MASYARAKAT JAWA
Surono
Abstrak
Jimpitan adalah model penggalangan dana. Ini adalah peraturan yang
dilakukan secara teratur oleh setiap keluarga di malam hari di masyarakat.
Tujuan Jimpitan adalah untuk memperkuat keuangan komunal. Jimpitan
menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Ini
adalah kegiatan sukarela, dilakukan oleh orang-orang yang mengumpulkan
atau memberikan kontribusi (dana).
Selain fungsinya untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, Jimpitan juga
digunakan untuk membangun hubungan sosial dan keharmonisan di antara
anggota masyarakat. Dalam proses pengumpulan Jimpitan , ada variasi
interaksi pribadi dan sosial selama Jimpitan diadakan untuk Misalnya, itu
adalah untuk membuat hubungan bisnis. Selain itu, Jimpitan menjadi salah
satu media untuk membangun keharmonisan sosial dan hubungan bisnis
yang sangat efektif dan efisien.
Model Jimpitan sangat cocok dikembangkan untuk konektivitas ASEAN. Itu
akan terjadi mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun
2015. Konektivitas yang dimaksud adalah konektivitas untuk pendidikan,
budaya dan pariwisata. Jika konektivitas itu telah dibangun, itu akan terjadi
jadikan konektivitas ekonomi, sosial, budaya, dll. apalagi didukung oleh
sosial dan kondisi budaya masyarakat ASEAN serupa. Itu berarti, proses
transformasi dari model Jimpitan di komunitas Jawa ke diterapkan di
kawasan ASEAN akan lebih mungkin
Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis bagaimana
Jimpitan bertindak sebagai media untuk membangun bisnis interaksi dan
integrasi ekonomi lokal? Bagaimana model Jimpitan dapat diadopsi di
daerah lain untuk membangun integrasi ekonomi yang lebih luas ? Dan
bagaimana kontribusinya bagi kesejahteraan sosial?
Makalah ini akan ditulis berdasarkan studi kasus di Yogyakarta.
PENGANTAR
Alon-alon waton kelakon
(perlahan tapi pasti)
--- maksim orang Jawa ---
Jimpitan adalah bentuk tradisi Jawa. Ini berasal dari kata “jimpit”
yang artinya "Memberi cubitan dengan tiga jari" (ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah). Jadi kata itu merujuk sesuatu yang diberikan dalam jumlah
kecil. Jimpitan adalah kegiatan di komunitas Jawa yang terdiri dari
mengumpulkan beras atau uang di malam hari dari anggota
masyarakatnya. Jimpitan dalam bahasa Jawa masyarakat memiliki dua
hasil: pertama-tama, menyediakan dana untuk pengembangan masyarakat
(desa pengembangan, bantuan kesehatan, beasiswa), dan kedua
memberikan kesempatan untuk membina harmoni di antara para
anggotanya.
Saya tertarik pada Jimpitan karena konsep ini dapat diterapkan ke
negara lain meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan di sini
diartikan sebagai kegiatan atau upaya terorganisir untuk mencapai a
kondisi masyarakat yang damai dalam hal memenuhi kebutuhan fisik ,
spriritual dan sosialnya (Suharto, 2005: 2). Di Jimpitan kita dapat
mengamati bagaimana sekelompok orang membangun kelompok mereka
sendiri
kemandirian finansial. Jimpitan dapat digunakan sebagai solusi alternatif
untuk menyelesaikan masalah di tingkat nasional di bidang-bidang seperti
kesehatan masyarakat, kemiskinan, dan kerusuhan sosial. Konsep Jimpitan
dapat diterapkan ke komunitas lain dengan mudah, karena sederhana dan
sangat murah.
Makalah ini didasarkan pada penelitian kualitatif yang mengandalkan
pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara partisipatif.
Saya bergabung dengan komunitas menonton setiap malam selama
penelitian saya dan melakukan wawancara dengan orang-orang yang
bertugas di komunitas. Penelitian dilakukan di Bragasan Sleman dari
Desember 2011 hingga Mei 2012. Saya memilih situs tersebut sebagai
contoh praktik Jimpitan di daerah pedesaan. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan deskriptif metode kualitatif. Untuk mempertajam
analisis, saya juga melakukan tinjauan literatur yang relevan dengan
penelitian.
Jimpitan dan Ronda
Sebelum membahas lebih banyak tentang Jimpitan , saya ingin
menyampaikan gagasan ronda . Dalam pandangan masyarakat Jawa antara
ronda dan Jimpitan adalah salah satu yang bersatu. Mereka dua hal yang
berbeda tetapi saya tidak dapat dipisahkan. Seperti dua sisi mata uang.
Ronda dan Jimpitan selalu saling mengikuti.
Ronda , menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti berpatroli,
berjalan keliling desa untuk satpam. Secara kontekstual, berarti berjalan di
sekitar ke desa dalam kelompok untuk membuat desa itu aman. Ronda
adalah sekelompok orang yang datang dari desa untuk berpatroli setiap
malam.
Dalam praktiknya, Ronda adalah pembagian tugas dari desa kepada
anggota masyarakat untuk dijaga keamanan di desa mereka dan secara
sukarela. Biasanya, ronda dibagi menjadi tujuh kelompok (disesuaikan
dengan jumlah hari per minggu). Jumlah anggota kelompok Ronda antara
5-10 orang. Setiap minggu, kelompok-kelompok Ronda berpatroli secara
teratur untuk satu malam. Mereka diatur sesuai dengan hari yang
disepakati oleh masing-masing kelompok. Saya akan menulis kegiatan
ronda di Bragasan. Pukul 22.00 malam, anggota ronda group
datang ke pos penjaga (dalam bahasa Jawa: pos kamling). Kemudian
mereka begadang sampai sekitar jam 1:30 pagi. Di saat itu, anggota
kelompok melakukan berbagai kegiatan agar tetap terjaga: bermain kartu,
menonton televisi, membahas tentang masalah publik atau pribadi,
negosiasi bisnis, atau sekadar berbicara enteng.
Ketika waktu menunjukkan sekitar 01:30 pagi, anggota ronda dibagi
menjadi dua kelompok. Satu kelompok tinggal di penjaga penjaga,
sementara yang lain berkeliling desa.
Mereka berpatroli dari satu rumah ke yang lain. Pada saat patroli ini,
anggota kelompok ronda mengambil koin Jimpitan dari masing-masing
rumah. Koin Jimpitan kemudian dikumpulkan dalam bendahara kelompok.
Setelah patroli dilakukan untuk
tiga puluh menit, mereka kembali ke pos jaga. Kemudian mereka kembali
ke rumah masing-masing. Koin Jimpitan hasilnya akan dikumpulkan di
bendahara desa di pertemuan rutin selapanan (35 hari).