Anda di halaman 1dari 7

Tugas 1

(Seni Sebagai Upacara)


Upacara Ritual Yadnya Kasada Suku Tengger Gunung Bromo
Mata Kuliah Seni Pertunjukkan Indonesia

Nama : Ghina Alya Faadhilah (191132026)


Kelas: 2A

ISBI Bandung
Upacara Ritual Yadnya Kasada Suku Tengger Gunung Bromo
Jawa Timur memiliki banyak destinasi wisata yang menarik. Seperti yang sudah
diketahui banyak orang, Gunung Bromo di Jawa Timur merupakan gunung yang legendaris
dengan pemandangan padang pasir yang unik dan indah. Setiap hari pengunjung berbondong-
bondong untuk menyaksikan matahari terbit di Gunung Bromo. Nuansanya indah permai.
Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama dalam agama
Hindu) atau dalam bahasa Tengger dieja "Brama", adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa
Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan
berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata
utama di Jawa Timur. Sebagai sebuah objek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya
sebagai gunung berapi yang masih aktif. Bagi masyarakat Jawa kuno yang masih memegang
teguh prinsip ‘kejawen’, gunung merupakan sebuah area suci tempat bersemayamnya para dewa
dan roh leluhur. Begitu pula dengan orang-orang dari suku Tengger yang secara silsilah garis
keturunan masih kerabat dekat dengan orang Jawa. Bagi mereka Gunung Bromo adalah simbol
agung singgasana Sang Hyang Widhi. Gunung eksotik yang berada di Kabupaten Probolinggo
tersebut menjadi sebuah tempat sakral untuk memuja para dewa dan roh leluhur di masa lalu
pada puncak perayaan ritual Yadnya Kasada.
Pengertian upacara Yadnya Kasada
Yadnya Kasada bagi masyarakat suku Tengger (suku yang tersebar di 60 Desa sekitar Gunung
Bromo meliputi Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang) di Gunung Bromo
merupakan sebuah ritual adat yang wajib diselenggarakan setiap tahunnya tanpa ada kompromi.
Upacara adat ini dilaksanakan untuk memohon keselamatan, kemakmuran, dan tolak bala kepada
Sang Hyang Widhi ataupun Tuhan. Walaupun Gunung Bromo sedang bererupsi, atau hujan
tengah turun derasnya, dan angin badai menerpa, upacara tetap harus dilakukan.Tak ada alasan
bagi warga Tengger untuk tidak menyelenggarakan ritual Yadnya Kasada di kawah Gunung
Bromo.
Asal mula Upacara Yadnya Kasada
Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri
dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Roro Anteng, setelah menjelang dewasa sang
putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta brahma bernama Joko Seger. Pada saat
kerajaan majapahit mengalami kemunduran dan bersamaan mulai menyebarnya agama islam di
Jawa, terjadilah eksodus besar-besaran oleh rakyat pada saat itu. beberapa punggawa kerajaan
dan beberapa kerabatnya memutuskan untuk pindah ke wilayah timur, seperti ke Kadipaten
Blambangan atau sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Banyuwangi, Pulau Bali, dan Pulau
Lombok. Namun ada beberapa diantara mereka yang memilih melarikan diri menuju kaki
Gunung Bromo, tak jauh dari pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur. Mereka
adalah Dewi Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) bersama suaminya Raden Jaka Seger seorang
putera Brahmana, para pengawal, dan juga pengikutnya . Mereka membangun pemukiman dan
kemudia memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger
( Penguasa Tengger yang Budiman). Nama tengger diambil dari suku kata nama Rara Anteng
(Teng) dan Jaka Seger(Ger). Kata tengger berarti juga tenggiring budi luhur atau pengenalan
moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur
,damai dan tentram, namun Rara Anteng dan Joko Seger selama berumah tangga belum juga
dikarunia keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak Gunung Bromo (Brahma)
untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Esa agar dikaruniai keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul dengan syarat
bila telah mendapatkan keturunan , anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung
Bromo. Pasangan itu menyanggupinya . Lantas singkat cerita, pasangan tersebut akhirnya
dikarunia 25 orang anak, dan sang anak bungsu yang harus dikorbankan tersebut bernama Raden
Hadi Kusuma yang tengah tumbuh menjadi seorang pria yang gagah perkasa.namun naluri
orangtua tetaplah tidak tega, jadi mereka ingkar janji. Dewa menjadi marah dengan mengancam
akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah praha keadaan menjadi gelap gulita kawah
Gunung Bromo meletus dan menyemburkan api. Hadi Kesuma, anak bungsu mereka tiba-tiba
lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya
Kesuma,terdengarlah suara gaib:”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh
orangtua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram,
sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14
mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo”. Semenjak saat itulah ritual
Yadnya Kasada ini pertama kali dilakukan oleh warga suku Tengger di Gunung Bromo.
Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan
upacara Kasada di Poten lautan pasir kawah dan kawah Gunung Bromo. Bagi warga Tengger
Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan adalah Upacara yang dilakukan oleh
Masyarakat Tengger untuk memperingati Pengorbanan diri Raden Kusuma ( Hadi Kusuma )
putra ke 25 pasangan Joko Seger dan Loro Anteng, yang telah merelakan dirinya untuk
berkorban demi Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta saudara – saudaranya.
Seni Dan Tradisi kebudayaan masyarakat Tengger
Tengger dikenal sebagai tanah hila-hila (suci) sejak jaman Majapahit, para penghuninya
dianggap sebagai abdi dibidang keagamaan dari Sang Hyang Widi Wasa. Hingga kini
Masyarakat masih mewarisi tradisi Hindu sejak jaman kejayaan Majapahit. Agama Hindu di Bali
dan di Tengger pada dasarnya sama yaitu Hindu Dharma, tetapi Masyarakat Tengger tidak
mengenal kasta, dan masih menganut tradisi yang pernah berkembang pada jaman Majapahit.
Dalam kepercayaan Hindu sekte Tengger, Gunung Bromo adalah alat pemersatu dan berkah
hidup yang senantiasa memberi perlindungan dan kesejahteraan masyarakat Suku Tengger.
Suburnya tanah pertanian dan harmonisnya kehidupan di sini, paling tidak telah menjadi bukti
yang dipercaya mereka sebagai berkah dari roh para leluhur yang bersemayam di kawah Gunung
Bromo.Kuatnya keyakinan itulah yang membuat kawasan Gunung Bromo, pada hari-hari biasa
tetap saja ramai dikunjungi warga masyarakat baik yang datang dari Suku Tengger sendiri
maupun masyarakat luar. Mereka, umumnya datang karena suatu hajat tertentu
atau sekedar menunaikan nadzar pribadi dengan mempersembahkan sesaji, berupa hasil
pertanian seperti kubis, wortel, sawi, kentang,dan binatang peliharaan seperti ayam, untuk
dilemparkan ke kawah Gunung Bromo. Menurut tata cara adat Suku Tengger, sebelum sesaji
tersebut dibuang dan diperebutkan di kawah Bromo, sesaji harus diberi mantera di Pure Luhur
Poten sesuai hajat orang bersangkutan. Baru kemudian sesaji yang berupa hasil bumi dan
peternakan dipersembahkan,dengan harapan, semua keinginannya dapat dikabulkan oleh yang
mbaurekso atau penguasa kawah Gunung Bromo.

Sesajen masyarakat suku Tengger diletakkan di bibir kawah Gunung Bromo pada Upacara
Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019). Upacara Kasada merupakan upacara
adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus
meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.(ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)

Dua ekor ayam dilarung oleh anggota Suku Tengger ke kawah Gunung Bromo, Probolinggo,
Jawa Timur, sebagai persembahan dalam peringatan Yadnya Kasada, Senin (10/7/2017). Yadnya
Kasada merupakan ritual adat persembahan Suku Tengger kepada Jaya Kusuma, putra sulung Roro
Anteng dan Joko Seger yang sesuai penanggalannya jatuh pada hari ke-14 Bulan Kasada.(AFP
PHOTO / JUNI KRISWANTO)

Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang ,
mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan
dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Pelaksanaan upacara Yadnya Kasada
Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh atau dukun Tengger dan
pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari.

Salah satu penampilan seni budaya yang memeriahkan Eksotika Bromo 2019.(KOMPAS.com/A.
Faisol)

Kemudian tepat pada puku 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan
umat di poten lautan pasir Gunung Bromo. Dukun bagi masyarakat merupakan pemimpin umat
dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkimpoian dll.
Sebelum dilantik para calon dukun harus lulus ujian menghafal dan membacakan mantra-mantra.
Setelah upacara selesai, ongkek-ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke
atas kawah. Dan mereka melemparkannya kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang
dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Masyarakat Suku Tengger melarung sesajinya berupa hasil pertaninan ke kawah Gunung Bromo
pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (30/6/2018). Upacara Kasada
merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang
Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.
Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk luar tengger yang tinggal dipedalaman,
mereka jauh-jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung
Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.

Warga luar suku Tengger yang berdiri di tebing jurang kawah Gunung Bromo untuk berebut
lemparan sesaji pada puncak ritual Yadnya Kasada. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)

Penduduk yang melempat sesaji berbagai macam buah-buahan, sayur-sayuran seperti


kentang dan kol dan hasil ternak seperti kambing, ayam, dll., mereka menganggapnya sebagai
kaul atau terimakasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia memasukkan Eksotika Bromo yang
merupakan kegiatan menyambut Yadnya Kasada sebagai Top 30 Events Calender of Event
Wonderful Indonesia 2019. Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Eksotika Bromo 2019,
Yadnya Kasada diharapkan menjadi andalan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke
Bromo.
Daftar Pustaka
Rustiyanti,Sri.2015.Esetika Budaya Minang dalam Kebudayaan Nusantara.Bandung: Sunan
Ambu Press.
Fransiska,Maria.2016.Telusur Jawa Timur.Bandung:PT Elex Media Komputindo.
https://www.maioloo.com/seni-budaya/yadnya-kasada/
https://travel.kompas.com/read/2019/07/19/181000527/5-fakta-upacara-yadnya-kasada-di-
gunung-bromo-yang-mungkin-belum-kamu-tahu?page=all.
https://kumparan.com/kumparantravel/mengenal-upacara-yadnya-kasada-wujud-syukur-suku-
tengger-kepada-tuhan-1rW89S7zOzS
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo
https://dieena.wordpress.com/2012/04/24/tradisi-upacara-kasada-bromo-probolinggo/

Anda mungkin juga menyukai