Anda di halaman 1dari 14

Tempat penelitian :

WENDIT WATER PARK (WWP)

Taman Wisata Wendit, terletak di Desa Mangliawan, Kec. Pakis, Kabupaten


Malang ± 8 Km dari pusat Kota Malang. Lokasinya terletak di tepi kanan jalan
utama arah ke Gunung Bromo melalui Tumpang (via) Poncokusumo.

Taman rekreasi ini dan pemandian Wendit, menyediakan Kolam Renang


(alami serta buatan) yang luas, baik untuk dewasa maupun anak-anak, Perahu
Dayung, Water Technology berupa Kolam Gelombang dan Kolam Arus,
Waterboom, Bom-bom Car; Worm Coaster, Carousel dan Sepeda Air, Restoran,
Restoran Apung, Food Centre atau Kantin, Pentas Musik, Outbond, Spa, Cottage
serta berderet toko yang menjajakan cenderamata khas Wendit. Taman wisata ini
mempunyai acara yang khas pada setiap Bulan Syawal.
Dimana taman wisata dipenuhi pengunjung yang ingin merayakan hari
Lebaran sampai dengan hari Ketupat Lebaran. Biasanya dengan mengadakan
berbagai macam hiburan serta mendatangkan artis-artis terkenal (tanggal 1 s/d 11
Syawal).

Disamping itu dengan mandi dikolamnya menurut kepercayaan mempunyai


khasiat membuat wajah tampak "awet muda". Dan masyarakat suku Tengger juga
mengambil air dari "Sumber Air Mbah Kabul" ini, dibawa pulang dengan
kepercayaan yang sama seperti di Pulau Sempu, yaitu untuk kesembuhan dan
kesehatan. Menurut mereka khasiatnya sama dengan "Air Widodaren" dari Gunung
Bromo yang merembes ke arah Wendit. Daya tarik yang khas adalah adanya
puluhan kera yang jinak yang bebas berkeliaran di hutan kecil di Wendit dan
menghuni dipepohonannya. Beberapa arca kuno juga dapat dilihat di taman ini dan
dapat diperoleh cindera mata hasil kerajinan penduduk setempat.
Di dalam taman rekreasi ini terdapat monumen pesawat Mig-19 yang dulu
berpangkalan di bandara Abdul Rachman Saleh. Mata air Wendit merupakan salah
satu sumber air bagi PDAM Kota Malang.
Daftar Harga Tiket Wendit Water Park

 Harga Tiket Masuk


Dewasa : Rp 15.000,-
Anak-anak : Rp 10.000,-
 Sewa Perahu Dayung :
Perahu Dayung Sedang : Rp 20.000,- /jam
Perahu Dayung Kecil : Rp 15.000,-/jam
 Kolam Renang Internasional : Rp 25.000,-
 Tiket Water Technology : Rp 15.000,-
 Sewa Sepeda Air : Rp 10.000,-
 Fishes Park : Rp 15.000,-
 Galeri Iptek : Rp 15.000,-
 Waterboom : Rp 25.000,-
 Bom-bom Car : Rp 10.000,-
 Worm Coaster : Rp 10.000,-
 Carousel : Rp 15.000,-
 Layanan Salon dan Spa Rp 200.000,-
UPACARA TRADISI PENGAMBILAN AIR SUCI YANG DILAKUKAN DI
GUNUNG BROMO

Warga Suku Tengger yang mendiami sekitar Gunung Bromo bersiap


menyelenggarakan Hari Raya Nyadnya Kasada dengan terlebih dahulu
melaksanakan ritual pengambilan air suci di Goa Widodaren di kawasan Gunung
Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Gapura Tempat Pengambilan Air Perjalanan Dalam Mengambil


di Goa Widodaren Bromo Air Suci di Goa Widodaren

Pemberian Do’a oleh Dukun


Pengambilan Air Suci di Goa
Widodaren
Hari Raya Yadya Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa
persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi. Setiap bulan Kasada hari-14
dalam Penanggalan Jawa diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk Sang
Hyang Widhi dan para leluhur, kisah Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Jaka
Seger (Putra Brahmana) "asal mula suku Tengger di ambil dari nama belakang
keduanya", pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan
kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa
Mangkurat Ing Tengger, yang mempunyai arti “Penguasa Tengger yang Budiman”.
Mereka tidak di karunia anak sehingga mereka melakukan semedi atau bertapa
kepada Sang Hyang Widhi, tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa
semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan
keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.

Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian


didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orangtua tetaplah tidak tega bila
kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger
ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan
malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah
Gunung Bromo menyemburkan api.

Kesuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke
kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, "Saudara-
saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua kita dan Sang Hyang
Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah
Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14
mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo".
Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap
tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Sebagai pemeluk agama Hindu, Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama
Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun
bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.

Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat


berlangsungnya upacara Kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat
Tengger yang beragama Hindu, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata
dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga
mandala/zone.

Ketika ritual berlangsung, masyarakat setempat suku Tengger bersama-sama


membawa hasil bumi atau hewan ternak seperti kambing, sapi, atau ayam yang
dijadikan sesaji. Sebelum sesaji dibawa, mereka menyimpannya disebuah tempat
yang diberi nama ongkek. Sesampai di bibir kawah bromo, semua sesajen
dilemparkan ke dalam kawah Gunung Bromo untuk persembahan Sang Hyang
Widhi.
Pakaian Adat yang digunakan ketika
Upacara Berlangsung

Hasil Pertanian Suku Tengger

Hasil Peternakan Suku Tengger Untuk di


Larungkan di Kawah Gunung Bromo
GREBEG TENGGER TIRTO AJI VI

Suku Tengger merupakan suku yang terkenal dengan adat serta budayanya
yang masih sangat kental. Upacara Kasada merupakan upacara yang paling terkenal
bagi masyarakat Suku Tengger. Upacara Yadnya Kasada ini jatuh pada tanggal 14
Kasada atau ketika bulan purnama. Masyarakat Suku Tengger juga memiliki ritual
rutin menjelang upacara tersebut. Namanya Grebeg Tirto Aji. Kebetulan Grebeg
Tengger Tirto Aji yang ke VI ini bertepatan pada Hari Kamis, 12 April 2018.
Masyarakat Suku Tengger tinggal di lereng Gunung Bromo. Saat Grebek
Tirto Aji, mereka turun gunung untuk mengambil air di Pemandian Wendit, Pakis,
Kabupaten Malang. Dulu, upacara ini digelar di Goa Gunung Widodaren.
Lokasinya sekitar satu kilometer dari Gunung Bromo. Tapi sejak 2013 sesuai
dengan kesepakatan para sesepuh masyarakat Suku Tengger, Grebeg Tirto Aji
dialihkan ke sumber mata air atau Sendang Widodaren di Taman Rekreasi Wendit.
Masyarakat umum biasa menyebut mata air tersebut sebagai Sumber Mbah Gimbal
dan Mbah Kabul. Masyarakat suku tengger membawa pulang air suci dengan
kepercayaan yang sama seperti di Pulau Sempu, yaitu untuk kesembuhan dan
kesehatan. Menurut mereka khasiatnya sama dengan Air Widodaren dari Gunung
Bromo yang merembes ke arah Wendit.
Prosesi Grebeg Tirto Aji diawali dengan berkumpulnya warga Suku Tengger
di lapangan Asrikaton. Jaraknya sekitar 400 meter dari Pemandian Wendit. Sekitar
500 orang tampak mengenakan busana warna serba hitam dengan ikat pita warna
kuning serta membawa kemenyan setiap orangnya. Mereka lantas bersama-sama
menuju Pemandian Wedit. Prosesi Grebeg Tengger Tirto Aji tetap berjalan lancar
dan khidmat meski cuaca cukup panas. Upacara adat ini biasanya dihadiri oleh
masyarakat asli Tengger dari empat kabupaten yaitu Malang, Pasuruan, Lumajang
dan Probolinggo. Namun untuk tahun ini hanya dihadiri oleh Suku Tengger di
wilayah Kabupaten Malang.

Kedatangan Suku Tengger dengan membawa hasil


buminya
Begitu sampai di lokasi, mereka disambut tari Bedoyo Lok Suruh oleh tujuh
penari yang menggambarkan bidadari. Tarian ini menggambarkan Dewi Mutrim
mencari tetesan air suci yang mengalir dari Gunung Bromo. Para penari membawa
kendi.

Tujuh Bidadari Bersama dengan


Hanoman dan Rama

Ritual yang diawali dengan kirab uborampe atau perlengkapan upacara dari
halaman patirtan menuju ke Pendopo Pemandian Wendit. Uborampe terdiri dari
hasil bumi dan dua buah gunungan besar. Sesampainya di pendopo, kemudian
didoakan oleh dukun adat. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi masuknya tujuh
bidadari yang membawa tempat air suci. Selanjutnya, tujuh biadadri cantik ini
bersama dukun adat serta masyarakat Suku Tengger menuju Sendang Widodaren
atau Punden Mbah Kabul.
Menurut masyarakat suku tengger upacara adat Grebeg Tirto Aji memiliki
banyak makna sesuai dengan pemahaman dan keyakinan Suku Tengger. Salah
satunya bermakna penyembuhan penyakit, penanggulangan hama dan penyubur
tanaman. Selain itu juga bertujuan memupuk rasa persaudaraan di antara pemeluk
agama. Serta melestarikan adat Tengger yang sudah dikenal sampai mancanegara,
Masyarakat Suku Tengger meyakini Sumber Air Mbah Kabul dan Mbah
Gimbal di tempat wisata Pemandian Wendit dapat membawa berkah dan manfaat.
Terutama untuk bercocok tanam dalam kehidupan masyarakat Tengger. Selain itu
juga merupakan proses awal dari rangkaian Upacara Yadnya Kasada yang akan
dilaksanakan pada tanggal 14 Kasada atau saat bulan purnama (purnamasidhi).
Sebelum menuju Sendang Widodaren, ada ritual tari yang bernama Mendak
Tirto Bedhaya Luk Suruh terlebih dahulu. Arti nama tarian ini adalah Mendak tirto:
mengambil air dan Luk Suruh adalah nama lama daerah tempat mata air. Tarian ini
bercerita tentang para bidadari yang turun dari khayangan dan mengambil air dari
Sendang Widodaren di Wendit. Air ini nantinya dibagikan kepada masyarakat Suku
Tengger. Sementara Prabu Rama dan Hanoman menjadi Cucuk lmpah (penunjuk
jalan) Bapak Bupati ke tempat sendang.

Masyarakat Suku tengger menuju


sumber air widodaren
Setelah tarian selesai, seluruh yang hadir di pendopo dengan dipimpin
H.Abdul Malik menuju Sumber Air Mbah Kabul dan Mbah Gimbal. Bapak Made
dan Bapak Malik memasuki sumber air bersama para tujuh bidadari dengan diikuti
yang lainnya. Setelah air dari Sumber Air Mbah Kabul dan Mbah Gimbal
dimasukkan dalam setiap tempat air, Pak Made dan Pak Malik memberikannya
kepada setiap perwakilan dari dusun yang ada di Glubuk Klaka. Kemudian sesaji
yang telah dibawa dari tengger di doakan oleh kepala suku agar menjadi berkah.
Sebagian sesaji kemudian dilarung di tengah Sumber Wendit sementara yang lain
dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar.

Kepala suku mendoakan sesaji yang


dibawa dari Tengger
Proses Pengambilan Air dari Sendang Widodaren
Setelah selesai berdoa maka sesaji yang telah didoakan tersebut diambil oleh
masyarakat yang ada di tepat tersebut. Mereka meyakini bahwa sesaji tersebut
membawa berkah. Setelah acara tersebut selesai kepala suku beserta 7 bidadari serta
rama mengelilingi perairan wendit sebanyak 3 kali. Pada putaran terakhir kepala
suku melepaskan 2 bebek ke air yang kemudian di ambil oleh masyarakat.

Prosesi pelepasan bebek oleh Kepala Suku Bersama Tujuh


Bidadari, Hanoman dan Rama Mengelilingi Perairan Wendit
Perbandingan antara Upacara yang berlangsung di Bromo dan di Wendit
NO UPACARA ADAT DI BROMO UPACARA ADAT DI WENDIT
1 Bersifat Terbuka, tetap berjalan Bersifat Terbuka, orang tengger datang
dengan sakral berkunjung ke Wendit, prosesnya tidak
sesakral seperti yang ada di Bromo
2 Terdapat banyak upacara: Hanya terdapat satu upacara yaitu
 Pengambilan Air di Goa Widodaren Upacara Pengambilan Air Suci saja
 Upacara Kasada
 Pelarungan sesajen ke dalam
Kawah Gunung Bromo
3 Acaranya berlangsung selama Acaranya berlangsung dari jam 10.00-
beberapa hari 13.00 WIB
4 Tempat pelaksanaan upacara Tempat pelaksanaan upacara hanya
berpindah-pindah pada satu tempat
5 Pakaian yang digunakan bersifat Pakaian yang digunakan berwarna
bebas, hanya ketika dalam Upacara hitam dan jarik batik untuk
Kasada di dominasi dengan warna perempuannya, sedangakan laki-laki
hitam serta penutup kepala yang disertai dengan penutup kepala dengan
disimbolkan dengan ujung ujung penutupnya berbentuk segitiga,
penutupnya berbentuk segitiga untuk para pemuka suku tengger
menggunakan selemapang warna
kuning yang menyilang di dadanya
6 Membawa hasil pertanian yang Membawa hasil pertanian berupa buah-
disusun seperti punden dan hasil buahan, sayur-sayuran yang disusun
peternakan untuk di larungkan ke seperti punden dan nasi tumpeng untuk
dalam Kawah Gunung Bromo, Air di nikmati bersama dengan warga di
Suci digunakan untuk air kesuburan sekitanya
pada tanaman, kesehatan, dll

Anda mungkin juga menyukai