1. BAHASA
Bahasa yang berkembang di masyarakat suku Tengger adalah
bahasa Jawa Tengger yaitu bahasa Jawi kuno yang diyakini sebagai
dialek asli orang-orang Majapahit. Bahasa yang digunakan dalam
kitab-kitab mantra pun menggunakan tulisan Jawa Kawi. Suku
Tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang
mengembangkan variasai budaya yang khas. Kekhasan ini bisa
dilihat dari bahasanya, dimana mereka menggunakan bahasa Jawa
dialek tengger, tanpa tingkatan bahasa sebagaimana yang ada pada
tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa pada umumnya.
2. SISTEM KEKERABATAN.
3. SISTEM KEMASYARAKATAN.
4. KESENIAN
Tarian khas suku Tengger adalah tari sodoran yang ditampilkan pada
perayaan Karo dan Kasodo. Tari Sodoran merupakan sebuah tari
klasik tradisional. Tarian ini mengandung nilai luhur, bermutu tinggi,
yang dibentuk dalam pola-pola tertentu dan terikat. Selain itu, taraian
ini mengandung nilai-nilai filosofis yang dalam, simbolis, religius, dan
tradisi yang tetap.
Karena tarian ini bersifat klasik dan religius, kita tidak dapat saksikan
di sembarang waktu dan tempat. Tarian ini hanya dapat kita saksikan
pada saat hari raya Karo atau disebut juga Pujan Karo.Pujan
Karo merupakan suatu perayaan terbesar yang dilakukan setahun
sekali, tepat bulan Karo(menurut perhitungan tahun Saka Indonesia
Tengger), oleh masyarakat Tengger.
Tari Sodoran merupakan tarian sakral khas masyarakat Tengger yang
melambangkan asal-usul manusia. Menurut kepercayaan wong
Tengger, manusia itu berasal dari Sang Hyang Widi Wasa dan
mereka akan kembali kepadanya. Manusia berasal dari tanah,
mereka juga akan kembali ke tanah juga.
Dengan demikian tari Sodoran memiliki makna sebagai unsur tarian
khas dalam pelaksanaan sasih Karo. Yang memiliki sifat religius dan
sakral. Dan juga merupakan suatu tarian yang tidak dapat kita temui
disembarang tempat dan hanya ada dalam waktu tertentu.
5. NILAI-NILAI BUDAYA
Orang Tengger sangat dihormati oleh masyarakat Tengger karena
mereka selalu hidup rukun, sederahana, dan jujur serta cinta damai.
Orang Tenggr suka bekerja keras, ramah, dan takut berbuat jahat
seperti mencuri karena mereka dibayangi adanya hukum karma
apabila mencuri barang orang lain maka akan datang balasan yaitu
hartanya akan hilang lebih banyak lagi. Orang Tengger dangat
menghormati Dukun dan Tetua adat mereka.
Penjelasan tentang Musik:
5 makanan khas gunung Bromo dan cemilan khas yang disediakan
adalah sebagai berikut:
Rumah Adat Tengger adalah rumah adat yang dibangun oleh suku Tengger
yang ada di daerah lereng Gunung Bromo, desa Ranupane, kabupaten
Lumajang, provinsi Jawa Timur.
Seiring berkembangnya jaman dan teknologi yang tentu tidak lepas dari
perkembangan arsitektur juga. Dari waktu ke waktu arsitektur terus
berkembang sesuai dengan keadaan jaman. Jaman dahulu, arsitektur
masih sangat sederhana dan di era modern ini arsitektur sederhana
tersebut disebut arsitektur tradisional. Di Indonesia sendiri, ada begitu
banyak warisan-warisan arsitektur tradisonal dari para pendahulu, terutama
warisan rumah tinggal yang menggunakan konsep arsitektur tradisional
yang dewasa ini lebih dikenal dengan sebutan rumah adat. Rumah Adat
Indonesia sudah sangat jarang bahkan hamper punah akibat tergeser oleh
arsitektur modern, namun saat ini ada beberapa rumah adat yang masih
terjaga keberadaannya yang bisa kita temui di beberapa tempat. Salah
satu rumah adat yang masih bisa kita temui di Indonesia dan masih terjaga
keasliannya adalah rumah adat suku Tengger yang ada di Jawa Timur.
Rumah Adat orang Tengger merupakan rumah adat yang struktur dan
konstruksinya terbuat dari kayu. Rumah Adat Tengger memiliki desain
bentuk yang disesuaikan dengan keadaan alam disekitarnya sehingga
mampu beradaptasi dan menjadi hunian yang nyaman untuk ditinggali.
berikut rincian lebih dalam mengenaidesain bentuk rumah adat Tengger
dan Penjelasannya.
Desain Bentuk rumah adat Tengger dan Penjelasannya :
Ciri utama dari bentuk rumah adat suku Tenggeradalah tidak bertingkat,
bukan rumah panggung, strukturnya tersusun dari papan atau batang kayu,
bubungan atapnya tinggi sehingga terlihat sangat terjal, hanya memiliki
satu atau dua jendela saja.
Pada rumah adat Tengger yang asli, seluruh bahan yang menyusun rumah
tersebut adalah kayu dan bambu, namun desain bentuk rumah adat
masyarakat Tengger mulai dipengaruhi oleh arsitektur modern, sehingga
yang dahulu atapnya terbuat dari bambu yang dibelah, kini atapnya sudah
menggunakan genteng atau seng.
Ciri khas dari rumah adat Tengger yang dari dulu hingga sekarang masih
terjaga adalah bagian depan rumahnya, yaitu terdapat balai-bali yang
merupakan tempat duduk atau lebih mirip seperti dipan, yang diletakkan
depan di depan rumah.
Tatamasa Rumah Adat Tengger
Di lereng Bromo, terdapat banyak rumah adat suku Tengger, rumah-rumah
tersebut memiliki pola yang tidak beraturan. Rumah rumah adat di desa
Ranupane ini disusun secara bergerombol, saling berdekatan, anatar satu
rumah dengan rumah yang lain hanya dipisahkan oleh jalur pejalan kaki
yang sempit, pengaturan tatamasa bangunan yang seperti ini ialah untuk
menghadapi serangan angin dan cuaca dingin yang ekstrim di lingkungan
tersebut. Dengan pola tatamasa tersebut maka angin tidak bisa menerjang
dan akan segera di blok oleh bangunan-bangunan rumah yang berkumpul
tersebut.
Penjelasan Tentang:
Tari Ujung adalah salah satu tari traditional dan kombinasi dari olah raga
khas suku Tengger, di wilayah gunung Bromo. Tarian ini dimainkan oleh
dua orang pria yang silih berganti memukul lawan dengan menggunakan
rotan.
Tari ini diadakan untuk merayakan pernikahan dan sebagai bentuk acara
ritual ada Tengger, dan sebagai upacara ritual umat Hindu. Saat dua
pemain saling memecuti, akan terdengar alunan musik traditional Tengger
sebagai pengiring musik.
Atraksi ini umumnya diadakan setahun sekali dan diikuti oleh masyarakat
sekitar Pasuruan. Atraksi ini terlihat begitu menakutkan saat rotan tersebut
dipukulkan ke punggung para penari. Kita tidak akan menemukan atraksi
yang sama di daerah lain kecuali di Pasuruan.
Penjelasannya Tentang:
Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti
pemeluk agama Hindu umumnya yang memiliki candi-candi sebagai
tempat peribadatan. Untuk melakukan peribadatan maka mereka
akan melakukannya di punden, danyang dan poten. Poten sendiri
merupakan sebidang lahan di lautan pasir di kaki Gunung Bromo
sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Poten terdiri dari
beberapa bangunan yang ditata dalam suatu komposisi di
pekarangan yang dibagi menjadi tiga mandala.
Bagi masyarakat Suku Tengger, Upacara adat adalah salah satu
wujud rasa syukur masyarakat Tengger kepada tuhan. Ada banyak
upacara adat di masyarakat Tengger yang memiliki tujuan
bermacam-macam diantaranya meminta berkah, menjauhkan
malapetaka, wujud syukur atas karunia yang diberikan tuhan kepada
masyarakat Tengger. Salah satunya adalah upacara adat Kasada.
Upacara ini adalah upacara untuk memperingati pengorbanan
seorang Raden Kusuma anak Jaka Seger dan lara Anteng. Selain itu
upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat tengger untuk meminta
keselematan dan berkah. Upacara ini dilaksanakan padat tanggal 14
s.d. 16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit
secara utuh setiap setahun sekali.
Pada saat upacara ini berlangsung masyarakat suku tengger
berkumpul dengan membawa hasil bumi, ternak peliharaan dan
ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama
ongkek. Pada saat sudah mencapai di kawah gunung Bromo, seluruh
sesaji tersebut dilemparkan ke tempat tersebut. Adapun upacara ini
merupakan jalan ujian bagi pulun mulenen atau dukun baru untuk
disahkan sebagai dukun, jika dukun baru keliru dalam melaksanakan
proses upacara Kasada maka dukun tersebut gagal menjadi dukun.
Upacara Kasada sebagai peringatan pengorbanan Raden Kusuma
merupakan penghormatan kepada Raden Kusuma yang rela
berkorban untuk keselamatan masyarakat tengger. Dalam legenda
upacara Kasada di Gunung Bromo terdapat mahkluk halus yang tidak
memiliki nama akan tetapi dipanggil Sang Yang Widi yang
digambarkan sebagai asal-usulnya dari kerajaan Majapahit sebelum
keturunan kerajaan Hindu-Budha di Jawa. Ada perjanjian antara roh
Dewa Kusuma dengan masyarakat Tengger yang harus memberi
sesajian setiap tanggal 14 bulan Kasada.
Dalam upacara Kasada masyarakat Tengger terdapat beberapa
tahapan upacara yang harus dilaksanakan agar upacara Kasada
berlangsung dengan khidmat yaitu Puja purkawa, Manggala upacara,
Ngulat umat, Tri sandiya, Muspa, Pembagian bija, Diksa widhi,
Penyerahan sesaji di kawah Bromo. Proses berjalannya upacara
Kasada dimulai pada Sadya kala puja dan berakhir sampai Surya
puja dimana seluruh masyarakat Tengger menuju Gunung Bromo
untuk menyampaikan korban. Upacara Kasada dimulai dengan
pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara
Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Tepat pada
pukul 24.00 diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan masyarakat
di lautan pasir Gunung Bromo. Bagi masyarakat Tengger, dukun
merupakan pemimpin dalam bidang keagamaan yang biasanya
memimpin upacara-upacara ritual perkawinan dll. Pada saat ini
sebelum dukun dilantik, para dukun harus lulus ujian dengan cara
menghafal dan membacakan mantra-mantra. Setelah selesai
upacara, ongkek yang berisi sesaji dikorbankan di Puden Cemara
Lawang dan kawah Gunung Bromo. Seluruh ongkek tersebut
dilemparkan ke dalam kawah sebagai simbol pengorbanan yang
dilakukan nenek moyang mereka. Upacara Kasada Bromo sendiri
telah digelar sejak masa Kerajaan Majapahit dan Gunung Bromo
memang dianggap sebagai tempat suci. Gunung Bromo berasal dari
bahasa Sansekerta yang berarti brahma atau seorang dewa yang
utama. Pada masa Dinasti Brawijaya, permaisurinya dikaruniai anak
perempuan bernama Roro Anteng. Setelah beranjak dewasa putri ini
menikah dengan seorang pemuda dari Kasta Brahmana bernama
Joko Seger. Keduanya kemudian memutuskan tinggal dan menjadi
penguasa di Tengger saat Kerajaan Majapahit mengalami
kemerosotan dan pengaruh Islam semakin kuat di Pulau Jawa.
Setelah sekian lama hidup bersama, mereka sangat bersedih karena
belum juga dikaruniai anak. Akhirnya mereka pun bersemedi di
puncak Gunung Bromo dan mendapatkan petunjuk bahwa
permintaan mereka akan dikabulkan dengan syarat anak bungsu
mereka setelah lahir harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.
Setelah dikaruniai 25 orang anak, tiba saatnya pasangan ini harus
mengorbankan si bungsu, mereka tidak tega melakukannya.
Akhirnya, Dewa marah dan membawa anak bungsu tersebut masuk
ke kawah Bromo. Timbul suara dari si anak bungsu agar orang tua
mereka hidup tenang beserta saudara-saudaranya. Untuk
menghormati pengorbanan tersebut maka setiap tahun dilakukan
upacara sesaji ke Kawah Bromo dan terus berlangsung secara turun
menurun hingga saat ini.Upacara Kasada Masyarakat Tengger telah
membawa manfaat bagi masyarakat tengger. Selain untuk meminta
keselamatan, upacara ini mampu menyedot banyak perhatian
seluruh kalangan masyarakat. Ada nilai politik dalam upacara Kasada
ini dimana upacara Kasada merupakan upacara yang juga bertujuan
untuk menancapkan kekuatan politik di daerah tersebut.
Lokasi Letak Gunung Bromo lebih banyak diketahui berada di Malang
sehingga banyak wisatawan lokal memilih rute gunung bromo dengan jalur
ke Gunung Bromo via Malang saat musim Liburan Bromo Murah.
Gunung bromo menjadi salah satu Wisata Jawa Timur yang paling menjadi
sorotan ketikan musim Liburan Bromo karena gunung ini sangat memiliki
keistimewaan yaitu satu satunya gunung yang memiliki sunrise terbaik dan
lautan pasir yang luas membentang di sekitar gunung bromo seluas 10 km
persegi.Bisa dibayangkan betapa indahnya pesona keindahan gunung
bromo.
1. Puncak Tengger
Dahulu Puncak Tengger lebih tinggi daripada Puncak Meru tapi
karena mengalami letusan vulkanik berkali-kali yang menghasilkan
kawah yang lebar dan kawah Tengger menjadi lebih rendah daripada
Puncak Meru.
Dasar kawah menjadi lautan pasir yang disebut Segara
wedhi.Kaldera Tengger luasnya 10km2 yang didalamnya terbentuk
gunung-gunung kecil yang dinamai Gunung Bromo(2392
mdpl),Gunung Batok(2470 mdpl),Gunung Kursi(2581 mdpl),Gunung
Watangan(2661 mdpl),Gunung Widodaren(2650 mdpl),dan Gunung
Pananjakan(2770 mdpl).
Gunung Bromo terkenal sebagai Crater in Crater,karena kawah
Bromo berada didalam kawah Tengger.
2. Puncak Meru
Sekarang terkenal dengan nama Gunung Semeru dengan
puncaknya Mahameru.Tinggi gunung 3676 mdpl dan merupakan
gunung tertinggi di Pulau Jawa.Letak administratif antara kabupaten
Malang dan kabupaten Lumajang.Sedangkan secara geografis
terletak di 8'06"LS dan 112'55"BT.Jalur pendakian antara lain jalur
Ranu Pane,jalur Ayak-ayak dan jalur Watupecah.Tetapi yang banyak
digunakan jalur Ranu Pane.
Gambar ;Danau Ranu Kumbolo
Rute Perjalanan
A.Gunung Bromo via Gubug Klakah
1. Malang-Tumpang(18 km) dengan minibus.
2. Tumpang-Gubug Klakah(12 km) menggunakan Jeep.
3. Gubug Klakah-Jemplang(17 km) menggunakan Jeep.
4. Jemplang-Gunung Bromo(6 km) bisa menggunakan Jeep ataupun
trekking.
Perjalanan untuk mrncapai kawah Bromo sangatlah mudah,karena
tersedia tangga-tangga beton yang berjumlah 249 buah.