Anda di halaman 1dari 8

ANTROPOLOGI

Menganalisis Folklor Suku Lembak “ Legenda Ular Kepala Tujuh”

NAMA KELOMPOK :
1. ATIKA KHARISMA OCTHA VARISIA (18081374)
2. YOSEPAN BUYUNG SINAGA (18081298)

ANTROPOLOGI 13F2

Tahun Ajaran 2018/2019


Legenda Ular Kepala Tujuh dalam Cerita
Rakyat Bengkulu

Pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan yang bernama Kutei Rukam, yang
di perintah oleh seorang raja Bikau Bermano. Dan Raja pun memiliki delapan
putra dan suatu hari raja merasa ke delapan anaknya tersebut sudah tumbuh
dewasa maka di buatlah sebuah acara perkawinan putranya itu yang bernama
Gajah Meram.

Gajah Meram di jodohkan dengan seorang tuan putri yang berasal dari Kerajaan
Suka Negeri. Tuan putri tersebut bernama Putri Jinggai. Dari kerajaan Kutei
Rukam menyiapkan acara yang semeriah mungkin untuk putra pertamanya
dengan  Putri Jinggai.

Maka tibalah hari pernikahan Gajah Meram dengan Putri Jinggai, acara berjalan
lancar tetapi tidak lama kemudian terjadi sesuatu yang sangat aneh pangeran
gajah Meram dan Putri Jinggai hilang entah kemana. Dan Pada saat itu mereka
berdua sedang melakukan upacara di danau tes.

Dan tak seorang pun yang melihat mereka berdua hilang entah kemana,
makanya raja sangat terkejut akan kejadian itu dan segera menyuruh
pengawalnya untuk mencari pangeran dan Putri Jinggai, setelah mencari
beberapa jam pengawal tersebut mengalami kelelahan dan tidak menemukan
mereka di mana mana. Dan akhirnya sang pengawal segera kembali ke
kerajaannya dan melaporkan kepada raja bahwa anaknya serta Putri Jinggai
tidak bisa di temukan di danau tes.
Lalu tiba tiba seorang kakek dari gelumuran orang itu berteriak "mungkinsaja
pangeran serta calon istrinjya sudah di culik oleh Raja ular yang berkepala
tujuh, apa katamu orang tua?? 

"Maaf tuan setau saya ular keoala tujuh tersebut sangat sakti dan senang
mengganggu manusia yang ada di danau tes itu.” Semua penasehat raja terdiam
dan sangat takut tetapi putra bungsu raja tersebut yang bernama Gajah
merik, dialah yang membuka suara kepada ayahnya agar dia dapat di izinkan
untuk pergi menolong kakaknya itu.

Raja sangat sedih sekali dan tidak mengiyakan pertanyaannya itu, dan dengan
paksa Gajah merik memohon kepada ayahnya dan akhirnya ayahnya tersebut
pun setuju agar Gajah merik pergi ke danau tes untuk hadapi ular kepala tujuh
itu. Tapi sebelum berangkat Gajah merik harus bertapa terlebih dahulu di gua
Tepat Topes Guna. lalu segera Gajah merik pergi ke gua Tepat Topes Guna
untuk bertapa selama tujuh hari tujuh malam dengan konsentrasi.

Dalam pertapaan tersebut Gajah merik berhasil mendapatkan keris pusaka yang
dahsyat, keris pusaka tersebut itu dapat membuat dia berjalan di air, dan sebuah
selendang sakti yang dapat berubah rubah sesuai dengan keinginannya. setelah
ilmu sakti sudah di kuasai oleh gajah merik maka segera dia berangkat ke danau
tes dan segera ingin menolong kakaknya serta calon istri kakaknya itu.

Dalam memasuki danau tes itu ternyata banyak sekali rintangan yang
menghadangnya tetapi Gajah merik berhasil mengalahkan mereka satu persatu
hingga bertemu dengan ular kepala tujuh itu, tanpa basa basi lagi Gajah merik
langsung melakukan penyerangan hingga si raja ular tersebut kalah dan berhasil
menyelamatkan kakaknya serta calon istrinya.
Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke
seluruh pelosok negeri dengan cepat. Untuk menyambut keberhasilan itu, sang
Raja mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Setelah itu, sang Raja
menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram
menolak penyerahan kekuasaan itu.

“Ampun, Ayahanda! Yang paling berhak atas tahta kerajaan ini adalah Gajah
Merik. Dialah yang paling berjasa atas negeri ini, dan dia juga yang telah
menyelamatkan Ananda dan Putri Jinggai.” kata Gajah Meram.

“Jika Ananda menjadi raja, bolehkah Ananda mengangkat Raja Ular dan
pengikutnya menjadi hulubalang kerajaan ini?” pinta Gajah Merik.

Permintaan Gajah Merik dikabulkan oleh sang Raja. Akhirnya, Raja Ular yang
telah ditaklukkannya diangkat menjadi hulubalang Kerajaan Kutei Rukam.
Kisah petualangan Gajah Merik ini kemudian melahirkan cerita tentang Ular
Kepala Tujuh. Ular tersebut dipercayai oleh masyarakat Lebong sebagai
penunggu Danau Tes. Sarangnya berada di Teluk Lem sampai di bawah Pondok
Lucuk. Oleh karena itu, jika melintas di atas danau itu dengan menggunakan
perahu, rakyat Lebong tidak berani berkata sembrono.
Judul : Legenda Ular Kepala Tujuh

Suku Bangsa : Suku Lembak, Kabupaten Lebong, Bengkulu

1.Analisis Psikologi
Tokoh Sikap Tindakan Ucapan
1. Gajah Merik Rendah hati Memiliki ilmu yang tinggi ia Sopan dan patuh
tidak pernah pamer dan
menyombongkan diri.

Berani Saat memanggil Raja Ular


supaya keluar dari
persembunyiannya dan
menantang Raja ular.

2. Gajah Meram Tahu diri Menyadari bahwa adiknya Bijaksana dan


memiliki kesaktian yang lebih perhatian
tinggi dari pada dirinya, maka ia
pun menyerahkan tampuk
kekuasaan Kerajaan Kutei
Rukam kepada adiknya, Gajah
Merik.
3. Raja Bijaksana Menuruti permintaan sang putra, Tegas dan
dan adil dalam mengambil Perhatian
keputusan
4. Raja Ular Licik, Merendahkan kemampuan Sombong
sombong Gajah Merik
2. Analisis Budaya
Tokoh/Wilayah/ Kondisi Awal Perilaku Akhir Kisah
Keluarga/KLP
1. Gajah Merik Anak Raja yang baik Menolong sang Memegang tahta
hati kakak dari Raja Ular kerajaan
2. Gajah Meram Anak Raja yang akan Menyerahkan Menikah dengan
dijodohkan dengan tumpuk tahta Putri
tuan putri kerajaan kepada
Gajah Merik
3. Goa Tempat bertapa Melakukan Mendapatkan keris
pertapaan tujuh hari pusaka yang dapat
tujuh malam membuat berjalan di
air, dan sebuah
selendang sakti yang
dapat berubah rubah
sesuai dengan
keinginannya
4. Tepi Danau Tes Tempat pemandian Tempat upacara adat Danau yang tentram
prosesi mandi
bersama
5. Raja Raja Bijaksana dalam Raja yang adil
mengambil
keputusan
6. Raja Ular Penunggu Danau Tes Sakti dan senang Menyerah dan
mengganggu diangkat oleh Gajah
manusia yang ada di Merik menjadi
danau tes hulubalang Kerajaan
Kutei Rukam.

ANALISIS
A. ANALISIS
1. Tokoh (utama)
a. Gajah Meram : tahu diri, baik hati
b. Gajah Merik : rendah hati, pemberani, tanggung jawab, jujur
c. Raja Ular : licik, angkuh
d. Raja : bijaksana, adil
2. Sosial Budaya
Legenda Ular Kepala Tujuh merupakan salah satu foklor masyarakat
Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu yang menceritakan tentang :
a. Kondisi Sosial Budaya : Damai
b. Upaya mencari / mempertahankan : Kedamaian
c. Nilai-nilai : Anjuran
d. Pantangan / larangan / pamali : Larangan

B. KESIMPULAN
1. Suku Bangsa Lembak, Lebong, Legenda Ular Kepala Tujuh memiliki
kepribadian :
a. Baik : Taat peraturan, kompak, baik, ramah, suka
menolong, tidak kasar, dan menerima orang baru
b. Tidak Baik : -

2. Folklor Legenda Ular Kepala Tujuh berfungsi sebagai :


a. Alat Pedagogis/Pendidikan
Legenda Ular Kepala Tujuh merupakan alat pedagogis/pendidikan
karena mengajarkan dalam menghadapi suatu masalah kita tidak
boleh panik dan harus menghadapi dengan tenang, serta berusaha
mencari jalan keluar. Kita juga tidak boleh sombong ketika
memiliki ilmu yang tinggi.
b. Alat pemaksa norma dan pengendali masyarakat
Legenda Ular Kepala Tujuh merupakan alat pemaksa norma dan
pengendali masyarakat suku Lebong, yaitu ular tersebut dipercayai
oleh masyarakat Lebong sebagai penunggu Danau Tes. Sarangnya
berada di Teluk Lem sampai di bawah Pondok Lucuk. Oleh karena
itu, jika melintas di atas danau itu dengan menggunakan perahu,
rakyat Lebong tidak berani berkata sembrono.

Anda mungkin juga menyukai