Anda di halaman 1dari 10

Komunikasi Lintas Budaya Dalam Masyarakat :

Komunikasi Lintas Budaya Study Deskriptif Kualitatif


Sarana Membangun Keharmonisan Masyarakat Desa
Puluhdadi Yogyakarta Dengan Melakukan Jimpitan

Oleh:
Bagas Gilang Pangestu
16071037

Ilmu komunikasi dan multimedia


Universitas Mercubuana Yogykarta
Tahun Ajaran 2016/2017

1|Page
BAB I

A. Latar Belakang Masalah


Jimpitan adalah salah satu keaktifan lokal yang di miliki masyarakat jawa.
Jimpitan berasal dari kata “Jimpit” yang berarti mengambil dengan tiga jari (Ibu
jari, jari telunjuk, dan jari tengah). Kata “Jimpit” mengacu pada suatu yang di
ambil dalam jumlah yang kecil.

Jimpitan adalah kegiatan pada masyarakat jawa yang berupa pengumpulan


beras atau uang yang di lakukan oleh anggota masyarakat dari satu rumah ke
rumah lain pada malam hari.Jimpitan merupakan wujud dari upaya pengaturan
dan pengurusan sendiri masyarakat dengan menggunakan modal yang ada dalam
masyarakat itu sendiri. Dan suatu tradisi gotongroyong desa dalam wujud
sumbangan sukarela berupa beras dengan sekala kecil (1- 2 sendok beras) yang di
letakan di gelas plastik dan di taruh di depan rumah masing – masing warga dan
di lakukan setiap harinya. Kegiatan jimpitan yang di lakukan di desa Puluhdadi
sejak tahun 2007. Jimpitan di laksanakan secara sukarela , sehingga tidak ada
sanksi apabila ada warga yang tidak menyumbang

Ronda dan jimpitan merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan,
meskipun keduanya berbeda, tetapi banyak kasus yang mengartikan jimpitan dan
ronda adalah suatu hal yang sama Ronda adalah kegiatan “patroli” warga suatu
kampung untuk memastikan bahwa kampung mereka aman. Namun di tempat
saya tinggal tepatnya di Desa Puluhdadi Catur Tunggal, ronda dan jimpitan di
lakukan dengan berkumpul di salah satu rumah warga yang menjadi anggota
jimpitan dan ini dilakukan secara bergiliran setiap minggunya, karna dengan cara
berkumpul di rumah warga salah satu anggota jimpitan dapat melestarikan tali
silaturahmi dan merupakan ide yang bagus menurut saya, setelah semua
berkumpul kemudian di bagi lagi menjadi kelompok kecil untuk berkeliling di
lingkungan dan mengambil uang receh atau beras yang sudah di siapkan oleh

2|Page
masing – masing penghuni rumah yang di tempatkan di samping pintu dan selain
mengambil uang receh juga, lingkungan dapat terhindari dari kejahatan seperti
maling, jadi akan lebih aman lingkungan warga sekitar.

intinya anggota ronda berkeliling untuk mengambil sumbangan dari setiap


rumah dan sekaligus mengamankan lingkungan di sekitar. Dan jumlah uang yang
di berikan kepada pemilik rumah berupa uang logam atau uang koin yang
bernominal mulai dari RP.200,- sampai dengan RP.1000,-, karna dengan nominal
yang minin tersebut tidak ada kendala bagi setiap penghuni rumah untuk
menyumbang atau mengisi uang kas lingkungan dan juga pastinya dengan
nominal yang minim bisa ikhlas memberinya. Walaupun bernominal yang minim
tersebut dapat membangun rasa solidaritas yang sangat kuat dari warga sekitar,
jangan di lihat dari seberapa besar nominalnya yang kita berikan tetapi lihatlah
dari seberapa ikhlasnya kita untuk memberi, karna rasa ikhlas susah di cari tetapi
nominal yang besar sangat mudah untuk di cari.

Biasanya uang yang di hasilkan dari kegiatan jimpitan tersebut di gunakan


untuk membangun atau merenofasi jalan yang rusak di sekitar lingkungan dan
selain itu juga di gunakan untuk membuat acara – acara kampung seperti acara
HUT RI atau yang lainnya, dengan adanya jimpitan, warga sekitar tidak khawatir
jika ada acara – acara yang akan di adakan di lingkungan sekitarnya karna sudah
memiliki modal untuk melaksanakan acara.

Pada awalnya peroses jimpitan ini hanya sebatas membagikan beras


dengan menjualnya di bawah harga pasaran kepada para warga yang kurang
mampu dengan tujuan untuk membantu kekurangan jumlah jatah beras raskin,
namun hasil penjualan beras tersebut menjadi aliran dana bagi pembangunan desa
sehingga dapat mewujudkan keharmonisan warganya.

Setiap pembangunan pasti menggunakan dana. Karna tanpa dana mustahil


pembangunan dapat di realisasi. Pembangunan dapat di bagi menjadi bermacam –
macam. Ada pembangunan tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
pembangunan tingkat desa/kelurahan. Dana pembangunan tingkat desa/kelurahan

3|Page
berasal dari dana APBD. Dimana masing – masing kelurahan / desa setiap
tahunnya mempunyai dana anggaran untuk pembangunan di wilayahnya. Dana
pembangunan ini setiap tahunnya akan bagikan kepada masing – masing desa
secara bergantian, selain dari bantuan pemerintah, dana pembangunan dapat
berasal dari swadaya masyarakat dan usaha yang lainnya. Berdasarkan peraturan
ini maka masyarakat juga mempunyai peran dalam pembangunan di
lingkungannya melalui swadaya masyarakat.

Dana swadaya masyarakat dapat di hasilkan dari iuran rutin bulanan atau
kegiatan yang lainnya. Swadaya adalah bentuk atau sumbangan yang dapat berupa
uang atau material non fisik dalam bentuk tenaga dan pemikiran dalam kegiatan
pembangunan.

Dari kasus ini ternyata jimpitan mampu menciptakan dan menjaga


keharmonisan masyarakat. Sehingga solidaritas masyarakat dapat di tingkatkan,.
Bahwa pada tingkatan lokal, ikatan yang di bentuk melalui persahabatan dan
persaudaraan biasanya sangat khusus dalam orientasi mereka. Tidak salah jika
mengatakan masyarakat jawa sangat mengutamakan hidup yang rukun dan hormat
demi menjaga keharmonisan masyarakat. Tingginya tingkatan keharmonisan
masyarakat bangsa ini di tunjukan dengan meraihnya kegiatan gotongroyong di
lingkungan sekitar.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kasus ini yaitu :

1. Bagaimana komunikasi lintas budaya membangun keharmonisan


lingkungan di desa Puluhdadi Yogyakarta dengan melakukan jimpitan
(Ronda Malam)?

4|Page
Tinjauan Pustaka
Budaya – budaya yang berbeda memiliki sistem nilai yang berbeda dan
tujuan hidup yang berbeda pula. Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas
budaya semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan
orang dari berbagai budaya yang berbeda, salin kondisi bangsa indonesia yang
sangat majemuk dengan barbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah
dan sebagainya. Salin itu kita juga harus mengetahui pengertian dan definisi
komunikasi dan budaya supaya lebih mengenal jauh apa itu budaya dan
komunikasi atau hubungan keduanya.1

berikut ada beberapa pengertian dan definisi tentang komunikasi dan budaya :

1. Pengertian Komunikasi
Kehidupan manusia ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat
manusia di dunia benar – benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya
hanya dapat di penuhi jika dia berkomunikasi dengan orang lain. Karena itu jika
dia berhasil berkomunikasi secara efektif maka seluruh kebutuhannya dapat di
capai. Anda dan saya selalu berkomunikasi. Anak - anak bercengkraman dengan
bapak dan ibu di rumah, mereka saling bertukar informasi dan pengalaman.
Mereka berdiskusi dan berdialog panjang merundingkan sebuah keputusan.

Kita bertukar informasi dengan para tetangga dan kenalan, kita juga membaca
majalah atau surat kabar dan mendengarkan radio atau menonton televisi. Kata
salahsatu aksimoa komunikasi, “manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi”
atau “manusia tidak dapat mengelak dari komunikasi”. Artinya, tiada hari tanpa
komunikasi. Komunikasi telah ada sejak manusia lahir, dan akan terus ada
sepanjang manusia hidup.2

1
Sambas Syukriadi, Antopologi Komunikasi, 2016, Bandung : CV Pustaka Setia,hal.205
2
Liliweri Alo.2008, Makna Budaya Dalam Komunikasi Lintas Budaya, Yogyakarta:Lkis
Yogyakarta, hal.2

5|Page
2. Definisi Komunikasi
Meskipun kita selalu berkomunikasi, namun mungkin sekali kita tidak
memahami betul apa yang sedang dilakukan itu memenuhi syarat – syarat
berkomunikasi yang baik dan benar. Saya akan mengutip beberapa definisi
komunikasi yang dapat membantu kita memahami komunikasi.

Saundra Hybels dan Richard L. Waefer II, bahwa komunikasi merupakan


setiap proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi
informasi yang di sampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga
dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau alat bantu di sekeliling
kita untuk memperkaya sebuah pesan (Hybels dan Richard L. Waefer II, 1992,
hlm.6)

Dari beberapa definisi tersebut, kita dapat mengamati beberapa pengertian


yang sama, yaknkomunikisi dapat membuat orang lain mengambil untuk
memberi dan mengalihkan informasi sebagai berita atau gagasan3

3. Pengertian Kebudayaan
Ada yang mengatakan bahwa kebudaayn adalah seni, padahal patut di ingat
bahwa kebudayaan bukanlah hanya sebuah seni, kebudayaan melebihi seni itu
sendiri karena kebudayaan meliputi sebuah jaringan kerja dakam kehidupan antar
manusia. Kebudayaan itu mempengaruhi sikap da nilai – nilai yang di miliki
manusia, bahkan mempengaruhi sikap dan prilaku manusia. Dengan kata lain
manusia merupakan aktor kebudayaan karena manusia bertindak dalam lingkup
kebudayaan

4. Definisi Kebudayaan
Kebudayan sebagai pandangan yang koheren tentang suatu yang di pelajari,
yang di bagi, atau yang di pertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan itu
berisi apa yang mendasari kehidupan. Kebudayan dalam arti yang luas adalah

3
Ibid,. Hal.3

6|Page
perilaku yang telah tertanam, ia merupakan totalitas dari suatu yang di pelajari
manusia, akumulasi dari pengalaman yang di alihkan secara sosial, tidak sekedar
sebuah catatan ringkas, tetapi dalam bentuk prilaku melalui pembelajaran sosial
(sosial learning) (Iris Varner dan Linda Beamer, dalam cultural communication in
the Global Workplace)

Menurut Levo-Henrikson (1994), kebudayaan itu meliputi semua aspek


kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup apapun bentuknya baik itu
mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat. Roos (1986, hlm. 155) melihat
kebudayaan sebagai sistem gaya hidup dan ia merupakan faktor utama (comon
dominator) bagi pembentukan gaya hidup.4

5. Hubungan Antara Komunikasi Dan Kebudayaan


Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara
komunikasi dan kebudayaan. Pertama, kebudayaan merupakan suatu kode atau
kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama. Kedua, untuk
mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan
komunikasi memerlukan kode – kode dan lambang – lambang, yang harus
dipelajari dan dimiliki bersama..

Untuk lebih mengerti hubungan antara komunikasi dan kebudayaan, kiranya


ada manfaatnya bila ditinjau dari sudut perkembangang masyarakat,
perkembangan kebudayaan serta peranan komunikasi dalam proses perkembangan
tersebut. Perlu dipahami sebelumnya, bahwa dalam corak hubungan apapun yang
terus berlangsung, beberapa simbol, pengertian, aturan serta pola verbal dan
nonverbal khusus tertentu berkembang sebagai akibat dari pemrosesan data
resiprokal (timbal balik) antara orang – orang yang terlibat di dalamnya.

Landasan Teori
A. Kerangka Konsep Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
untuk itu peneliti memilih 3 orang untuk di tanyakan tentang latar belakang

4
Ibid., hal.7

7|Page
proses kegiatan ini dan seluruh informasi yang mereka miliki tentang proses
kegiatan jimpitan ini, untuk itu peneliti mengumpulkan data dengan cara
observasi dan wawancara.

Untuk mendukung pembuatan laporan ini, maka perlu dikemukakan hal-hal


atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup
pembahasan sebagai landasan dalam pembuatan laporan ini.

KONSEP Dimesi Yang Di Tuju Sumber


 Jarak Kekuasaan
Komunikasi  Maskulinitas Griffin
Budaya  Penghindaran Ketidak Pastian
 Individualisme
Table 1 Konsep komunikasi Lintas Budaya

B. Oprasional Konsep
operasional menurut karakteristik yang diobservasi untuk didefinisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan suatu perilaku atau gejala yang diamati, diuji dan di tentukan
kebenarannya kepada orang lain.

Berikut penjelasan dari dimensi – dimensi yang di gunakan :

1) Jarak Dan Kekuasaan


Power distance adalah suatu dari ‘dimensi’ budaya nasional yang
merefleksikan jarak jawaban yang ditemukan dalam beragam negara ke dalam
pertanaan mendasarkan tentang bagaimana mengelola fakta bahwa orang – orang
dalam keadaan tidak seimbang. Sebagian besar negara – negara barat, USA dan
Inggris tergolong memiliki power distance yang rendah. Jika power distance yang
di miliki rendah berarti ketergantungan pada pemimpin terbatas, ada hubungan
interdependensi antara mereka dan jarak emosional antara mereka relatif atau
ditentukan oleh kelas sosial. Tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur
perbedaan power distance juga dapat di hubungkan dengan perbedaan –

8|Page
perbedaan di dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, propinsi dan ide – ide besar
dalam negara.1

2) Maskulinitas
Maskulinitas merujuk pada tingkat nilai “maskulin” secara tradisional –
asertivitas dan mementingkan materi. Sebagai perbandingan, feminitas
menekankan pada nilai “feminim” – mempertahankan hubungan dan kualitas
kehidupan. Seseorang yang memiliki nilai maskulinitas yang sangat tinggi
menemui banyak tekanan pekerjaan dan konflik antara pekerjaan dan peran
keluarga dan seseorang yang memiliki maskulinitas yang rendah menemui lebih
sedikit konflik dan tekanan.

Nilai suatu masyarakat memiliki dampak terhadap nilai organisasi karena sifat
yang saling berinnteraksi antara pekerjaan, waktu luang, keluarga dan komunitas
maupun budaya. Berdasarkan budaya Amerika menepatkan pekerjaan sebagai
pusat pembentukan nilai. Pekerjaan tetap menjadi sumber untuk memperoleh
harga diri dan penghargaan materi di Amerika Serikat.2

3) Penghindaran Ketidak Pastian


Penghindaran ketidak pastian adalah tingkat dimana anggota budaya mencoba
menghindari ketidak pastian. Dalam anggota budaya yag kecil penghindaran
ketidak pastian di bangdingkan dengan anggota budaya yang tinggi, dalam
penghindaran ketidak pastian memiliki toleransi yang lebih kecil untuk ketidak
pastian dan ambigunity, mereka mengekspresikan kekhawatiran yang tinggi dan

1
John M,Konopaske Robert, Perilaku Dan Manajemen Organisasi, Erlangga, 2006, hal.42
2
Ibid., hal.43

9|Page
lebih banyak perlu aturan formal dan kebenaran absolut dan toleransinya lebih
rendah dari orang lain.3

4) Individualisme
Mayoritas orang di dunia yang tinggal dalam suatu komunitas yang memiliki
minat pada kelompok melebihi secara individu disebut sebagai kelompok
masyarakat collectivist. Sebagian besar lingkudangn collectivist ,”keluarga” di
mana anak tumbuh berkembang terdiri dari sejumlah orang yang hidup seperti ;
kakek – nenek, paman, bibi, pembantu, atau anggota lainnya. Dalam antopologi
budaya ini dikenal sebagai extended family. Ketika anak tumbuh berkembang
mereka belajar untuk berpikir mereka sebagai bagian dari kelompok dan memiliki
budaya yang sama dengan orang tua atau keluarga mereka.4

3
Ibid., hal.42
4
Ibid., hal.42

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai