Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW PERIODE


MAKKAH DAN MADINAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu:

Rasmuin, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok 2 Kelas PAI-F

1. Chumairo’ (210101110011)
2. Dara Intan Nurjannah (210101110083)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling utama melebihi segala puji Allah SWT atas karunia
dan kebesaranNya. Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa kita sanjungkan kepada baginda habibana
wa nabiyana Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafa’at nya di akhirat
kelak. Makalah mengenai “Perkembangan Islam Masa Rasulullah SAW Periode
Makkah dan Madinah” ini merupakan tugas mata kuliah Pengembangan Materi
Sejarah Kebudayaan Islam.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rasumin, M.Pd.I, selaku


dosen mata kuliah Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam yang telah
tulus membimbing dalam pembuatan makalah ini, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, khususnya teman-teman Pendidikan Agama Islam kelas
F dalam pembelajaran mata kuliah Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan
Islam ini, kami sadar bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena
nya kami memohon saran dan kritikan dari teman-teman sekalian.

Malang, 28 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Riwayat Hidup Rasulullah SAW ................................................................. 3
1) Masyarakat Arab Pra-Islam dan Kelahiran Rasulullah SAW .................. 3
2) Pengalaman Hidup Rasulullah SAW ....................................................... 3
3) Risalah Rasulullah SAW .......................................................................... 5
B. Dakwah Rasulullah SAW Periode Makkah ................................................. 5
1) Proses Dakwah secara Diam-diam (3 Tahun) .......................................... 5
2) Proses Dakwah secara Terang-terangan (7 Tahun) .................................. 6
3) Hambatan-hambatan Dakwah .................................................................. 6
4) Peristiwa Isra’Mi’raj ................................................................................. 7
5) Perjanjian Aqabah 1 dan Aqabah 2 .......................................................... 8
C. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah .............................................. 11
1) Hijrah ke Madinah .................................................................................. 11
2) Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah ...................................... 12
3) Perjanjian Hudaibiyah ............................................................................ 16
4) Fathul Makkah (Penaklukkan Kota Makkah) ........................................ 17
5) Haji Wada’ (Haji Perpisahan) ................................................................ 17
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis, kebudayaan Islam tidak terlepas dari kisah-kisah orang-


orang hebat yang lahir di masyarakat jazirah Jazirah Arab yang jahiliyah dan
musyrik. Dia merupakan Muhammad bin Abdullah, utusan terakhir & epilog
Nabi. Perjalanan hidupnya merupakan kisah kepemimpinan yg begitu krusial
bagi umat manusia. Secara generik pemerintahannya bisa dibagi sebagai 2
periode, periode Mekkah & periode Madinah. Periode Mekkah merupakan
periode berdasarkan pengangkatannya menjadi rasul sampai hijrahnya ke
Madinah. Selama periode Madinah, Nabi Muhammad tinggal pada Madinah
hingga wafatnya.
Kepimpinan Nabi Muhammad SAW dalam periode Makkah dan
Madinah memiliki secara peradaban islam yang luar biasa. Kepimpinannya
diakui sebagai Rasul dan juga sebagai Khalifah. Namun, ada saja pihak yang
tidak setuju mengenai hal tersebut. Makalah kami membahas tentang awal
Riwayat hidup Rasulullah SAW hingga di akhir kepemimpinannya dalam
periode Madinah yang bertujuan untuk memahami bagaimana Rasulullah SAW
menjadi Rasul dan Khalifah di muka bumi ini.
Sesampainya di Madinah, Rasulullah SAW langsung menyusun piagam
Madinah atau aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat
Madinah, baik beda suku, agama, ras, dan lain-lain. Rasulullah SAW juga
mengajarkan cara menyebarkan agama islam diseluruh dunia, khususnya di
Jazirah Arab. Hal yang terpenting di periode Madinah ini adalah menyatukan
kaum Muhajirin dan Kaum Anshar serta memberikan kebebasan beragama
kepada seluruh masyarakat Madinah. Rasulullah SAW juga adil dalam
pelaksanaan hukum tanpa pandang bulu.1

1
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: Karya Toha Putra, 1994), 34-35.
1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup Rasulullah SAW?


2. Apa saja peristiwa yang ada pada periode Makkah?
3. Apa isi dari perjanjian Aqabah 1 dan 2?
4. Bagaimana perkembangan islam pada periode Madinah?
5. Apa saja peristiwa yang terjadi pada periode Madinah?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui riwayat hidup Rasulullah SAW


2. Untuk mengetahui peristiwa yang ada pada periode Makkah
3. Untuk mengetahui perjanjian aqabah 1 dan 2
4. Untuk mengetahui perkembangan islam pada periode Madinah
5. Untuk mengetahui peristiwa yang terjadi pada periode Madinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Rasulullah SAW


1) Masyarakat Arab Pra-Islam dan Kelahiran Rasulullah SAW
Agama Arab pra-Islam mewarisi agama monoteistik Ibrahim dan Ismail,
tetapi jarak yang sangat jauh jarak Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad
memberi banyak peluang untuk orang Arab beralih dari monoteisme ke
politeisme (kepercayaan pada banyak dewa) dan paganisme (kepercayaan pada
patung). Kerusakan sosial juga terlihat dalam masyarakat di mana anak
perempuan dikubur hidup-hidup, orang kaya mengeksploitasi orang miskin,
dan dengan paksa menginjak-injak rakyat jelata. Kerusakan ekonomi juga
terlihat dari negara yang tidak subur dan makmur karena anggaran
menjalankan negara dan pajak yang berat diletakkan pada rakyat.
Rasulullah SAW ditugaskan untuk menyempurnakan ajaran nabi-nabi
sebelumnya dari pemalsuan-pemalsuan sesuai dalam Firman Allah SWT.
Artinya: “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa
petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas
segala agama walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (Q.S. At-
Taubah: 33).
Rasulullah SAW lahir pada waktu subuh hari Senin tanggal 12 Rabi'ul
Awwal tahun gajah (20 April 571 M), ayah Abdullah meninggal di Madinah
dan juga dimakamkan di sana sekembalinya dari Ghazah, di Syria. Tahun
Gajah disebut sebagai tahun Kelahiran Rasulullah SAW. Ini dikarenakan
beberapa minggu sebelum kelahirannya, Raja Abraha bin Al Ashram ingin
menghancurkan Ka'bah dengan pasukan 12 gajah. Tetapi, upaya pasukan itu
sia-sia ketika mereka diserang oleh sekawanan burung (Burung Ababil) dan
melemparkan kerikil dari tanah yang terbakar, membunuh mereka semua.
2) Pengalaman Hidup Rasulullah SAW
Nabi Muhammad kehilangan orang tuanya ketika dia berusia enam tahun.
Setelah kematian ibu Nabi Aminah, kakek Nabi, Abdul-Muttalib, mengambil
peran atas perawatan Nabi. Dua tahun kemudian, Abdul Muttalib meninggal

3
dunia. Paman Nabi, Abu Thalib, diberi tanggung jawab untuk merawat Nabi.
Sebagai seorang pemuda, Nabi Muhammad mencari nafkah dengan beternak
kambing untuk keluarganya.2 Ketika Nabi Muhammad SAW berada di tangan
Abu Thalib, beliau sering dibawa ke Syria untuk berdagang oleh Abu Thalib.
Sebelum berangkat ke negeri Siam di sebuah tempat bernama Bushra, ia
bertemu dengan seorang biarawan (pendeta Kristen) bernama Buhairo. Dia
langsung menyuruh Abu Thalib untuk membawa Nabi Muhammad SAW
Kembali ke Makkah karena melihat tanda-tanda kenabian pada beliau. Karena
jika dibiarkan dan ada orang Yahudi yang mengetahui, maka mereka tidak
segan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Saat Nabi Muhammad SAW berumur 25 tahun, beliau berangkat ke Suriah
dengan Khadijah, seorang saudagar kaya untuk berdagang. Dari kejadian ini,
Nabi Muhammad meraup untung besar. Hal ini membuat Khadijah merasa
tertarik dengan beliau, Khadijah melamar Nabi. Perempuan pertama yang
masuk islam adalah istri Rasulullah SAW, Khadijah. Pernikahan Nabi dan
Khadijah memilki enam anak, empat putri dan dua putra: Zainab, Ruqayah,
Ummu Kulsum dan Fatimah, Qasim, Abdullah. Namun, kedua putranya
meninggal saat masih bayi.3
Peristiwa penting juga terjadi saat Rasulullah SAW berumur 35 tahun.
Pada masa itu, Ka'bah mengalami kerusakan parah. Kemudian Ka'bah
diperbaiki dengan gotong royong antar suku di Arab. Pertengkaran pun terjadi,
dan masing-masing suku merasa berhak atas tugas terakhir yang terhormat ini,
yaitu meletakkan batu Hajar Aswad. Akhirnya para penguasa Quraisy
menyetujui Nabi Muhammad SAW untuk menjadi hakim mereka. Kemudian
dia melebarkan gulungan kain berwarna putih, menaruh Hajar Aswad (batu
hitam) di tengah, dan meminta semua pempimpin kepala suku agar memegang
ujung kain itu dan mengangkat kain putih itu bersama-sama.4

2
Ajid Thohir: Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. (2004) hal. 12
3
Badri Yatim: Sejarah Peradaban Islam (2005). hal. 18
4
Dedi Supriadi: Sejarah Peradaban Islam Bandung. (2008). hal. 59-60
4
3) Risalah Rasulullah SAW
Pada hari ke 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril menampakkan diri
kepada Nabi Muhammad di Gua Hira, yang berjarak beberapa kilometer di
utara Mekkah, dan membawa wahyu pertama dari Allah SWT. Ketika Nabi
hampir berusia 40 tahun, Allah memilih Muhammad sebagai Nabinya.5 Setelah
mendapat wahyu pertamanya, Nabi Muhammad SAW melaksanakan dakwah
nya. Ajaran utama yang diajarkan adalah menyebut Tauhid atau Allah SWT.
Firman Allah SWT: Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.
(Q.S. Al Baqarah: 163).
B. Dakwah Rasulullah SAW Periode Makkah

1) Proses Dakwah secara Diam-diam (3 Tahun)


Pertama, Nabi SAW mengajarkan Islam dan diam-diam berdakwah
kepada keluarga dan kerabatnya di Mekkah. Firman Allah SWT: Artinya: “Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S.Asy-
Syu’araa : 214). Rasulullah SAW mulai berdakwah pada kerabat terdekatnya
yaitu:
a. Istri Rasulullah SAW: Khadijah
b. Putri-putri Rasulullah SAW: Zaenab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan
Fatimah
c. Saudara sepupu Rasulullah SAW: Ali bin Abi Thalib
d. Hamba sahaya yang kemudian dimerdekakan: Zaid bin Haritsah
e. Sahabat Rasulullah SAW: Abu Bakar bin Abi Qahafah

Setelah Abu Bakar memeluk Islam, banyak pengikutnya yang juga


memeluk Islam. Orang-orang ini dikenal dengan julukan As-Sabiqun al-
Awwalun yang artinya orang-orang pertama masuk Islam, seperti Utsman bin
Affan, Zubair bin awwam, Talhah bin Ubaidillah, Fatimah binti khathab,
Arqam bin Abil Al-Arqam, dan lain-lain. 6 Al Arqam bin Abil-Arqam adalah

5
Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam (2008). hal 61
6
Subarman, Munir. Sejarah Peradaban Islam Klasik (2010) hal 66
5
pemilik rumah yang dijadikan sebagai tempat berdakwah Nabi SAW selama di
Mekah dan menyampaikan wahyu dari Allah SWT yang dibawa oleh malaikat
Jibril. Namun, dakwah ini sangat lambat dan hanya beberapa orang Mekkah
saja yang masuk islam.

2) Proses Dakwah secara Terang-terangan (7 Tahun)


Firman Allah: Q.S Al-Hijr: 94, Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu
secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” Sesudah ayat ini diturunkan,
Rasulullah SAW membawa risalahnya itu kepada masyarakat kota Makkah.
Untuk berdakwah secara terbuka, ia menjadikan bukit Shofa sebagai tempat
berdakwahnya. Rasulullah SAW dua kali berdakwah di bukit Shofa namun
banyak orang yang menolaknya. Tak terkecuali pamannya Abu Lahab tidak
terima dengan dakwah tersebut dan mencemooh Rasulullah SAW. Karena ini,
turunlah wahyu Allah SWT surat Al Lahab ayat 1-6:
Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia
akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia
usahakan, kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak, dan (begitu
pula) istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut”.
Adapun apa yang ditransmisikan oleh Rasulullah SAW, dalam dakwahnya
terdapat ajaran Islam yang meliputi:
a. Mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah SWT dan
meninggalkan keyakinannya pada penyembahan berhala.
b. Mengajarkan tentang hari pembalasan (akhirat).
c. Mengajarkan akhlak terpuji dan menghindari melakukan hal-hal yang
tercela.
d. Mengajarkan kesetaraan antar manusia.

3) Hambatan-hambatan Dakwah

Mintalah Rasulullah SAW untuk berhenti menghina tuhan-tuhan (berhala)


mereka dan berhenti menghina nenek moyang mereka. Permintaan ini
disampaikan ketika akan menemui paman Rasulullah SAW yaitu Abu Thalib
yang melindunginya, namun permintaan mereka dengan bijak ditolak oleh Abu
6
Thalib dan Rasulullah SAW tetap berdakwah. Orang-orang yang mencegah
dakwah Rasulullah SAW tersebut antara lain: Pertama paman Rasulullah SAW
Abu Jahal atau Amran bin Hisyam bin Al Mughirah mencoba membunuh
Rasulullah SAW dengan cara memukul kepalanya dengan batu besar saat
sedang sujud shalat. Kedua, paman Rasulullah SAW juga Abu Lahab bin
Abdul Muthalib yang sering mencemooh Rasulullah SAW dan semakin
membenci beliau. Ketiga, Aqobah bin Mu'itah yang sering meludahi wajah
Rasulullah SAW.
4) Peristiwa Isra’Mi’raj
Masuk pada tahun kesepuluh kenabian adalah tahun kesedihan “am al-
huzn”. Disebut tahun kesedihan karena paman yang selama ini menjaga dan
melindungi Rasulullah SAW dalam berdakwah, Abu Thalib mengembuskan
nafas terakhirnya. Belum selesai ditinggal oleh paman tercintanya, sebulan
lima hari kemudian istrinya Khadijah yang selama ini juga turut membantu
dalam dakwah Rasulullah SAW juga meninggal dunia di bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW merasa sangat sedih karena kehilangan dua sosok yang amat
dicintai tersebut.
Pada tanggal 27 Rajab, tahun sebelas Nabi (621 M), Allah mengutus
Rasulullah SAW untuk melaksanakan Isra' Mi'raj sebagai obat atas
kesedihannya. Isra' ialah perjalanan malam Rasulullah SAW dari Masjidil
Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Mi’raj ialah perjalanan
Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa sampai Sidratul Muntaha untuk
menghadap kepada Allah SWT. Ketika Rasulullah SAW tiba di Masjidil Aqsa,
beliau bertemu dengan para nabi dan rasul sebelumnya. Kemudian mereka
berdoa di gereja yang dipimpin oleh Rasulullah SAW sendiri.7 Peristiwa Isra’
Mi’raj ini telah dijelaskan dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 1: Artinya: "Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
Kami.”

7
Haris: Tafsir tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj (2015) hal 167-180
7
Selama perjalanan ini, Nabi menemui dan diperlihatkan banyak kejadian
aneh dan mengerikan. Nabi melihat orang membenturkan kepala ke batu besar.
Ajaibnya, setiap kali kepala mereka hancur berkeping-keping, langsung kepala
mereka utuh, dan mereka memukul lagi seolah-olah tidak pernah menyerah.
Inilah orang-orang yang menimbang kepala ketika shalat fardhu. Nabi
Muhammad juga melihat manusia dengan cakar perunggu panjang menggaruk
wajah dan dadanya hingga berdarah. Jibril kemudian menjelaskan bahwa
mereka adalah sekelompok orang yang merendahkan orang lain di depan
umum.
Rasulullah dan Jibril lalu melewati pintu surga yang pertama. Dia bertemu
dengan Nabi Adam AS dan roh manusia yang merupakan keturunannya. Saat
memasuki pintu surga kedua, Rasulullah SAW melihat dua pemuda mereka,
Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Rasulullah SAW meneruskan perjalanannya
di langit ketiga. Sesampainya disana beliau melihat Nabi Yusuf AS dan para
pengikutnya. Kemudian berlanjut ke langit keempat, beliau bertemu dengan
nabi Idris AS. Perjalanan dilanjutkan melewati langit kelima nabi Harun AS.
Di langit keenam, ia juga bertemu dengan Nabi Musa AS. Di langit ketujuh,
Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim AS.
Jibril menemani Nabi ke puncak Sidratul Muntaha, dan Jibril tidak bisa
melampauinya. Sesampainya di langit ini, Rasulullah SAW menghadap pada
Allah SWT dan turunlah perintah sholat 100 kali dalam sehari. Jibril yang
sedang menunggu kedatangan Nabi langsung menyambutnya dengan
memegang tangannya dan menariknya dengan ringan. Jibril lalu turun
membawa Nabi ke langit keenam. Disini beliau bertemu dengan Nabi Musa
dan menyambut kedatangan nabi dengan menanyakan apa yang terjadi selama
perjumpaan rahasia dengan Tuhan.
"Apa yang Tuhan paksakan padamu dan orang-orangmu untuk lakukan?"
tanya Nabi Musa AS. "Dia menyuruh aku dan umatku untuk shalat lima puluh
kali sehari semalam." Rasulullah SAW menjawab. “Kembalilah kepada
Tuhanmu. Minta bantuan untuk diri sendiri dan orang-orang Anda. Karena,
umatmu lemah, mereka tidak akan bisa menunaikan kewajiban shalatnya.”
Nasihat Nabi Musa AS itu dipertimbangkan. Rasulullah SAW menerima

8
nasihat itu, dan segera kembali kepada Allah. Setelah berada di bawah
singgasana-Nya (al-'Arsy), dia berlutut dan sujud, lalu mendongak sambil
berdoa dengan rendah hati, memohon pertolongan untuk kesembilan kalinya
terus menerus. Allah swt mengabulkan permintaan Rasulullah SAW
sebelumnya yaitu shalat sebanyak 50 kali dalam sehari, berubah menjadi 5 kali
dalam sehari. Kebanyakan orang tidak percaya pada peristiwa besar Isra' dan
Mi'raj, kecuali abu "As-Siddiq”. Rasulullah SAW memberikan gelar tersebut
karena percaya dengan Isra’ Mi’raj. Tujuan dari diberikannya perintah sholat
yaitu memberikan ketenangan hati, pikiran, dan juga obat dari setiap masalah
hidup. Selain shalat lima waktu, umat Islam diwajibkan berpuasa, zakat dan
haji (bagi yang mampu).

5) Perjanjian Aqabah 1 dan Aqabah 2


Suatu malam, Nabi Muhammad mendengar sekelompok orang berbicara
dan pergi menemui mereka. Ternyata mereka adalah 6 pemuda dari suku
Khazraj dari Yathrib. Mereka adalah As'ad bin Zararah, Rafi' bin Malik,
Quthtbah bin Amir, Uqbah bin Nabi, Amr Bin Al-Harith dan Jabir bin
Abdillah. Mereka adalah anak-anak muda yang berpikiran terbuka, mereka
telah mengalami kejenuhan tradisi dan adat bangsa Arab, yang telah
menghabiskan hampir separuh hidupnya memerangi 'suku Aus, yang selama
ini menjadi wilayah atau pengaruh di Yathrib. Mereka juga mendengar
percakapan antara orang Yahudi dan Kristen, yang muncul sebagai seorang
nabi akhir zaman.
Pertemuan itu dilanjutkan pada tahun berikutnya. Pada tahun 612 M,
tepatnya tahun duabelas kenabian Nabi Muhammad SAW bertemu dengan
seorang peziarah dari Yatsrib. Rombongan terdiri dari 12 orang, beberapa di
antaranya pernah bertemu Nabi Muhammad SAW pada musim haji
sebelumnya dan menyatakan keimanannya kepadanya. Pertemuan berlangsung
di bukit Aqabah di Mina (salah satu bukit di kota Mekkah). Di sini 12 orang
dari Yatsrib sepakat untuk membantu Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan agama Islam. Karena musyawarah diadakan di bukit Aqabah
perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Aqabah 1, dan isi dari Perjanjian
Aqabah 1 adalah sebagai berikut:
9
a) Mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah
b) Mereka berbai'at kepada Rasulullah SAW
c) Mereka mengatakan mereka tidak akan melakukan perzinahan
d) Mereka mengatakan mereka tidak membunuh anak-anak
e) Mereka berjanji untuk tidak berbohong atau menipu
f) Mereka berkata bahwa mereka tidak akan mencuri
g) Mereka mengatakan rela mengorbankan harta dan nyawanya demi agama
islam
h) Mereka bersedia untuk ikut dan ambil ranah dalam menyebarkan agama
islam.
Nabi Muhammad SAW mengutus Mus'ab bin Umair untuk mengikuti
orang-orang kembali ke Yatsrib. Tugas Mus'ab adalah membantu penduduk
Yatsrib yang telah memeluk agama Islam untuk menyebarkan ajaran Islam di
kota itu.8 Pada tahun ketiga belas kenabian, tepat tahun 622 M, penduduk
Yatsrib kembali lagi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, yang diikuti
73 laki-laki dan 2 perempuan. Sesampainya di kota Mekkah, para penduduk
Yatsrib bertemu Rasulullah SAW serta mengirim pesan kepada Rasulullah
SAW agar datang ke Yatsrib untuk menyebarkan agama Islam. Permintaan ini
disetujui oleh Rasulullah SAW yang mengatakan turut kesediaannya ikut
datang dan berdakwah di Yatsrib. Untuk memantapkan perjanjian ini, mereka
melakukan perjanjian lagi di perbukitan Aqabah. yang dikenal sebagai
Perjanjian Aqabah II:
a. Taat kepada Allah di waktu sibuk dan senggang
b. Berinfak pada waktu kaya maupun miskin
c. Senantiasa mengamalkan Amar ma`ruf nahi munkar
d. Berpegang teguh pada Jalan Allah dan siap menghadapi apapun
e. Menolong Rasulullah SAW apabila beliau datang kepada mereka dan
melindungi Rasulullah SAW seperti halnya mereka melindungi diri, istri
dan anak-anak mereka

8
Dr. H. Murodi, MA: Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VII
(2021) hal. 37
10
f. Jika janji ini mereka tepati, surgalah balasan untuk mereka

Setelah Baiat Aqabah 2, Nabi meminta untuk memperkenalkan dua belas


dari mereka sebagai wakil rakyatnya yang bertanggung jawab atas Baiat ini.
Suku Khazraj memilih sembilan orang dan suku ‘Aus memilih 3 orang, mereka
inilah orang-orang yang telah dipilih oleh tiap sukunya. Keputusan ini
membuka harapan kemenangan baru bagi Nabi Muhammad SAW yang
mendapat dukungan dan perlindungan tegas dari penduduk Madinah atau
Yatsrib. Untuk itu Rasulullah SAW menyuruh para sahabat agar hijrah ke
Yatsrib. Hijrah ini bertujuan untuk agar mereka bisa hidup aman tanpa
gangguan, intimdasi dan siksaan dari kaum kafir Quraisy.9
C. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
1) Hijrah ke Madinah
Hijrah menurut bahasa mempunyai arti berpindah tempat atau
meninggalkan. Sedangkan dalam artian sejarah, hijrah mempunyai arti
berpindahnya Rasulullah SAW bersama para sahabat dari Mekkah ke tempat
lain untuk melakukan dakwah islam dan mempertahankan risalah Allah.
Seperti halnya Rasulullah SAW yang hijrah ke Yatsrib atau Madinah pada
tahun 622 M yang bertepatan pada tahun ke-13 kenabian. Pada saat itu,
penduduk kafir quraisy mempunyai rencana untuk membunuh Nabi
Muhammad SAW, karena mereka merasa terganggu dan terancam akan
dakwah nabi yang bisa menghancurkan agama nenek moyangnya. Pada situasi
yang sengit ini, Allah menurunkan perintah kepada Rasulullah SAW agar
melakukan hijrah. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah
dengan sahabatnya, Abu Bakar As-Shidiq pada tengah malam secara
sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan para kafir quraisy yang ingin
membunuhnya.10
Ketika orang-orang kafir Quraisy memeriksa tempat tidur Nabi, mereka
terkejut karena yang tidur di tempat tidur bukanlah Nabi, melainkan Ali bin

9
Ibid,. hal. 38-39
10
Muhammad Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW,” Ihya Al-Arabiyah:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, 1, 3 (2017). Hal 116
11
Abi Thalib. Kaum musyrik Quraisy marah dan mengejar Nabi dan Abu Bakar,
namun keduanya selamat karena mereka bisa bersembunyi di Gua Tsur
melanjutkan perjalanannya. Namun, sebelum sampai di Madinah, Rasulullah
SAW dan Abu Bakar terlebih dahulu singgah di Quba dan singgah selama
empat hari pada hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Di kawasan ini,
Rasulullah dan Abu Bakar pertama kali membangun masjid bernama Masjid
Quba. Masjid ini merupakan masjid pertama dalam sejarah Islam. Perjalanan
dilanjutkan hingga mereka selamat sampai di Yatsrib (Madinah). Kehadiran
Nabi dan para sahabat diterima dengan sangat hangat dan gembira oleh
masyarakat Madinah. Mereka memberi hormat dengan nyanyian pujian yang
luar biasa. Kedatangan Nabi dan kaumnya saat itu merupakan perjalanan
dakwah dan mereka dilindungi oleh penduduk Madinah, sehingga mereka tidak
lagi terancam oleh kejahatan yang dilakukan oleh Quraisy Kafir sebagaimana
mereka berada di Mekkah. Dengan cara ini Rasullah SAW dapat berdakwah
dengan leluasa dan tanpa hambatan.11

2) Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah


Setelah Rasulullah dan para sahabatnya disambut dan diterima oleh
penduduk Madinah, maka Rasulpun memulai strateginya dalam berdakwah
dengan baik. Rasulullah memberikan julukan “Kaum Anshar (Penolong)”
kepada penduduk Madinah yang menolong dan melindungi Rasul beserta
umatnya yang datang ke Madinah untuk berhijrah dan menyebarkan ajaran
islam. Selain itu, Rasul juga memberikan julukan “Kaum Muhajirin (Orang
yang hijrah)” kepada umat islam yang datang dari Mekkah ke Madinah untuk
berhijrah dan menyebarkan ajaran islam. Melihat situasi seperti inilah,
Rasulullah SAW mulai menyiapkan strategi dakwahnya dan pengembangan
peradaban islam di Madinah. Adapun strategi atau langkah-langkahnya antara
lain:
a. Membangun Masjid

11
Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.” Hal 117
12
Hal utama yang dilakukan Rasulullah SAW sampai di Madinah ialah
mendirikan masjid. Masjid ini dibangun di atas tanah milik kedua anak
yatim, Saar dan Suhail, anak Nafi bin Omar bin Tsarava dari Bani Najar.
Unta yang ditunggangi Nabi konon pernah singgah di negeri dua anak
yatim. Maka Rasulla SAW ingin membeli tanah untuk membangun
masjid, namun kedua anak yatim tersebut memutuskan untuk
menghibahkannya kepada Rasulla SAW. Namun demikian, ia ingin
membayar tanah tersebut dengan sepuluh dinar yang diberikan oleh Abu
Bakar.12
Rasulullah langsung bergerak dalam membangun masjid di Madinah
dengan tangannya sendiri dan dibantu oleh para sahabat dan penduduk.
Masjid pada zaman itu memiliki atap yang berasal dari pelepah daun
kurma dan tiang masjidnya yang berasal dari batang kurma.13 Pada
awalnya, tanah yang dibangun masjid ini terdapat pohon kurma, kemudian
Rasulullah menyuruh sahabat untuk menebangnya dan ditanam kembali
dengan rapi sejajar sebagai arah kiblat sholat. Adapun kiblat sholat pada
masa itu menghadap Baitul Maqdis. Pembangunan masjid pun selesai dan
diberi nama Masjid Nabawi. Disamping masjid Nabawi, terdapat kamar-
kamar istri Rasulullah SAW yang dibangun oleh umat islam setelah selesai
membangun masjid. Selain itu, disekitar masjid Nabawi juga dibangun
jalan raya sehingga menjadi ramai dan pusat permukiman di Madinah.
Masjid Nabawi tidak hanya digunakan untuk sholat atau tempat
ibadah, namun masjid Nabawi digunakan oleh umat islam untuk
melakukan berbagai kegiatan misalnya belajar, memutuskan suatu perkara
atau permasalahan, maupun perayaan agama islam.14 Masjid Nabawi juga
berfungsi sebagai tempat tinnggal orang-orang yang belum mempunyai
tempat tinggal (Ahlus Suffah), sebagai tempat menerima utusan dari negara
lain yang ingin bertemu dan menyampaikan pesan kepada Rasulullah,

12
Sugiyono, dkk, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013, 1 ed. (Jakarta: Kementrian Agama Indonesia, 2014). Hal 31
13
Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.” Hal 116
14
Al-Batawi, Perkembangan Islam Masa Nabi Muhammad SAW. Hal 85
13
sebagai layanan kesehatan yang mengobati umat muslim yang sakit, dan
lainnya. Dengan demikian, masjid merupakan tempat yang bisa
menyatukan kaum muslim dari berbagai suku di Madinah.
b. Mempersaudarakan Kaum Muslimin
Langkah selanjutnya yang diambil Rasulullah SAW di Madinah yaitu
membangun ukhuwah islamiyah (persaudaraan berdasarkan iman) dengan
cara mempersaudarakan kaum muslim seperti kaum Anshar dengan kaum
Muhajirin yang pada saat itu tidak membawa harta benda saat datang ke
Madinah, dan menyatukan suku Aus dan Khazraj yang dari dulu saling
bermusuhan dan berseteru.15 Ikatan persaudaraan yang dibangun oleh
Rasulullah mempunyai tujuan agar kedua kaum dan suku bisa saling
bekerja sama dan membantu apabila kesusahan. Seperti Abu Bakar Ash-
Shiddiq (Muhajirin) yang disaudarakan dengan Kharijah binti Zaid
(Anshar), Umar bin Khattab dengan Utsman bin Malik, Hamzah bin Abdul
Muthallib dengan Zayd bin Haritsah, Ammar bin Yasar dengan Huzaifah
al-yaman, Salman Al-Farisi dengan Abu Darda’, dan Ja’far bin Abi Thalib
dengan Muadz bin Jabal.16
Rasulullah SAW menyatukan mereka atas dasar agama sebagai
peralihan dari persatuan yang dibangun atas dasar kabilah.17 Meskipun
demikian, bukan berarti kaum Muhajirin terus bergantung kepada kaum
Anshar, akan tetapi kaum Muhajirin melakukan banyak kegiatan pertanian
dan perdagangan di Madinah seperti Abdurrahman bin Auf sebagai
menjadi pedagang, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar
menjadi petani.
Langkah Ukhuwah Islamiyah yang diambil Rasulullah SAW bisa
disebut sebagai langkah penting karena mempunyai sisi positif,18
diantaranya menghilangkan status perekonomian yang berbeda,

15
Munir Subarman, Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan Peraban Islam,
1 ed. (Sleman: CV Budi Utama, 2015). Hal 50
16
Al-Batawi, Perkembangan Islam Masa Nabi Muhammad SAW. Hal 87
17
Yamin, “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.” Hal 117
18
Faisal Mubarak dan Sofiah Rosyadi, “Pemikiran dan Peradaban Islam di Masa Rasulullah
SAW,” preprint (Open Science Framework, 19 Januari 2021) Hal 13.
14
menghilangkan status antar suku yang cenderung mempunyai sifat
primordialisme, menjadikan umat islam semakin kuat dalam
mengembangkan dakwah islam ditengah ancaman dan tantangan orang
kafir Quraisy dan orang Yahudi di Madinah.
c. Perjanjian antara Kaum Muslim dengan Non-Muslim (Piagam Madinah)
Langkah Nabi SAW selanjutnya adalah memberlakukan hukum
antara muslim dan non-muslim agar bisa hidup damai tanpa permusuhan.
Karena penduduk Madinah tidak hanya beragama Islam, tetapi juga
Yahudi (Bani Quraidzah, Bani Nadhir, Bani Qainuqa) bahkan orang kafir.
Nabi pertama-tama berkonsultasi dengan kaum Ansar dan Muhajirin untuk
merumuskan prinsip-prinsip yang akan menjadi hukum. Prinsip-prinsip ini
termasuk aturan yang harus diikuti oleh Muslim, Yahudi, dan musyrik
Ansar dan Muhajirin untuk hidup berdampingan secara damai di Madinah.
Hukum yang disusun oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dikenal
dengan Piagam Madinah dan dikeluarkan pada tahun 623 M atau 2 H.
Piagam Madinah (Shahifatul Madinah), juga dikenal sebagai
Konstitusi Madinah, berisi hak dan kewajiban semua penduduk Madinah
yang berbeda agama, sehingga menghasilkan kesatuan masyarakat
(ummat). Piagam ini memiliki arti penting dalam pendirian Negara Islam
Madinah. Oleh karena itu, banyak peneliti dan ulama yang mengkaji
sistem pemerintahan yang dipraktikkan Rasullah SAW di Madinah.
Selanjutnya piagam tersebut menyatakan bahwa Islam adalah agama
damai dan agama tanpa diskriminasi.
Secara garis besar, piagam Madinah yang dirumuskan oleh Rasulullah
SAW dan sahabatnya berisi empat prinsip hukum yang tercantum
didalamnya, antara lain yaitu:
1. Bagian 1: terdiri dari 28 pasal, termasuk hubungan antara kaum
Anshar dan Muhajirin
2. Bagian 2: hubungan kaum muslim dengan Yahudi
3. Bagian 3: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah karena banyak
orang pindah ke Madinah

15
4. Bagian 4: suku atau kabilah yang baru masuk islam harus
mengikuti aturan yang sama sebagaimana suku atau kabilah yang
sudah lama masuk islam.

Isi Piagam Madinah menekankan hubungan antara Muslim dan non-


Muslim. Apalagi, piagam ini merupakan bukti pertama berdirinya negara
Islam di Madinah dengan Rasulullah SAW dan kota Madinah sebagai
ibukotanya. Dengan demikian, Rasulullah SAW disini tidak hanya
menjadi rasul atau pemimpin agama bagi masyarakat Madinah, tetapi juga
menjadi kepala pemimpin umat Islam pertama yang mendirikan
pemerintahan di Madinah.19

3) Perjanjian Hudaibiyah
Di tahun keenam H/628 M, Rasullah dan sahabat-sahabat beliau
menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Saat itu, Rasulullah SAW sendiri
memimpin seribu orang menunaikan ibadah haji. Namun, dalam
perjalanannya, Rasulullah dihadang dan digagalkan oleh kaum musyrik
Quraisy. Mereka meminta Rasulullah membawa rombongannya dan kembali
ke Madinah. Rasulullah kemudian menyuruh Utsman bin Affan untuk
memberitahukan bahwa tujuan kedatangannya ke Mekkah adalah untuk
menunaikan ibadah haji. Namun, umat Islam mendengar berita Utsman bin
Affan dibunuh oleh kaum Quraisy. Mendengar kabar itu, Rasulullah SAW
langsung memerintahkan umatnya untuk berbai'at kepada Rasulullah SAW
agar bertekad memperjuangkan Islam.
Setelah umat islam melakukan bai’at, Utsman bin Affan kembali ke Kota
Mekkah dengan selamat. Adapun kaum Kafir Quraisy merasa khawatir jika
Rasulullah berhasil memasuki kota Makkah. Oleh karena itulah kaum Kafir
Quraisy mengirim Suhail bin Amr dan Hawatib bin Abdul Azza untuk

19
Abdul Hafiz Sairazi, “Kondisi Geografis, Sosial Politik dan Hukum di Makkah dan
Madinah Pada Masa Awal Islam,” Journal of Islamic and Law Studies, 1, 3 (2019). Hal 143
16
melakukan perjanjian dengan Rasulullah SAW, yang mana perjanjian ini
dikenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah.20

4) Fathul Makkah (Penaklukkan Kota Makkah)


Fathul Makkah merupakan acara yang paling ditunggu umat Islam. Karena
kejadian ini dipandang sebagai kemenangan yang sangat penting bagi Islam
dan umat Islam. Atas kemenangan ini, Allah secara khusus memuji Rasulullah
SAW dan umat Islam pada umumnya. Peristiwa di Fathul Makkah itu terjadi
pada hari ke-20 Ramadan di tahun kedelapan Hijriyah. Peristiwa itu terjadi
setelah bertahun-tahun transmisi Dakwah, Jihad, dan pesan Islam. Dengan
demikian, Fathul Mekkah menjadi salah satu tahapan dakwah terpenting dalam
Islam. Apalagi Fathul Mekkah merupakan puncak perjuangan Nabi SAW dan
awal perjuangan generasi penerus untuk menuntaskan dakwah Islam di seluruh
pelosok dunia.
Peristiwa penting pada masa Fathul Mekkah, yaitu Rasulullah dan umat
Islam, menghancurkan total 360 berhala di dalam dan sekitar Ka'bah. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa agama paganisme di wilayah Jazirah Arab
telah berakhir. Selanjutnya, Rasulullah memerintahkan Bilal agar adzan
dilakukan melalui Ka'bah dan sholat berjamaah dilakukan bersama kaum
muslimin.Kemenangan kaum muslimin adalah terlihat karena membanjirnya
orang yang ingin masuk Islam.21

5) Haji Wada’ (Haji Perpisahan)


Haji Wada’ disebut sebagai haji perpisahan Rasulullah SAW karena
merupakan haji yang terakhir dilakukan dan dipimpin langsung oleh Rasulullah
SAW. Haji Wada’ terjadi pada bulan ke sebelas tahun ke sepuluh H. Rasulullah
SAW mengumumkan pada semua penduduk kalau beliau akan memimpin
ibadah haji, maka pendudukpun berbondong-bondong datang ke Madinah agar
bisa berangkat haji bersama Rasulullah. Tahun ke-11 Hijriyah merupakan haji

20
Thohari, Nadhroh, dan Yunadi, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Hal 89-90
21
Annisa Rasyidah, “Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW di Makkah dan Madinah,” Al-
Hikmah: Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam 2, no. 1 (2020). Hal49
17
pertama Rasulullah yang diikuti oleh 10.000 orang sekaligus menjadi tahun
terakhir Rasulullah melakukan ibadah haji. Rombongan haji mulai
meninggalkan kota Madinah menuju Makkah pada tanggal 25 Dzulqa’dah.
Setelah seluruh manask haji sdilakukan, maka Rasulullah memerintahkan para
penduduk agar langsung kembali ke Madinah tanpa istirahat terlebih dahulu,
agar perjuangan ini terasa murni karena Allah semata.
Dua bulan setelah melaksanakan haji wada’, Rasulullah SAW sakit
demam, akan tetapi beliau tetap menjadi imam sholat meskipun kondisi
tubuhnya yang agak lemah. Sekitar 3 hari menjelang wafatnya, badan
Rasulullah sangat lemah dan tidak bisa mengimami sholat berjama’ah. Beliau
menyuruh Abu Bakar untuk menggantinya menjadi imam. Semakin hari tenaga
Rasulullah semakin berkurang dan Rasulullah wafat dirumah Aisyah istri
beliau, pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M.22

22
Thohari, Nadhroh, dan Yunadi, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Hal 96.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan selama ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut. Dakwah Islamiyah Rasulullah SAW Masa Mekkah bertujuan untuk
membentuk identitas umat Islam di Mekkah dan Madinah. Dakwah islam
Rasullah SAW di Madinah memiliki tujuan untuk mewujudkan pemerintahan
dengan sistem keadilan sosial berdasarkan syariat Islam berdasarkan Al-Qur'an.
Piagam Madinah merupakan hukum dasar yang mengatur kehidupan masyarakat
Madinah yang penduduknya beragam dan terdiri dari berbagai suku, agama,
golongan yang berbeda-beda.
Kunci keberhasilan Rasulullah SAW dalam berdakwah dan menjadi
pemimpin umat islam adalah keteladanannya. Sebagai contoh: sifat Sidiq,
Amanah dan Fathonah. Sifat-sifat ini harus dimiliki oleh seorang pemimpin dan
pemimpin juga harus benar-benar peduli terhadap umatnya dan selalu membantu
mereka. Pada tahun 611 M tepatnya hari ke 17 Ramadhan, malaikat Jibril
muncul di Gua Hira dan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Isi dari wahyu ini adalah Allah SWT memerintahkan
Rasulullah SAW untuk memimpin umat kepada agamanya yang satu, Islam.
Masa dakwah Nabi dibagi menjadi dua periode, periode Mekkah dan
periode Madinah. Pada masa Mekkah, kebijakan dakwah Nabi adalah
menekankan kepemimpinan dengan menekankan aspek keteladanan. Pada masa
Madinah, Rasulullah SAW dalam membentuk atuaran-aturan negara Islam atau
yang disebut sebagai piagam Madinah. Aturan-aturan tersebut berisi
pembentukan sistem pendapatan sosial, militer, politik, agama, ekonomi, dan
nasional. Pada masa ini juga islam berkembang lebih pesat dan besar di Jazirah
Arab. Islam juga menjadi agama yang sangat maju dengan visi dan misi menjadi
negara Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Nabi.
B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat, Semoga para pembaca dapat memahami dan
mengambil hikmah dari materi Perkembangan Islam Masa Rasulullah SAW
Periode Makkah dan Madinah. Mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan

19
baik itu dari penulisan atau dari kata-katanya, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca, agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna
memperbaiki makalah ini nantinya. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Batawi, Murodi. (2014). Perkembangan Islam Masa Nabi Muhammad SAW. 1
ed. 1. Jakarta: Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mubarak, Faisal, dan Sofiah Rosyadi. (2021). “Pemikiran dan Peradaban Islam di
Masa Rasulullah SAW.” Preprint. Open Science Framework.

Munir Amin, Samsul. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Rasyidah, Annisa. (2020). “Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW di Makkah dan
Madinah.” Al-Hikmah: Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam 2,
no. 1.

Sairazi, Abdul Hafiz. (2019). “Kondisi Geografis, Sosial Politik dan Hukum di
Makkah dan Madinah Pada Masa Awal Islam.” Journal of Islamic and Law
Studies, 1, 3.

Subarman, Munir. (2015). Sejarah Kelahiran, Perkembangan dan Masa Keemasan


Peraban Islam. 1 ed. Sleman: CV Budi Utama.

Subarman. (2008). Munir. Sejarah Peradaban Islam Klasik Cirebon: Pangger


Publishing.

Sugiyono, Moh Asnawi, dan Moh Sulaiman. (2014). Buku Siswa Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas X Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. 1 ed.
Jakarta: Kementrian Agama Indonesia.

Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia.

Thohari, M.Amin, Siti Nadhroh, dan Yun Yunadi. (2014). Buku Siswa Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas VII Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. 1 ed. 1.
Jakarta: Kementrian Agama Indonesia.

Yamin, Muhammad. (2017). “Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad SAW.”


Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, 3,1.

Yatim, Badri. (2005). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

20

Anda mungkin juga menyukai