudian juga memberikan sedikit
penjelasan pada bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu untuk
diperjelas yaitu dengan cara menambahkan kata-kata tertentu di dalam
kurung.
!ٰ َّ!‫ َو! إِ! َذ! ا! ت!َ!! َو! ل‬yang mana kemenang
Terdapat problem Pada lafadz !‫ى‬
menerjemahkan dengan “apabila berpaling” dengan tidak
menerjemahkan huruf waw nya sedangkan penulis beranggapan bahwa
!ٰ َّ!‫ َ!و! إِ! َذ! ا! تَ! َ!و! ل‬ini perlu diterjemahkan
huruf waw yang terdapat pada lafadz !‫ى‬
dengan alasan bahwa ayat tersebut masih terhubung secara langsung
dengan ayat selanjutnya. Muhyi al-Dīn ibn Ahmad Mustafā al-Darwīsh
dalam kitabnya, I’rāb al-Qur`an wa bayānuhū, berpendapat bahwa
waw dalam lafadz tersebut berfungsi sebagai huruf ‘athaf (konjungsi),
sehingga makna yang lebih cocok ialah “ Dan apabila berpaling”

Sumber Bacaan:

Al-Qur`an Kemenang

Syekh Muhy al-Dīn al-Darwīsh, I’rāb al-Qur`ān wa Bayānuh, Beirut


Dār al-Yamāmah, 1415 H.
Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir
Jalalain, Juz 1.
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, Jilid 1(Damaskus, Dār al-Fikr,
2009).

Anda mungkin juga menyukai