Dosen Pengampu:
Rasmuin, M.Pd.I
Disusun Oleh:
1. Chumairo’ (210101110011)
2. Dara Intan Nurjannah (210101110083)
Tiada kata yang paling utama melebihi segala puji Allah SWT atas karunia
dan kebesaranNya. Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa kita sanjungkan kepada baginda habibana
wa nabiyana Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafa’at nya di akhirat
kelak. Makalah mengenai “Perkembangan Islam Masa Rasulullah SAW Periode
Makkah dan Madinah” ini merupakan tugas mata kuliah Pengembangan Materi
Sejarah Kebudayaan Islam.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: Karya Toha Putra, 1994), 34-35.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dunia. Paman Nabi, Abu Thalib, diberi tanggung jawab untuk merawat Nabi.
Sebagai seorang pemuda, Nabi Muhammad mencari nafkah dengan beternak
kambing untuk keluarganya.2 Ketika Nabi Muhammad SAW berada di tangan
Abu Thalib, beliau sering dibawa ke Syria untuk berdagang oleh Abu Thalib.
Sebelum berangkat ke negeri Siam di sebuah tempat bernama Bushra, ia
bertemu dengan seorang biarawan (pendeta Kristen) bernama Buhairo. Dia
langsung menyuruh Abu Thalib untuk membawa Nabi Muhammad SAW
Kembali ke Makkah karena melihat tanda-tanda kenabian pada beliau. Karena
jika dibiarkan dan ada orang Yahudi yang mengetahui, maka mereka tidak
segan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Saat Nabi Muhammad SAW berumur 25 tahun, beliau berangkat ke Suriah
dengan Khadijah, seorang saudagar kaya untuk berdagang. Dari kejadian ini,
Nabi Muhammad meraup untung besar. Hal ini membuat Khadijah merasa
tertarik dengan beliau, Khadijah melamar Nabi. Perempuan pertama yang
masuk islam adalah istri Rasulullah SAW, Khadijah. Pernikahan Nabi dan
Khadijah memilki enam anak, empat putri dan dua putra: Zainab, Ruqayah,
Ummu Kulsum dan Fatimah, Qasim, Abdullah. Namun, kedua putranya
meninggal saat masih bayi.3
Peristiwa penting juga terjadi saat Rasulullah SAW berumur 35 tahun.
Pada masa itu, Ka'bah mengalami kerusakan parah. Kemudian Ka'bah
diperbaiki dengan gotong royong antar suku di Arab. Pertengkaran pun terjadi,
dan masing-masing suku merasa berhak atas tugas terakhir yang terhormat ini,
yaitu meletakkan batu Hajar Aswad. Akhirnya para penguasa Quraisy
menyetujui Nabi Muhammad SAW untuk menjadi hakim mereka. Kemudian
dia melebarkan gulungan kain berwarna putih, menaruh Hajar Aswad (batu
hitam) di tengah, dan meminta semua pempimpin kepala suku agar memegang
ujung kain itu dan mengangkat kain putih itu bersama-sama.4
2
Ajid Thohir: Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. (2004) hal. 12
3
Badri Yatim: Sejarah Peradaban Islam (2005). hal. 18
4
Dedi Supriadi: Sejarah Peradaban Islam Bandung. (2008). hal. 59-60
4
3) Risalah Rasulullah SAW
Pada hari ke 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril menampakkan diri
kepada Nabi Muhammad di Gua Hira, yang berjarak beberapa kilometer di
utara Mekkah, dan membawa wahyu pertama dari Allah SWT. Ketika Nabi
hampir berusia 40 tahun, Allah memilih Muhammad sebagai Nabinya.5 Setelah
mendapat wahyu pertamanya, Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah
nya. Ajaran utama yang diajarkan adalah menyebut Tauhid atau Allah SWT.
Firman Allah SWT: Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
(Q.S. Al Baqarah: 163).
B. Dakwah Rasulullah SAW Periode Makkah
5
Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam (2008). hal 61
6
Subarman, Munir. Sejarah Peradaban Islam Klasik (2010) hal 66
5
pemilik rumah yang dijadikan sebagai tempat berdakwah Nabi SAW selama di
Mekah dan menyampaikan wahyu dari Allah SWT yang dibawa oleh malaikat
Jibril. Namun, dakwah ini sangat lambat dan hanya beberapa orang Mekkah
saja yang masuk islam.
3) Hambatan-hambatan Dakwah
7
Haris: Tafsir tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj (2015) hal 167-180
7
Selama perjalanan ini, Nabi menemui dan diperlihatkan banyak kejadian
aneh dan mengerikan. Nabi melihat orang membenturkan kepala ke batu besar.
Ajaibnya, setiap kali kepala mereka hancur berkeping-keping, langsung kepala
mereka utuh, dan mereka memukul lagi seolah-olah tidak pernah menyerah.
Inilah orang-orang yang menimbang kepala ketika shalat fardhu. Nabi
Muhammad juga melihat manusia dengan cakar perunggu panjang menggaruk
wajah dan dadanya hingga berdarah. Jibril kemudian menjelaskan bahwa
mereka adalah sekelompok orang yang merendahkan orang lain di depan
umum.
Rasulullah dan Jibril lalu melewati pintu surga yang pertama. Dia bertemu
dengan Nabi Adam AS dan roh manusia yang merupakan keturunannya. Saat
memasuki pintu surga kedua, Rasulullah SAW melihat dua pemuda mereka,
Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Rasulullah SAW meneruskan perjalanannya
di langit ketiga. Sesampainya disana beliau melihat Nabi Yusuf AS dan para
pengikutnya. Kemudian berlanjut ke langit keempat, beliau bertemu dengan
nabi Idris AS. Perjalanan dilanjutkan melewati langit kelima nabi Harun AS.
Di langit keenam, ia juga bertemu dengan Nabi Musa AS. Di langit ketujuh,
Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim AS.
Jibril menemani Nabi ke puncak Sidratul Muntaha, dan Jibril tidak bisa
melampauinya. Sesampainya di langit ini, Rasulullah SAW menghadap pada
Allah SWT dan turunlah perintah sholat 100 kali dalam sehari. Jibril yang
sedang menunggu kedatangan Nabi langsung menyambutnya dengan
memegang tangannya dan menariknya dengan ringan. Jibril lalu turun
membawa Nabi ke langit keenam. Disini beliau bertemu dengan Nabi Musa
dan menyambut kedatangan nabi dengan menanyakan apa yang terjadi selama
perjumpaan rahasia dengan Tuhan.
"Apa yang Tuhan paksakan padamu dan orang-orangmu untuk lakukan?"
tanya Nabi Musa AS. "Dia menyuruh aku dan umatku untuk shalat lima puluh
kali sehari semalam." Rasulullah SAW menjawab. “Kembalilah kepada
Tuhanmu. Minta bantuan untuk diri sendiri dan orang-orang Anda. Karena,
umatmu lemah, mereka tidak akan bisa menunaikan kewajiban shalatnya.”
Nasihat Nabi Musa AS itu dipertimbangkan. Rasulullah SAW menerima
8
nasihat itu, dan segera kembali kepada Allah. Setelah berada di bawah
singgasana-Nya (al-'Arsy), dia berlutut dan sujud, lalu mendongak sambil
berdoa dengan rendah hati, memohon pertolongan untuk kesembilan kalinya
terus menerus. Allah swt mengabulkan permintaan Rasulullah SAW
sebelumnya yaitu shalat sebanyak 50 kali dalam sehari, berubah menjadi 5 kali
dalam sehari. Kebanyakan orang tidak percaya pada peristiwa besar Isra' dan
Mi'raj, kecuali abu "As-Siddiq”. Rasulullah SAW memberikan gelar tersebut
karena percaya dengan Isra’ Mi’raj. Tujuan dari diberikannya perintah sholat
yaitu memberikan ketenangan hati, pikiran, dan juga obat dari setiap masalah
hidup. Selain shalat lima waktu, umat Islam diwajibkan berpuasa, zakat dan
haji (bagi yang mampu).
8
Dr. H. Murodi, MA: Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VII
(2021) hal. 37
10
f. Jika janji ini mereka tepati, surgalah balasan untuk mereka
9
Ibid,. hal. 38-39
10
Muhammad Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW,” Ihya Al-Arabiyah:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, 1, 3 (2017). Hal 116
11
Abi Thalib. Kaum musyrik Quraisy marah dan mengejar Nabi dan Abu Bakar,
namun keduanya selamat karena mereka bisa bersembunyi di Gua Tsur
melanjutkan perjalanannya. Namun, sebelum sampai di Madinah, Rasulullah
SAW dan Abu Bakar terlebih dahulu singgah di Quba dan singgah selama
empat hari pada hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Di kawasan ini,
Rasulullah dan Abu Bakar pertama kali membangun masjid bernama Masjid
Quba. Masjid ini merupakan masjid pertama dalam sejarah Islam. Perjalanan
dilanjutkan hingga mereka selamat sampai di Yatsrib (Madinah). Kehadiran
Nabi dan para sahabat diterima dengan sangat hangat dan gembira oleh
masyarakat Madinah. Mereka memberi hormat dengan nyanyian pujian yang
luar biasa. Kedatangan Nabi dan kaumnya saat itu merupakan perjalanan
dakwah dan mereka dilindungi oleh penduduk Madinah, sehingga mereka tidak
lagi terancam oleh kejahatan yang dilakukan oleh Quraisy Kafir sebagaimana
mereka berada di Mekkah. Dengan cara ini Rasullah SAW dapat berdakwah
dengan leluasa dan tanpa hambatan.11
11
Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.” Hal 117
12
Hal utama yang dilakukan Rasulullah SAW sampai di Madinah ialah
mendirikan masjid. Masjid ini dibangun di atas tanah milik kedua anak
yatim, Saar dan Suhail, anak Nafi bin Omar bin Tsarava dari Bani Najar.
Unta yang ditunggangi Nabi konon pernah singgah di negeri dua anak
yatim. Maka Rasulla SAW ingin membeli tanah untuk membangun
masjid, namun kedua anak yatim tersebut memutuskan untuk
menghibahkannya kepada Rasulla SAW. Namun demikian, ia ingin
membayar tanah tersebut dengan sepuluh dinar yang diberikan oleh Abu
Bakar.12
Rasulullah langsung bergerak dalam membangun masjid di Madinah
dengan tangannya sendiri dan dibantu oleh para sahabat dan penduduk.
Masjid pada zaman itu memiliki atap yang berasal dari pelepah daun
kurma dan tiang masjidnya yang berasal dari batang kurma.13 Pada
awalnya, tanah yang dibangun masjid ini terdapat pohon kurma, kemudian
Rasulullah menyuruh sahabat untuk menebangnya dan ditanam kembali
dengan rapi sejajar sebagai arah kiblat sholat. Adapun kiblat sholat pada
masa itu menghadap Baitul Maqdis. Pembangunan masjid pun selesai dan
diberi nama Masjid Nabawi. Disamping masjid Nabawi, terdapat kamar-
kamar istri Rasulullah SAW yang dibangun oleh umat islam setelah selesai
membangun masjid. Selain itu, disekitar masjid Nabawi juga dibangun
jalan raya sehingga menjadi ramai dan pusat permukiman di Madinah.
Masjid Nabawi tidak hanya digunakan untuk sholat atau tempat
ibadah, namun masjid Nabawi digunakan oleh umat islam untuk
melakukan berbagai kegiatan misalnya belajar, memutuskan suatu perkara
atau permasalahan, maupun perayaan agama islam.14 Masjid Nabawi juga
berfungsi sebagai tempat tinnggal orang-orang yang belum mempunyai
tempat tinggal (Ahlus Suffah), sebagai tempat menerima utusan dari negara
lain yang ingin bertemu dan menyampaikan pesan kepada Rasulullah,
12
Sugiyono, dkk, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013, 1 ed. (Jakarta: Kementrian Agama Indonesia, 2014). Hal 31
13
Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.” Hal 116
14
Al-Batawi, Perkembangan Islam Masa Nabi Muhammad SAW. Hal 85
13
sebagai layanan kesehatan yang mengobati umat muslim yang sakit, dan
lainnya. Dengan demikian, masjid merupakan tempat yang bisa
menyatukan kaum muslim dari berbagai suku di Madinah.
b. Mempersaudarakan Kaum Muslimin
Langkah selanjutnya yang diambil Rasulullah SAW di Madinah yaitu
membangun ukhuwah islamiyah (persaudaraan berdasarkan iman) dengan
cara mempersaudarakan kaum muslim seperti kaum Anshar dengan kaum
Muhajirin yang pada saat itu tidak membawa harta benda saat datang ke
Madinah, dan menyatukan suku Aus dan Khazraj yang dari dulu saling
bermusuhan dan berseteru.15 Ikatan persaudaraan yang dibangun oleh
Rasulullah mempunyai tujuan agar kedua kaum dan suku bisa saling
bekerja sama dan membantu apabila kesusahan. Seperti Abu Bakar Ash-
Shiddiq (Muhajirin) yang disaudarakan dengan Kharijah binti Zaid
(Anshar), Umar bin Khattab dengan Utsman bin Malik, Hamzah bin Abdul
Muthallib dengan Zayd bin Haritsah, Ammar bin Yasar dengan Huzaifah
al-yaman, Salman Al-Farisi dengan Abu Darda’, dan Ja’far bin Abi Thalib
dengan Muadz bin Jabal.16
Rasulullah SAW menyatukan mereka atas dasar agama sebagai
peralihan dari persatuan yang dibangun atas dasar kabilah.17 Meskipun
demikian, bukan berarti kaum Muhajirin terus bergantung kepada kaum
Anshar, akan tetapi kaum Muhajirin melakukan banyak kegiatan pertanian
dan perdagangan di Madinah seperti Abdurrahman bin Auf sebagai
menjadi pedagang, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar
menjadi petani.
Langkah Ukhuwah Islamiyah yang diambil Rasulullah SAW bisa
disebut sebagai langkah penting karena mempunyai sisi positif,18
diantaranya menghilangkan status perekonomian yang berbeda,
15
Munir Subarman, Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peraban Islam,
1 ed. (Sleman: CV Budi Utama, 2015). Hal 50
16
Al-Batawi, Perkembangan Islam Masa Nabi Muhammad SAW. Hal 87
17
Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.” Hal 117
18
Faisal Mubarak dan Sofiah Rosyadi, “Pemikiran dan Peradaban Islam di Masa Rasulullah
SAW,” preprint (Open Science Framework, 19 Januari 2021) Hal 13.
14
menghilangkan status antar suku yang cenderung mempunyai sifat
primordialisme, menjadikan umat islam semakin kuat dalam
mengembangkan dakwah islam ditengah ancaman dan tantangan orang
kafir Quraisy dan orang Yahudi di Madinah.
c. Perjanjian antara Kaum Muslim dengan Non-Muslim (Piagam Madinah)
Langkah Nabi SAW selanjutnya adalah memberlakukan hukum
antara muslim dan non-muslim agar bisa hidup damai tanpa permusuhan.
Karena penduduk Madinah tidak hanya beragama Islam, tetapi juga
Yahudi (Bani Quraidzah, Bani Nadhir, Bani Qainuqa) bahkan orang kafir.
Nabi pertama-tama berkonsultasi dengan kaum Ansar dan Muhajirin untuk
merumuskan prinsip-prinsip yang akan menjadi hukum. Prinsip-prinsip ini
termasuk aturan yang harus diikuti oleh Muslim, Yahudi, dan musyrik
Ansar dan Muhajirin untuk hidup berdampingan secara damai di Madinah.
Hukum yang disusun oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dikenal
dengan Piagam Madinah dan dikeluarkan pada tahun 623 M atau 2 H.
Piagam Madinah (Shahifatul Madinah), juga dikenal sebagai
Konstitusi Madinah, berisi hak dan kewajiban semua penduduk Madinah
yang berbeda agama, sehingga menghasilkan kesatuan masyarakat
(ummat). Piagam ini memiliki arti penting dalam pendirian Negara Islam
Madinah. Oleh karena itu, banyak peneliti dan ulama yang mengkaji
sistem pemerintahan yang dipraktikkan Rasullah SAW di Madinah.
Selanjutnya piagam tersebut menyatakan bahwa Islam adalah agama
damai dan agama tanpa diskriminasi.
Secara garis besar, piagam Madinah yang dirumuskan oleh Rasulullah
SAW dan sahabatnya berisi empat prinsip hukum yang tercantum
didalamnya, antara lain yaitu:
1. Bagian 1: terdiri dari 28 pasal, termasuk hubungan antara kaum
Anshar dan Muhajirin
2. Bagian 2: hubungan kaum muslim dengan Yahudi
3. Bagian 3: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah karena banyak
orang pindah ke Madinah
15
4. Bagian 4: suku atau kabilah yang baru masuk islam harus
mengikuti aturan yang sama sebagaimana suku atau kabilah yang
sudah lama masuk islam.
3) Perjanjian Hudaibiyah
Di tahun keenam H/628 M, Rasullah dan sahabat-sahabat beliau
menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Saat itu, Rasulullah SAW sendiri
memimpin seribu orang menunaikan ibadah haji. Namun, dalam
perjalanannya, Rasulullah dihadang dan digagalkan oleh kaum musyrik
Quraisy. Mereka meminta Rasulullah membawa rombongannya dan kembali
ke Madinah. Rasulullah kemudian menyuruh Utsman bin Affan untuk
memberitahukan bahwa tujuan kedatangannya ke Mekkah adalah untuk
menunaikan ibadah haji. Namun, umat Islam mendengar berita Utsman bin
Affan dibunuh oleh kaum Quraisy. Mendengar kabar itu, Rasulullah SAW
langsung memerintahkan umatnya untuk berbai'at kepada Rasulullah SAW
agar bertekad memperjuangkan Islam.
Setelah umat islam melakukan bai’at, Utsman bin Affan kembali ke Kota
Mekkah dengan selamat. Adapun kaum Kafir Quraisy merasa khawatir jika
Rasulullah berhasil memasuki kota Makkah. Oleh karena itulah kaum Kafir
Quraisy mengirim Suhail bin Amr dan Hawatib bin Abdul Azza untuk
19
Abdul Hafiz Sairazi, “Kondisi Geografis, Sosial Politik dan Hukum di Makkah dan
Madinah Pada Masa Awal Islam,” Journal of Islamic and Law Studies, 1, 3 (2019). Hal 143
16
melakukan perjanjian dengan Rasulullah SAW, yang mana perjanjian ini
dikenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah.20
20
Thohari, Nadhroh, dan Yunadi, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Hal 89-90
21
Annisa Rasyidah, “Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW di Makkah dan Madinah,” Al-
Hikmah: Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2020). Hal49
17
pertama Rasulullah yang diikuti oleh 10.000 orang sekaligus menjadi tahun
terakhir Rasulullah melakukan ibadah haji. Rombongan haji mulai
meninggalkan kota Madinah menuju Makkah pada tanggal 25 Dzulqa’dah.
Setelah seluruh manask haji sdilakukan, maka Rasulullah memerintahkan para
penduduk agar langsung kembali ke Madinah tanpa istirahat terlebih dahulu,
agar perjuangan ini terasa murni karena Allah semata.
Dua bulan setelah melaksanakan haji wada’, Rasulullah SAW sakit
demam, akan tetapi beliau tetap menjadi imam sholat meskipun kondisi
tubuhnya yang agak lemah. Sekitar 3 hari menjelang wafatnya, badan
Rasulullah sangat lemah dan tidak bisa mengimami sholat berjama’ah. Beliau
menyuruh Abu Bakar untuk menggantinya menjadi imam. Semakin hari tenaga
Rasulullah semakin berkurang dan Rasulullah wafat dirumah Aisyah istri
beliau, pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M.22
22
Thohari, Nadhroh, dan Yunadi, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Hal 96.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan selama ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Dakwah Islamiyah Rasulullah SAW Masa Mekkah bertujuan untuk
membentuk identitas umat Islam di Mekkah dan Madinah. Dakwah islam
Rasullah SAW di Madinah memiliki tujuan untuk mewujudkan pemerintahan
dengan sistem keadilan sosial berdasarkan syariat Islam berdasarkan Al-Qur'an.
Piagam Madinah merupakan hukum dasar yang mengatur kehidupan masyarakat
Madinah yang penduduknya beragam dan terdiri dari berbagai suku, agama,
golongan yang berbeda-beda.
Kunci keberhasilan Rasulullah SAW dalam berdakwah dan menjadi
pemimpin umat islam adalah keteladanannya. Sebagai contoh: sifat Sidiq,
Amanah dan Fathonah. Sifat-sifat ini harus dimiliki oleh seorang pemimpin dan
pemimpin juga harus benar-benar peduli terhadap umatnya dan selalu membantu
mereka. Pada tahun 611 M tepatnya hari ke 17 Ramadhan, malaikat Jibril
muncul di Gua Hira dan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Isi dari wahyu ini adalah Allah SWT memerintahkan
Rasulullah SAW untuk memimpin umat kepada agamanya yang satu, Islam.
Masa dakwah Nabi dibagi menjadi dua periode, periode Mekkah dan
periode Madinah. Pada masa Mekkah, kebijakan dakwah Nabi adalah
menekankan kepemimpinan dengan menekankan aspek keteladanan. Pada masa
Madinah, Rasulullah SAW dalam membentuk atuaran-aturan negara Islam atau
yang disebut sebagai piagam Madinah. Aturan-aturan tersebut berisi
pembentukan sistem pendapatan sosial, militer, politik, agama, ekonomi, dan
nasional. Pada masa ini juga islam berkembang lebih pesat dan besar di Jazirah
Arab. Islam juga menjadi agama yang sangat maju dengan visi dan misi menjadi
negara Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Nabi.
B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat, Semoga para pembaca dapat memahami dan
mengambil hikmah dari materi Perkembangan Islam Masa Rasulullah SAW
Periode Makkah dan Madinah. Mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan
19
baik itu dari penulisan atau dari kata-katanya, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca, agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna
memperbaiki makalah ini nantinya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Batawi, Murodi. (2014). Perkembangan Islam Masa Nabi Muhammad SAW. 1
ed. 1. Jakarta: Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mubarak, Faisal, dan Sofiah Rosyadi. (2021). “Pemikiran dan Peradaban Islam di
Masa Rasulullah SAW.” Preprint. Open Science Framework.
Rasyidah, Annisa. (2020). “Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW di Makkah dan
Madinah.” Al-Hikmah: Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam 2,
no. 1.
Sairazi, Abdul Hafiz. (2019). “Kondisi Geografis, Sosial Politik dan Hukum di
Makkah dan Madinah Pada Masa Awal Islam.” Journal of Islamic and Law
Studies, 1, 3.
Sugiyono, Moh Asnawi, dan Moh Sulaiman. (2014). Buku Siswa Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas X Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. 1 ed.
Jakarta: Kementrian Agama Indonesia.
Thohari, M.Amin, Siti Nadhroh, dan Yun Yunadi. (2014). Buku Siswa Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas VII Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. 1 ed. 1.
Jakarta: Kementrian Agama Indonesia.
20