Disusun Oleh :
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Dakwah........................................................................................................................5
B. Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah.....................................................5
C. Dakwah di Pulau Jawa.................................................................................................9
D. Dakwah Wali Songo....................................................................................................9
D. Dakwah di Desa.........................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................................16
BAB 1
A. Latar Belakang
Al-Qur‘ân merupakan sumber utama dan pertama sebagai dasar pedoman yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, dan Hadîts sebagai sumber yang kedua. Oleh
karenanya,sebagai umat Islam harus dapat mempelajari dan berusaha untuk melaksanakan
segala sesuatu yang ada di dalam al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut.Kandungan al-Qur‘ân secara
umum ada enam hal pokok, yaitu:Akidah, Akhlak, hukum, kisah-kisah,dasar-dasar ilmu
pengetahuan, dan janji dan ancaman. Kedudukan Hadîts sangat penting, sebab Hadîts itu
menjelaskan masalah-masalah yang belum dijelaskan dalam al-Qur‘ân Untuk
mensosialisasikan kandungan al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut,diperlukan dakwah, sebab
dakwah
adalah suatu usaha bagaimana terwujudnya ajaran al-Qur‘ân dan Hadîts pada semua aspek
kehidupan manusia.Awal mula dakwah Nabi Muhammad Saw. secara sembunyi-
sembunyi,yaitu dengan menbyeru keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan para sahabat
beliau yang dekat.1Tiga tahun lamanya beliau melakukan dakwah face to face. Setelah itu
beliau melakukan dahwah terang-terangan setelah ada perintah dari Allah.
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,
sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang langsung dari
Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13 M dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasari bukti-bukti sejarah
serta penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-
masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam mulai
berkembang di Nusantara sekitar abad ke-13 M. Hal tersebut tak lepas dari peran tokoh serta
ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam
proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan
masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan
dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat
Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya
dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang,
tembang jawa, gamelan, upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan
kepiawaan para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media
dakwah mereka dan sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam
unsur tersebut atau dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai
unsur aliran atau paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan.
B. Rumusan Masalah
Al-Qur‘ân merupakan sumber utama dan pertama sebagai dasar pedoman yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, dan Hadîts sebagai sumber yang kedua. Oleh
karenanya,sebagai umat Islam harus dapat mempelajari dan berusaha untuk melaksanakan
segala sesuatu yang ada di dalam al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya
dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang,
tembang jawa, gamelan, upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan
kepiawaan para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media
dakwah mereka dan sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam
unsur tersebut atau dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai
unsur aliran atau paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan.
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Definisi Dakwah ?
2. Mengetahui Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah ?
3. Mengetahui Dakwah di pulau jawa ?
4. Mengetahui Dakwah Wali Songo ?
5. Mengetahui Konsep Dakwah di Desa ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dakwah
Dakwah merupakan istilah yang khusus dalam islam, ia merupakan suatu kewajiban yang
harus dipertanggungjawabkan ke semua muslim yang mempunyai kemampuan. Islam
memrintahkan kita sebagai umatnya untuk menyampaikan kebenaran walaupun Cuma satu
ayat. Islam mengahruskan adanya dakwah yang terus menerus dilakukan ditengah umat.
Tanpa adanya dakwah maka akan banyak kemudharatan yang terjadi.
Dakwah merupakan segala aktifitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah
dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islami kepada nilai kehidupan
yang islami. Ativitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak,mendorong, menyeru,
tanpa tekanan, paksaan dan provokasi,dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian
sembako dan sebgainya.
2. Sunan Ampel
Gelar sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya adalah Ahmad
Rahmatullah. Beliau adalah Putra dari Ibrahim Asmoro-Kandi seorang Ulama Kamboja
yang kemudian menikah dengan Putri Majapahit. Beliau adalah orang yang mempelapori
pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebutlah yang kemudian dirancang sebagai
sentral seluruh aktivitas pemerintah dan sosial kemasyarakat. Dan kemudian hari Mesjid
inilah yang kemudian dikenal dengan Mesjidnya Para Wali.
Bila kita melihat sekilas dari apa yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel, seyogyanya
bersesuaian dengan apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah ketika berada dimadinah yang
menjadikan Mesjid sebagai tempat sentral pemerintahan dan sebagai tempat penyelesaian
berbagai masalah ataupun sanketa. Dan selanjutnya Sunan Ampel juga menyiapkan dan
melatih generasi-generasi Islam yang selanjutnya akan diutus ke berbagai wilayah lain.
3. Sunan Giri
Sunan giri adalah salah satu dari Wali Songo, yang bertugas menyiarkan agama
Islam dikawasan Jawa Timur, tepatnya didaerah Gresik. Beliau hidup antara tahun 1365-
1428 M. Ayahnya bernama Maulana Ishaq, berasal dari Pasai. Ibunya bernama
Sekardadu, Putri Raja Blamblangan, Prabu Minaksembuyu. Nama kecil sunan giri adalah
Jaka samudra. Masa kecilnya diasuh oleh janda kaya raya, Nyai Gedhe Pinatih.
Menjelang dewasa Jaka Samudra berguru kepada Sunan Ampel. Jaka Samudra diberi
gelar oleh Sunan Ampel dengan gelar Raden Paku.
Adapun pola dakwah yang telah dikembangkan beliau adalah :
a) Membina kader da‘i inti, yaitu mereka yang di didik di perguruan Giri.
b) Mengembangkan Islam keluar pulau Jawa. Pola da‘wah yang dikembangkannya
dan tidak dilakukan oleh wali-wali sebelumnya adalah usahanya mengirim anak
muridnya ke pelosok-pelosok Indonesia untuk menyiarkan Islam, misalnya Pulau
Madura, Bawean, Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Huraku yakni Kepulauan
Maluku.
c) Menyelenggarakan Pendidikan bagi masyarakat secara luas, yaitu dengan
mewujudkan gemelan saketan, kesenian wayang kulit yang sarat berisikan ajaran
Islam, merintis permainan-permainan anak yang berisikan ajaran Islam, serta
mengarang lagu-lagu Jawa yang disisipi dengan ajaran Islam.
4. Sunan Kudus
Nama lain dari sunan kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Undung atau Raden Untung,
dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal sebagai ulama yang besar yang menguasai
Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Sastra, Mantik dan terutama sekali Ilmu Fikih.
Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian beliau dijuluki “Waliyul ‘Ilmi: yang
artinya Wali yang menjadi gudang ilmu.
Beliau adalah seorang pujuangga besar yang memiliki kreativitas yang mampu
mengarang dongeng-dongeng pondok yang besifat dan berjiwa seni Islam. Dan dengan
kreativitas yang dimiliki beliau tersebut. Beliau mampu membaur dengan masyarakat,
meleburkan diri dengan budaya setempat dan mampu menarik simpati masa yang pada
selanjutnya ini dimanfaatkan untuk syiar da‘wah Islam.
5. Sunan Bonang
Sunan Bonang mendapat julukan nama Prabu Nyakrokusumo. Namun ketika remaja
Sunan Bonang memiliki nama Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah Putra Sunan
Ampel dan Nyai Ageng Manila. Program da‘wah yang dilakukanya adalah :
a) Pemberdayaan dan peningkatan jumlah dan mutu kader da‘i
b) Memasukkan pengaruh Islam kedalam kalangan bangsawan karaton Majapahit.
c) Terjun langsung ketengah-tengah masyarakat. Dalam berinteraksi dengan
masyarakat tersebut beliau menciptakan gending-gending atau tembang-tembang jawa
yang serat dengan misi pendidkan dan da‘wah.
d) Melakukan kondifikasi atau pembukuan da‘wah. Kodifikasi pesan da‘wahatau
ajaranya dilakukan oleh murid-muridnya. Kitab ini ada yang berbentuk puisi maupun
prosa. Kitab inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
6. Sunan Drajad
Nama asli dari Sunan Drajad adalah Syarifuddin Hasyim, merupakan Putra dari Sunan
Ampel. Dalam kehidupan sehari-harinya beliau dikenal sebagai Waliyullah yang bersifat
sosial, dimana dalam menjalankan aktivitas da‘wahnya beliau tidak segan-segan untuk
menolong masyarakat bawah serta memperbaiki kehidupan sosialnya. Adapun
polada‘wah yang dikembangkan beliau adalah :
a) Mendirikan pusat-pusat pos bantuan.
b) Membuat kampung-kampung percontohan.
c) Menanamkan ajaran kolektivisme, yaitu ajaran untuk bergotong royang.
d) Di bidang kesenian beliau menciptakan tembang-tembang jawa, yaitu pangkur.
Disini kita bisa melihat bahwa Sunan Drajad dalam menjalankan
da‘wahnyamengutamakan prinsip sosial kemasyarakatan dan dengan ini pula beliau dapat
membangun rasa saling butuh dan saling tolong menolong dalam masyarakat tersebut
hingga tidak ada masyarakat yang merasa kesusahan, dan dengan ini juga masyarakat
tersebut akan lebih mudah ditanamkan rasa keimanan yang kuat, yang selalu
melaksanakan perintah dan ajaran agama.
8. Sunan Kalijaga
Salah satu Wali yang sangat terkenal bagi orang jawa adalah Sunan Kalijaga.
Ketenaran Wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang
politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu sunan kalijaga
juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat.
Pola da‘wah yang telah dikembangkannya adalah:
a) Mendirikan pusat pendidikan di Kadilengu.
b) Berdakwah lewat kesenian.
c) Memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Dan beliau ini
merupakan pencipta wayang kulit dan pengarang buku-buku wayang yang
mengandung cerita dramatis dan berjiwa Islam.
9. Sunan Muria
Nama lain dari Sunan Muria adalah Raden Prowoto, Raden Umar Syahid. Beliau
adalah putra Sunan Kalijaga dan dewi saroh. Beliau merupakan seorang sufi atau ahli
thasawuf.
Seperti dengan wali-wali sebelumnya pola da‘wah yang beliau kembangkan banyak yang
serat dengan ajaran Islam yang berbentuk seni. Adapun pola da‘wah yang dikembangkan
oleh Sunan Muria adalah:
a) Menjadikan daerah pelosok-pelosok pengunungan sebagai pusat kegiatan da‘wah.
b) Berdakwah melalui jalur kesenian. Dengan menciptakan sinom, kinanti, dan
sebagainnya.
D. Dakwah di Desa
Masyarakat desa mempunyai kekerabatan yang sangat kuat dan mempunyai tradisi
tradisi yang masih sering di lakukan dalam setiap kegiatan di tradisi biasanya di isi juga
dakwah islam, berikut kegiatan yang ada di desa :
1. Apitan
Kegiatan apitan atau biasa di sebut sedekah bumi adalah kegiatan yang rutin
dilakaukan setiap tahun di desa.
2. Tahlilan
Tahlilan adalah upacara selamatan yang dilakukan sebagain umat islam di
Indonesia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal.
3. Syukuran
Syukuran atau selamatan adalah bentuk rangkain hidup bermasyarakat yang
tindakannya terikat aturan agama islam dalam bentuk makan bersama dan doa
bersama sebagai perwujudan rasa syukur. Biasanya undangannya terdidiri dari
keluarga dan tetangga.
4. Ngaji di mushola
Kegiatan ini biasa di lakukan setelah sholat magrib, untuk mengajarkan anak anak
desa tentang agama islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi dakwah rasulullah di Makkah adalah dalam bidang ketuhanan, pendidikan
dan pembinaan.Namun sebagai kota yang berbasis pada masyarakatnya yang
menyembah berhala, maka dakwah rasulullah di Makkah lebih ditekankan pada
bidang eskatologis atau ketuhanan, karena rasulullah ingin mengembalikan
kepercayaan dan keyakinan masyarakat Arab Makkah pada keiman yang benar yaitu
mengesaakan Allah dengan ketauhidan yang benar dan lurus.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa
pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa,
yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di
Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan
Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta
dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding
yang lain.
Daftar Pustaka
Al- Mubarakfuri,Syaikh Shafiyyurrahman, 2012, Sirah Nabawiyah,diterjemahkan Kathur
Suhardi dari judul asli,Sirah Nabawiyyah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
Sholeh, A Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika. 2010
Mubasyaroh, 2010, Sejarah Dakwah, Kudus: Nora Media Interprise