Anda di halaman 1dari 2

Mensyukuri Nikmat Alam Melalui Tradisi Sesajen Rewanda

Dusun Talun Kacang adalah salah satu daerah di Semarang yang terkenal akan
kekentalan budayanya. Di daerah ini terdapat objek wisata Goa Kreo dimana terdapat banyak
sekali kera yang hidup berdampingan dengan penduduk sekitar. Salah satu budaya yang
mencolok dari daerah ini adalah tradisi Sesajen Rewanda. Sesajen Rawondo adalah tradisi rutin
tahunan yang diselenggarakan setiap tanggal 3 Syawal di kawasan Goa Kreo. Sesajen Rewanda
merupakan tradisi yang menggambarkan kehidupan sosial budaya di dusun Talun Kacang.

Perjalanan Sunan Kalijaga dalam mencari saka guru untuk dijadikan sebagai tiang utama
dalam pembangunan masjid Agung Demak meninggalkan sejarah yang kemudian menjadi di
asal-usul tradisi ini. Dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga mendapat petunjuk untuk mencari saka
guru tersebut ke arah barat daya atau ke arah Semarang. Saat mencari kayu jati yang akan
dijadikan sebagai saka guru tersebut, konon Sunan Kalijaga dibantu oleh para kera untuk
menggulirkan batang kayu jati yang kemudian dihanyutkan ke sungai Kreo. Setelah itu, barulah
batang kayu tersebut dibawa ke Demak untuk pembangunan masjid Agung. Dari sinilah
kemudian terjalin interaksi yang baik antara kera penghuni Goa Kreo dengan penduduk sekitar.
Penduduk kampung Talun Kacang mengadakan tradisi ini dengan tujuan untuk mendoakan para
leluhur, menjaga keseimbangan alam, dan menjaga hubungan yang baik dengan makhluk lain
yang ada di sekitar Goa Kreo seperti kera-kera tersebut.

Tata Cara Sesajen Rewanda

Ritual Sesajen Rewanda diawali dengan arak-arak mengusung empat gunungan dari
Kampung Kandri ke Goa Kreo. Di barisan terdepan, terdapat empat orang dengan kostum kera
warna merah, putih, hitam, dan kuning. Setelah itu, diikuti oleh replika batang kayu jati.
Kemudian di barisan setelahnya terdapat barisan gunungan dan para penari. Prosesi Sesajen
Rewondo ini dipandu oleh tokoh adat yang memimpin doa kepada Sang Pencipta. Masyarakat
mengarak gunungan yang berisi buah-buahan, sayur-sayuran, dan ada pula yang isinya ketupat.
Selain itu ada pula gunungan yang disebut Sego Kethek yang nantinya akan dipersembahkan
bagi para kera di Goa Kreo. Di dalamnya terdapat nasi, sayur, serta lauk yang dibungkus daun
jati. Pada perayaan ini masyarakat membuat 1000 bungkus Sego Kethek sebagai gunungan.
Sesampainya di kawasan Goa Kreo, prosesi sesajen dimulai. Sesajen ini dipimpin oleh
sejumlah tokoh adat yang memanjatkan do’a. Setelah itu, dilanjutkan oleh tarian 4 orang yang
berkostum kera dengan diiringi tabuhan gamelan, dan diikuti oleh masyarakat lainnya. Setelah
pembacaan doa dan peragaan tarian selesai, gunungan kemudian dibagikan. Para warga
kemudian berebut gunungan yang ada. Kera-kera yang ada di tempat itu pun juga ikut turun
berebut buah-buahan dan sayuran yang ada di gunungan itu. Saat itulah para warga dan kera
menikmati gunungan bersama-sama. Selain itu juga digelar pentas seni budaya yang dibawakan
oleh anak-anak muda kampung Talun Kacang.

Prosesi arak-arakan Sesaji Rewanda merupakan napak tilas perjalanan Sunan Kalijaga
saat mencari saka guru ke daerah Goa Kreo. Empat orang yang mengenakan kostum kera
melambangkan para kera yang membantu Sunan Kalijaga untuk memindahkan kayu jati.
Sementara itu replika batang kayu jati yang ada di belakangnya menyimbolkan saka guru yang
dicari Sunan Kalijaga pada saat itu.

Sesajen Rewanda merupakan tradisi yang didalamnya terdapat persembahan atau


pemberian makanan kepada para kera. Namun hal tersebut bukan berarti para penduduk
penduduk sekitar sangat mengagungkan kera-kera yang ada di daerah tersebut. Bagaimanapun
juga doa yang dipanjatkan di dalam ritual ini ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pengatur alam. Pemberian sesajen tersebut merupakan salah satu upaya penduduk untuk menjaga
keseimbangan alam dan hewan yang ada di kawasan Goa Kreo. Disinilah pentingnya peran
tokoh adat dan juga pemuka agama agar masyarakat tidak terlalu bergantung kepada tradisi ini.
Tokoh adat dan pemuka agama bertugas untuk memberikan pengertian bahwasanya segala
sesuatu yang terjadi merupakan kehendak Sang Pencipta. Kemakmuran alam yang mereka
dapatkan hingga saat ini bukan karena mereka menyelenggarakan tradisi ini, melainkan
merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini hanyalah sebagai perantara untuk
menjaga hubungan yang baik dengan alam sekitar dan sebagai ungkapan syukur kepada Sang
Pencipta karena telah memberi karunia tersebut.

Anda mungkin juga menyukai