Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DAKWAH ISLAM DI DESA

Dosen Mata kuliah :


Drs. Nur’I Yakin Mch, SH., M.Hum

Disusun Oleh :

Achmad Mughni Rasyid ( 30901800002 )

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
DAFTAR ISI
BAB 1.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Dakwah........................................................................................................................5
B. Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah.....................................................5
C. Dakwah di Pulau Jawa.................................................................................................9
D. Dakwah Wali Songo....................................................................................................9
D. Dakwah di Desa.........................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................................16
BAB 1
A. Latar Belakang
Al-Qur‘ân merupakan sumber utama dan pertama sebagai dasar pedoman yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, dan Hadîts sebagai sumber yang kedua. Oleh
karenanya,sebagai umat Islam harus dapat mempelajari dan berusaha untuk melaksanakan
segala sesuatu yang ada di dalam al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut.Kandungan al-Qur‘ân secara
umum ada enam hal pokok, yaitu:Akidah, Akhlak, hukum, kisah-kisah,dasar-dasar ilmu
pengetahuan, dan janji dan ancaman. Kedudukan Hadîts sangat penting, sebab Hadîts itu
menjelaskan masalah-masalah yang belum dijelaskan dalam al-Qur‘ân Untuk
mensosialisasikan kandungan al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut,diperlukan dakwah, sebab
dakwah
adalah suatu usaha bagaimana terwujudnya ajaran al-Qur‘ân dan Hadîts pada semua aspek
kehidupan manusia.Awal mula dakwah Nabi Muhammad Saw. secara sembunyi-
sembunyi,yaitu dengan menbyeru keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan para sahabat
beliau yang dekat.1Tiga tahun lamanya beliau melakukan dakwah face to face. Setelah itu
beliau melakukan dahwah terang-terangan setelah ada perintah dari Allah.
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama,
sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M yang datang langsung dari
Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13 M dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasari bukti-bukti sejarah
serta penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-
masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam mulai
berkembang di Nusantara sekitar abad ke-13 M. Hal tersebut tak lepas dari peran tokoh serta
ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran Walisongo dalam
proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang begitu dekat dikalangan
masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan
dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat
Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya
dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang,
tembang jawa, gamelan, upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan
kepiawaan para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media
dakwah mereka dan sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam
unsur tersebut atau dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai
unsur aliran atau paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan.

B. Rumusan Masalah
Al-Qur‘ân merupakan sumber utama dan pertama sebagai dasar pedoman yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, dan Hadîts sebagai sumber yang kedua. Oleh
karenanya,sebagai umat Islam harus dapat mempelajari dan berusaha untuk melaksanakan
segala sesuatu yang ada di dalam al-Qur‘ân dan Hadîts tersebut.
Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan pendekatan budaya
dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang dikemas dengan Islam seperti wayang,
tembang jawa, gamelan, upacara-upacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan
kepiawaan para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media
dakwah mereka dan sedikit demi sedikit memasukan nilai-nilai ajaran agama islam kedalam
unsur tersebut atau dapat disebut metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai
unsur aliran atau paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk keserasiaan.

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Definisi Dakwah ?
2. Mengetahui Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah ?
3. Mengetahui Dakwah di pulau jawa ?
4. Mengetahui Dakwah Wali Songo ?
5. Mengetahui Konsep Dakwah di Desa ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Dakwah
Dakwah merupakan istilah yang khusus dalam islam, ia merupakan suatu kewajiban yang
harus dipertanggungjawabkan ke semua muslim yang mempunyai kemampuan. Islam
memrintahkan kita sebagai umatnya untuk menyampaikan kebenaran walaupun Cuma satu
ayat. Islam mengahruskan adanya dakwah yang terus menerus dilakukan ditengah umat.
Tanpa adanya dakwah maka akan banyak kemudharatan yang terjadi.

Dakwah merupakan segala aktifitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah
dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islami kepada nilai kehidupan
yang islami. Ativitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak,mendorong, menyeru,
tanpa tekanan, paksaan dan provokasi,dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian
sembako dan sebgainya.

B. Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah


Sebagai kegiatan utama yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW, kegiatan
dakwah di Makkah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan dakwahnya di
Madinah, hal ini disebabkan karena kondisi alam maupun kultur yang berbeda antara Makkah
dan Madinah.
Dakwah pada fase Makkah lebih difokuskan pada keesaan Tuhan karena kondisi
masyarakatnya yang belum bertauhid, sehingga Rasulullah merasa perlu untu membina
keyakinan bangsa Arab terutama Makkah ketika itu.Kondisi bangsa Arab sebelum
kedatangan Islam,terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan berhala
sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah paganisme.
Meskipun pada masa itu dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, namun ada
beberapa hikmah yang dapat diambil diantaranya:
1. Tidak cepet-cepat membuka konfrontasi fisik dengan kaumnya yang saat itu telah
rusak akhlak dan perilaku sosialnya.
2. Tidak menyampaikan pesan dakwah secara terangterangan, kecuali dalam
memberikan peringatanperingatan umum, yang dapat dijadikan sebagai jalan untuk
membuka hati dan pendengaran masyarakat tentang perlunya perubahan pada diri
mereka. (Shadiq:595). Dengan langkah ini diharapkan akan terbuka jalan untuk
mempersiapkan kade-kader inti yang militan dan mampu menjadi penopang dakwah
dengan penuh pengorbanan dan korban semangat jihad.
3. Dakwah secara sembunyi-sembunyi merupakan fase pendasaran pembangunan, yakni
untuk memilih kaderkader muslim yang kuat imannya, tulus keimanannya,dan militan
sikapnya, serta memiliki satu tujuan dalamsetiap gerakannya yang akan menjadi
pondasi bangunan sebuah masyarakat Islam. (Asy-Syami; 34).
4. Untuk memberikan keamanan bagi kalangan pemeluk Islam untuk beberapa saat.
5. Ayat al-Qur’an turun secara bertahap, yang isinya berupa arahan-arahan dari Allah
untuk menuntun jama’ah muslimah di jalan kebenaran.
Pada masa ini, dakwah dilakukan dengan pendekatan personal, yaitu pendekatan
dilakukan dengan cara antara da’i (rasulullah) bertatap muka secara langsung dengan
dengan mad’u (umat sebagai sasaran dakwahnya dalam hal ini adalah kerabat
terdekatnya), sehingga meteri dakwah langsung diterima dan rekasi yang ditimbulkan
dapat langsung diketahui Jadi, dakwah secara sembunyi yang dilaksanakan pada saat
itu merupakan upaya untuk mengantisipasi terjadinya penganiayaan kaum quraisy dan
berbagai cara mereka untuk menghalangi manusia dari jalan Allah.Dalam dakwah
secara sembunyi-sembunyi, terdapat beberapa orang yang langsung masuk Islam,
begitu rasulullah menyampaikan dakwahnya tentang Islam. Mereka adalah istri
beliau, ummul mukminin Khadijah binti Khuawailid, pembantu beliau Zaid bin
Haritash bin Syurahbil al-Kalby, Ali bin Abi Thalib,serta Abu Bakar as-Shiddiq yang
dikenal sebagai assabibuunalawwalun.Pendekatan dakwah personal dan dakwah
secara sembunti (sirriyah) dipilih karena kondisi saat itu belum memungkinkan
dakwah dilakukan secara terbuka dan pengikut masih minoritas,di siniliah sebenarnya
letak elastisitas pendekatan dakwah yang digunakan oleh Rasulullah Muhammad
SAW. Menurut penulis hal ini menunjukkan kecerdasan, kepiawaian dan kebijakan
Muhammad sebagai seorang rasul yang juga menguasaimanajemen dakwah.
Dakwah terang-terangan Setelah selama kurang lebih tiga tahun rasulullah
berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka tibalah berdakwah secara terang-
terangan, yang dimulai setelah turun al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara: 214 yang artinya “
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat” (QS.Asy-
Syu’ara:214).Adapun langkah pertama yang dilakukan rasulullah setelah turun ayat di
atas adalah mengundang Bani Hasyim. Beberapa orang dari Bani al-Muthalib bin
Abdi Manaf, yang jumlahnya sekitar 43 orang kemudian menemui rasulullah, semua
keluarga menentang termasuk pamannya abu Lahab, keculai Abu Thalib yang
langsung menyatakan akan melindungi semua kegiatan dakwah yang dilaksnakan
Rasulullah.Selanjutnya rasulullah bangkit dan langsung menyerang kebohongan dan
syirik, serta menyampaikan tentang kedudukan berhala dan hakekatnya yang tidak
memiliki nilai. Lebih lanjut rasulullah menyampaikan kebenaran secara terang-
terangan. dan menentang tindakan orang-orang quraisy yang tetap pada ketuhanan
mereka dengan menyembah berhala serta memperlakukan umat Islam dengan
semena-mena.Dakwah dengan cara terang-terangan ini memperoleh tantangan yang
keras dari suku quraisy. Ibnu Hisyam (I/299-300) menuturkan bahwa ada beberapa
cara suku quraisy menghadap dakwah rasulullah:
1. Ejekan, penghinaan, olok-olok dan penertawaan.Hal ini dilakukan untuk
melecehkan umat Islam dan menggembosi kekuatan mental mereka.
Sebagaimana dalam QS.Shad:4.
“ Dan mereka heran karena karena mereka kedatangan seorang pemberi
peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,
‘ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. (QS. Shad:4)
2. Menjelak-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan,
menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau
dan diri beliau (rasulullah). Mereka tiada henti melakukannya serta tidak
memberi kesempatan setiap orang untuk menelaah dakwahnya.
3. Melawan al-Qur’an dengan dongeng orang-orang terdahulu serta
menyibukkan uma dengan dongengdongen agar mereka melupakan al-
Qur’an
4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu
mereka berusaha mempertemukan al-Qur’an dengan jahiliyah di tengah
jalan. Orang-orang musyrik siap meninggalkan beberapa tradisi dari
mereka,begitu juga dengan rasulullah diharapakan melakukan hal yang
sama.
Dakwah dengan cara penawaran ini dilakukan rasulullah dalam rangka
menawarkan Islam sekaligus mencari dukungan keamanan dari kabilah yang
berdatangan di Makkah pada bulan haji untuk ziarah (beribadah haji) yang telah
berjalan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Dukungan keamanan ini
diperlukan,mengingat sejak Nabi Muhammad berdakwah secara terbuka, orang-orang
kafir Quraisy selalu meneror beliau serta para sahabatnya, sehingga mengancam
keamanan mereka. (Muriah,2000: 62).
Pendekatan penawaran yang dilakukan oleh rasulullah berupa ajakan untuk
beriman kepada Allah tanpa menyekutukannya, sekaligus menawarkan untuk diberi
jaminan keamanan dari mereka, karena tanpa adanya jaminan, maka perjalanan
dakwah tidak akan mencapai hasil yang maksimal.Perlu dipahami bahwa permintaan
jaminan keamanan bukan berarti rasulullah menafikan jaminan keamanan dari Allah,
tetapi menunjukkan adanya ihtiar disertai usaha. Sebagaimana dalam
firmanNya:” ...Dan Allah menjaga dirimu dari orang-orang yang memusuhimu” (QS.
Al-Maidah: 67)
Dakwah dalam bidang Pembinaan,Sebagaimana pada paparan di atas, bahwa
dakwah rasulullah dimulai setelah menerima wahyu pertama dan kedua,maka sejak
itu Nabi Muhammad berfungsi sebagai seorang pendidik dan pembimbing masyarakat
(social educator) melalui perombakan dan revolusi mental masyarakat Arab dari
kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat kemanusiaan dan tidak
menggunakan akal pikiran yang sehat.Sistem pembinaan dalam dakwah yang
dilakukan oleh rasulullah adalah dengan sistem kaderisasi dengan membina beberapa
sahabat. Kemudian beberapa sahabat tersebut mengembangkan Islam ke penjuru
dunia. Hal ini dimulai dari khulafaur rasyidin, kemudian generasi sesudahnya.
Pembinaan di Makkah lebih difokuskan pada bidang ketauhidan (keesaanTuhan),
sehingga ayat-ayat yang trurun di Makkah pada saat itu lebih menekankan pada
pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat yang turun biasanya pendek-pendek dan
diawali dengan ayat “yaa ayyuha an-nasu”.Tahapan pembinaan ini harus dijadikan
sebagai ibrah bagi umat pada masa sekarang. Pada masa awal-awal perkembangan
Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternatif, yang
memberi warna tertentu pada kehidupan kemanusiaan. Karakter paling penting yang
ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah keamaian dan aksih sayang
Sejumlah karekter lain dari masyarakat Islam Makkah diantaranya adalah rajin
bekerja (pekerja keras), memiliki akidah yang kuat, konsisten dalam beramal serta
setia pada janji. Hal ini semua terjadi karena dibawah kepeminpinan rasulullah
Muhammad SAW.
Disamping itu keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh rasulullah dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya;adanya konsisten nabi dalam menggunakan etika
dakwah serta penggunaan metode keteladanan / Uswah hasanah. Kedua faktor inilah
yang sangat mempengaruhi keberhasilan dakwah yang dilakukannya. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagai seorang
rasul, Muhammad tidak hanya sekedar menyerukan tentang Islam dan kebenaran
ajaran-ajarannya, tetapi juga konsisten untuk melaksanakan yang disampaikan kepada
umatnya.

C. Dakwah di Pulau Jawa


Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, bahwa Islam
mulai berkembang di Nusantara sekitar abad ke-13 M. Hal tersebut tak lepas dari peran
tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam
proses Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”.
Nama-nama Wali Songo
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
4. Sunan Drajat (Raden Qosim atau Raden Syaifudin)
5. Sunan Kalijaga (Raden Said)
6. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
7. Sunan Muria (Raden Umar Said)
8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
9. Sunan Giri (Raden Paku atau Muhammad Ainul Yakin)
Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik. Mereka memegang
beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai :
1. penyebar agama Islam
2. pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3. penasihat raja-raja Islam
4. pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam.

D. Dakwah Wali Songo


1. Maulana Malik Ibrahim
Nama lain dari Maulana Malik Ibrahim adalah Maulana Magribi, dan Maulana
Ibrahim. Terjadi perbedaan pendapat mengenai asal mula dari Maulana Malik Ibrahim
ini. Menurut tradisi atau babad Jawa, beliau adalah seorang Ulama dari Tanah Arab,
keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad. Sementara itu, Hamka menulis bahwa
beliau ini berasal dari Kasyan, Persia, dan seorang bangsa Arab keturunan Rasulullah
yang datang ke Jawa sebagai penyebar agama Islam. Adapun pola pengembangan da‘wah
yang beliau lakukan adalah sebagai berikut:
a) Bergaul dengan Para Remaja. Analisis yang sederhana bahwa dengan berinteraksi
dengan para remaja akan membuat Malik Ibrahim mengerti akan karakter para remaja
tersebut dan tentunya memudahkan beliau dalam menyebarkan agama karena sudah
paham bagaimana cara menyampaikan kebenaran ajaran Islam kepada mereka
tersebut.
b) Membuka pendidikan pesantren. Dimana anak-anak yang ingin mendalami
pengetahuan agama akan di didik yang pada selanjutnya akan dipersiapkan sebagai
kader Da‘i yang bisa terjun kedalam masyarakat bahkan bisa membangun pondok-
pondok pesantren dalam hal mengabdikan ilmunya kepada masyarakat. Dan pada
selanjutnya pula dari pondok-pondok tersebut akan kembali lahir para Da‘i handal.
Dan begitulah seterusnya hingga estapet perjalanan tersebut akan terus berlanjut
hingga saat ini.

2. Sunan Ampel
Gelar sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya adalah Ahmad
Rahmatullah. Beliau adalah Putra dari Ibrahim Asmoro-Kandi seorang Ulama Kamboja
yang kemudian menikah dengan Putri Majapahit. Beliau adalah orang yang mempelapori
pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebutlah yang kemudian dirancang sebagai
sentral seluruh aktivitas pemerintah dan sosial kemasyarakat. Dan kemudian hari Mesjid
inilah yang kemudian dikenal dengan Mesjidnya Para Wali.
Bila kita melihat sekilas dari apa yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel, seyogyanya
bersesuaian dengan apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah ketika berada dimadinah yang
menjadikan Mesjid sebagai tempat sentral pemerintahan dan sebagai tempat penyelesaian
berbagai masalah ataupun sanketa. Dan selanjutnya Sunan Ampel juga menyiapkan dan
melatih generasi-generasi Islam yang selanjutnya akan diutus ke berbagai wilayah lain.

3. Sunan Giri
Sunan giri adalah salah satu dari Wali Songo, yang bertugas menyiarkan agama
Islam dikawasan Jawa Timur, tepatnya didaerah Gresik. Beliau hidup antara tahun 1365-
1428 M. Ayahnya bernama Maulana Ishaq, berasal dari Pasai. Ibunya bernama
Sekardadu, Putri Raja Blamblangan, Prabu Minaksembuyu. Nama kecil sunan giri adalah
Jaka samudra. Masa kecilnya diasuh oleh janda kaya raya, Nyai Gedhe Pinatih.
Menjelang dewasa Jaka Samudra berguru kepada Sunan Ampel. Jaka Samudra diberi
gelar oleh Sunan Ampel dengan gelar Raden Paku.
Adapun pola dakwah yang telah dikembangkan beliau adalah :
a) Membina kader da‘i inti, yaitu mereka yang di didik di perguruan Giri.
b) Mengembangkan Islam keluar pulau Jawa. Pola da‘wah yang dikembangkannya
dan tidak dilakukan oleh wali-wali sebelumnya adalah usahanya mengirim anak
muridnya ke pelosok-pelosok Indonesia untuk menyiarkan Islam, misalnya Pulau
Madura, Bawean, Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Huraku yakni Kepulauan
Maluku.
c) Menyelenggarakan Pendidikan bagi masyarakat secara luas, yaitu dengan
mewujudkan gemelan saketan, kesenian wayang kulit yang sarat berisikan ajaran
Islam, merintis permainan-permainan anak yang berisikan ajaran Islam, serta
mengarang lagu-lagu Jawa yang disisipi dengan ajaran Islam.

4. Sunan Kudus
Nama lain dari sunan kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Undung atau Raden Untung,
dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal sebagai ulama yang besar yang menguasai
Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Sastra, Mantik dan terutama sekali Ilmu Fikih.
Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian beliau dijuluki “Waliyul ‘Ilmi: yang
artinya Wali yang menjadi gudang ilmu.
Beliau adalah seorang pujuangga besar yang memiliki kreativitas yang mampu
mengarang dongeng-dongeng pondok yang besifat dan berjiwa seni Islam. Dan dengan
kreativitas yang dimiliki beliau tersebut. Beliau mampu membaur dengan masyarakat,
meleburkan diri dengan budaya setempat dan mampu menarik simpati masa yang pada
selanjutnya ini dimanfaatkan untuk syiar da‘wah Islam.

5. Sunan Bonang
Sunan Bonang mendapat julukan nama Prabu Nyakrokusumo. Namun ketika remaja
Sunan Bonang memiliki nama Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah Putra Sunan
Ampel dan Nyai Ageng Manila. Program da‘wah yang dilakukanya adalah :
a) Pemberdayaan dan peningkatan jumlah dan mutu kader da‘i
b) Memasukkan pengaruh Islam kedalam kalangan bangsawan karaton Majapahit.
c) Terjun langsung ketengah-tengah masyarakat. Dalam berinteraksi dengan
masyarakat tersebut beliau menciptakan gending-gending atau tembang-tembang jawa
yang serat dengan misi pendidkan dan da‘wah.
d) Melakukan kondifikasi atau pembukuan da‘wah. Kodifikasi pesan da‘wahatau
ajaranya dilakukan oleh murid-muridnya. Kitab ini ada yang berbentuk puisi maupun
prosa. Kitab inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.

6. Sunan Drajad
Nama asli dari Sunan Drajad adalah Syarifuddin Hasyim, merupakan Putra dari Sunan
Ampel. Dalam kehidupan sehari-harinya beliau dikenal sebagai Waliyullah yang bersifat
sosial, dimana dalam menjalankan aktivitas da‘wahnya beliau tidak segan-segan untuk
menolong masyarakat bawah serta memperbaiki kehidupan sosialnya. Adapun
polada‘wah yang dikembangkan beliau adalah :
a) Mendirikan pusat-pusat pos bantuan.
b) Membuat kampung-kampung percontohan.
c) Menanamkan ajaran kolektivisme, yaitu ajaran untuk bergotong royang.
d) Di bidang kesenian beliau menciptakan tembang-tembang jawa, yaitu pangkur.
Disini kita bisa melihat bahwa Sunan Drajad dalam menjalankan
da‘wahnyamengutamakan prinsip sosial kemasyarakatan dan dengan ini pula beliau dapat
membangun rasa saling butuh dan saling tolong menolong dalam masyarakat tersebut
hingga tidak ada masyarakat yang merasa kesusahan, dan dengan ini juga masyarakat
tersebut akan lebih mudah ditanamkan rasa keimanan yang kuat, yang selalu
melaksanakan perintah dan ajaran agama.

7. Sunan Gunug Jati


Sunan Gunung Jati atau nama lengkapnya adalah Syarif Hidayatullah Putra dari
Syarif Abdullah dan Nyai larasantang. Sunan gunug jati atau Fathillah selain seorang
da‘ijuga dikenal sebagai pahlawan bangsa yang gigih melawan penjajahan. Dalam
mempertahankan daerah teritorialnya adalah dengan mengintegrasikan dari ancaman
penjajah. Beliau berhasil mematahkan kekuasaan Protugis pada tanggal 22 juni 1527,
yang kemudian menggantikan Sunda Kelapa dengan Jayakarta (kemenangan yang
paripurna).
Strategi metode pengembangan da‘wah yang dilakukan Sunan Gunung Jati lebih terfokus
pada job description atau pembagian tugas diantaranya:
a) Melakukan pembinaan intern kesultanan dan rakyat yang masuk dalam wilayah
Demak ditangan Wali senior. Dengan program utamanya adalah masyarakat Jawa
Timur danJawa Tengah harus segera diislamkan sebab mereka merupakan kekuatan
pokok. SunanGunung Jati mengorientasikan da‘wahnya pada pertahanan di Jawa
bagian Barat dari ekspansi Asing.
b) Melakukan pembinaan terhadap luar daerah dengan menyerahkan tanggung
jawabnya kepada para pemuda.

8. Sunan Kalijaga
Salah satu Wali yang sangat terkenal bagi orang jawa adalah Sunan Kalijaga.
Ketenaran Wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang
politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu sunan kalijaga
juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang yang hebat.
Pola da‘wah yang telah dikembangkannya adalah:
a) Mendirikan pusat pendidikan di Kadilengu.
b) Berdakwah lewat kesenian.
c) Memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Dan beliau ini
merupakan pencipta wayang kulit dan pengarang buku-buku wayang yang
mengandung cerita dramatis dan berjiwa Islam.

9. Sunan Muria
Nama lain dari Sunan Muria adalah Raden Prowoto, Raden Umar Syahid. Beliau
adalah putra Sunan Kalijaga dan dewi saroh. Beliau merupakan seorang sufi atau ahli
thasawuf.
Seperti dengan wali-wali sebelumnya pola da‘wah yang beliau kembangkan banyak yang
serat dengan ajaran Islam yang berbentuk seni. Adapun pola da‘wah yang dikembangkan
oleh Sunan Muria adalah:
a) Menjadikan daerah pelosok-pelosok pengunungan sebagai pusat kegiatan da‘wah.
b) Berdakwah melalui jalur kesenian. Dengan menciptakan sinom, kinanti, dan
sebagainnya.
D. Dakwah di Desa
Masyarakat desa mempunyai kekerabatan yang sangat kuat dan mempunyai tradisi
tradisi yang masih sering di lakukan dalam setiap kegiatan di tradisi biasanya di isi juga
dakwah islam, berikut kegiatan yang ada di desa :
1. Apitan
Kegiatan apitan atau biasa di sebut sedekah bumi adalah kegiatan yang rutin
dilakaukan setiap tahun di desa.
2. Tahlilan
Tahlilan adalah upacara selamatan yang dilakukan sebagain umat islam di
Indonesia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal.
3. Syukuran
Syukuran atau selamatan adalah bentuk rangkain hidup bermasyarakat yang
tindakannya terikat aturan agama islam dalam bentuk makan bersama dan doa
bersama sebagai perwujudan rasa syukur. Biasanya undangannya terdidiri dari
keluarga dan tetangga.
4. Ngaji di mushola
Kegiatan ini biasa di lakukan setelah sholat magrib, untuk mengajarkan anak anak
desa tentang agama islam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi dakwah rasulullah di Makkah adalah dalam bidang ketuhanan, pendidikan
dan pembinaan.Namun sebagai kota yang berbasis pada masyarakatnya yang
menyembah berhala, maka dakwah rasulullah di Makkah lebih ditekankan pada
bidang eskatologis atau ketuhanan, karena rasulullah ingin mengembalikan
kepercayaan dan keyakinan masyarakat Arab Makkah pada keiman yang benar yaitu
mengesaakan Allah dengan ketauhidan yang benar dan lurus.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa
pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa,
yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di
Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan
Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta
dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding
yang lain.
Daftar Pustaka
Al- Mubarakfuri,Syaikh Shafiyyurrahman, 2012, Sirah Nabawiyah,diterjemahkan Kathur
Suhardi dari judul asli,Sirah Nabawiyyah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
Sholeh, A Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika. 2010
Mubasyaroh, 2010, Sejarah Dakwah, Kudus: Nora Media Interprise

Anda mungkin juga menyukai