ke Nu an
“ Pandangan NU tentang Maulid Nabi Muhammad SAW “
Dosen Pengampu :
Oleh :
Prodi Keperawatan
FAKULTAS KESEHATAN
1
2021/202
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah bahasa indonesia yang bertemakan “Pandangan NU
tentang Maulid Nabi Muhamad SAW” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang pandangan NU tentang maulid
nabi Muhamad. Adapun penjelasan-penjelasan pada makalah ini saya ambil dari beberapa
sumber buku dan website.
Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini, akan tetapi saya juga menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah
ini. Untuk itu dengan senang hati saya senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 2
DAFTAR PUSTAKA 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam
sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni
dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau
The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan
menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat
terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah
tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai
seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah
para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub katakanlah dia
setingkat Gubernur. Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan
Arabia. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali
mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12
Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa
4
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad yakni An-
Nashir, ternyata khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579
H (1183 Masehi), Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah
dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali
di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal
dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan
Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan
seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma
ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian
syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan
Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan
sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang
seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi
tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.
Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca
Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta
5
berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Nama Barzanji diambil
dari nama pengarang naskah tersebut yakni Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin
Abdul Karim. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya
tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung permata) yang
membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib
1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan
Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai
syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan
Sunan Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang
ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum
menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan
“pengampunan” yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia
mengampuni).
6
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg
Mulud. Kata “gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar
keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap
dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg
Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul
Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala
oleh anak-anak NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini
amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan
spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang
besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga
Ada yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa
atauperbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah
(bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang
muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam,
antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak
7
bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’izhah hasanah pada acara
bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di
Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa
yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
”Kaum muslimin tidak boleh mengadakan perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam pada malam 12 Robi’ul Awwal dan juga pada waktu yang lain,
sebagaimana mereka juga tidak boleh merayakan hari kelahiran selain Rasulullah
yang diada-adakan dalam agama, lebih dari itu, Rasulullah sendiri tidak pernah
merayakan hari kelahirannya semasa hidup beliau, beliau adalah penebar agama
Islam dan pembuat syari’at mewakili Robb-Nya, itupun beliau tidak memerintahkan
untuk melakukan perayaan tersebut, demikian pula para kholifah dan sahabat beliau
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan para pengikut beliau yang baik di masa generasi
yang utama, sehingga jelaslah, bahwa hal ini adalah bid’ah…” (“Majmu’ fatawa wa
Maqolaat al-Mutanawwi’ah”(4/289).)
B. Rumusan Masalah
1. pengertian maulid nabi Muhammad SAW
2. Sejarah maulid nabi Muhammad SAW
3. Hukum memperingati maulid nabi Muhammad SAW
4. Sejarah munculnya maulid nabi Muhammad SAW
5. Tradisi Fathimiyyah
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa itu maulid nabi Muhammad SAW
2. Agar mahasiswa mengetahui seperti apa pandangan NU tentang maulid nabi
Muhammad SAW
8
BAB II
PEMBAHASAN
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa
Arab: مولد النبي،)مولد, adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam
tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah
dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang
berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-
Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal
9
kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin
saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa
membalas jerih payahnya terhadap Islam dan kaum muslimin dengan sebaik-baik
2. Di lihat dari sisi syar’i, maka peringatan maulid Nabi r juga tidak ada dasarnya.
Jika sekiranya acara peringatan maulid Nabi r disyari’atkan dalam agama kita,
maka pastilah acara maulid ini telah di adakan oleh Nabi atau sudah barang
tentu telah beliau anjurkan kepada ummatnya. Dan jika sekiranya telah beliau
10
“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Qur’an dan
hingga sekarang ini, maka jelaslah bahwa ia bukan termasuk dari ajaran agama.
Dan jika ia bukan termasuk dari ajaran agama, berarti kita tidak diperbolehkan
untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan acara
Allah telah menentukan jalan yang harus ditempuh agar dapat sampai
kepada-Nya, yaitu jalan yang telah dilalui oleh Rasulullah, maka bagaimana
mungkin kita sebagai seorang hamba menempuh jalan lain dari jalan Allah, agar
kita bisa sampai kepada Allah.? Hal ini jelas merupakan bentuk pelanggaran
terhadap hak Allah, karena kita telah membuat syari’at baru pada agama-Nya
yang tidak ada perintah dari-Nya. Dan ini pun termasuk bentuk pendustaan
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha’i islam itu jadi agama
Maka kita perjelas lagi, jika sekiranya acara peringatan maulid Nabi
kesempurnaan dien (agama), maka berarti ia bukan dari ajaran agama, karena
11
Allah ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu
agamamu.“
terkandung pendustaan terhadap ayat Allah yang mulia ini (Q.S; Al-Maidah : 3).
peringatan maulid Nabi tersebut. Dan ini semua termasuk dari ibadah. Cinta
sendiri, anak-anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia. Demikian pula bahwa
perisiwa Islam tertentu yang kemudian dijadikan sebagai perantara untuk mendapat
12
berkah itu, pada mulanya hanya dikenal oleh kelompok kebatinan yang buruk. Mereka
Upacara maulid adalah termasuk perbuatan yang dicontohkan oleh para ahli
perayaan upacara maulid adalah orang-orang dari Bani Fatimiyyun dari golongan
anha secara dzalim dan untuk mencemarkan nama baiknya padahal sebenarnya
mereka adalah sekelompok orang-orang Yahudi atau ada yang mensinyalir bahwa
mereka dari orang Majusi (penyembah api) bahkan ada yang mengatakan mereka
Maulid menegaskan:
“Orang yang pertama kali mengadakan peringatan hari Maulid Nabi adalah
penduduk Irbal, Raja Agung Abu Sa’id Kau Kaburi bin Zainuddin Ali bin Bakitkin,
Dan ini diikuti oleh Syaikh Muhammad bin Abu Ibrahim Alu Syaikh: “Bid’ah
peringatan Maulid Nabi ini, pertama kali diadakan oleh Abu Sa’id Kau Kaburi pada
abad ke-6 H”
Syaikh Hamud Tuwaijiri: “Upacara peringatan maulid adalah bid’ah dalam Islam
yang diadakan oleh sulthan Irbal pada akhir abd ke-6H atau pada awal abad ke-7H.”
13
Al Ubaidiyyun memasuki Mesir 362 H dan raja terakhirnya Al Adhid meninggal
567 H, sedangkan penguasa Irbal dilahirkan 549 H dan meninggal 630 H, ini menjadi
bukti bahwa kelompok Ubadiyyun lebih dahulu daripada penguasa Irbal -Al Malik Al
Bukan tidak sah mengatakan bahwa penguasa Irbal adalah orang yang pertama
diadakan di negeri sendiri - Mesir, seperti yang dijelaskan dalam buku-buku sejarah.
Awwal setiap tahun, memperingati hari kelahiran Rasulullah saw. Kaum muslimin
saling memberi ucapan selamat, hadiah, dan aneka hidangan yang dipersiapkan untuk
beragam dan melimpah, sesuai kebiasaan dan tradisi khas tempat masing-masing.
pejabat, raja dan pemimpin umat Islam dengan saling memberi ucapan selamat, do’a-
do’a keberkahan, bagi-bagi hadiah untuk penghafal Al Qur’an, orasi dan pidato politik.
peringatan maulid Nabi di benarkan dalam Islam ? Apa hukumnya secara syariah
14
hari kelahirannya, begitu juga dengan para sahabat dan tabi’in yang merupakan
generasi pilihan.
Hari lahir Nabi Muhammad SAW terjadi pada Senin, 12 Rabiul Awal pada tahun
Gajah atau 570 Masehi. Pada 2021, Maulid Nabi bertepatan dengan hari Senin, 18
Oktober 2021 (matahari terbenam-waktu Magrib) sampai dengan Selasa, 19 Oktober
2021.
Artinya: “Itu (puasa Senin) hari aku dilahirkan, aku diutus, atau hari wahyu
diturunkan kepadaku,” (HR Muslim).
Maulid Nabi diperingati setiap tahunnya di banyak tempat, namun beliau tidak
pernah memperingatinya. Disebutkan bahwa Rasulullah tentu memiliki alasan
khusus kenapa tidak melakukan itu.
Hal ini kadang menjadi alasan bagi sekelompok orang untuk membidahkan praktik
peringatan maulid dengan segala kegiatan yang menyertainya. Misalnya zikir
bersama, Qira’atulQur’an, pelantunanshalawat, pembacaan kitab rawi (kitab sejarah
hidup Nabi Muhammad saw).
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam karyanya Husnul MaqshidfiAmalilMawlid
menjelaskan, kenapa Nabi tidak menyelenggarakan peringatan maulid pada Senin,
bulan Rabiul Awwal, semasa hidupnya. Berikut ini kutipannya:
Artinya: “Nabi Muhammad saw tidak menambahkan sedikitpun ibadah pada bulan
Rabiul Awwal dibanding bulan lainnya kecuali karena kasih sayang dan keramahan
Nabi Muhammad saw terhadap umatnya.
15
Rasulullah saw meninggalkan amal tersebut karena khawatir datang perintah
kewajiban untuk umatnya; (ia meninggalkannya) sebagai bentuk rahmatnya
terhadap mereka.” (Jalaluddin As-Suyuthi, Husnul MaqshidfiAmalilMawlid, [Beirut,
Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], halaman 67).
Artinya: “Diriwayatkan dari Umar ra., ia berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda:
Janganlah kamu memberi penghormatan (memuji/memuliakan) kepada saya secara
berlebihan sebagaimana orang Nasrani yang telah memberi penghormatan
(memuji/memuliakan) kepada Isa putra Maryam. Saya hanya seorang hamba Allah,
maka katakan saja hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Adapun yang dimaksud dengan kemaslahatan di sini, adalah peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw yang dipandang perlu diselenggarakan tersebut harus mengandung
manfaat untuk kepentingan dakwah Islam, meningkatkan iman dan taqwa serta
mencintai dan meneladani sifat, perilaku, kepemimpinan dan perjuangan Nabi
Muhammad saw.
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara menyelenggarakan pengajian atau
acara lain yang sejenis yang mengandung materi kisah-kisah keteladanan Nabi saw.
pendukung Fathimah putri Nabi, mereka disebut Fathimiyyin, mereka lah pertama kali
16
yang mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad. Mereka mengadakan
Inilah kenyataan sejarah yang menjadikan sebagian ulama fiqh menolak mutlak
peringatan Nabi, dan memasukkan katagori bid’ah dalam urusan agama yang tidak
ada dasar hukumnya. Rasulullah saw tidak pernah memperingati hari kelahirannya
“Barangsiapa yang membuat hal baru dalam urusan agama kami yang tidak
ada dasar hukumnya, maka ia tertolak.” Artinya tidak termasuk dari ajaran Islam.
Para penentang perayaan maulid juga bersandar para praktek perayaan maulid
ketika masa Fathimiyyin yang lebih cenderung berlebihan dalam menyebarkan ajaran
syi’ah. Tujuan dari peringatan ini, sebagaimana yang dilihat oleh ahli fiqh sekaligus
da’i, Abdul Karim Al Hamdan, adalah penyebaran aqidah syi’ah dengan kedok cinta
keluarga Nabi dan disertai dengan praktek-praktek yang tidak diperbolehkan hukum,
sudah menjerus pada kultus individu, berdo’a kepada selain Allah, bernadzar kepada
selain Allah swt. Inilah bentuk-bentuk peringatan maulid Nabi semenjak kelomopk
17
F. Tradisi Fathimiyyah
pendukung Fathimah putri Nabi, mereka disebut Fathimiyyin, mereka lah pertama kali
Inilah kenyataan sejarah yang menjadikan sebagian ulama fiqh menolak mutlak
peringatan Nabi, dan memasukkan katagori bid’ah dalam urusan agama yang tidak
ada dasar hukumnya. Rasulullah saw tidak pernah memperingati hari kelahirannya
“Barangsiapa yang membuat hal baru dalam urusan agama kami yang tidak
ada dasar hukumnya, maka ia tertolak.” Artinya tidak termasuk dari ajaran Islam.
Para penentang perayaan maulid juga bersandar para praktek perayaan maulid
ketika masa Fathimiyyin yang lebih cenderung berlebihan dalam menyebarkan ajaran
syi’ah. Tujuan dari peringatan ini, sebagaimana yang dilihat oleh ahli fiqh sekaligus
da’i, Abdul Karim Al Hamdan, adalah penyebaran aqidah syi’ah dengan kedok cinta
keluarga Nabi dan disertai dengan praktek-praktek yang tidak diperbolehkan hukum,
sudah menjerus pada kultus individu, berdo’a kepada selain Allah, bernadzar kepada
18
selain Allah swt. Inilah bentuk-bentuk peringatan maulid Nabi semenjak kelomopk
Dalam sudut pandang yang berbeda, Dr. Muhammad ‘Alawi Al Maliki Al Husni,
seorang ahli fiqh, memandang bolehnya memperingati maulid Nabi dengan diisi
kegiatan yang bertujuan mendengarkan sejarah perjalanan hidup Nabi saw dan
karena itu termasuk katagori bid’ah yang tidak ada dasarnya dalam agama.
beliau bersyukur kepada Allah pada hari itu, atas nikmat diciptakan dirinya dimuka
kegelapan menuju cahaya. Ketika Rasulullah saw ditanya tentang sebab beliau
berpuasa pada hari Senin dalam setiap pekan, beliau bersabda sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, ( )ذلك يوم فيه ولدت. “Itu hari, saya
dilahirkan.”
Terkait bahwa para sahabat dan tabi’in tidak melaksanakan maulid, Dr Al Husni
mengatakan, “Apa yang tidak dikerjakan oleh salafus shaleh generasi awal Islam, tidak
otomatis menjadi bid’ah yang tidak boleh dikerjakan. Justru perlu dikembalikan
kepada persoalan aslinya, yaitu sesuatu yang membawa mashlahat secara syar’i
19
Menurut padangan Dr. Al Husni, jika memperingati maulid Nabi membawa
mashlahat secara syar’i, maka hukumnya dianjurkan, karena di dalamnya ada kegiatan
dzikir, sedekah, memuji Rasul, memberi makan fakir-miskin, dan kegiatan lainnya yang
H. Tergantung Kegiatan
dengan bid’ah dan kemungkaran yang terjadi sebelum abad Sembilan Hijriyah, dengan
bersandar pada hukum asli, yaitu “Menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada
meraih mashalahat.”
Ulama ahli Fiqh dari madzhab Maliki, Tajuddin Al Fakihani juga membolehkan.
Sebagian ada yang malah menganjurkan, seperti Imam Jalaluddi As Suyuthi dan Ibnu
firman Allah swt, {“ }وذكرهم بأيام اللهDan ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah.”
Fatwa itu tertuang sebagai berikut, “Rasulullah saw telah menetapkan bahwa
hari di mana beliau dilahirkan memiliki keutamaan dibanding dengan hari-hari lainnya.
mengutamakan amal. Itulah alasan memperingati hari ini. Dan bersyukur kepada Allah
swt atas pemberian-Nya yang sangat besar, berupa kelahiran Nabi akhir zaman yang
20
memberi petunjuk kepada kita menuju syari’at-Nya yang membawa kelestarian.
dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt atas apa yang disyariatkan,
mengenalkan manusia keutamaan dan keagungan pribadi Rasul, tidak keluar dari
koridor syariat dan berubah menjadi hal yang diharamkan secara hukum, seperti
ikhthilat atau campur baur laki-laki dan perempuan, cenderung kepada kegiatan yang
tidak ada gunanya dan hura-hura, tidak menghormati baitullah, dan termasuk yang
dikatagorikan bid’ah adalah tawasul terhadap kuburan, sesuatu yang tidak sesuai
Namun jika hal-hal positif lebih dominan dan manfaat secara syar’i didapatkan,
maka tidak ada larangan memperingati maulid Nabi dengan tetap mengantisipasi hal-
BAB III
KESIMPULAN
untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, dan pengagungan terhadap Rasulullah r
21
termasuk dari ibadah. Jika ia termasuk ibadah maka kita tidak diperbolehkan untuk
mengadakan perkara baru pada agama Allah (bid’ah) yang bukan syari’at-Nya. Oleh karena
itu peringatan maulid Nabi termasuk bid’ah dalam agama dan termasuk yang diharamkan.
Kemudian kita mendengar informasi bahwasannya pada acara peringatan maulid Nabi
terdapat kemunkaran-kemunkaran yang besar, yang tidak dibenarkan syar’i, indera maupun
kepada Allah ta’ala kita berlindung kepada Allah dari hal ini.
Dan juga kita mendengar informasi tentang kebodohan sebagian orang yang
mengikuti acara peringatan maulid Nabi tersebut , dimana ketika dibacakan kisah maulid
(kelahiran) beliau, lalu ketika sampai pada perkataan (dan lahirlah Musthafa ), maka mereka
semua serentak berdiri. Mereka mengatakan bahwa ruh Rasulullah telah datang, maka kami
berdiri sebagai penghormatan terhadap kedatangan ruhnya. Dan ini jelas suatu kebodohan.
Dan bukan merupakan adab bila mereka berdiri untuk menghormati kedatangan ruh
Nabi, karena Rasulullah merasa enggan (tidak senang) apabila ada sahabat yang berdiri
Rasulullah melebihi yang lainnya, akan tetapi mereka tidak berdiri untuk memuliakan dan
tersebut. Jika hal ini tidak mereka lakukan pada saat Rasulullah masih hidup, lalu bagaimana
hal tersebut bisa dilakukan oleh manusia setelah beliau meninggal dunia?.
Bid’ah ini, maksudnya adalah bid’ah maulid, terjadi setelah berlalunya 3 (tiga) kurun
waktu yang terbaik (masa sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in). sesungguhnya Peringatan
22
maulid Nabi telah menodai kesucian aqidah dan juga mengundang terjadinya ikhtilath
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hukmul Haqqu fil Ihtifal bi maulid Sayyidil Khalqi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
tulisan dari syaikh kami Ali bin Hasan al-Halabi – hafidhahullah – Al-Qaulul Fashlu fi Hukmil
23
Ihtifal bi maulidi Khoirir Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tulisan al-‘Allamah Ismail al-
Anshariy.
Muthohar Ahmad, Maulid Nabi : Menggapai Keteladan Rasullah SAW, Lkis, Februari
2011.
Syaikh Khalid al Juaraisy, Penerbit Darul Haq, Jakarta, Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1424.
http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/12/1/pustaka-172.html
http://www.box.net/encoded/6870461/67171703/226a37b841e29f599bfb2
24