ii
Daftar isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara agararis dengan luas
wilayah lauatan yang 70 % lebih luas dari wilayah lautan.
Tidak heran jika banyak masyarakat Indonesia bermata
pencahariannya adalahinta sebagai nelayan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.Tidak hanya
sebagai Negara agararis, di Indonesia juga di yakini bahwa
nenek moyang bangsa ini adalah pelaut yang berkelana
sampai akhirnya mereka menemukan tanah yang subur
seperti Indonesia tercinta ini yang ditandai dengan berbagai
macam flora dan fauna yang dapat hidup dengan bebas di
bumi pertiwi ini. Karena nenek moyang kita adalah pelaut,
maka ada banyak pula cerita dan tradisi atau pun
kepercayaan yang diwariskan dari masa kemasa dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Segala warisan budaya
serta kepecayaan itu mestinya dijaga dan dilestarikan oleh
generasi penerus bangsa ini. Salah satu hal yang dapat
dilakuakan untuk melestarikan warisan budaya adalah
dengan cara mengenal budaya yang ada di bumi Nusantara
ini. Terlebih khususnya upacara adat yang ada di Sulawesi
selatan yang dibahas dalam materi kali ini
A. Rumusan masalah
1. Mengetahui defenisi dari upacara adat
2. Mengetahui jenis jenis upacara adat yang ada di
indonesia
3. Mengetahui macam upcara adat yang ada di Sulawesi
selatan khususnya masyarakat nelayan
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian upacara adat
Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan
secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan
demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-
sendiri,
seperti upacara perkawinan, upacara labuhan, upacara cam
as pusaka dan sebagainya.
Itu artinya upacara adat nelayan adalah upcara adat
yang ada di sekitaran wilayah pesisir upacara yang ada
sekitar wilayah ini bermacam macam Karen banyak migrasi
dan perdagangan yang masuk untuk menyebarkan upacara
yang ada dari daerah nya masing untulk di bawa ke daerah
pesisir.
1. Koentjaraningat (1992)
Menurut ahli sosiologi dan antropologi di Indonesia ini,
mengatakan jika pengertian upacara adat adalah suatu bentuk
acara yang dilakukan dengan bersistem dengan dihadiiri secara
penuh masyarakat, sehingga dinilai dapat membuat masyarakat
merasa adanya kebangkitan dalam diri mereka.
2. Abdurrauf Tarimana, (1993)
Pengertian upacara adat adalah asas-asas yang
mengakibatkan adanya hubungan timbal-balik yang tampak nyata
ii
dalam masyarakat, meskipun ia menambahkan bahwa dalam
upacara dat ada istilah “tolak bala” antra manusia Dewa, Tuhan,
atapun mahluk halus lainnya.
3. Subur Budhisantoso, (1948)
Menurutnya, ada berbagai fungsi yang terdapat dalam upacara
adat diantarnya adanya penciptaan pengendalian sosial, norma
sosial, penanaman nilai sosial, dan dipergunakan sebagai media
sosial.
4. Clifford Geerts dalam Sitti Masnah Hambalai (2004)
Definisi upacara adat adalah sistem berupa simbul yng
dilakukan untuk pengintegrasian etos dan juga pandangan hidup.
5. Suwandi Notosudirjo, (1990)
Menurutnya, arti upacara adat adalah upacara yang dilakukan
secara bersistem yang mampu mendorong
kehidupan sosial masyarakat yang ada dilingkungannya.
Dari 5 pengertian upacara adat menurut para
ahli tersebut dapatlah dismpulkan jika upcara adat ialah bagian
adat istiadat yang dianggap budaya yang mampu dinilai sebagai
bentuk pengendalian secara sosial oleh masyarakat.
ii
Teluk Bone. Hanya daerah Tana Toraja, Enrekang, Sidrap
dan Sopeng yang wilayahnya tidak berbatasan dengan laut
karena berada di pedalaman. Keadaan geografis yang
demikian pada gilirannya membuat sebagian besar
masyarakatnya hidup sebagai nelayan, terutama
masyarakat yang daerahnya berbatasan dengan laut.
ii
Pertama, dilakukan acara Appalili Tedong, yakni acara
mengajak kerbau keliling kampung dengan iring-iringan orang
berpakaian adat dan seperangkat musik gendang.
Setelah selesai mengelilingi kampung, kerbau tersebut
dimantrai (apparuru) dan ditempatkan di antara orang-orang yang
menari tarian Salonreng. Selanjutnya kerbau akan disembelih dan
beberapa bagian tubuhnya dimasukkan ke dalam wadah persegi
yang terbuat dari anyaman bambu (walasuji) bersamaan dengan
sesajian lainnya.
Hal tersebut dilakukan oleh seorang Sanro dengan penuh
kesakralan. Setelah dimasukkan ke walasuji barulah masyarakat
berbondong-bondong mengantarkan bungkusan sesajian itu ke
pantai, lalu dibawa ke laut menggunakan perahu dan pada tempat
tertentu, yang sudah ditentukan di tengah laut.
Sumber : warisanbudaya.kemdikbud.go.id
2. Bagang ( alat penangkap ikan )
Proses Pembuatan Bagang
Bagang, sebagaimana telah disinggung di atas, adalah alat
penangkap ikan. Alat ini berupa bangunan yang didirikan di laut
dengan bahan bambu dan batangan kayu. Bentuknya menyerupai
rumah kecil. Bangunan ini dilengkapi dengan jaring dan lampu gas
(stromking). Oleh karena bangunannya menyerupai rumah, maka
biasanya dijadikan tempat istirahat (tidur) oleh pemiliknya pada
malam hari.
ii
Pembuatan Bagang Tancap
Untuk mendirikan bagang tancap paling tidak membutuhkan
5--10 orang. Pekerjaan ini diawali dengan pencarian atau
pengumpulan bambu yang tua dan panjang. Bambu-bambu itu
sebagian dibuat rakit yang pada saatnya akan ditarik dengan
perahu untuk membawa bambu yang diperlukan ke tengah laut
(lokasi yang diinginkan). Sementara itu, bambu-bambu yang lain
dipilih sebagai fondasi. Bambu-bambu ini pada salah satu
ujungnya (bagian pangkal) diruncingi dan setiap ruasnya dilubangi
agar air dapat masuk, sehingga tidak mengambang. Ketika
bambu-bambu itu sudah ada di lokasi yang telah ditentukan, maka
beberapa orang akan menyelam ke dasar laut untuk mengetahui
kedalaman dan sekaligus untuk mengetahui lunak dan kerasnya
tanah dasar laut. Ini penting karena ada kaitannya dengan sisa
bambu yang muncul di permukaan air (setelah ditanam). Biasanya
kedalaman yang diperlukan adalah sekitar 9--10 depa.
Sedangkan, sisa bambu yang muncul di permukaan air kurang
lebih 1 depa.
ii
ke atas dan membentuk segi tiga. Pada puncak bambu yang
membentuk segi tiga itu masih ditambah dengan satu bambu lagi
yang dihubungkan dengan bagian depan lantai bilik.
3. Maccera’tasi’
Maccera’ tasi’ berasal dari dua kata, yaitu cera’ yang berarti
darah dan tasi’ artinya laut.
Dalam mitologi I La Galigo disebut bahwa pada masa paling awal,
bumi ini dalam keadaan kosong dan mati. Tidak ada satupun
makhluk hidup yang berdiam dimuka bumi. Keadaan itu
digambarkan oleh naskah I La Galigo, bahwa tidak ada seekor
burungpun yang terbang di angkasa, dan tidak ada seekor semut
pun yang melata di atas muka bumi ini, serta tidak ada seekor
ikanpun yang berenang di dalam lautan dan samudra.
ii
Upacara ini sudah berlangsung sejak lama dan terus dilakukan
secara turun-temurun, yang diadakan setiap setahun sekali. Di
dalam acara ini hubungan fungsional antara setiap mahluk hidup,
baik manusia maupun Flora dan Fauna, dengan seluruh isi alam
ini, akan di tata kembali dan akan ditempatkan pada proporsi yang
sebenarnya secara harmonis.
ii
BAB III
A. Kesimpulan
1. Indonesia merupakan Negara agraris dengan berbagai
suku bangsa
2. Masyarakat nelayan di Sulawesi masih melestarikan
upcara adat yang ada
3. Upacara adat kebanyakan berisi mengenai
kepercayaan nenek moyang.
B. Saran
1. Kita harus mengenal kebudayaan yang ada di
Indonesia terlebih khusus kebudayaan daerah kita
sendiri.
2. Sebagai generasi mudah kita mesti melestarikan
kebudayaan yang sudah ada secara turun temurun
diwariskan kepada kita dari nenek moyang kita.
3. Dan kita harus memperkenalkan budaya daerah
kita kepada orang lain dan generasi mudah supaya
generasi muda dapat melestarikan budaya tersebut.
ii