Anda di halaman 1dari 5

Tiap daerah di Indonesia punya caranya sendiri dalam memperingati Syawalan.

Bagi masyarakat
lereng Merbabu, mereka menyambut acara tahunan itu dengan tradisi Sungkem Tlompak.

Dilansir dari ANTARA, Sungkem Tlompak adalah tradisi yang diperingati warga Dusun Keditan, Desa
Pogalan, Kecamatan Pakis bersama para kelompok kesenian setiap tanggal 5 Syawal di sumber air
Tlompak Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Magelang.

tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk pelestarian budaya dan menghormati para leluhur, terutama
terkait dengan pengait kerukunan antar warga dan pelestarian sumber air untuk kehidupan sehari-
hari. Tradisi ini dilakukan dengan melakukan arak arakan dengan berbagai kesenian yang
dipertunjukkan yang dipimpin oleh seorang juru kunci menuju ke sumber air tlompak

tradisi Sungkem Tlompak bermula dari kemarau di Dusun Keditan pada masa lalu.
Waktu itu sejumlah sesepuh dusun Tlompak kemudian melakukan tirakat di sumber
air Tlompak.

Dari hasil tirakat itu, mereka mendapat bisikan dari penunggu tempat itu yang
dikenal sebagai Kiai Singo Barong yang intinya wajib melakukan Sungkem Tlompak
setiap tanggal 5 Syawal. Jika tanggal itu bertepatan dengan Hari Jum’at atau Senin
legi, maka tradisi itu harus dijalani warga pada tanggal 6 Syawal.

Sebelum diadakan sungkem tlompak, biasanya Warga Dusun Gejayan sudah melakukan persiapan
untuk warga Keditan dalam menyelenggarakan Sungkep Tlompak sejak awal Bulan Ramadan.
Mereka bergotong-royong membersihkan sumber air Tlompak yang berjarak 400 m dari Dusun
Gejayan, membuat berbagai instalasi seni pertanian dengan bahan alami, serta membuat panggung
untuk pentas rakyat juga menggunakan bahan alam.

Sekitar 20 kesenian tradisional dari berbagai dusun di kawasan barat Gunung Merbabu dipentaskan
dalam rangkaian acara Sungkem Tlompak itu.

Adanya Tradisi Sungkem Tlompak membuat suasana desa menjadi ramai sepanjang siang
hingga malam hari. Berbagai kesenian dari tiap dusun di lereng Merbabu dipentaskan
.Kesenian itu antara lain tarian campur bawur, gedruk, topeng ireng, sesonderan, makani
barongan, geculan bocah, soreng, brondut, dan mondolan.
Upacara sakral Sungkem Trompak ritualnya adalah dimulai dari Dusun Keditan. Pagi hari
masyrakata berkumpul untuk kemudian bersama-sama menuju sumber air trompak yang
berada di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi. sebelum acara sungkeman dimulai terlebih
dahulu dilaksanakan prosesi adat meminta izin atau prosesi tembung salam yang diwakili
tetua adat Dusun Keditan kepada tetua adat di Dusun Gejayan.
Dalam tradisi ini, peserta berjalan menuju sumber air tlompak di dusun gejayan
dengan dipimpin juru kunci Tlompak. Dalam iringan rombongan itu, beberapa orang
membawa sesaji yang menjadi syarat untuk menjalani tradisi tersebut.

Setelah sampai di sumber mata air, para warga duduk bersila. Sementara itu para
sesepuh meletakkan sesaji di tempat itu. Setelah itu barulah sang juru kunci
menaburkan bunga mawar, membakar kemenyan, dan mengucapkan do’a selama
beberapa saat. tetua adat memimpin doa dengan doa berbahasa Jawa dan
berbahasa Arab. Inti dari do’a tersebut adalah memohon perlindungan kepada
Tuhan YME, memohon kesejahteraan kehidupan mereka baik dari segi sosial
maupun ekonomi. Kemudian tetua adat memberi isyarat kepada seluruh warga
bahwa acara sungkem di lanjutkan dengan kepungan yaitu warga dusunberrebut
untuk mendapatkan nasi atau apapun yang menjadi bagian dari sesaji yang mereka
anggap akan membawa berkah.

Para warga kemudian antre mengambil air dengan plastik yang telah mereka bawa
untuk dibawa pulang. Sementara itu para penari menyuguhkan kesenian tari prajurit
yangmenggambarkan prajurit pasukan prabu singobarong yang gagah berani.
sumber mata air itu selama beberapa saat.

Acara ini merupakan tradisi warisan leluhur yang harus tetap dipertahankan dan
dilestarikan sebagai salah satu media kerukunan antar warga, Dalam acara ini,
warga Dusun Keditan berdoa kepada Tuhan agar terbebas dari musibah,
memperoleh kesehatan, kebaikan bagi anak-anak, kelancaran rezeki, serta
ketentraman dan kedamaian hidup.
DESA Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, mengikuti ritual Sungkem
Tlompak, Senin (12/8/2013) siang. Tradisi tahunan ini dilaksanakan pada hari ke
lima lebaran, dengan tujuan penghormatan kepada leluhur, syukur serta harapan
akan kemakmuran dan kelesarian sumber air.

Tlompak adalah sumber air pada sebuah tebing, di sisi barat laut Dusun Gejayan,
Desa Banyusidi. Kejernihan air Tlompak terjaga oleh pepohonan besar dan rimbun,
serta rumpun-rumpun bambu petung yang mengelilinginya. Tanah tebing yang
berlumut, mempertegas kemurnian air Tlompak.

Sungkem Tlompak disebut-sebut sudah berlangsung sejak 81 tahun silam. Kala itu,
paceklik tengah melanda Dusun Keditan, juga di wilayah Desa Banyusidi. Untuk
mengakhiri bencana tersebut, para sesepuh dusun melakukan tirakat di dekat
sumber air Tlompak.

Kini, tradisi itu terlihat makin lengkap dengan adanya pertunjukan kesenian lokal.
Sejumlah penduduk yang mengenakan beberapa macam topeng, barongan, kuda
kepang berikut perangkat gamelan, turut mengarak tumpeng dan sesaji ke sumber
air Tlompak. Anak-anak berpakaian dan berdandan warok bocah.

Usai pelaksanaan ritual yang dipimpin sesepuh dusun, warga bergantian mengambil
air yang mengucur dari beberapa paralon di tebing Tlompak. Ada yang hanya
membasuh wajah, tangan dan kaki, ada pula yang menampungnya ke dalam botol
air mineral lalu membawanya pulang. Sebagian warga memunguti kembang mawar
merah dan putih, yang telah ditabur lebih dulu ke tebing itu
Tradisi Sungkem Trompak merupakan suatu warisan dari nenek moyang yang sudah berusia kurang
lebih ratusan tahun silam. Upacara sakral yang diikuti oleh seluruh masyarakat Desa Pogalan
(meskipun Tradisi Sungkem Trompak diwariskan nenek moyang langsung kepada masyarakat Dusun
Keditan) ini dilaksanakan pada setiap tanggal 5 Syawal berdasarkan kalender Jawa.

Masyarakat percaya bahwa sumber mata air Trompak ini merupakan tempat Pertapan atau sebagai
tempat Panembahan Kiyai Jaya (Raja Loh Doyo) dan Panembahan Singo Barong (kekuatan yang
dimiliki Raja Loh Doyo). Konon katanya, segala hajat hidup Masyarakat Desa Pogalan akan
terkabulkan atau terberkahi namun dengan persyaratan setiap bulan Syawal Bodo masyarakat harus
sungkem di Pepunden yang berada di Pertapan Trompak. Hal ini tidak boleh tidak atau wajib
dilakukan semua warga dusun Keditan khususnya (apabila masyarakat Dusunlain yang berada di
Desa Pogalan tidak menginginkan untuk mengikuti) dan masyarakat Desa Pogalan pada umumnya,
kecuali apabila masyarakat memiliki kendala yang membuat mereka benar-benar tidak dapat
melaksanakan sungkeman tersebut.

Masyarakat Desa Pogalan melaksanakan sungkeman ini bertujuan semata untuk Mengalap Berkah
untuk lancarnya kegiatan pertanian warga dan ketentraman kehidupan mereka dan bukan sebagai
Pelarisan. Masyarakat percaya bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mengabulkan namun Pepunden
sebagai jalan pelantaranya atau media meminta kepada Allah atau masyarakat Pogalan
menyebutnya Perewang. 8 Upacara sakral Sungkem Trompak ini, selain sebagai media
penghormatan kepada leluhur dan media ngalapberkah karena bertepatan dengan tanggal 5 Syawal
maka upacara sakral Sungkem Trompak juga sebagai media halal bii halal warga desa Pogalan.

Dalam upacara sakral Sungkem Trompak terdapat beberapa cara dan syarat yang harus
dilaksanakan, adapun cara dan syarat itu adalah sebagai berikut : a. Piranti Beberapa perlengkapan
yang erat kaitannya dengan Tradisi Sungkem Trompak adalah sebagai berikut : sesaji dan gamelan

Upacara sakral Sungkem Trompak ritualnya adalah dimulai dari Dusun Keditan, jadi masyarakat Desa
Pogalan berkumpul dahulu di Dusun Keditan dan ada juga yang langsung menuju Dusun Gejayan
yang terletak di Desa Banyusidi (tempat beradanya pertapan trompak). Pagi hari pukul 10.00 tanggal
5 syawal berdasarkan kalender Jawa masyarakat yang sudah berpakaian rapi berkumpul di rumah
kepala Dusunmereka untuk kemudian bersama-sama menuju sumber air trompak yang berada di
Dusun Gejayan, Desa Banyusidi. sebelum acara sungkeman dimulai terlebih dahulu dilaksanakan
prosesi adat meminta izin atau prosesi tembung salam yang diwakili tetua adat Dusun Keditan
kepada tetua adat di Dusun Gejayan.

Setelah prosesi izin selesai dilaksanakan, maka seluruh warga desa Pogalan sudah diperbolehkan
untuk melaksanakan sungkeman di sumber air trompak yang lebih dikenal dengan sebutan pertapan
trompak ataupun pepunden. Kemudian, warga melaksanakan arak-arakan dengan diiringi oleh
gamelan dan seni prajurit lombok abang. Di barisan awal iring-iringan tersebut adalah rombongan
yang membawa tumpeng dan sesaji lainnya, diikuti oleh para tokoh adat yang memakai pakaian
adat, kemudian prajurit lombok abang, dan barisan terakhir adalah warga desa Pogalan.

Setelah warga tiba di pertapan trompak, tumpeng dan sesaji di letakkan di depan Pertapan Trompak
kemudian seluruh tokoh adat mengelilinginya. Setelah selang beberapa waktu, tetua adat
memimpin doa dengan doa berbahasa Jawa dan berbahasa Arab. Inti dari do’a tersebut adalah
memohon perlindungan kepada Tuhan YME, memohon kesejahteraan kehidupan mereka baik dari
segi sosial maupun ekonomi. Kemudian tetua adat memberi isyarat kepada seluruh warga bahwa
acara sungkem di lanjutkan dengan kepungan yaitu warga dusunberrebut untuk mendapatkan nasi
atau apapun yang menjadi bagian dari sesaji yang mereka anggap akan membawa berkah. Upacara
selanjutnya adalah pementasan tari prajurit lombok abang yang merupakan perlambang kisah asal
mula Tradisi Sungkem Trompak. Beberapa saat setelah prosesi sungkeman dan juga kepungan
berlangsung, prajurit lombok abang mementaskan tarian mereka di sekitar sumber mata air
trompak. Isi dari tarian tersebut adalah reka ulang kisah perjalanan prajurit lombok abang beserta
144 kuda saat melamar Dewi Songgo Langit seorang Putri dari kerajaan

Nilai : bermanfaat memperkuat semangat kekeluargaan warga antardusun, melestarikan lingkungan


khususnya mata air, dan membangkitkan semangat berkesenian rakyat.

Anda mungkin juga menyukai