Oleh :
Aditya Sukma
Dosen Pembimbing :
Helmy Adam SE., MSA., Ak
Abstrak
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
kuliah semakin menurun, begitu pula sebaliknya jika pada perilaku belajar
semakin menurun maka stress kuliah akan semakin meningkat.
Suryaningsum, dkk. (2004) menemukan bahwa kecerdasan emosional
mahasiswa akuntansi terhadap stres kuliah hanya dipengaruhi oleh variabel, yaitu
pengenalan diri dan variabel keterampilan sosial, sedangkan variabel
pengendalian diri, motivasi, empati, tidak berpengaruh signifikan terhadap stres
kuliah. Suryaningsum dan Trisniwati (2003) menemukan bahwa kecerdasan
emosional secara statistik tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Hal tersebut bisa disebabkan karena banyaknya faktor-faktor diluar
faktor kecerdasan emosial yang berpengaruh dalam kehidupan individual,
misalnya faktor tekanan mental, lingkungan pergaulan, trauma kegagalan,
masalah pribadi, kegiatan diluar kampus (bekerja), budaya, atau bisa saja
disebabkan perilaku belajar mahasiswa.
Penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Suryaningsum, dkk.(2008), Suryaningsum, dkk.(2005) dan Suryaningsum dan
Trisniwati (2003). Penelitian yang menghubungkan kecerdasan emosional dan
perilaku belajar terhadap stres kuliah sangat penting. Mahasiswa terkadang
merasa bosan dan tertekan dengan kuliahnya, yang secara langsung juga
berpengaruh terhadap lama masa studi yang bisa diselesaikan. Penelitian ini
berbeda dari ketiga penelitian sebelumnya dengan memasukkan variabel lama
masa studi mahasiswa sebagai variabel dependen. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mencari jawaban atas fenomena lama penyelesaian masa studi dan
keterkaitannya dengan variabel kecerdasan emosional, perilaku belajar dan tingkat
stress mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi. Penjabaran kinerja belajar di
perguruan juga telah diadopsi sebelumnya oleh Suwardjono (1991) tentang
perilaku belajar di perguruan tinggi, yang menggugat sistem pembelajaran
perguruan tinggi yang belum memenuhi standar proses belajar mengajar yang
benar dan ideal, sehingga hasil belajar di perguruan tinggi tidak maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bisnis, keuangan serta ilmu akuntansi. Ilmu Akuntansi adalah ilmu yang
mempelajari prinsip-prinsip akuntansi sampai dengan akuntansi keuangan
lanjutan, dan menyajikan laporan keuangan serta analisa laporan keuangan, proses
pemeriksaan akuntansi dan akuntansi perpajakan.
Program studi S-1Akuntansi pada perguruan tinggi diharapkan mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi utama dalam bidang akuntansi
dengan peminatan auditing, perpajakan, dan manajemen akuntansi. Lulusan
program studi S-1 disamping dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih
tinggi juga dapat bekerja dalam dunia bisnis swasta, pemerintahan, maupun
membuka usaha sendiri.
seseorang dalam proses pertumbuhan tahap demi tahap. Hasil belajar diwujudkan
dalam lima kemampuan yakni keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Dalam hal ini terdapat tiga
dimensi belejar yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi psikomotorik
(Benyamin S. Bloom, 1956) dalam Usman (2000). Dimensi kognitif adalah
kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah. Selanjutnya dimensi ini dibagi menjadi pengetahuan komperhensif,
aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif. Dimensi afektif adalah
kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, apresiasi. Dimensi
psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan motorik. Atas dasar
itu hakikatnya hasil belajar adalah memperoleh kemampuan kognitif.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4.2 Sampel
Penentuan ukuran sampel dalam penelitian dapat dilakukan berdasarkan
beberapa cara. Salah satunya adalah berdasarkan pendapat ahli. Menurut Gay
(dalam Hasan, 2002:68): “ukuran sampel minimum yang dapat diterima bisa
dilihat berdasarkan pada desain atau metode penelitian yang digunakan. Jika
desain penelitiannya deskriptif-korelasional, maka sampel minimum adalah 30”.
Berdasarkan pendapat tersebut jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti
adalah sebesar 30 orang dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana dan
tenaga.
Teknik pengambilan sampel adalah cara bagaimana peneliti mengambil
sampel atau contoh yang representatif dari populasi yang tersedia. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel yang dibatasi pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi
yang diinginkan, baik karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya, atau
memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran: 2003).
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa tercatat sebagai mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Universitas
Brawijaya Malang angkatan 2006, 2007, dan 2008. Pemilihan angkatan
tersebut dengan pertimbangan bahwa masa studi yang ditempuh telah lebih
dari 4 tahun (8 semester) sebagai ukuran rata-rata masa studi yang harus
ditempuh mahasiswa jenjang S1.
2. Mahasiswa tercatat masih aktif, tidak sedang dalam masa terminal.
12
3. Stres Kuliah (X3), adalah suatu keadaan yang membuat mahasiswa merasa
tertekan dalam kuliahnya sehingga konsentrasi belajar terganggu,
penyebabnya adalah adanya kesalahan perilaku belajar atau keadaan lain
misalnya lingkungan. Stres kuliah diukur dalam 5 item pernyataan.
sama akan menghasilkan data-data yang sama pula. Uji realiabilitas yang
digunakan adalah Alpha Cronbach bila alpha lebih kecil dari 0,5 maka dinyatakan
tidak reliabel dan sebaliknya bila lebih besar dari 0,5 maka dinyatakan reliabel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dan stres kuliah). Hasil statistik deskriptif distribusi frekuensi jawaban responden
dari item pertanyaan variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Variabel kecerdasan emosional (X1)
Berikut ini akan dijelaskan dalam tabel tentang jawaban pertanyaan-
pertanyaan kuesioner mengenai variabel kecerdasan emosional (X1) yang
ditanyakan kepada responden. Adapun jawaban dari responden penelitian dapat
disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi kecerdasan emosional (X1)
Item/Jawaban STS TS N S SS Rata
F % F % F F % F % Rata
X1.1 1 3.3 3 10.0 7 23.3 14 46.7 5 16.7 3.63
X1.2 7 23.3 14 46.7 4 13.3 3 10.0 2 6.7 2.30
X1.3 1 3.3 5 16.7 12 40.0 9 30.0 3 10.0 3.26
X1.4 - - 4 13.3 11 36.7 13 43.3 2 6.7 3.43
X1.5 - - 5 16.7 11 36.7 12 40.0 2 6.7 3.36
X1.6 - - 6 20.0 16 53.3 7 23.3 1 3.3 3.10
X1.7 - - 8 26.7 9 30.0 8 26.7 5 16.7 3.33
X1.8 1 3.3 4 13.3 4 13.3 17 58.7 4 13.3 3.63
X1.9 1 3.3 4 13.3 14 46.7 9 30.0 2 6.7 3.23
X1.10 1 3.3 6 20.0 6 20.0 15 50.0 2 6.7 3.36
Rata-Rata X1 3.26
Sumber : Data diolah, 2013
Dari seluruh pertanyaan tentang kecerdasan emosional (X1) pada diri
mahasiswa didapatkan rata-rata jawaban responden sebesar 3,26 hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden telah memberikan respon cukup positif
menyatakan bahwa kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan
mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri,
kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan
mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati
yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain.
nilai F hitung = 13,506. Dengan demikian nilai F hitung > Ftabel sehingga
terbukti bahwa ada pengaruh yang nyata antara Kecerdasan emosional, Perilaku
belajar Dan Stress kuliah secara bersama-sama terhadap keterlambatan studi.
b. Uji Hipotesis II
Koefisien regresi variabel Perilaku belajar (X2) sebesar -1,061 dengan taraf
signifikan 0.025 < =0,05 sehingga terbukti bahwa variabel variabel Perilaku
belajar (X2) berpengaruh terhadap keterlambatan studi. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa Hipotesis (H2) yang menyatakan diduga variabel Perilaku
belajar (X2) berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan studi (Y) dapat
terbukti secara statistik.
c. Uji Hipotesis III
Koefisien regresi variabel Stress kuliah(X3) sebesar 1,403 dengan taraf
signifikan 0.000 < =0,05 sehingga terbukti bahwa variabel variabel Stress
kuliah (X3) berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan studi. Hasil analisis
ini menunjukkan bahwa Hipotesis (H3) yang menyatakan diduga variabel Stress
kuliah(X3) berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan studi (Y) dapat
dibuktikan secara statistik. Dari hasil koefisien regresi yang ada ternyata variabel
stress kuliah (X3) koefisien regresinya paling besar (1,403) dibandingkan dengan
21
nilai koefisien regresi variabel bebas lainnya dan signifikan pada taraf nyata =
0,05 (r < 0,05).
C. Pembahasan
1. Kecerdasan Emosinal
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif antara
kecerdasan emosional dengan keterlambatan studi mahasiswa akuntansi, hal ini
menunjukkan semakin rendah kecerdasan emosional akan mengakibatkan tingkat
kelambatan studi semakin tinggi, namun kecerdasan emosional tidak berpengaruh
signifikan terhadap keterlambatan studi mahasiswa akuntansi. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk
memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri kita dan
hubungan kita. Kemampuan ini tentunya saling berbeda dan saling melengkapi
dengan kemampuan akademik murni, yaitu kemampuan kognitif murni yang
diukur dengan IQ. McClelland (1997) dalam Goleman (2000) lebih dalam
menyatakan bahwa Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang
menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, termasuk
keterampilan intelektual. Paradigma lama menganggap yang ideal adalah adanya
nalar yang bebas dari emosi, paradigma baru menganggap adanya kesesuain
antara kepala dengan hati. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pada diri seorang
mahasiswa kecerdasan emosional dan kemampuan akademik saling berpengaruh
terhadap keterlambatan masa studi sehingga apabila variabel kecerdasan
emosional dilepas sendiri menjadi satu variabel bebas maka kecenderungan
pengaruhnya terhadap lama penyelesaian studi akan sangat lemah.
2. Perilaku Belajar
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif antara perilaku
belajar dengan keterlambatan studi mahasiswa akuntansi, hal ini menunjukkan
semakin menurun tingkat perilaku belajar akan mengakibatkan tingkat
keterlambatan studi semakin tinggi, pengaruh yang signifikan antara perilaku
belajar dan tingkat keterlambatan studi ini juga sesuai dengan pendapat Ali, dalam
Hanifah dan Syukriy (2002) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat dihubungkan
dengan terjadinya suatu perubahan, kecakapan atau kepandaian seseorang dalam
proses pertumbuhan tahap demi tahap sehingga akan berdampak terhadap hasil
perkuliahan. Perilaku belajar yang baik akan berdampak nyata terhadap prestasi
akademis seseorang, dan hal ini tentu saja berkaitan erat dengan waktu tempuh
seseorang mahasiswa didalam penyelesaian masa studinya. Prestasi akademik
yang dicapai seorang mahasiswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun
dari luar diri mahasiswa (faktor eksternal). Menurut Hamalik (1983:139), salah
satu faktor yang bersumber dari dalam diri sendiri adalah kebiasaan belajar, atau
lebih tepatnya perilaku belajar.
3. Stress Kuliah
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara stress kuliah
terhadap keterlambatan masa studi mahasiswa akuntansi. Hasil ini menunjukkan
bahwa stress kuliah yang diproksikan dengan kegelisahan mahasiswa, tingkat
22
kejenuhan ketika berada di dalam kelas yang tidak ada teman se-angkatan,
komunikasi yang kurang baik dengan dosen maupun mahasiswa lain,
permasalahan pribadi di luar lingkungan akademis, maupun suasana lingkungan
belajar yang kurang menunjang dapat mempengaruhi proses belajar. Jika proses
belajar terpengaruh maka keterlambatan penyelesaian studi akan semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Handoko (2005) bahwa Stres
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan
kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan atau
kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan, dalam hal ini konteksmya
adalah lingkungan pendidikan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan perilaku
belajar mempunyai negatif terhadap tingkat keterlambatan studi. Hal ini
berarti ada kecenderungan setiap penurunan kecerdasan emosional dan
perilaku belajar akan dapat meningkatkan keterlambatan studi.
2. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif stress kuliah
terhadap keterlambatan studi hal ini menunjukkan ada kecenderungan
setiap peningkatan variabel stress kuliah akan dapat meningkatkan
keterlambatan studi.
3. Penelitian ini menunjukkan bahwa Kecerdasan emosional tidak
berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan studi sehingga Hipotesis
yang menyatakan di duga variabel Kecerdasan emosional berpengaruh
signifikan terhadap keterlambatan studi tidak terbukti secara statistik.
4. Penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku belajar berpengaruh signifikan
terhadap keterlambatan studi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
Hipotesis (H2) yang menyatakan di duga variabel Perilaku belajar
berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan studi dapat teruji secara
statistik.
5. Penelitian ini menunjukkan bahwa Stress kuliahberpengaruh signifikan
terhadap keterlambatan studi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
Hipotesis (H3) yang menyatakan di duga variabel Stress kuliahberpengaruh
signifikan terhadap keterlambatan studi dapat dibuktikan secara statistik.
6. Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang nyata
antara Kecerdasan emosional, Perilaku belajar Dan Stress kuliah secara
bersama-sama terhadap keterlambatan studi.
7. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kombinasi variabel Kecerdasan
emosional, Perilaku belajar dan Stress kuliah secara bersama-sama
memberikan kontribusi sebesar 56,4% terhadap keterlambatan studi
mahasiswa, sedangkan sisanya sebesar 43,4% merupakan
sumbangan/kontribusi variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
23
5.2. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Responden yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada mahasiswa S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Oleh karena itu, jika
dimungkinkan untuk penelitian selanjutnya responden dapat diperluas
misalnya menjadi mahasiswa akuntansi di Kota Malang.
2. Beberapa instrumen penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan
keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya
diharapkan dapat mengembangkan instrumen penelitian yang lebih baik lagi
dan jika dimungkinkan penambahan variabel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraita, Gita. 2000. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kemampuan Teknis dan
Penalaran Yang Didapatkan Melalui Proses Pengajaran Akuntansi Di Perguruan Tinggi.
Skripsi FE-UGM.
Arini, Sri Hermawati Dwi. Musik Merupakan Stimulasi Terhadap Keseimbangan Aspek Kognitif
dan Kecerdasan Emosi. http://www.depdiknas.co.id/jurnal/30/editorial.htm-32k.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka. Cipta. Jakarta.
Ariyanti, Ika M P. 2005. Pengaruh Kecerdasan Emosional Mahasiswa Akuntansi Terhadap Stres
Kuliah, Skripsi Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran”. Yogyakarta.
Bulo, William. 2002, Pengaruh Tingkat Pendidikan Tinggi Terhadap Kecerdasan Emosional.
Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Cherniss, Cary. 2000. Emotional Intelligence: What it is and Way it Matters. Makalah, Society for
Indusrial and Organizational Psychology. New Orleans, LA.
Cooper, R.K. dan Sawaf A. 1998. Executive EQ: Kecerdasan emosional dalam Kepemimpinan
Organisasi, (Terjemahan T. Hermaya). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Calhoun, J & Acocella, J. 1995. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan
(Edisi ketiga). PT IKIP Semarang Press. Semarang.
Gagne, R.M, Briggs. L.J., and Wanger, W.W. 1988. Principles Of Instructional Design. Holt
Rinehart and Witson. New York.
Goleman, Daniel. 2000, Working With Emotional Intelegence, (Terjemahan Alex Tri Kantjono
W). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gottman, John. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional
(terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1983. Metode Belajar Dan Kesulitan Kesulitan Belajar. Tarsito: Bandung.
Handoko, T. Hani. 2005. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi 2. BPFE.
Yogyakarta.
Hanifah, Syukriy Abdullah. 2001, Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa Akuntansi, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Volume 1, No. 3,
63-86.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
24
Juliana. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emotional Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi,
Skripsi Fakultas Ekonomi, UPN “Veteran”. Yogyakarta.
McClelland, D. C. 1997. Human Motivation. Cambridge University Press. New York.
Rampengan, MJ. 1997. Faktor-faktor Penentu dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa
PGSD IKIP Manado. Jurnal MKP IKIP. Manado.
Ravenscroft, Susan P., et al. 1995. Incentives In Student Team Learning: an Experiment In
Cooperative Group Learning, Issues In Accounting Education. Sarasota, Vol. 10, issue
2;97. New York.
Ravenscroft, Susan P., Frank A. Buckless and Trevor Hassal. 1999. Cooperative Learning
Literature Guide. Accounting Education 8. New York.
Rock, Michael E. 2001. Avoiding Costly Hiring Mistakes: EQ and the New Workplace. New York.
Santoso, S. 2004. Aplikasi Statistik Dengan Menggunakan SPSS. Erlangga. Jakarta.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business : A Skill Building Approach 2nd Edition.
John Wiley and Son. New York.
Shapiro, Laurence E. 1997. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, M & S. Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Pustaka LP3ES. Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2002. Metode Penelitian Survei (Editor). LP3ES,
Singgih, Santoso. 2001, SPSS Versi 10.0 Mengelola Data Statistik Secara Profesional. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiyono. 1991. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryaningsum, Sri, Sucahyo Heriningsih dan Afifah Afuwah. 2004. Pengaruh Pendidikan Tinggi
Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional Mahasiswa, SNA VII. Denpasar Bali.
Suryaningsum, Sri, Sucahyo Heriningsih. 2005. Kajian Empiris Atas Pengaruh Kecerdasan
Emosional Mahasiswa Akuntansi Terhadap Stres Kuliah. Siposium Nasional Mahasiswa
Dan Alumni Pascasarjana Ilmu-Ilmu Ekonomi, MM UGM. Yogyakarta.
Suryaningsum, Sri. Shalih,Hening Naafi & Marita. 2008. Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar
Dan Kecerdasan Emosional Dalam Mempengaruhi Stress Kuliah Mahasiswa Akuntansi.
SNA 11.
Sutrisno, Hadi. 1991. Statistika, Edisi ke 6, Jilid ke 2. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suwardjono. 1991. Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi, Jurnal Akuntansi, edisi Maret. STIE
YKPN. Yogyakarta.
Trisnawati, Eka Indah. & Suryaningsum, Sri. 2003, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap
Tingkat Pemahaman Akuntansi. SNA VI. Surabaya.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Rosda Karya. Bandung.
Wechsler, David. 1958. The Measurement and Appraisal of Adult Intelligence (fourth ed.).
Baltimore (MD): Williams & Witkins.