Anda di halaman 1dari 2

Berikut ini adalah bentuk jelas dari metode pemetaan konflik SIPABIO pada kasus yang telah

disebutkan sebelumnya:
1. Source (sumber konflik): Terdapat beberapa sumber konflik dalam kasus ini, yaitu:
• Kurangnya kesadaran dan pengertian teman-teman korban tentang pentingnya
menghormati dan menghargai kondisi anak yatim.
• Kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan masyarakat dalam menghadapi masalah
bullying.
• Kurangnya pemahaman dan edukasi mengenai bahaya dan dampak dari tindakan bullying.

2. Issue (permasalahan): Permasalahan dalam kasus ini adalah tindakan bullying yang
dilakukan oleh teman-teman korban karena kondisi anak yatim korban.

3. Parties (pihak-pihak yang terlibat): Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini adalah:
Pihak Berkonflik
• Korban: Anak yatim bernama MR yang masih bersekolah di kelas 4 SD.
• Pelaku: Teman-teman korban yang melakukan tindakan bullying.
Pihak Sekunder
• Keluarga korban: Ibu dan kakak korban yang merasa sedih dan terpukul atas kejadian ini.
• Kepolisian
Pihak Tersier
• Masyarakat sekitar: Warga yang membantu keluarga korban dan memberikan keterangan
kepada pihak kepolisian.

4. Attitude (sikap yang diambil oleh masing-masing pihak): Sikap yang diambil oleh
masing-masing pihak dalam kasus ini adalah:
• Korban: Tidak mampu menghadapi tindakan bullying sehingga memilih untuk mengakhiri
hidupnya.
• Pelaku: Tidak memiliki empati dan pengertian tentang kondisi anak yatim sehingga
melakukan tindakan bullying juga, merendahkan orang yatim dan merasa dirinya lebih tinggi.

5. Behavior (tindakan yang diambil oleh masing-masing pihak): Tindakan yang diambil
oleh masing-masing pihak dalam kasus ini adalah:
• Korban: Mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
• Pelaku: Melakukan tindakan bullying terhadap korban.
• Keluarga korban: Mencari pertolongan dari warga setempat dan menolak tindakan otopsi
pada tubuh korban.
• Masyarakat sekitar: Memberikan bantuan kepada keluarga korban dan memberikan
keterangan kepada pihak kepolisian.

6. Intervention (tindakan intervensi yang dapat dilakukan): Tindakan intervensi yang


dapat dilakukan dalam kasus ini adalah:
• Pendidikan dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menghormati dan
menghargai kondisi anak yatim.
• Pembentukan kelompok anti-bullying di sekolah dan masyarakat untuk memberikan
dukungan sosial dan membantu korban bullying.
• Penegakan hukum terhadap pelaku bullying untuk memberikan efek jera dan memberikan
keadilan bagi korban.

7. Outcome (hasil akhir): Tindakan intervensi yang dapat dilakukan dalam kasus ini adalah:
Hasil akhir dari peristiwa ini adalah kematian tragis dari seorang anak kecil yang mengakhiri
hidupnya karena sering menjadi korban bully oleh teman-temannya. Selain itu, keluarga
korban juga mengalami kehilangan yang mendalam dan trauma yang akan membekas
selama hidup mereka. Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya mengambil tindakan
untuk mencegah tindakan bully dan mengajarkan anak-anak untuk tidak melakukan tindakan
tersebut. Selain itu, peristiwa ini juga menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap
kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak, serta pentingnya berkonsultasi dengan
layanan kesehatan jika diperlukan.

https://www.kompasiana.com/daffafauziarohman6507/640131954addee22b63f2312/anak-
sd-banyuwangi-bunuh-diri-dampak-perilaku-bullying?page=2&page_images=1

Anda mungkin juga menyukai