Anda di halaman 1dari 6

MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KEANEKARAGAMAN SOSIAL

DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

A. Pengertian Multikultural
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan
seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang
menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam
budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai,
sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.

B. Sejarah Multikulturalisme
Multikulturalisme bertentangan
dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam
paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme
menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat
digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing
homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu
antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-
perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-
Inggris (English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun 1999.
Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai
kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit. Namun beberapa tahun
belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, mulai mengubah
kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme.[8] Pengubahan kebijakan tersebut
juga mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dam Jerman, dan beberapa negara
lainnya?
Jenis Multikulturalisme == Berbagai== macam pengertian dan kecenderungan
perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli,
membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam
multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):
1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok
kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya
minimal satu sama lain
2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang
membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum
minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan
ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada
kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka.
Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan.
Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kutural
utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa
diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup
mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang
kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok
bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana kelompok-
kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom;
tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
perspektif-perspektif distingtif mereka.
5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali
untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada
budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan
interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

C. Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang
sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial
dengan batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan
dengan multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan
masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan
nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya
masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di
masyarakat.Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena: 1. Letak geografis indonesia 2.
perkawinan campur 3. iklim
D. Pengertian Masyarakat Multikultural
Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang
terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai
struktur budaya (culture) yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat
multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik
heterogen di mana pola hubungan sosial antarindividu di masyarakat
bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup
berdampingan secara damai (peace co-exixtence) satu sama lain
dengan perbedaan yang melekat pada tiap etnisitas sosial dan
politiknya. Oleh karena itu, dalam sebuah masyarakat multikultural
sangat mungkin terjadi konflik vertikal dan horizontal yang dapat
menghancurkan masyarakat tersebut.
Menurut C.W. Watson (1998) dalam bukunya Multiculturalism,
membicarakan masyarakat multikultural adalah membicarakan tentang
masyarakat negara, bangsa, daerah, bahkan lokasi geografis terbatas
seperti kota atau sekolah, yang terdiri atas orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan.
E. Ciri-Ciri Masyarakat Multikultural
1. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku, ras,
dll tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang
disebut primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu suku
dan ras dari daerah dalam negeri maupun luar negeri, dalam kenyataannya mereka
memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya.
2. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam
masyarakat majemuk suatu lembaga akam mengalami kesulitan dalam menjalankan atau
mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya persatuan yang terpisah oleh
segmen-segmen tertentu.
3. Konsensus rendah, maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adanya suatu
kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang
dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam
pengambilan keputusan.
4. Relatif potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari
berbagai macam suku adat dan kebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak
perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah
tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah.
5. Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa
dalam masyarakat multikultural itu susah sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan
alternatifnya adalah dengan cara paksaan, walaupun dengan cara seperti ini integrasi itu
tidak bertahan lama.
6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam masyarakat
multikultural terdapat segmen-segmen yang berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka
bila suaru ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan
mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.

F. Penyebab Terciptanya Masyarakat Multikultural


Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural. Adanya
masyarakat multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa
tersebut. Keragaman ras, etnis, suku, ataupun agama menjadi
karakteristik tersendiri, sebagaimana bangsa Indonesia yang unik dan
rumit karena kemajemukan suku bangsa, agama, bangsa, maupun ras.
Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang
berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika
yang multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat
Indonesia pada tingkat nasional dan lokal.
Berkaca dari masyarakat multikultural bangsa Indonesia, kita akan mempelajari
penyebab terbentuknya masyarakat multikultural. Keanekaragaman budaya
dan masyarakat dianggap pendorong utama munculnya persoalan-
persoalan baru bagi bangsa Indonesia. Faktor penyebab terciptanya
masyarakat multikultural adalah sbb :
1. Faktor geografis, faktor ini sangat mempengaruhi apa dan bagaimana kebiasaan suatu
masyarakat. Maka dalam suatu daerah yang memiliki kondisi geografis yang berbeda
maka akan terdapat perbedaan dalam masyarakat (multikultural).
2. Pengaruh budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya
multikultural, karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing
kemungkinan akan terpengaruh mind set mereka.
3. Kondisi iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama denga perbedaan letak geografis
suatu daerah.
4. Keanekaragaman Suku Bangs
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki kekayaan budaya yang luar
biasa banyaknya. Yang menjadi sebab adalah keberadaan ratusan suku bangsa yang
hidup dan berkembang di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Kita bisa membayangkan
apa jadinya apabila masing-masing suku bangsa itu mempunyai karakter, adat istiadat,
bahasa, kebiasaan, dan lain-lain.
5. Keanekaragaman Agama
Letak kepulauan Nusantara pada posisi silang di antara dua samudra dan dua benua, jelas
mempunyai pengaruh yang penting bagi munculnya keanekaragaman masyarakat dan
budaya. Dengan didukung oleh potensi sumber alam yang melimpah, maka Indonesia
menjadi sasaran pelayaran dan perdagangan dunia. Apalagi di dalamnya telah terbentuk
jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau. Dampak interaksi dengan bangsa-bangsa
lain itu adalah masuknya beragam bentuk pengaruh agama dan kebudayaan. Selain
melakukan aktivitas perdagangan, para saudagar Islam, Hindu, Buddha, juga membawa
dan menyebarkan ajaran agamanya. Apalagi setelah bangsa Barat juga masuk dan terlibat
di dalamnya. Agama-agama besar pun muncul dan berkembang di Indonesia, dengan
jumlah penganut yang berbeda-beda. Kerukunan antarumat beragama menjadi idam-
idaman hampir semua orang, karena tidak satu agama pun yang mengajarkan permusuhan.
6. Keanekaragaman Ra
Salah satu dampak terbukanya letak geografis Indonesia, banyak bangsa luar yang
bisa masuk dan berinteraksi dengan bangsa Indonesia. Misalnya, keturunan Arab, India,
Persia, Cina, Hadramaut, dan lain-lain. Dengan sejarah, kita bisa merunut bagaimana asal
usulnya.
Bangsa-bangsa asing itu tidak saja hidup dan tinggal di Indonesia, tetapi juga
mampu berkembang secara turun-temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat
kita. Mereka saling berinteraksi dengan penduduk pribumi dari waktu ke waktu. Bahkan
ada di antaranya yang mampu mendominasi kehidupan perekonomian nasional. Misalnya,
keturunan Cina.
Dari keterangan-keterangan tersebut terlihat bahwa bangsa Indonesia terdiri atas
berbagai kelompok etnis, agama, budaya yang berpotensi menimbulkan konflik sosial.
Berkaitan dengan perbedaan identitas dan konflik sosial muncul tiga kelompok sudut
pandang yang berkembang, yaitu:
a. Pandangan Primordialisme
Kelompok ini menganggap perbedaan-perbedaan yang berasal dari genetika seperti suku,
ras, agama merupakan sumber utama lahirnya benturan-benturan kepentingan etnis
maupun budaya.
b. Pandangan Kaum Instrumentalisme
Menurut mereka, suku, agama, dan identitas yang lain dianggap sebagai alat yang
digunakan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan yang lebih besar baik dalam
bentuk materiil maupun nonmateriil.
c. Pandangan Kaum Konstruktivisme
Kelompok ini beranggapan bahwa identitas kelompok tidak bersifat kaku, sebagaimana
yang dibayangkan kaum primordialis. Etnisitas bagi kelompok ini dapat diolah hingga
membentuk jaringan relasi pergaulan sosial. Oleh karena itu, etnisitas merupakan sumber
kekayaan hakiki yang dimiliki manusia untuk saling mengenal dan memperkaya budaya.
Bagi mereka persamaan adalah anugerah dan perbedaan adalah berkah.

G. Masalah Yang Timbul Akibat Keanekaragaman Masyarakat Multikultural:


a. Kesenjangan Multidimensional:
Beberapa Kesenjangan Multidimensionalyg terjadi dlm Masyarakat Multikultural di
Indonesia:
Kesesnjangan sosiogeografis antara pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya kecuali Bali.
Kesenjangan ini dalam hal kepadatan penduduk, kemajuan pendidikan dan tingkat
kemakmuran. Kesenjangan ini menyebabkan Kalimantan Barat merasa lebih dekat dengan
Malaysia Timur, Papua merasa lebih dekat dengan Papua Nugini
Kesenjangan antara mayoritas dan minoritas: kesenjangan antara pripumi dan nonpribumi
terkait penguasaan ekonomi oleh golongan nonpribumi yg sering menimbulkan konflik
etnis, kesenjangan antara penganut agama mayoritas dan minoritas yg juga banyak
menimbulkan konflik bernuansa agama, kesenjangan antara kaya dan miskin terkait
kecemburuan social
Kesenjangan aspek kemasyarakatan. Kesenjangan terkait dengan tidak diakomodirnya
aspirasi daerah, pembagian keuntungan ekonomi yang tidak adil antara pusat dengan
daerah. Sehingga banyak daerah yang ingin mengurus daerahnya sendiri bahkan
memisahkan diri dari NKRI. Contoh pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan
tahun 1950), GAM (1989) dll
b. Konflik antar etnis dan pemeluk agama yang berbeda

H. Pemecahan Masalah Keanekaragaman


1. Menggunakan Kearifan Lokal
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di Indonesia. Selain
bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional, juga menjadi pemicu munculnya
disintegrasi sosial. Sering kita dengar terjadinya perang antarsuku atau konflik sosial
antaretnis di Indonesia. Ada banyak alasan yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik
adalah ternyata banyak suku bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara di dalam
menyelesaikan permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah Baliem,
bisa jadi merupakan contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi dalam upaya
mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di Indonesia.
2. Menggunakan Kearifan Nasional
Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi di antara
etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah adalah cara yang paling
tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita merasakan betapa sulit merangkai nilai
persatuan untuk sama-sama menghadapi bangsa penjajah. Hingga ketika
kita mulai menyadarinya di tahun 1928. Saat itu kita mengakui
Indonesia sebagai identitas bersama, yang mampu mengatasi sejumlah
perbedaan kebudayaan di antara suku bangsa yang ada. Nasionalisme
Indonesia pun terbentuk dalam wujud pengakuan bahasa, tanah air,
dan kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi
kolonialisme Belanda semakin menampakkan hasilnya.
Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila disepakati sebagai
dasar negara dan petunjuk/arah kehidupan bangsa. Kompleksitas keragaman masyarakat
dan budaya di Indonesia pun bisa diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang
digunakan oleh para founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional
baru. Disebut negara nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa
yang bisa hidup berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai