Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEJARAH JASA PAHLAWAN


JUANDA KARTAWIJAYA

Nama : Joanne Salres Ramadhani

NIM : 011600442

JURUSAN TEKNOKIMIA NUKLIR


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
DJOEANDA KARTAWIDJAJA

Ir. Haji Raden Djoeanda Kartawidjaja (ejaan baru: Juanda Kartawijaya, Sunda;
lahir di Tasikmalaya, Hindia Belanda, 14 Januari 1911 – meninggal di Jakarta, 7 November
1963 pada umur 52 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir.
Ia menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri
Keuangan dalam Kabinet Kerja I.
Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun
1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di
dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan
sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on
Law of the Sea (UNCLOS).
Namanya diabadikan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya, Jawa Timur yaitu
Bandara Djuanda atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang
tersebut sehingga dapat terlaksana. Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan raya di
Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan
Monumen Ir. H. Djuanda.
Djuanda wafat di Jakarta 7 November 1963 karena serang jantung dan dimakamkan di
TMP Kalibata, Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.244/1963 Ir. H.
Djuanda Kartawidjaja diangkat sebagai tokoh nasional/pahlawan kemerdekaan nasional.
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia,
mengabadikan Djoeanda di pecahan uang kertas rupiah baru NKRI, pecahan Rp50.000.
Awal Kehidupan dan Pendidikan

Ir. H. Djuanda dilahirkan di Tasikmalaya, 14 Januari 1911, merupakan anak pertama


pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat, ayahnya seorang Mantri Guru pada
Hollandsch Inlansdsch School (HIS). Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di HIS dan
kemudian pindah ke sekolah untuk anak orang Eropa Europesche Lagere School (ELS),
tamat tahun 1924. Selanjutnya oleh ayahnya dimasukkan ke sekolah menengah khusus orang
Eropa yaitu Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS Bandung, sekarang di tempati SMA
Negeri 3 Bandung dan SMA Negeri 5 Bandung), dan lulus tahun 1929. Pada tahun yang sama
dia masuk ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) sekarang Institut Teknologi
Bandung (ITB) di Bandung, mengambil jurusan teknik sipil dan lulus tahun 1933. Semasa
mudanya Djuanda hanya aktif dalam organisasi non politik yaitu Paguyuban Pasundan dan
anggota Muhammadiyah, dan pernah menjadi pimpinan sekolah Muhammadiyah. Karier
selanjutnya dijalaninya sebagai pegawai Departemen Pekerjaan Umum provinsi Jawa Barat,
Hindia Belanda sejak tahun 1939.
Ir. H. Djuanda seorang abdi negara dan abdi masyarakat. Dia seorang pegawai negeri
yang patut diteladani. Meniti karier dalam berbagai jabatan pengabdian kepada negara dan
bangsa. Semenjak lulus dari TH Bandung (1933) dia memilih mengabdi di tengah
masyarakat. Dia memilih mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji seadanya.
Padahal, kala itu dia ditawari menjadi asisten dosen di TH Bandung dengan gaji lebih besar.
Selain itu, ia juga memulai keaktifan organisasinya sejak sebelum kemerdekaan di
Pergerakan Pasoendan.
Setelah empat tahun mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta, pada 1937, Djuanda
mengabdi dalam dinas pemerintah di Jawaatan Irigasi Jawa Barat. Selain itu, dia juga aktif
sebagai anggota Dewan Daerah Jakarta.

Deklarasi Juanda dan Perundingan lainnya


Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana
Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, deklarasi ini menyatakan kepada
dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan
Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dalam konvensi hukum laut United
Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS), dikenal sebagai negara kepulauan.
Isi dari Deklarasi Juanda ini menyatakan:

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak


tersendiri.
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan.

3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan


wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :

a. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh


dan bulat
b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan asas negara
Kepulauan

c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan
dan keselamatan NKRI

Pernyataan yang dibacakan oleh Djuanda tersebut menjadi landasan hukum bagi
penyusunan rancangan undang-undang yang digunakan untuk menggantikan Territoriale Zee
en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939.

Pasca Dekalarasi Djuanda tidak ada lagi perairan internasional di antara pulau-pulau
nusantara. Wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh dengan batas-batas laut
berada pada pulau-pulau terluar. Inilah salah satu karya besar Juanda saat itu. Deklarasi
Djuanda juga membuat luas wilayah Indonesia bertambah menjadi lebih dari 5 juta km2. Di
dalam wilayah perairan Indonesia terdapat belasan ribu pulau dan dikelilingi garis pantai
sepanjang puluhan ribu kilometer. Wilayah laut yang sangat luas tersebut menjadikan
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah ruah, mulai dari sektor perikanan,
sumberdaya bioteknologi kelautan, minyak bumi & mineral hingga wisata bahari.

Bentuk peneladanan terhadap jasa pahlawan Ir. Haji Raden Djoeanda Kartawidjaja di
era sekarang yaitu dengan melindungi kekayaan negeri ini seperti pulau-pulaunya, adat
istiadat, sumber daya alam, serta semua provinsi atau daerah yang ada di NKRI. Tugas kami
sebagai generasi selanjutnya adalah menjaga warisan dan kekayaan yang telah diperjuangkan
oleh para pahlawan. Lebih baik lagi jika dapat mengembangkan yang telah diperjuangkan
para pahlawan guna memajukan negara Indonesia. Seperti yang Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti lakukan yaitu menjaga keras laut Indonesia dari warga asing yang
mengeruk kekayaan alamnya secara diam-diam atau ilegal yang tidak diberi tindak hukum.
Tindakan yang telah dilakukan Meteri Kelautan dan Perikanan ini merupakan wujud
peneladanan terhadap jasa Bapak Juanda ini. Selama menjabat menjadi Menteri Kelautan dan
Perikanan, Susi Pudjiastuti telah mendorong pemberantasan pencurian ikan yang masih kerap
terjadi di laut Indonesia dengan cara meledakkan dan menenggelamkan kapal yang terpergok
mencuri ikan di perairan Indonesia.

REFERENSI:

Anonim. (15 September 2016). Biografi Pahlawan Juanda Kartawijaya Perdana Menteri Ke-
10. Diperoleh dari http://initu.id/biografi-pahlawan-juanda-kartawijaya-perdana-
menteri-ke-10/

Anonim. Menteri Susi, Sang Pengubur Kapal Ilegal. Diperoleh dari


http://www.dw.com/id/menteri-susi-sang-pengubur-kapal-ilegal/a-19304251

Azzura, Siti Nur. (20 Januari 2017). Menteri Susi sebut laut jadi harapan masa depan
Indonesia. Diperoleh dari https://www.merdeka.com/uang/menteri-susi-sebut-laut-
jadi-harapan-masa-depan-indonesia.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Djoeanda_Kartawidjaja

Anda mungkin juga menyukai