Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali terkenal istilah pulau seribu pura, pulau dewata yang dibalut dengan budaya
dan tradisi yang sangat kental. Tidak dapat dipungkiri, tradisi, adat, budaya, serta keramah
tamahan masyarakatnya menjadi ciri khas pulau Bali. Oleh karena demikian, banyak
wisatawan amancanegara memilih berwisata dan berkunjung ke Bali.
Kabupaten Buleleng terletak di belahan Bali bagian Utara. Keramahtamahan dan
sistem menyama braya sangat kental di wilayah ini. Selain itu, di Buleleng terdapat banyak
objek wisata dan tempat rekreasi alam cantik. Selain itu, budaya yang identik akan sesuatu
hal yang unik, Yang cukup unik dan menarik adalah kebudayanya dalam balutan tradisi
unik dan menarik, seperti salah satunya tradisinya yang bertahan sampai saat ini yaitu
Nyakan Diwang atau masak di luar pekarangan rumah. Tentu akan menjadi pemandangan
menarik ketika anda menyaksikan warga memasak dengan kayu bakar di luar pekarangan
rumah. Tepatnya di desa Dencarik tradisi tersebut telah ada sejak dahulu yang merupakan
warisan dari leluhur, yang masih manjadi tradisi sampai saat ini
Secara filosofis Tradisi Nyakan Diwang atau memasak diluar pekarangan rumah
memiliki arti sebagai rasa wujud syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
sehari sebelumnya masyarakat hindu dapat menjalankan catur brata penyepian. Selain itu,
secara tidak langsung, kehangatan sistem menyama braya pada tradisi ini membuat
hubungan harmonis antar sesama masyarakat di lingkungan sekitar menjadi semakin erat.
Walaupun tradisi ini sudah sangat lumrah dilaksanakan dan di kenal bagi
masyarakat di desa Banjar, namun tidak dikenal oleh masyarakat luas. Kurangnya publikasi
dan dampak globalisasi juga menjadi ancaman keberadaan budaya ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah yang penulis
temukan, diantaranya.
1. Bagaimana sejarah munculnya tradisi Nyakan Diwang?
2. Kapan dilaksanakannya tradisi Nyakan Diwang?

1
3. Bagaimana aturan dan cara pelaksanaan tradisi Nyakan Diwang?
4. Apa makna yang terkandung dalam tradisi Nyakan Diwang?
5. Apa hubungan tradisi Nyakan Diwang jika dikaitkan dengan ajaran Tri Hita
Karana?
6. Bagaimana cara mempertahankan tradisi Nyakan Diwang dalam masa modern ?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang menjadi dasar disusunnya makalah ini berdasarkan rumusan
masalah diatas, adalah sebagai berikut :
1. Mengenal sejarah munculnya tradisi Nyakan Diwang .
2. Mencari tahu waktu dilaksanakannya tradisi Nyakan Diwang .
3. Mempelajari aturan dan tata cara pelaksanaan Nyakan Diwang .
4. Memahami makna yang terkandung dalam tradisi Nyakan Diwang
5. Mengetahui hubungan tradisi Nyakan Diwang dengan ajaran Tri Hita Karana
6. Mengetahui usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tradisi Nyakan
Diwang di masa modern
1.4 Manfaat
Tradisi Nyakan Diwang yang dilaksanakan oleh warga kecamatan Banjar,
khususnya desa Dencarik ini diyakini dan dipercaya bahwa dengan melaksanakan tradisi ini
nantinya seluruh anggota keluarga dan masyarakat lainnya akan terbebas dari kotoran.
Selain itu, tradisi ini juga digunakan untuk memupuk tali hubungan persaudaraan diantara
sesama warga desa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tradisi Nyakan Diwang


Sejarah munculnya Nyakan Diwang belum dapat dibuktikan, karena penelusuran
sejarah yang pernah dilakukan dengan cara menanyakannya kepada tokoh-tokoh
masyarakat tentang apakah ada catatan tertulis tentang Nyakan Diwang baik berupa prasasti
dan lontar. Penelusuran sejarah ini dilakukan di Desa Banjar. Ternyata tidak ditemukan
catatan tertulis yang menjelaskan tentang Nyakan Diwang itu dimulai. Belum bisa
dipastikan kebenarannya karena bila kita menganalisa sejarah maka harus ada fakta dan
data di lapangan. Terutama peninggalan berupa tulisan, tetapi data-data tidak ditemukan.
Disisi lain, tersebar hipotesa hasil dari wawancara kepada tokoh-tokoh masyarakat Desa
Banjar bahwa Nyakan Diwang sudah dilestarikan sejak masa kerajaan Banjar. Kemudian
menyebar ke wilayah desa sekitar dan dilestarikan sampai sekarang. Salah satu desa yang
masih melestarikan tradisi Nyakan Diwang selain Desa Banjar adalah Desa Dencarik.
2.2 Waktu Pelaksanaan Tradisi Nyakan Diwang
Tradisi Nyakan Diwang dilakukan pada saat rangkaian Hari Raya Nyepi, tepatnya
sehari setelah Nyepi yaitu pada saat Ngembak Geni. Pada saat dini hari atau sebelum
matahari terbit, sekitar jam 5 pagi sampai waktu matahari terbit sekitar jam 7 pagi.
2.3 Aturan dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Nyakan Diwang
A. Aturan
Istilah Nyakan Diwang berasal dari 2 kata ,yaitu nyakan dan diwang. Nyakan berarti
memasak sedangkan diwang berarti di luar. Sehingga, Nyakan Diwang memiliki arti
memasak di luar rumah. Lebih tepatnya,di samping pintu gerbang rumah atau pintu
keluar masuk rumah. Sehingga aturan tradisi Nyakan Diwang adalah memasak di
luar rumah
B. Tata Cara Pelaksanaan
1. Menyiapkan tempat memasak yang bersifat tradisional seperti,batu bata,batako,
dan lain-lain yang perlu disiapkan.

3
2. Siapkan alat bakar yang bersifat tradisional seperti, kayu bakar.
3. Siapkan alat masak seperti dandang, wajan, dan lain-lainnya
4. Siapkan bahan-bahan masakan seperti air, beras, gula, kopi, atau sesuai dengan
keinginan.
5. Buat tempat memasak di samping pintu gerbang rumah atau biasanya di pinggir
jalan. Menurut istilah Bali, tempat memasak disebut "paon” sifatnya tidak
permanen karena hanya dipakai pada saat itu yaitu pagi hari saat Ngembak
Geni.
6. Setelah tempat memasak jadi, mulailah memasak sesuai dengan keinginan.
2.4 Makna yang Terkandung dalam Tradisi Nyakan Diwang
a. Dari Segi Budaya
Tradisi Nyakan Diwang merupakan salah satu dari kearifan lokal Genius,
yang artinya kemampuan masyarakat untuk menciptakan hal yang baru, unik atau
berbeda untuk melakukan sesuatu yang sudah ada (dimodifikasi) atau membuat
sebuah inovasi yang disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat setempat.
Kemudian diikuti oleh banyak orang dan berkembang di masyarakat luas karena di
dalamnya memiliki makna atau nilai yang baik
b. Dari Segi Sosial
Pada saat dilakukannya tradisi ini,banyak masyarakat yang saling menyapa
antar tetangga. Di saat itu juga banyak masyarakat memanfaatkan momentum ini
untuk jalan-jalan dan mengunjungi sanak keluarga. Sehingga terjadi komunikasi
sosial di antara sesama warga desa yang kemudian mengentalkan kembali nilai-nilai
menyama braya
c. Dari Segi Filosofis
Waktu dilaksanakannya Nyakan Diwang adalah saat Ngembak Geni.
Ngembak Geni adalah serangkaian dari hari raya Nyepi,sehari setelah Sipeng.
Dimana pada saat Sipeng, masyarakat Bali pada umumnya melaksanakan Catur
Brata Penyepian. Dimana pada malam hari masyarakat Bali menganggap waktu
yang sangat gelap dapat digunakan untuk aktivitas perenungan dosa. Keesokkan
harinya, disebut Ngembak Geni. Ngembak artinya memulai atau mengawali, Geni

4
artinya api, cahaya, atau harapan. Sehingga, Ngembak Geni artinya awal dari pada
cahaya kehidupan setelah sebelumnya melakukan perenungan dosa di malam yang
gelap.
Masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat yang melakukan tradisi
Nyakan Diwang khususnya, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, dalam
istilah Bali disebut "Menyama Braya". Bila dikaitkan dengan waktu
pelaksanaannya. Maka secara filosofis memiliki makna mengawali kehidupan yang
penuh dengan harapan akan kemuliaan dengan mengutamakan nilai-nilai
kekeluargaan.
2.5 Hubungan Tradisi Nyakan Diwang dengan Ajaran Tri Hita Karana
Tri Hita Karana berasal dari kata Tri yang artinya tiga, Hita yang artinya
kebahagiaan
dan Karana yang berarti penyebab. Jadi Tri Hita Karana adalah tiga penyebab terjadinya
kebahagiaan. Ajaran ini senantiasa mengajarkan menjalin hubungan yang baik, yakni
hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam
sekitar. Sehingga terciptalah kesejahteraan dan kebahagiaan.dalam konteks kearifan lokal,
Ketiga bagian Tri Hita Karana erat kaitannya dengan tradisi Nyakan Diwang, antara lain
sebagai berikut :
a. Parhyangan atau Kearifan Lokal Teologis
Tradisi Nyakan Diwang atau memasak diluar rumah memiliki arti sebagai
rasa wujud syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena sehari
sebelumnya masyarakat hindu dapat menjalankan catur brata penyepian.
b. Pawongan atau Kearifan Lokal Sosial
Secara tidak langsung kehangatan dan keceriaan tradisi ini membuat ikatan
antara warga dan keluarga terjalin semakin erat. Pada saat pelaksaan tradisi Nyakan
Diwang ini, banyak masyarakat yang saling menyapa antar tetangga. Di saat itu juga
banyak masyarakat memanfaatkan momentum ini untuk jalan-jalan dan
mengunjungi sanak keluarga. Sehingga terjadi komunikasi sosial di antara sesama
warga desa yang kemudian mengentalkan kembali nilai-nilai menyama braya
c. Palemahan atau Kearifan Lokal Ekologis

5
Sesuai dengan tata cara dan aturan pelaksanaan tradisi Nyakan Diwang ini,
yakni menggunakan bahan bakar berupa kayu dan menggunakan tungku tanah
selayaknya keadaan zaman dahulu. Secara tidak langsung ini memberikan dampak
baik kepada alam. Masyarakat memanfaatkan hasil alam dan tidak merusaknya.
2.6 Mempertahankan Tradisi Nyakan Diwang di Masa Modern
Untuk melestarikan tradisi ini, setiap wilayah Desa Banjar dan Dencarik melakukan
kegiatan Nyakan Diwang pada saat Ngembak Geni. Harus ada kesadaran dari pemerintah
daerah ,dalam hal ini pemerintah adat setiap desa dan masyarakat umum. Nyakan Diwang
ini memiliki nilai yang sangat mendalam pada kehidupan masyarakat, baik itu nilai budaya,
sosial, maupun filosofis.
Pada perkembangan zaman modern, dari segi buruknya kita bisa melihat bahwa
banyaknya orang yang meninggalkan budaya tradisional yang dianggap sebagai sebuah
tradisi yang sudah usang. Sehingga harus diganti dengan nilai-nilai yang baru,
kontemporer, kekinian, dan mengikuti zaman. Pancaran negatif inilah yang harus
dihilangkan dengan cara berpikir kritis, mencari tahu, dan menemukan makna-makna yang
terkandung di dalam tradisi Nyakan Diwang. Sehingga kita benar-benar paham dan
menghayati dari pada tradisi tersebut. Dengan demikian, timbul kesadaran masyarakat
untuk melestarikannya.
Tokoh-tokoh masyarakat, orang-orang tua, dan juga pemerintah harus menjadi
contoh dalam upaya melestarikan tradisi Nyakan Diwang dengan berbagai cara, sehingga
generasi muda bisa mengikutinya. Pembuatan makalah ini juga bagian dari pada upaya
untuk melestarikan atau mempertahankan tradisi dengan budaya menulis dan membaca
maka, pembaca bisa menambah wawasan atau khazanah teoritis tentang Nyakan Diwang.
Sehingga pembaca memiliki pengetahuan tentang Nyakan Diwang serta menjadikannya
sebagai modal pertama untuk melestarikan tradisi.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
tradisi Nyakan Diwang merupakan salah satu tradisi yang ada di Desa Dencarik dan Banjar,
diartikan sebagai tradisi melakukan kegiatan memasak di luar dapur, lebih tepatnya lagi di
pinggir jalan tepat di depan rumah masing-masing keluarga.
Munculnya tradisi Nyakan Diwang ini tanpa adanya bukti yang jelas dan sudah ada
sejak zaman Kerajaan Banjar yang merupakan tradisi secara turun-temurun yang
diwariskan oleh para leluhur terdahulu. Tradisi Nyakan Diwang merupakan rangkaian dari
perayaan Hari Raya Nyepi, lebih tepatnya pada saat Ngembak Geni atau sehari setelah Hari
Raya Nyepi.
Tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk pembersihan rumah. Tradisi Nyakan
Diwang ini diyakini dan dipercaya oleh masyarakat bahwa dengan melaksanakan tradisi ini
seluruh anggota keluarga akan terbebas dari kotoran, selain itu, tradisi ini dimanfaatkan
untuk memupuk tali persaudaraan antara sesama krama desa.
Dalam pelaksanaannya semua anggota keluarga ikut keluar rumah sambil
membentangkan alas duduk untuk sekedar bersantai bersama anggota keluarga lainnya
maupun tetangga yang berkunjung. Di sela-sela tradisi ini berlangsung warga desa
memanfaatkannya untuk saling mengunjungi atau melakukan "Sima Krama" dengan warga
desa yang lainnya.
Karena ini merupakan tradisi yang ditinggalkan oleh leluhur maka secara turun-
temurun masyarakat desa pakraman Dencarik memiliki kewajiban moral dan niskala untuk
melaksanakan tradisi tersebut.

7
3.2 Saran
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas, penulis mencoba memberikan
saran saran yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua yang membaca tulisan ini. Saran
penulis adalah semoga Tradisi Nyakan Diwang yang merupakan rangkaian dari perayaan
Nyepi di Desa Pakraman Banjar dan Dencarik ini tetap bertahan hingga pada generasi-
generasi selanjutnya. Penulis juga memberi saran agar para generasi muda di Desa
Dencarik mampu menjaga dan melestarikan tradisi ini sekaligus dapat berperan aktif dalam
pelaksanaan tradisi tersebut, dan kepada aparat desa agar dapat terus memantau dan
memberikan arahan-arahannya kepada masyarakat agar tradisi ini dapat terus
dipertahankan. Selain itu, kepada pemerintah agar memberikan pembinaan kepada generasi
muda, khususnya beragama Hindu terkait dengan pelaksanaan dan pelestarian tradisi agar
tidak punah dan tetap terjaga kelestariannya.

Anda mungkin juga menyukai