Anda di halaman 1dari 2

Wisata Kearifan Lokal di Kota Semarang

Di kota semarang yang lebih di kenal sebagai kota kuliner, ternyata kota semarang juga di juluki
sebagai kota religius dengan peninggalan- peninggalan bersejarah oleh dari beberapa agama
yang ada pada kota semarang.
 Semarang memiliki Pantai yang indah Pantai Marina dan pantai Maron untuk rekreasi
keluarga, dan juga wisata alam Goa Kreo yang setiap setiap tanggal 3 Syawal diadakan
upacara Sesaji Rewanda.
 Semarang memiliki seni budaya warak ngendhog dan dhugdheran yang diadakan
menjelang datangnya bulan ramadhan.
 Semarang memiliki kota tua Little Netherland yang mencakup kawasan Polder Tawang,
Gereja Blenduk, Stasiun Semarang Tawang, Jembatan Berok, Pasar Johar dan Lawang
Sewu. Gereja Blendug dan Lawang Sewu adalah peninggalan semasa penjajajahan hindia
belanda yang sekarang diminati sebagai tempat wisata lokal disemarang dikarenakan
bentuk bangunannya yang sangat unik dan khas akan ornament dan nuansa eropa
 Komunitas Tionghoa di Semarang, melalui perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas
Pecinan Semarang untuk Pariwisata), mengadakan Waroeng Semawis, yakni arena wisata
kuliner yang menjual berbagai makanan & oleh-oleh khas Semarang, di
daerah pecinan Semarang (daerah Gang Pinggir) setiap akhir minggu (Jumat - Minggu)
dan hari libur nasional. Kopi Semawis juga rutin menggelar Pasar Imlek Semawis selama
beberapa hari setiap menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di Pecinan Semarang.

Tradisi Kearifan Lokal yang Masih Dilestarikan Oleh Semarang

 Tradisi Nyadran
Tradisi nyadran bukanlah sesuatu yang asing bagi masyarakat Jawa, termasuk Semarang.
Nyadran biasanya dilakukan sebelum ibadah puasa dimulai, yaitu dibulan Ruwah. Umat
muslim akan berziarah ke makam keluarga atau leluhur lalu membersihkan kuburan.
Selanjutnya, mereka akan memanjatkan doa bagi sanak saudara yang telah meninggal,
sejlaigus meminta pada Tuhan supaya ibadah puasa bisa berjalan dengan baik.
Umumnya nyadran dilakukan secara pribadi atau bersama keluarga besar. Namun,
beberapa daerah masih menggelar tradisi ini bersama seluruh warga satu dusun atau desa.
Biasanya, setelah berziarah kubur, masyarakat akan mengadakan makan bersama.
Beberapa ritual tersebut merupakan sebagian tradisi terkenal yang masih dipertahankan
oleh masyarakat Semarang. Masih ada tradisi-tradisi lain seperti mantenan, aqiqah,
padusan, siraman, dan juga magengan.
 Tradisi Popokan di Desa Sendang Semarang
Tradisi popokan ini sudah berlangsung lama, turun temurun dari pendiri Desa
Sendang sampai sekarang. Prosesi tradisi ini diawali dengan pembersihan mata air atau
sendang, sesuai dengan nama Desa Sendang pada hari Kamis sore. Setelah shalat Jum’at,
warga Desa membawa ambeng atau nasi yang dibentuk mirip gunungan dan jajan pasar
ke rumah bayan (pengurus kampung) untuk acara selamatan. Setelah selesai acara
ambengan, warga menuju perbatasan desa pertigaan Ntotog atau Dusun Ngasinan sebagai
awal untuk mengadakan acara kirab atau arak-arakan dan selesai di Balai Desa Sendang.
Dalam acara kirab ini disajikan kesenian dari Desa Sendang yaitu reog atau jatilan,
noknik (pagelaran wayang orang), dan penampilan hasil kreasi warga di Desa Sendang.
Di barisan depan dalam acara arak-arakan terdapat miniatur harimau. Di belakangnya
diikuti oleh sekelompok rombongan yang berpakaian model adat. Miniatur harimau
tersebut dilempar dengan lumpur, sebagai penghormatan kepada sesepuh Desa Sendang
dulu yang berhasil mengusirnya dengan lumpur. Sampai di lokasi popokan, modin
(pemuka agama) membacakan doa dan diikuti dengan perebutan nasi tumpeng oleh
warga. Setelah pembacaan doa selesai, acara popokan dilaksanakan. Warga saling
melempar lumpur di tengah persawahan, di perbatasan desa tanpa ada rasa emosi.

Anda mungkin juga menyukai