Disusun oleh :
Kelas :
Reguler 2A
Dosen Pembimbing :
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes
JURUSAN FARMASI
NILAI PARAF
A. TUJUAN
B. TEORI
Obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian
yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada
mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan
terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi
setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat
disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan isohidris
Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam :
1. Obat cuci mata (collyria)
2. Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3. Salep mata
Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai :
1. Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada
selaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan
sebagainya.
2. Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata(adstringentia),
misalnya seng sulfat.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya, pH yang
stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah. Pada
pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada pembuatan obat tetes
mata harus disterilkan. (Anief, 2000)
Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara
meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1. Steril
2. Sedapat mungkin isohidris
3. Sedapat mungkin isotonis
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan menggunakan pelarut
steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan
botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan
menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut yang sering digunakan adalah :
1. Larutan 2% Asam Borat (pH = 5)
2. Larutan Boraks Asam Borat (pH = 6,5)
3. Larutan basa lemah Boraks Asam Borat (pH = 8)
4. Aquadestillata
5. Larutan NaCl 0,9%
(Lachman, 1989)
Anatomi dan Fisiologi
Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk dapat member
wfwk. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal dan meluas di
permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui kornea menembus
mata.
Mata terdiri dari kornea yang bening dan sclera yang tertutup oleh salut pelindung dan
berserabut, berwarna putih, rapat, dan tidak ada saluran darah. Permukaan luas dari salut
sclera terdapat membrane konjungtiva, membrane mukosa yang tipis ini
merupakan exterior coating yang kontinu pada bagian yang putih dari mata dan aspek
dalam dari penutup. Jaringan konjungtiva mengandung banyak glandula mukosa yang
uniseluler dan berguna untuk pemeliharaan mata umumnya.
Jaringan ini mengandung banyak saluran darah dan terutama kaya akan saluran limfe.
Saluran darah ini kolap, dan melebar bila ada iritasi oleh zat asing, infeksi mikrobial atau
lainnya.
Obat yang menembus ke dalam konjungtiva, sebagian dihilangkan oleh aliran cairan
melalui konjungtiva darah, sistem limfe.
Di bawah ini terletak sclera yang berserabut dan rapat. Bagian kornea merupakan jaringan
vaskuler, transparan, dan sangat tipis.
Sel-sel epitel pada permukaannya mengandung komponen lipoid. Pada kornea ini banyak
sekali urat syarat sensoris yang bebas dan berakhir antara sel-sel epitel dan permukaan.
Karena itu sangat peka terhadap stimuli dan penjamahan. (Anief, 2000)
Farmakologi Kloramfenikol
2. Indikasi
Untuk mengobati blepharitis, catarrhae, konjungtivitis bernanah, traumatic keratitis,
trakoma, keratitis ulserativ, uveitis, konjungtivitis, keratitis, dakriosistitis, dan infeksi
lain oleh bakteri pathogen
3. Kontraindikasi
4. Efek samping
Diskrasia darah terutama aplastik anemia yang dapat menjadi serius dan fatal,
reaksi hipersensitif lainnya seperti anafilaktik dan urtikaria, syndroma gray pada bayi
prematur atau bayi yang baru lahir dan gangguan gastrointestinal seperti misalnya
mual, muntah dan diare.
III. FORMULASI
Formula Acuan
Tetes Mata Klorampenicol (Formularium Nasional Hal 65 )
Komposisi Formula :
Tiap 10 ml mengandung :
Chlorampenicolum 50 mg
Acidum Boricum 150 mg
Natrii Tetraboras 30 mg
Phenylhdrargyri Nitras 200 g
Aqua Destilata Hingga 10 ml
Formula Usulan
Klorampenicol = 75 mg
Aquadest ad 60 ml
TONISITAS
0,075
C klorampenicol : 10 x 100 % = 0,75 %
0,15
C Acidum Boricum : 10 x 100 % = 1,5 %
0,03
C Natrii Tetra boras : 10 x 100 % = 0,3 %
W = 0,9 - C . E
= 0,9 (0,75 x 0,1 + 0,3 x 0,415 + 1,5 x 0,5 )
= 0,9 (0,075 + 0,1245 + 0,75 )
= -0,0495 (Hipertonis ) jadi tidak perlu penambahan NaCl
PERHITUNGAN BAHAN
Volume
Volume yang dibuat 5 botol = 5x10 ml = 50 ml
20
Dilebihkan 20 % = 100 x 50 ml = 10 ml
Total Volume yang dibuat = 50 +10 = 60 ml
60
1. Kloramfenicol = 10 x 75 mg = 450 mg
60
2. Acidum Boricum = 10 x 150 mg = 900 mg
60
3. Natrii Tetra boras = 10 x 30 mg = 180 mg
V. PENIIMBANGAN BAHAN
1. Kloramfenicol = 450 mg
2. Acidum Boricum = 900 mg
3. Natrii Tetra Boras = 180 mg
4. Aqua Pro Injeksi = 60 ml
VI. STERILISASI
Waktu Sterilisasi
Alat yang Cara
No Paraf Paraf
Dipakai Sterilisasi Awal Akhir
Pengawas Pengawas
Autoclave
1 Gelas ukur
30 menit
Autoclave
2 Corong gelas
30 menit
Oven 60
3 Tube
menit
Autoclave
4 Kapas
30 menit
Flambeer
5 Pinset
20 detik
Flambeer
6 Gelas arloji
20 detik
Autoclave
7 Perkamen
30 menit
Flambeer
8 Cawan
20 detik
Oven 30
9 Erlenmeyer
menit
Oven 30
10 Beaker glass
menit
Mortir dan Flamber 1
11
Stamper menit
Skema Alur Kerja
Farmakokinetik
Absorbsi
Distribusi
Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air susu, dan aqueousdan vitreous
humors.
Metabolisme
Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; pasien sirosis dan pada bayi.
Eliminasi
Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada metabolisme hepar ke inaktif
glukuronida.
Farmakodinamik
Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang diperantaraioleh factor
R. Resistensi terhadap P. aeruginosa,
Proteus dan Klebsielaterjadikarena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi ma
suknya obat kedalam sel bakter
VII. PEMBUATAN
1. Sterilkan alat dan bahan terlebih dahulu
2. Larutkan Acidum Boricum dan Natrii Tetra boras dalam aquadest dierlenmayer (M I)
3. Larutkan Pengawet dalam Aquadest dan dimasukkan ke dalam M I
4. Larutkan Kloramfenicol ke dalam campuran diatas
5. Cek pH sediaan 7-7,5
6. Tambahkan sisa aquadest kedalam campuran tadi
7. Saring larutan tersebut dengan corong gelas yang dilapisi dengan kertas saring dengan
dibasahi aquadest
8. Masukkan Larutan kedalam spuite injeksi 10 ml kedalam botol tetes mata
9. Lakukan sterilisasi B
10. Tutup wadah dan kemas
VIII. EVALUASI
1. Kejernihan
Kejernihan sediaan ditandai dengan tidak adanya kotoran atau Zahra pada
sediaan,larutan jernih jika berwarna maka sesuai dengan warna zat yang terdapat
pada sediaan. Prosedur kejernihan adalah melihat ampul pada latar yang gelap
lalu dilihat adakah kotoran yang mengapung pada sediaan.
2. pH
Alat : kertas pH dan pH meter
Prosedur :
a. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH sama dengan pH
yang akan diukur.
b. Batang electrode pH meter dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan.
c. Batang electrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang akan diukur pH nya.
d. Menekan auto read lalu enter.
e. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH.
IX. PEMBAHASAN
X. KESIMPULAN
1. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata
2. Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena memenuhi
syarat yaitu pH 7-8, tidak ada kebocoran, dan larutan jernih.
3. Intraocular Irrigating Solution layak dipakai karena memenuhi syarat karena
memenuhi syarat yaitu pH 7-8, tidak ada kebocoran, dan larutan jernih.
Kotak Tetes Mata Kloramfenikol
Etiket Tetes mata Kloramfenicol