Anda di halaman 1dari 3

Cerita Rakyat Banyuasin : Asal Usul Desa Mainan

Dahulu kala hiduplah seorang raja yang bernama Singosari yang tinggal di sebuah
istana. Beliau memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Pangeran Putra
Singosari dan istrinya bernama Dewi Wangi. Mereka bertiga hidup bahagia karena
saling menyayangi.

Suatu hari musibah terjadi pada keluarga tersebut. Karena suatu peristiwa yang
tragis Dewi Wangi meninggal dunia. Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh raja
Singosari dan Putranya karena kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sejak
ibunya pergi, Putra Singosari selalu terlihat sedih. Raja sangat tidak tega melihat
kesedihan putranya. Sepeninggal istrinya, raja pun menikah lagi. Raja berharap
kesedihan yang dirasakan anaknya akan hilang. Apa yang menjadi harapan raja
tidak terjadi sama sekali. Perempuan yang dinikahi Raja Singosari sangat tidak
menyukai Putra Singosari. Setiap hari putra Singosari dimarahi dan disiksa ibu
tirinya. Semua yang dilakukan ibu tirinya tanpa sepengetahuan sang raja.

Suatu hari Putra Singosari disuruh ibu tirinya mencuri uang Raja. Pada saat itu raja
sedang pergi. Putra Singosari tidak mau karena ia tahu bahwa mencuri adalah
perbuatan yang jahat dan dilarang. Karena tidak mau, putra singosari pun dicambuk
dengan sangat kuat. Setelah beberapa hari pergi, raja pun kembali ke istananya.
Setiba di istana, yang pertama kali ia lihat adalah putranya. Ia melihat putranya tidak
seperti biasanya. Putranya kelihatan sangat sedih. Ia juga melihat banyak tanda-
tanda kemerahan di tubuh anaknya.

Wahai anakku, mengapa engkau tampak sangat sedih?


Tidak ayahnda, hamba tidak sedih. Jawab Putra Singosari sambil mencoba
tersenyum gembira.
Apakah kau sakit, anakku?
Tidak ayahnda. Hamba sehat-sehat saja.
Mengapa tubuhmu merah-merah seperti bekas cambukan?
Oh, ini cuma luka biasa. Tadi hamba jatuh dari pohon.
Lain kali hati-hati ya, Nak. Ayahnda tidak ingin kamu celaka. Ayahnda tidak ingin
melihat kamu sedih.
Baik, ayahnda. Hamba berjanji akan lebih berhati-hati, jawab Putra Singosari.

Sebenarnya Putra Singosari ingin sekali mengungkapkan kejadian yang


sebenarnya, tetapi ia tidak berani. Ia takut nanti akan mendapat perlakuan yang
lebih sadis dari ibu tirinya. Suatu hari terjadi peperangan di sebuah desa yang
letaknya sangat jauh dari wilayah kekuasana raja Singosari. Peristiwa ini
mengharuskan raja untuk pergi ke wilayah peperangan itu untuk membantu desa
tersebut.Kali ini kemungkinan raja akan pergi cukup lama. Sebelum berangkat, ia
menemui anaknya dan berpesan,

Jagalah dirimu baik-baik anakku. Ayahnda tidak ingin melihatmu sedih apalagi
sakit.
Baik ayahnda, Hamba berjanji akan baik-baik saja. Jawab Pangeran Putra
Singosari padahal dalam hati ia merasa sangat sedih.

Selama ayahndanya pergi pasti ia akan mengalami hari-hari yang sangat


menyakitkan. Kepergian Raja Singosari membuat ibu tirinya leluasa beraksi. Ibu
tirinya langsung memerintah anak tirinya sekehendak hatinya. Ibu tirinya
memperlakukan Pangeran Putra Singosari tak ubahnya seperti pembantu. Kalau
yang dikerjakan Pangeran tidak sesuai , pukulan dan siksaan akan diterima
pangeran. Lama-kelamaan Pangeran tidak sanggup lagi. Ia pun pergi dari istana.

Kepergian Putra Singosari dari istana mengejutkan semua pegawai istana. Mereka
pun sibuk mencari pangeran ke mana-mana. Akan tetapi, pangeran tetap tidak
ditemukan. Ibu tiri pangeran sangat senang mengetahui pangeran tidak ditemukan.
Ia malah berharap pangeran sudah mati dimakan binatang buas. Kematian
pangeran melicinkan rencananya untuk menguasai semua harta Raja Singosari.

Di luar istana Putra Singosari berjalan keluar masuk hutan. Ia tak tahu mau ke
mana, hingga suatu hari sampailah ia di sebuah desa. Desa yang didatangi Putra
Singosari terbagi dua, yakni sebelah ulu dan sebelah ilir. Ia pun menginap di salah
satu rumah penduduk. Penduduk di sana ramah-ramah. Mereka tidak keberatan
menerima Putra Singosari. Putra Singosari pun bertahun-tahun tinggal di desa
tersebut hingga ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani dan suka menolong.

Desa sebelah ilir banyak dihuni setan. Desa sebelah ilir selama ini menjadi tempat
tempat bermain setan-setan. Setan juga suka mengganggu penduduk desa.
Penduduk desa hidup dalam ketakutan. Karena tidak tahan selalu diganggu, mereka
pun meminta bantuan Putra Singosari yang sudah terkenal gagah berani dan suka
menolong untuk mengusir setan. Putra Soingosari bersedia membantu penduduk.

Dengan gagah berani Putra Singosari berjuang mengusir setan hingga setan -setan
itu berlarian. Sejak saat itu setan-setan tidak lagi berani mengganggu penduduk.
Karena pernah menjadi tempat bermain setan, desa itu diberi nama Desa Mainan. Di
desa itulah Putra Singosari bertemu dengan ayahnya. Raja Singosari pun akhirnya
menetap di Desa Mainan dan mereka hidup bahagia. Desa mainan terletak di
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Anda mungkin juga menyukai