Anda di halaman 1dari 2

Dari Pasar Rakyat Hingga Larung Sesaji, Uniknya Syawalan di Rembang!

Solopos.com, REMBANG --- Syawalan adalah puncak dari perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh
setiap satu minggu dari hari pertama Idul Fitri atau Lebaran. Perayaan yang juga dikenal dengan
Kupatan tersebut dirayakan dengan cara-cara yang unik di masing-masing daerah, salah satunya di
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Dilansir dari Jateng.kemenag.go.id, Senin (9/5/2022), Syawalan di Kabupaten Rembang diadakan di


kompleks Taman Rekreasi Pantai Kartini (Dampo Awang Beach) yang terletak di tengah-tengah Kota
Rembang.

Layaknya seperti Dandangan yang diadakan di Kabupaten Kudus, Syawalan di Rembang ini
disemarakan oleh ratusan pedagangan yang tidak hanya berasal dari pedagang lokal saja, tapi juga
berasal dari beberapa kota lainnya.

Baca Juga:

Mereka berdagang beraneka ragam macam produk, seperti bunga hias, gerabah, aneka mainan unik,
kuliner, dan masih banyak lainnya.Selain itu, Syawalan juga diisi oleh hiburan grup musik tertentu.
Antusiasme warga dalam acara ini sangat tinggi dan mereka selalu menggunakan momen syawalan
ini untuk berbelanja berbagai produk dan tidak lupa berkuliner ria.

Selain menghadirkan ratusan pedagang, acara Syawalan di Kabupaten Rembang juga dikenal dengan
tradisi ritualnya, yaitu ritual sedekah laut. Dilansir dari Visitjawatengah.jatengprov.go.id, dalam
ritual ini, masyarakat pesisir akan memberikan persembahan atau sejsaji berupa hasil bumi yang
akan dikumpulkan dalam sebuah miniatur perahu dan kemudian dilarung di laut.

Makna dari ritual ini adalah menghaturkan ucapan syukur atas berkah selama bulan Ramandan dan
juga nikmat Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran dari Yang Maha Kuasa dengan harapan bahwa segala
kerja keras dapat membuahkan hasil sehingga menjadi berkah bagi umat manusia, khususnya
masyarakat pesisir.

Baca Juga:

Makna dari perayaan Syawalan atau Kupatan sendiri adalah saling ngaku lepat atau mengaku salah
satu dengan yang lain sehingga disimbolkan dalam bentuk ketupat. Secara filosofis, ketupat adalah
olahan beras yang teksturnya seperti lontong namun dibungkus dengan daun janur atau daun kelapa
muda. Daun janur yang dianyam ini menggambarkan kesepahaman satu dengan yang lain atas
kesalahan yang telah dilakukan, baik itu sengaja atau tidak disengaja.

Sikap saling memahami dan memaafkan satu dengan yang lainnya ini juga disimbolkan dengan
kegiatan saling kirim mengirimkan ketupat, lengkap dengan lauk-lauknya. Prosesi saling kirim
menginrimkan ketupat dan lauknya ini dilakukan oleh warga kepada tetangga atau kerabat yang
lebih tua.

Oleh pemerintah kabupaten setempat, momen acara Syawalan ini juga dijadikan alat untuk menarik
minat wisatawan untuk datang ke Kabupaten Rembang. Wisata ini merupakan salah satu wisata seni
budaya yang bisa menjadi wadah edukasi bagi generasi muda sehingga tradisi ini bisa terus
dilestarikan.
Ada Gunungan Megono, Begini Tradisi Syawalan Khas Kota Kajen

Solopos.com, PEKALONGAN --- Syawalan Megono adalah tradisi perayaaan 8 Syawal yang khas dari
Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Perayaan yang dilakukan setelah puasa wajib selama enam
hari setelah Hari Raya Idul Fitri ini diadakan di objek wisata Linggoasri.

Berdasarkan kajian ilmiah dari Scrib.com, Senin (9/5/2022), seperti namanya, tradisi syawalan
Megono ini meggunakan gunungan Megono, yang merupakan makanan olahan nasi dengan gori
atau serat nangka yang sudah diberi bumbu dan kemudian dimasak tumis sehingga memiliki rasa
yang gurih dan sedap.

Tradisi ini pada awalnya dilakukan di Masjid secara sederhana dari masing-masing desa dengan
membuat selamatan. Sementara itu, fungsi folklor dari tradisi ini adalah sebagai fungsi sosial,
ekonomi, hiburan dan budaya. Masyarakat Pekalongan percaya akan adaya berkah dari tradisi
syawalan Megono ini bagi yang mepercayainya. Dalam acara ini juga diisi dengan penampilan tari
gambyong.

Baca Juga:

Awal mula tradisi ini berawal dari kegembiraan para nenek moyang yang saat itu setelah
menjalankan puasa Ramadan selama sebulan penuh dan dipuncaki Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal
dan dilanjutkan puasa sunah selama enam hari dari tanggal 2-7 Syawal dan diakhiri dengan Bodo
(Bakda) Syawal pada 8 Syawal.

Saat itu, para nenek moyang berpesta dengan membuat Sego Megono yang memuat filosofi
kesederhanaan dari sebuah cara hidup Islam yang dikenal dengan sebutan qonaah sehingga makna
dari Syawlaan Megono ini adalah lebih kepada meningkatkan taqwa dan kesederhanaan
sebagaimana tujuan dari puasa Ramadan.

Selain Gunungan Megono, dalam acara Syawalan Megono ini juga dimeriahkan dengan adanya
perlombaan hasil bumi yang nantinya diarak bersamaan gunungan Megono dengan iringan
beberapa kesenian kendang pecak dan rebana. Puncaknya, gunungan Megono dengan hasil bumi ini
akan diperebutkan oleh warga.

Baca Juga:

Pertunjukan tari rebbana santri diperagakan secara serempak dan lemah gemulai oleh 10 orang
penari dengan diiringi juga oleh gamelan Jawa dari para pengrawit sehingga terdengar begitu
harmonis. Acara ini juga diiringi dengan kirab dengan melepas sepasang gajah Linggoasri yang diarak
dengan beragam macam pertunjukan kesenian, seperti silat rebana yang mengerahkan 40
perseonel. 40 personel itu terdiri dari 30 penari dan 10 orang pesilat.

Syawalan Megono ini dipusatkan di kawasan Linggoasri dikarenakan Pemerintah Kabupaten


(Pemkab) Pekalongan ingin mempromosikan wisata tersebut kepada masyarakat. Wisata Linggoasri
ini berada di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen yang memiliki ketinggian sekitar 700 meter di atas
permukaan laut (Mdpl) dengan suhu sekitar 26 derajat celcius.

Anda mungkin juga menyukai