Anda di halaman 1dari 90

DAMPAK PEMBANGUNAN OBJEK WISATA KANAGA HILL

PADA PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


MASYARAKAT

(Studi Analisis di Desa Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
pada Jurusan Tadris IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

Disusun
oleh :

Disusun Oleh :

Rifa Awaliyah Nurul Islam

(1708104053)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2021 M / 1442 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek pembangunan tidaklah hanya secara fisik sebuah gedung atau

lainya. Namun, meliputi pembangunan berbasis masyarakat dengan adanya

pembangunan tersebut masyarakat mampu merasakan dampaknya secara

positif maupun negatif. Pembangunan ialah suatu proses perubahan di segala

bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana

tertentu, pembangunan merupakan proses untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat dapat dicapai dengan baik apabila pembangunan tersebut

dilakukan dengan prosedur yang baik. Teori pembangunan dalam Event M.

Rogers (1976:183) bahwa pembangunan merupakan suatu proses partisipasi

di segala bidang perubahan sosial dalam suatu masyarakat, dengan tujuan

membuat kemajuan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Sebagai usaha

dalam meningkatkan mutu dan tarif hidup masyarakat, mencakup pada

seluruh aspek kehidupan termasuk kebutuhan akan rekreasi tidak hanya

terbatas pada sektor ekonomi saja.

Menurut Rogers dan Shoemaker, pembangunan merupakan suatu jenis

perubahan sosial, terdapat beberapa ide yang baru diperkenalkan di sebuah

sistem sosial yang memiliki tujuan agar bisa menghasilakn pendapatan per

kapita dan level yang lebih baik dengan menggunakan metode produksi yang

1
2

lebih canggih dan organisasi sosial yang terarah.

Pembangunan yang peneliti maksus ialah pembangunan yang

direncanakan oleh pemerintah dalam bentuk infrastruktur yang dapat

dikatakan sebagai fasilitas fisik serta sistem layanan.

Dalam hal ini pembangunan ialah tolak ukur keberhasilan suatu daerah

karena pada hakekatnya maju atau tidaknya daerah tersebut dilihat dari

seberapa banyak pembangunan yang pemerintah lakukan. Menurut Todaro

pembangunan merupakan proses multidimensioanl yang mencakup

perubahan-perubahan. penting dalan struktur sosial, sikap masyarakat,

lembaga-lembaga nasional dan akselerasi pertumbuhan ekonomi,

pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut

(Rakhmat, 2013:1), salah satu contohnya ialah pembangunan tempat

wisata.

Pembangunan wisata terus meningkat seiring dengan perkembangan dan

kemajuan zaman, tujuannya ialah untuk menstabilakan berbagai perubahan

sosial dan kegiatan startegis. Pembangunan di masyarakat khususnya di

pedesaan merupakan salah satu program atau strategi dalam upaya

memperbaiki, memajukan dan meningkatkan kondisi kepariwisataan

terhadap suatu daya tarik wisata dengan memperhatikan berbagai potensi

dan kondisi daerah setempat. Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang

dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu

tempat ke tempat lain , dengan suatu perencanaan dan dengan maksud

bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi


3

(Marpaung dan Bahar, 2000).

Untuk merefleksikan diri dari rutinitas sehari-hari masyarakat

memerlukan adanya sebuah pariwisata. Dalam Undang-Undang no. 9 tahun

1990 tentang kepariwisataan :“Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau

sebagian kegiatan yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara

untuk menikmati objek dan daya tarik wisata” (Mappi, 2001:6).

Dengan adanya pembangunan baru, seperti pembangunan objek wisata

akan berdampak kepada keadaan sosial-ekonomi masyarakat sekitar.

Perubahan itu akan terjadi di dalam masyarakat karena ada beberapa faktor

yang mendukungnya, secara cepat atau lambat dan akan berdampak positif

atau negatif pada masyarakat.

Tujuan pariwisata pada tahun 2005, dicanangkan menjadi penghasil

devisa tertinggi atau utama . akan tetapi, pengembangan dan pembangunan

pariwisata itu akan berdampak pada timbulnya perubahan sosial budaya.

Pariwisata memiliki peranan terhadap pembangunan, terdapat 3 segi yaitu

segi ekonomi, sosial serta budaya.

Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial yang disebabkan

oleh pariwisata, diantaranya :

1. Polarization of The Population,

2. Breakdown of The Family,

3. Development of The Attitudes of a Consumption-Oriented Society;

Incident of Phenomena of Social Pathalogy.


4

Pariwisata sangat berpengaruh terhadap kebudayaan karena adanya

suatu proses akulturasi antara kebudayaan masyarakat dengan wisatawan.

Serta dari segi ekonomi, pariwisata ialah industri multi komponen, dan

tidak dapat terlepas dari sektor perekonomian yang lain. Pemasukan yang

di dapat tidak hanya berupa uang yang dibelanjakan, akan tetapi juga dapat

menarik modal asing. Pariwisata merupakan usaha padat karya (Labour

Intensive), adanya tenaga kerja di sektor lain.

Hal ini selaras dengan Pariwisata di Indonesia, Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono bahwa

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai

fasilitas serta layanan yang di sediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan

melayani kebutuhan wisatawan (Karyono,1997:15). Ketika suatu daerah

ingin memanfaatkan potensi kekayaan alam yang ada di daerahnya dengan

membangun sebuah objek wisata, maka harus mencari informasi tentang

kondisi tanah, iklim, kualitas air, temperatur, flora dan fauna. Tujuan ini

untuk mendapatkan potensi alam dan hayati yang dapat dikembangkan dan

dibangun menjadi objek dan daya tarik wisata andalan suatu daerah.

Salah satu hal penting bagi suatu negara ialah Pariwisata. Suatu negara

atau pemerintah daerah tempat dimana adanya objek wisata akan

mendapatkan pemasukan dari pendapatan setiap objek wisata. Adanya


5

sektor pariwisata akan memunculkan bahkan mengembangkan sektor

sektor lain karena dapat menunjang industri pariwisata, diantaranya sektor

pertanian, peternakan, kerajinan tangan, perkebunan, serta peningkatan

kesempatan kerja. Kegiatan mengenai industri pariwisata dapat

menghasilkan devisa serta sebagai sarana untuk membuka tenaga kerja

sehingga mampu mengurangi angka pengangguran .

Sebagian masyarakat yang beralih profesi menjadi pedagang

mempunyai harapan bahwa dagangan dan jasa yang ditawarkan kepada

wisatawan dapat memuaskan dan nantinya akan kembali lagi untuk

menikmati dagangan serta jasa yang ditawarkan. Wisatawan dapat

memberikan banyak masukan atau devisa bagi daerah serta masyarakat

sekitar objek wisata karena mereka membelanjakan uang yang di bawanya

untuk membeli makanan, minuman sera cinderamata. Masyarakat setempat

tidak dapat langsung merasakan adanya dampak dari pariwisata tersebut.

Dampak menguntungkan yaitu terciptanya lapangan kerja, meningkatnya

pendapatan serta meningkatkan keramaian. Sedangkan dampak yang

merugikan ialah mahalnya harga barang yang dijual, rusaknya daerah dan

lunturnya kebudayaan.

Berkaitan dengan hal itu, Desa Cipulus memiliki potensi objek wisata

yang laur biasa. Sehingga adanya suatu pembangunan objek wisata di

daerah tersebut dengan nama objek wisata Kanaga Hill. Kondisi geografis

yang berbukit dengan menyuguhkan keindahan alam sekitar akan menjadi

daya tarik bagi masyarakat Indonesia, tapi tetap harus menjaga kelestarian
6

lingkungan dari mulai Flora, Fauna dan di sekitar objek wisata dengan

melalui penegakkan beberapa aturan dan persyaratan dalam pengelolaan

suatu objek wisata.

Kanaga Hill Desa Cipulus merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat

tepatnya di Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka, tetapi penduduk

daerah Majalengka masih belum banyak yang mengetahui adanya objek

wisata tersebut. Karena daerah tersebut merupakan daerah perbukitan yang

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani sehingga Desa Cipulus

merupakan Pemasok Sayur serta Buah-buahan dengan hasil terbaik se-

Wilayah III Cirebon hingga Jawa Barat. Sejalan dengan itu dengan

dukungan pemerintah kabupaten Majalengka terus menggali dan

mengembangkan potensi wisata tersebut.

Kanaga Hill sangat cocok untuk berwisata bersama keluarga atau

sekedar selfie dan berkemah, karena objek wisata Kanaga Hill tepat berada

pada sisi barat dibawah kaki gunung Ciremai yang merupakan gunung aktif

tertinggi di Jawa Barat. Dengan suasana indah berhawa sejuk kurang lebih

berada pada ketinggian 1450 Meter diatas permukaan laut (MDPL).

Pengelolaan wisata yang dijaga dengan baik dan tetap menjaga potensi asli

asal desa Cipulus dengan menampilkan budaya dan kesenian daerah yaitu

Kuda Lumping.

Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pariwisata akan mempertemukan dua

atau bahkan lebih kebudayaan yang berbeda. Interaksi dan pertemuan

manusia dengan latar belakang yang berbeda akan menghasilkan berbagai


7

proses perubahan, baik itu perubahan dalam sikap dan prilaku dikarenakan

adanya tuntutan kondisi lingkungan yang berbeda.

Sektor pariwisata merupakan andalan selain industri kecil dan argo

industri, merupakan suatu instrumen untuk menghasilkan devisa dan

diharapkan dapata memperluas kesempatan kerja, menciptakan kesempatan

kerja dan usaha bagi masyarakat. Kemajuan pariwisata dan pembangunan

suatu daerah memiliki hubungan saling ketergantungan, yang artinya

semakin maju sektor pariwisata, maka akan semakin besar kontribusi yang

akan diberikan sektor pariwisata kepada pemerintah daerah, begitupun

sebaliknya.

Pembangunan objek wisata tidak sekedar ditunjukkan oleh pertumbuhan

ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah, tetapi pembangunan mempunyai

perspektif yang lebih luas. Pembangunan wisata akan menimbulkan

perubahan yang berdampak positif maupun negatif. Namun, yang harus

diperhatikan ketika perubahan sosial budaya itu menimbulkan perubahan

yang negatif. Realita yang muncul dari pembangunan suatu objek wisata

yang berdampak pada perubahan sosial masyarakat, perubahan social

budaya di masyarakat seperti pergaulan, gaya hidup, sikap serta prilaku

yang ditunjukan oleh masyarakat telah keluar dari norma maupun nilai

yang berlaku.

Kemajuan objek wisata di Kanaga Hill dapat dilihat dari jumlah

wisatawan yang datang, sehingga banyaknya jasa sewa fasilitas atau

peralatan berkemah dan jasa Photographer sehingga menjadi daya tarik


8

untuk mereka untuk berlibur. Karena, objek wisata Kanaga Hill memiliki

pemandangan yang sangat indah, kita bisa melihat Waduk Darma yang

berada di Kecamatan Darma dari objek wisata Kanaga Hill dan ketika di

pagi hari kita dapat menikmati Sunrise dan Sunset di sore hari, banyak

wisatawan yang megadakan suatu perkumpulan atau acara dengan

komunitas ataupun keluarganya.

Realitanya perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat Desa

Cipulus semakin terlihat, dilihat dari masyarakatnya yang sudah baik dalam

memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam di sekitar objek wisata

Kanaga Hill serta komukasi dengan wisatawan sehingga masyarakat mulai

terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik

dan benar, karena dalam kegiatan sehari-hari biasanya mereka

berkomunikasi menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda, lalu

masyarakat yang mulai mendalami teknologi seperti telepon genggam,

komputer dan alat bantu lainnya, disamping itu juga masyarakat mulai

memanfaatkan media sosial sebagai ajang mempromosikan objek wisata

yang ada di daerahnya.

Karena sering adanya interaksi antara masyarakat lokal dengan

wisatawan, fakta yang mucul dari pembangunan objek wisata yang

berdampak pada perubahan sosial masyarakat, seperti gaya hidup,

pergaulan, sikap atau prilaku yang ditunjukan oleh anggota masyarakat.

Perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana, perubahan terjadi juga

karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan yang


9

menurut mereka menjadi lebih baik dengan kondisi dan keadaan yang baru.

Keadaan tersebut memberikan dampak positif dan negatif pada

masyarakat desa Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka.

Dampak negatifnya yaitu terhadap remaja yang biasanya membantu orang

tua di ladang atau kebun dengan mulai tergantung pada alat dan teknologi

sehingga mereka bermain sosial media serta menongkrong di objek wisata

sampai lupa waktu, gaya berpakaian dan gaya berbicara serta prilaku yang

berbeda dengan masyarakat setempat.

Sedangkan, dampak positifnya ialah masyarakat mampu mengikuti

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta zaman yang semakin

modern, dan dengan mamanfaatkan media sosial masyarakat dapat

mempromosikan objek wisata yang ada di daerah mereka dengan berupa

postingan-postingan di media sosial.

Perubahan sosial yang sering kali diabaikan dalam pertumbuhan

ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.

Dalam proses pembangunan, selain harus memperhitungkan dampak

aktifitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat, dalam proses

pembangunan adanya upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur

perekonomian ke arah yang lebih baik. Karena adanya perubahan struktur

ekonomi tidak terlepas dari adanya perubahan sosial budaya masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui perubahan

sosial ekonomi dan yang terjadi di masyarakat setelah adanya

pembangunan objek wisata di desa Cipulus dan membatasinya dengan


10

memilih lokasi Objek Wisata Kanaga Hill sebagai objek penelitian yang

akan dituangkan dalam bentuk proposal dengan judul

“Dampak Pembangunan Objek Wisata Kanaga Hill Pada


Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Analisis di
Desa Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)”.

B. Identifikasi Masalah

a. Adanya perubahan sosial dalam tata kehidupan masyarakat lokal

dampak dari adanya objek wisata Kanaga Hill.

b. Adanya proses imitasi yang dilakukan oleh masyarakat karena gaya,

bahasa dan busana para wisatawan.

c. Berubahnya pola perilaku remaja yang bergaya mengikuti

perkembangan zaman akibat dampak dari adanya objek wisata

Kanaga Hill.

d. Adanya perubahan dari segi ekonomi masyarakat akibat dampak

dari adanya objek wisata Kanaga Hill.

C. Fokus Kajian Penelitian

Untuk menghindari meluasnya penelitian ini, maka peneliti membatasi

masalah penelitian sebagai berikut :

a. Daerah yang menjadi fokus pengamatan hanya sebatas pada Desa

Cipulus.

b. Objek dalam penelitian ialah masyarakat desa Cipulus di kawasan


11

Objek Wisata Kanaga Hill.

c. Mengkaji perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakat

dampak dari objek wisata Kanaga Hill.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pernyataan masalah tersebut, Maka penulis

merumuskan pertanyaan penelitian, perubahan sosial ekonomi dan

budaya masyarakat dikawasan objek wisata Kanaga Hill di Desa

Cipulus. Atas latar belakang itulah peneliti tertarik untuk meneliti

tentang :

1. Bagaimana Objek Wisata Kanaga Hill di Desa Cipulus?

2. Bagaimana Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Desa

Cipulus?

3. Bagaimana Dampak Objek Wisata pada Perubahan Sosial Ekonomi

dan Budaya Masyarakat di Desa Cipulus ?


12

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penulisan yang mengacu dari pertanyaan

penelitian di atas, tujuan yang ingin diharapkan penulis yaitu :

1. Untuk Mengetahui Objek Wisata Kanaga Hill di Desa Cipulus.

2. Untuk Mengetahui Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Desa

Cipulus.

3. Untuk Mengetahui Dampak Objek Wisata pada perubahan Sosial

Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Desa Cipulus.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk :

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah

literatur bidang sosiologi yang berkaitan dengan perubahan sosial

ekonomi serta menjadi bahan kajian bagi peneliti lainnya termasuk

perguruan tinggi, lembaga pendidikan dan lembaga swadaya

masyarakat untuk memahami dampak objek wisata terhadap

perubahan sosial ekonomi dan budaya

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi yang positif, serta menjadi bahan informasi bagi penulis

lain yang akan meneliti masalah yang sama atau berkaitan dengan

penelitian ini.
13

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini bisa memberi gambaran kepada masyarakat secara

umum mengenai perubahan social ekonomi dan budaya yang sering

terjadi di lingkungan hidup.

2. Bagi Pemerintahan Desa

Bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi pemerintah desa, serta

memberikan informasi dan masukan mengenai dampak objek

wisata terhadap perubahan sosial ekonomi dan budaya.

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengetahuan dan dapat memahami bagaimana bentuk

dampak pembangunan objek wsiata Kanaga Hill pada perubahan

sosia ekonomi dan budaya masyarakat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Menurut Kementrian Negara dan Lingkungan Hidup, 2002 Dimensi

merupakan suatu hak yang mempengaruhi kehidupan mencakup budaya, politik,

pendidikan dan ekonomi. Karena itu, terdapat tiga konsep dalam perubahan

sosial, yang pertama yakni studi tentang perbedaan. Kedua, studi harus

dilakukan pada waktu yang berbeda. Dan yang ketiga pengamatan terhadap

sistem sosial yang sama. Untuk dapat melakukan penelitian tersebut, harus

melihat adanya perbedaan ataupun perubahan kondisi objek yang menjadi fokus

studi. Kemudian harus dilihat dalam konteks waktu yang berbeda, maka

menggunakan studi dalam dimensi waktu yang berbeda. Setelah itu, objek yang

menjadi fokus studi komparasi harus merupakan objek yang sama. Jadi, dalam

perubahan sosial mengandung adanya unsur dimensi ruang dan waktu.

(Martono, 2012) Maka pada perubahan struktural mengacu pada struktur dalam

masyarakat, baik vertikal maupun horizontal. Pada dimensi kultural peneliti

memfokuskan pada budaya yang mengalami perubahan yaitu cara berpakaian,

bahasa dan kebiasaan (Habit), lalu pada dimensi interaksional yakni hubungan

antar masyarakat.

14
15

Menurut Sulfan dan Mahmud, A. (2018) Masyarakat merupakan

sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi tertentu,

konvensi dan hukum tertentu yang sama , serta mengarah pada kehidupan yang

kolektif.

Menurut Selo Soemardjan (1991 : 304) perubahan sosial merupakan

segala bentuk perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

masyarakat, yang dapat mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai-nilai,

sikap dan pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. John

Lewis Gillin dan John Philip Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial

sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik berupa

perubahan dari segi geografis, kebudayaan, komposisi penduduk, ideologi

maupun karena adanya penemuan baru dalam masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa perubahan sosial ialah suatu perubahan

yang terjadi dalam struktur sosial maupun organisasi sosial masyarakat.

Perubahan sosial meliputi beberapa hal, diantaranya perubahan perilaku,

norma, teknologi, sistem nilai, pola serta keyakinan.

Peneliti harus memiliki teori penelitian yang sesuai dengan objek yang

diteliti, sehingga alur dari sebuah penelitian itu bisa di pahami. Penelitian ini

menjelaskan tentang Dampak Objek Wisata Kanaga Hill terhadap Perubahan


16

Sosial Ekonomi Masyarakat, dalam tulisan ini menggunakan beberapa

teori, yaitu :

1. Objek Wisata Kanaga Hill

Objek wisata Kanaga Hill terletak di Kampung Ciinjuk Desa Cipulus

Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka . Cipulus adalah desa yang

masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian Petani. Sekarang ini

terdapat pembangunan objek wisata di desa Cipulus yaitu Kanaga Hill,

yang sudah beroprasi dari tahun 2019, sering dikunjungi wisatawan

dijadikan sebagai tempat berkemah dan berekreasi dengan keluarga atau

kerabat.

Desa Cipulus memiliki alam yang indah dengan potensi wisata yang

masih perlu dikembangkan, berkaitan dengan itu Pemkab Majalengka terus

menggali dan mengembangkan potensi wisata serta mendapatkan dana dari

pemerintah provinsi Jawa Barat. Dengan suasana yang sejuk karena bukit

Kanaga Hill berada pada ketinggian 1300 – 1450 MDPL (Meter diatas

permukaan laut), dan berada di lahan kawasan taman nasional Ciremai

(TNGC). Kawasan ini mulai diresmikan pada Hari Minggu 8 September

2019 oleh Bupati Majalengka yaitu Bapak Karna Sobahi. Pemerintah

Kabupaten Majakengak memfasilitasi akses jalan menuju Kanaga Hill

yang berjarak 800 meter dengan program padat karya.


17

2. Konsep tentang Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

a. Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Ekonomi berasal dari bahasa Yunani : Oikos dan Nomos. Oikos

berarti rumah tangga (house-hold), sedang nomos merupakan

aturan,kaidah ataupun pengelolaan. Yang sering digunakan untuk

menerangkan ilmu ekonomi tersebut ialah salah satu cabang ilmu

sosil yang khusus mempelajari tingkah laku manusia serta golongan

masyarakat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang

relatif tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas

adanya (Deliarnov, 2003 : 23)

Menurut Karl Marx dalam buku mengenai The Economic and

Philosophical Manuscript mengembangkan idenya tentang nasib

hubungan – hubungan sosial ketika segala sesuatu menjadi

komoditas, yang merupakan dapat dibeli dan dijual. Ketika itu pula

Marx mendiskusikan keterasingan yang dialami oleh para pekerja

dalam masyrakat yang didominasi oleh hak pilih pribadi. Jadi,

manusia terasingkan dari objek yang mereka hasilkan, dari proses

produksi, dari diri sendiri serta dari komunitasnya. (Dr. Damsar,

2009:20).

James C. Scoot dalam bukunya yang berjudul “Moral Ekonomi

Petani” (1981:36), membagi secara hirarki status yang sangat

konvensional di kalangan petani diantaranya, petani lahan kecil,

penyewa dan buruh tani. Menurut beliau bahwa kategori tersebut


18

tidak bersifat ekslusif, oleh tambahan yang di sewa. Begitupun ada

buruh yang memiiliki lahan sendiri. Jadi, seperti adanya tumpang

tindih perihal pendapatan, sebab kemungkinan ada petani lahan

kecil yang lebih kurang mampu dari buruh tani apabila terdapat

pasaran yang lebih baik dari tenaga kerja.

Sedangkan menurut Eric R. Wolf (1986:84), berpendapat bahwa

petani sebagai orang desa yang bercocok tanam, yang artinya

mereka bercocok tanam di daerah pedesaan tidak dalam ruang

tertutup di tengah kota. Petani tidak melakukan usaha tani dalam

arti ekonomi, ia mengolah sebuah rumah tangga, bukan sebuah

perusahaan bisnis, namun dengan begitu dikatakan pula bahwa

petsni merupakan bagian dari masyarakat yang lebih luas dan besar.

Dalam karnya Scott (1973:87) “The Moral Economy of yhe

Peasant”, bahwa kehidupan petani adalah kehidupan yang harmoni

dan stabil. Komunitas petani merupakan suatu kelompok sosial

yang memiliki kepentingan untuk menjaga kelangsungan

keterikatan antar individu.

Menurut scott (1973:90) menyelamatkan diri dari struktur

kehidupan mereka, petani pedesaan menjalani gaya hidup gotong

royong, tolong mrnolong, melihat sejumlah persoalan yang dihadapi

sebagai persoalan kolektif serta pembagian hasil sama rata.

Keadaan sosial ekonomi setiap orang tentu saja berbeda-beda,

ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang bahkan rendah.


19

Sosial ekonomi menurut Abdul Syani (1994:33) merupakan

kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang

ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomim, pendapatan, tingkat

pendidikan, usia, jenis rumah tinggal dan kekayaan yang dimiliki.

Menurut Soerjono Soekanto (2001:23) sosial ekonomi

merupakan posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan

dengan orang lain dalam artian lingkungan pergaulan, prestasinya

serta hak-hak dan kewajibannya dalam hubungannya dengan

sumber daya. Sedangkan menurut Bintarto (1977:51) dalam Fandi

mengemukakan bahwa maksud dari kondisi sosial ekonomi

masyarakat merupakan suatu usaha bersama dalam suatu

masyarakat untuk mengungguli atau mengurangi kesulitan hidup,

dengan lima parameter yang dapat digunakan untuk mengukur

kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan serta tingkat pendapatan.

Berdasarkan beberapa pendapat teori tersebut, dapat disimpulkan

bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat ialah kedudukan atau

posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat

pendapatan serta pekerjaan.

b. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Dalam hal ini seluruh tindakan manusia ialah kebudayaan karena

hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang


20

tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya dengan beberapa

tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan manusia yang

merupakan kemampuan naluri yang terbawa dalam gen bersamaan

ketika lahir seperti makan, minum atau berjalan dengan kedua

kakinya, juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan

(Koentjaraningrat, 2009).

Budaya, kultur atau kebudayaan merupakan cara atau sikap

hidup manusia dalam berhubungan secara timbal balik dengan alam

serta lingkungan hidup di dalamnya yang sudah mencakup segi

hasil dari cipta, rasa, karsa dan karya baik yang fisik materiil

maupunn yang psikologis, idiil dan spiritual (Ranjabar, 2006).

Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia

dengan pemikiran dan budi nuraninya dalam kehidupan

bermasyarakat. Atau juga manusia membuat sesuatu berdasar budi

dan pikirnya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Begitupun halnya sosial budaya masyarakat di kawasan Kanaga

Hill, dikarenakan berada di perbukitan banyak penduduk yang

menggunakan tanah yang datar untuk dijadikan tempat tinggal

untuk mendirikan rumah, pada daerah lembahnya terdapat aliran

sungai karena diatasnya memiliki mata air, daerah lembah inilah

yang menjadi favorit bagi penduduk untuk membangun rumah

dengan layout berkumpul membentuk pemukiman sehingga tidak

heran jika masyarakatnya sangat senang saling tolong menolong,


21

gotong royong dan ramah kepada siapapun.

3. Konsep Tentang Dampak Objek Wisata pada Perubahan Sosial

Ekonomi dan Budaya Masyarakat

a. Definisi Dampak soial ekonomi dan budaya

Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia dampak merupakan

sesuatu yang dapat mempengaruhi timbulnya akibat benturan yang

cukup hebat sehingga mampu menimbulkan perubahan (Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia, 2003 : 429). Dalam bahasa inggris

dampak ialah impact, yang berarti pengaruh kuat yang mendatangkan

akibat yang negatif maupun positif.

Perubahan sosial yang biasanya terjadi di masyarakat dapat

menimbulkan dampak secara ekonomi, sebagimana menurut Stynes

dalam Disbudpar Banten (2013:20), dapat dikelompokkan menjadi 3,

diantaranya direct effect meliputi penjualan, kesempatan, pajak serta

tingkat pendapatan. Yang ke dua ialah indirect effect berupa

perubahan tingkat harga, perubahan mutu pada barang dan jasa,

perubahan sosial dan lingkungan serta pajak. Yang ke tiga induced

effect, pengeluaran rumah tangga dan peningkatan pendapatan.

Dampak sosial dapat berupa lapangan pekerjaan, mata

pencaharian serta interaksi atau komunikasi di masyarakat.


22

Dampak dari adanya pariwisata terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat dapat di kategorikan menjadi delapan kelompok

besar (Cohen, 1984), diantaranya :

1. Dampak terhadap penerimaan devisa

2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat

3. Dampak terhadap harga – harga

4. Dampak terhadap kesempatan kerja

5. Dampak terhadap kepemilikan dan control

6. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan

7. Dampak terhadap pendapatan pemerintah

8. Dampakl terhadap pembangunan

Selain itu dampak sosial ekonomi juga menurut Cohen (dalam Dwi,

2015:21) meliputi, 1). Dampak terhadap pendapatan, 2). Dampak

terhadap pengeluaran, 3). Dampak terhadap aktivitas ekonomi. Dapat

dijelaskan bahwa dampak sosial ekonomi dapat terjadi dari suatu

perubahan di lingkungan serta dampak sosial ekonomi bisa dilihat dari

segi negatif maupun positif.

Selanjutnya Dampak sosial budaya, hal tersebut bisa dirasakan

secara langsung maupun tidak langsung. Dari setiap dampak pasti ada

dampak positif dan negatif nya.


23

a) Dampak Positif Perubahan Sosial Budaya :

1. integrasi masyarakat .

2. Kemajuan teknologi .

3. Tingkat kehidupan yang lebih baik.

4. Pola pikir yang lebih maju.

5. Perubahan nilai dan perilaku.

6. Kerja keras dan on time

7. Tidak adanya diskriminasi wanita

b) Dampak Negatif Perubahan Sosial Budaya :

1. Kesenjangan Sosial

2. Gaya hidup

3. Kriminalitas

4. Sikap individualis

5. hidup konsumtif.

6. budaya yang tertinggal.

Dampak nya ialah Perubahan sosial ekonomi dan budaya terjadi

seiring dengan perubahan dan perkembangan dunia. Perubahan ini tentu

saja akan terus terjadi karena dengan perubahan itu suatu kelompok

masyarakat dapat berkembang. Perubahan sosial budaya dapat merubah

pola pikir masyarakat dulu dengan sekarang. Perubahan yang

diharapkan tentu saja merupakan perubahan dalam bidang ekonomi


24

maupun sosial jadi ke arah yang lebih baik, dengan demikian perubahan

sudah menjadi keharusan yang harus terjadi dan akan selalu terjadi. Hal

ini di karenakan bagaimanapun ekonomi dan sosial saling berkaitan dan

merupakan hal yang sangat urgent dalam sebuah kehidupan bangsa dan

keberadaan masyarakat di dunia.

b. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat

Istilah ini mengacu pada suatu pengertian mengenai ilmu ekonom

yang diterapkan dalam analisis masalah serta kebijakan perekonomian

daerah yang belum maju atau yang sedang berkembang. Perubahan sosial

ekonomi jarang dibahas secara bersamaan, pengertian ini menunjuk pada

objeknya yaitu masyarakat. Secara garis dalam jurnal Rudi Biantoro dan

Samsul Ma’arif, besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau

manajemen rumah tangga. Ekonomi muali berkembang setelah terjadiya

perang Dunia ke II, ketika itu banyak negara-negara Afrika dan Asia yang

merdeka dari penajajahan, salah satunya ialah Indonesia. Namun,

melepaskan negar-negara dari penderitaan ekonomi tidak dilakukan

walaupun telah merdeka secara politis. Begitupun sebaliknya,

kemerdekaan poliisi malah menjadikan beban dan tanggung jawab untuk

mensejahterakan rakyat, maka kemerdekaan harus diseimbangi dengan

pembangunan ekonomi (Pratama Raharja dan Mandala Manurung,

2008:311).
25

Dalam penelitian ini, perubahan sosial ekonomi ialah perubahan

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, yaitu masyarakat yang secara

langsung terkena dampak perubahan sosial ekonomi dengan adanya objek

wisata kanaga hill, seperti masyarakat yang menjadi pedagang, karyawan

bahkan petugas parkir dan lainnya. Daerah yang memiliki potensi sebagai

daerah tujuuan wisata dalam pengembangannya harus memperhatikan

unsur-unsur dalam pariwisata. Kanaga Hill salah satu desa yang berada di

dataran tinggi dan pesona alam yang sangat indah dan bisa dimanfaatkan

oleh masyarakat, pembangunan objek wisata Kanaga Hill pasti saja

memberikan perubahan sosial ekonomi masyarakatnya. Perubahan sosial

ekonomi yang dialami masyarakat dikarenakan masyarakat beralih profesi

yang tadinya hanya sekedar petani sekarang masyarakat mulai membuka

warung di sekitar objek wisata kanaga hill, tersedianya penginapan untuk

wisatawan dari luar daerah serta jasa photograper.

c. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat

Perubahan sosial budaya ialah sebuah gejala berubahnya struktur

sosial dan pola budaya dalam masyarakat. Perubahan sosial budaya ini

merupakan gejala umum yang sering terjadi sesuai dengan hakikat dan

sifat dasar manusia. Selo Soemardjan mengatakan bahwa, perubahan-

perubahan pada lembaga kemasyarakatan di suatu kelompok masyarakat

serta memenuhi sistem sosial, di dalamnya termasuk sikap, pola perilaku

serta nilai kelompok-kelompok di dalamnya.


26

Perubahan ini terbagi dalam beberapa macam, yaitu sebagai berikut :

1. Teori siklus

Menurut teori ini bahwa kehidupan akan selalu berputar. Setiap

kehidupan akan selalu berputar. Akan selalu mengalami kemajuan

serta kemunduran. Menurut seorang ahli sosiolog dari Rusia, Pitirim

Sorokin penyebab kemajuan dan kemunduran menjadi 3 bagian,

yaitu :

1) Kebudayaan Ideasional (ideasional culture)

menekankan pada perasaan atau emosi dan kepercayaan

terhadap unsur supernatural

2) Kebudayaan idealistis (idealistic culture) ialah tahap

pertengahan yang menekankan pada rasionalitas serta

logika dalam menciptakan masyarakat yang ideal.

3) Kebudayaan sensasi (sensate culture) sensasi ialah

tolak ukur dari kenyataan serta tujuan hidup.

2. Teori Evolusioner

Teori yang mempercayai bahwa manusia berkembang sesuai

dengan tahapan yang berlaku pada manusia tanpa terkecuali. Menurut

seorang sarja asal Prancis percaya bahwa manusia berkembang dalam

tiga tahap, yaitu :


27

1) Tahap teoloogis (Theological stage) masyarakat

diarahkan oleh nilai – nilai supernatural yang berlaku.

2) Tahap metafisik (methaphysical stage) mtahapan

peralihan dari kepercayaan terhadap unsur supernatural

menuju prinsip – prinsip abstrak yang berperan sebagai

dasar perkembangan budaya.

3) Tahap positif/ilmiah (positive stage) masyarakat

diarahkan oleh kenyataan yang di dukung oleh prinsip –

prinsip ilmu ekonomi.

3. Teori Nonevolusioner

Teori ini masih berkesinambungan dengan teori revolusioner,

hanya terdapat perubahan dikarenakan perbedaan hasil. Tokonya ialah

Gerhard Lenski, beliau mengatakan masyarakat yag bergerak

bersamaan bentuk masyarakat seperti bercocok tanam, bertani,

berburu dan lain sebagainya.

4. Teori Fungsional

Talcott Parson merupakan tokoh dari teori ini, ketika ia melihat

masyarakat layaknya organ tubuh manusia, karena organ tubuh saling

berhubungan satu sama lain, sehingga masyarakat juga memiliki

bagian atau lembaga yang saling bergantung dan berhubungan satu

sama lain.
28

5. Teori Konflik

Tokoh teori ini ialah Ralf Dahrendorfv, menyatakan bahwa setiap

masyarakat sebagian anggotanya akan menjadi korban pemaksaan

oleh anggota yang lain. Ini dapat menunjukan bahwa konflik kelas

ialah suatu yang tidak dapat kita hindari.

Secara garis besar, perubahan sosial budaya dapat terjadi diamana

saja dan kapan saja. Meskipun banyak teori yang dikemukakan oleh

para ahli, namun pasti ada saja kelemahannya. Diantaranya :

1. Tidak semua masyarakat mendapatkan proses yang sama

2. Ada masa transisi

3. Negara lain mampu berperan dalam membantu memajukan bahkan

memundurkan kelompok masyarakat

4. Kemajuan yang lambat

5. Tidak adanya solusi dalam mengatasi masa transisi

Dalam hal ini, tetntu saja terdapat perubahan sosial budaya

dikarenanakan masuknya budaya luar yang dibawa oleh wisatawan

dan sebagian masyarakat lokal mencoba untuk mengimitasi budaya

atau kebiasaan wisatawan.


29

B. Penelitian Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang

peneliti angkat dalam proposal ini, yaitu :

a) Puspita Dewi. 2019. Skripsi. Universitas Malang.

Perubahan Sosial Pasca Pembangunan Wisata Alam “Wagos”

Gosari (Studi kasus di Desa Gosari Kecamatan Ujung Pangkah

Kabupaten Gresik).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah

pendekatan kualitatif, yakni dengan teknk pengumpulan data

Observasi partisipatif, wawancara secara mendalam , studi

dokumentasi serta data statistik. Analisis data menggunakan

metode perbandingan tetap (Constant comparative method) milik

Glaser & Strauss yakni Reduksi data, kategorisasi, dan

sintensisasi. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

sejak adanya wisata alam tersebut telah menyebabkan perubahan

sosial terjadi di masyarakat Desa Gosari, diantaranya : interaksi

masyarakat semakin dekat, organisasi karang taruna yang sempat

fakum hidup lagi, masyarakat sering mengadakan pertemuan dan

diskusi terkait wisata, mengeratkan hubungan kekeluargaan di

masyarakat, lingkungan desa menjadi lebih bersih, terjadinya pro

dan kontra antar masyarakat desa Gosari dan terjadinya persaingan


30

masyarakat dalam perdagangan.

b) Cindra Fitra Pertiwi. 2018. Thesis. UIN Sunan Gunung Djati

Bandung.

Perubahan Sosial Masyarakat Akibat Perkembangan Pariwisata:

Penelitian pada Masyarakat sekitar Pantai Tanjung Kelayan Desa

Keciput Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Sumber data primer

berupa informan yang terdiri dari aparatur desa, tokoh masyarakat,

nelayan serta masyarakat setempat. Sedangkan sumber data

sekunder berupa dokumen atau literatur yang berkaitan dengan

penelitian. Dan data diperoleh dengan menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi.

Adapun hasil dari penelitian tersebut, telah terjadi perubahan

sosial pada masyarakat Desa Keciput setelah adanya

perkembangan wisata. Perubahan tersebut meliputi empat aspek,

yaitu sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Pada aspek sosial

perubahan yang terjadi yaitu pada komunikasi, kepedulian sosial,

aktivitas keagaman dan pendidikan. Aspek ekonomi yaitu adanya

peralihan mata pencaharian masyarakat dari nelayan tangkap

menjadi pengemudi jasa angkut wisatawan. Aspek budaya yang


31

meliputi adanya modifikasi budaya pada upacara adat Muang

Jong. Aspek lingkungan yaitu meningkatnya kesadaran

masyarakat untuk melestarikan biota laut . Sedangkan faktor

pendorong perubahan sosial msyarakat itu kontak atau berinteraksi

dengan wisatawan.

c) Nurul Ilmi Fauziah. 2018. Thesis. UIN Sunan Gunung Djati

Bandung.

Perubahan Sosial Masyarakat Desa Di Kawasan Wisata Curugan

Gunung Putri : Penelitian di Desa Mukapayung Kecamatan Cililin

Kabupaten Bandung Barat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif, denngan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini mencoba atau menganalisis hasil penelitian dengan

memusatkan perhatian pada masalah-masalah pada saat penelitian

dilakukan, masalah bersifat aktual, serta diiringi dengan

interpretasi rasional yang tepat. Teknik pengumpulan data dengan

cara observasi langsung, wawancara dan studi kepustakaan atau

dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini ialah yang Pertama, Desa Mukapayung

memiliki sumber daya alam yang memadai, sehingga cocok untuk

dijadikan kawasan wisata, dengan adanya kolam renang, air


32

curugan yang mengalir, rumah makan, pemancingan, dan lain-

lain. Kedua, terdapat perubahan kondisi sosial ekonomi

masyarakat sebelum adanya kawasan wisata, yaitu rendahnya

perekonomian masyarakat yang disebabkan karena kurangnya

kemampuan/ skill serta rendahnya pengetahuan dan pendidikan.

Ketiga, setelah adanya kawasan wisata, Sumber Daya Manusia di

Desa Mukapayung mengalami perubahan, dan mulai mengalami

peningkatan di bidang pendidikan. Karena dengan adanya

pendidikan, masyarakat akan memndapatkan pengetahuan dan

wawasan, serta kemampuan intelektual yang tinggi. Maka,

pendidikan sangatlah penting untuk menciptakan anak bangsa

yang kreatif dan inovatif.dengan adanya kawasan wisata Curugan

Gunung Putri dapat menimbulkan perubahan sosial, terutama dari

segi perekonomian masyarakat yang senantiasa membawa hasil

yang positif dan menguntungkan bagi masyarakatnya.

d) Arum Rahmawati. 2015. Thesis. Universitas Negeri Surakarta

Perubahan Sosial sebagai Dampak Pengembangan Objek Wisata

Parang Ijo (Studi Kasus Perubahan Sosial pada Masyarakat Desa

Girimulyo, Kecamatan Nargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Penelitian ini ialah penelitian kualitatif dengan jenis studi

kasus, sehingga penelitian ini mampu mendiskripsikan bagaimana

perubahan itu bisa terjadi. Sumber data penelitian ini berupa


33

informasi, arsip dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel

yang dipakai adalah purposive sampling yaitu memilih informan

yang dianggap dan dipercaya mengetahui masalah yang akan

diteliti. Sampel dalam penelitian ini melibatkan satu penjaga tiket,

satu pedagang, satu bagian informasi, dua pengunjung, satu aparat

pemerintah, satu masyarakat serta satu pemilik villa. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi

serta dilengkapi dengan dokumentasi. Teknik triangulasi sumber

diperoleh dari pengunjung, perangkat desa dan pelaku ekonomi di

sekitar Parang Ijo, dilakukan untuk mendapatkan validitas data,

sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis interaktif.

e). Istiqomah Tya Dewi Pamungkas. 2015. Skripsi. Universitas


Diponegoro

Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Karangbanjar terhadap

Perubahan Penggunaan Lahan, Ekonomi dan Sosial Masyrakat.

Metode yang digunakan yaitu metode peneltian kuantitatif dengan

analisis statistik deskriptif dan interpretasi citra. Hasil penelitian

ini menunjukan keberadaan desa Wisata tersebut mempengaruhi

perubahan penggunaan Lahan,ekonomi serta sosial masyarakat.


34

Nama Peneliti, Bentuk,


Penerbit, Tahun Penelitian,
No Persamaan Perbedaan
Judul
1. Puspita Dewi. 2019. Skripsi. Persamaan Perbedaan
Universitas Malang. penelitian ini penelitian ini
Perubahan Sosial Pasca terletak pada terletak pada
Pembangunan Wisata Alam pendekatan
Analisis data
“Wagos” Gosari (Studi kasus penelitian yaitu
menggunakan
di Desa Gosari Kecamatan menggunakan
metode
Ujung Pangkah Kabupaten penelitian
perbandingan
Gresik), kualitatif. Pokok
tetap (Constant
penelitian sama
comparative
terkait
method), tidak
perubahan sosial
membahas
pasca
perubahan sosial
pembangunan
ekonomi serta
objek wisata
budayanya.
2. Cindra Fitra Pertiwi. 2018. Persamaan Perbedaan
Thesis. UIN Sunan Gunung penelitian peneltian ini
Djati Bandung. terletak pada ialah tidak
Perubahan Sosial Masyarakat metode adanya
Penelitian pembahasan
Akibat Perkembangan
perubahan social
35

Pariwisata: Penelitian pada kualitatif yang dalam bidang


Masyarakat sekitar Pantai menghasilkan budaya
Tanjung Kelayan Desa data deskriptif. sedangkan pada
Keciput Kecamatan Sijuk Sama sama penelitian
Kabupaten Belitung. memperoleh penulis hanya
data fokus pada
menggunakan bidang social,
teknik observasi, ekonomi dan
wawancara dan budaya.
dokumentasi dan
meneliti
perubahan sosial
masyarakat serta
ekonomi.
3. Nurul Ilmi Fauziah. 2018. Persamaan pada Perbedaan
Thesis. UIN Sunan Gunung penelitian ini penelitian ini
Djati Bandung. adalah Metode terletak pada
Perubahan Sosial Masyarakat penelitian yang hasil penelitian
Desa Di Kawasan Wisata digunakan dalam lebih fokus
Curugan Gunung Putri : penelitian ini terhadap
Penelitian di Desa ialah metode ekonomi
Mukapayung Kecamatan deskriptif, masyarakat.
Cililin Kabupaten Bandung dengan Sedangkan pada
Barat. pendekatan peneliti selain
kualitatif, sama dari perubahan
sama meneliti sosial juga
tentang berfokus pada
perubahan social pada bidang
serta ekonomi sosial budaya.
masyarakat.
36

4. Arum Rahmawati. 2015. Persamaan Perbedaan tidak


Thesis. Universitas terdapat
penelitian ini
Negeri Surakarta penelitian dalam
terletak pada
bidang budaya,
Perubahan Sosial sebagai
pendektan
Dampak Pengembangan
penelitian yaitu
Objek Wisata Parang Ijo
menggunakan
(Studi Kasus Perubahan
penelitian
Sosial pada Masyarakat Desa
kualitatif.
Girimulyo, Kecamatan
Sama- sama
Nargoyoso, Kabupaten
meneliti tentang
Karanganyar.
perubahan sosial.
5. Istiqomah Tya Dewi Penelitian ini Perbedaannya
Pamungkas. 2015. Skripsi. sama sama ialah dari metode
Universitas Diponegoro membahas penelitian yaitu
Pengaruh Keberadaan Desa mengenai kuantitatif
Wisata Karangbanjar perubahan sosial sedangkan
terhadap Perubahan serta ekonomi peneliti
Penggunaan Lahan, Ekonomi masyarakat menggunakan
dan Sosial Masyrakat. kualitatif, serta
tidak adanya
pembahasan
mengenai sosial
budaya.

Tabel 1. Peneliti Terdaulu


37

C. Kerangka Berfikir
Pembangunan memiliki peran penting terhadap terjadinya

perubahan sosial yang terjadi di masyarakat serta merupakan suatu usaha

terencana untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Perubahan sosial

yang terjadi trerdapat pada bidang ekonomi dan budaya. Pembangunan

objek wisata Kanaga Hill merupakan memberikan perubahan-perubahan

sosial masyarakat, perubahan tersebut membawa dampak tersendiri bagi

kehidupan sosial, perilaku, ekonomi serta budaya masyarakat. Hal ini,

terlihat dari beberapa perubahan yang terjadi pada masyarakat desa

Cipulus pasca pembangunan objek wisata Kanaga Hill, berawal dari desa

yang sangat agraris dan tradisional kemudian berubah menjadi destinasi

berwisata yang membawa dampak positif maupun negatif yang tentunya

akan berpengaruh secara langsung dalam tata kehidupan masyarakat

Desa Cipulus. Karena ekonomi dan budaya sangat berhubungan erat ,

dalam budaya terdapat unsur-usur unik yang berbeda, lalu ekonomi juga

sangat berpengaruh terhadap budaya yang ada di suatu daerah, dalam

sebuah daerah yang penduduknya mempunyai ekonomi yang lemah.


38

PEMBANGUNAN

PERUBAHAN SOSIAL

PARIWISATA
MASYARAKAT

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Tabel 2. Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian

yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Denzin dan Licoln (2009)

menyatakan, kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang

tidak di kaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas,

atau frekuensinya (Juliansyah, 2011: 34). Pendekatan kualitatif merupakan

proses penelitian dan pemahaman pada metodologi yang menyelidiki suatu

permasalahan manusia bahkan fenomena sosial yang terjadi. Menurut Bogdan &

Taylor (1990) merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Berdasarkan hal itu penelitian dilakukan degan menggunakan metode

kualitatif agar memperoleh data secara alamiah dan komprehensif sesuai dengan

latar dan data yang diperoleh sesuai faktanya. Peneliti bertanya, mencatat dan

mengamati serta menggali informasi tentang perubahan sosial yang terjadi di

masyarakat pasca pembangunan objek wisata Kanaga Hill di Desa Cipulus

Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ialah tempat dimana dilaksanakannya penelitian,

dimana segala aktivitas dan tindakan yang berkaitan dengan penelitian

39
40

tersebut dilaksanakan. Penetapan ini bertujuan untuk memudahkan

peneliti dalam mengembangkan dan menyusun data secara lebih akurat

dan tepat. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kawasan Objek Wisata

Kanaga Hill Desa Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka

Provinsi Jawa Barat. Peneliti memilih lokasi ini karena ditempat tersebut

adanya pembangunan objek wisata yang dimana suatu pembangunan itu

akan menyebabkan perubahan sosial sehingga membuat peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari perencanaan,

pelaksanaan sampai penulisan hasil penelitian, waktu pelaksanaan

penelitian yaitu dari bulan Maret sampai dengan Juni 2021.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini (Afiffudin dan Saebani, 2009:121) adalah pihak-

pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian

inipun membahasa karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian,

termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling (acak/non-

acak) yang digunakan. Subjek penelitian terdiri dari 3 level, diantaranya :

1. Mikro, merupakan level terkecil dari subjek penelitian, dan hanya

berupa individu.

2. Meso, merupakan level subjek penelitian dengan jumlah anggota


41

lebih banyak, misal keluarga dan kelompok.

3. Makro, merupakan level subjek penelitian dengan anggota yang

sangat banyak, seperti masyarakat atau komunitas luas.

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah masyarakat umum,

wisatawan, dan kepala desa atau aparatur desa Cipulus Kecamatan Cikijing

Kabupaten Majalengka.

D. Sumber Data
Sumber data di dalam penelitian ialah faktor yang sangat penting, karena

sumber data menentukan kualitas dari hasil penelitian, oleh karenanya sumber

menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan metode pengumpulan data.

Sumber data terdiri dari : sumber data primer dan sumber data sekunder.

(Purhantara, 2010 : 79).

1. Data Primer
Dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung

dengan menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan.

Pengumpulan data ini ialah bagian internal dari proses penelitian

dan yang seringkali diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data

ini dianggap lebih akurat, karena disajikan secara terperinci.

Indriantoro dan Supomo dalam Purhantara (2010 : 79). Pada

peneltian ini diperoleh dari hasil wawancara dari kepala desa

cipulus serta masyarakat daerah tersebut.


42

2. Data Sekunder
Data ini umumnya berupa bukti, catatan serta laporan histori yang

tersusun dalam arsip yang biasa di publikasikan maupun yang tidak

di publikasikan. Pada penelitian ini informasi didapat dari para

wisatawan atau bahkan pihak – pihak yang barkaitan dengan

penelitian ini.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, “Dalam penelitian kualitatif yang menjadi

isntrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Oleh karena itu,

peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti

kualitatif siap melakukan penelitian dengan secara langsung terjun ke

lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti dijadikan sebagai human

instrumen, dimana peneliti berfungsi menetapkan focus penelitiannya,

melakukan pengumpulan data, memilih informan sebagai sumber data

yang diteliti, menafsirkan data, menilai kualitas data dan membuat

kesimpulan diakhir mengenai semua temuannya yang telah dilakukan oleh

peneliti.

Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini ialah

peneliti sebagai unsur utama lalu peneliti terjun langsung ke lapangan

tempat penelitian yaitu di desa Cipulus.


43

2. Teknik Pengumpulan Data


Suatu penelitian itu membutuhkan teknik yang tepat guna

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, sehingga data yang

diperoleh itu tepat sasaran dan sesuai dengan fakta yang ada. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

a) Pengamatan (Observation)

Nawawi dan Martin (Afiffudin dan Saebani, 2009:134)

mengatakan bahwa observasi ialah proses menganalisa,

mengamati dan pengumpulan data terkait tempat, subjek dan

objek penelitian yang akan diteliti. Pengamatan atau observasi

yang dilakukan secara langsung, dengan melihat langsung

masyarakat yang tinggal di kawasan objek wisata terhadap

dampak pembangunan objek wisata kanaga hill pada perubahan

sosial ekonomi dan budaya masyarakat di desa Cipulus.

b) Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan secara langsung dengan melibatkan pihak-

pihak yang terkait yang berada di kawasan objek wisata Kanaga

Hill di Desa Cipulus. Wawancara merupakan usaha sekaligus alat

yang digunakan dalam mengumpulkan data atau informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara

lisan pula oleh sumber informasi (informan) secara sederhana,


44

wawancara ini dapat disimpulkan sebagai alat pengumpul data

dengan tanya jawab antara pencari data dengan sumber informasi

(Basri MS, 2006:60).

c) Dokumentasi
Nana Syaodih (2006) menyebutkan bahwa dokumentasi merupakan

suatu teknik pengumpulan data dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik berupa dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik. Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh data

sekunder dari studi kepustakaan, yaitu dari buku-buku, majalah,

koran dan arsip yang relevan dengan objek penelitian yang

melengkapi data-data yang belum didapat dari narasumber.

F. Analisis Data
Analisis data ialah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil

dari wawancara, catatan-catatan serta bahan-bahan yang dikumpulkan untuk

mengingkatkan pemahaman terhadap semua hal yang harus dikumpulkan dan

memungkinkan untuk menyajikan apa yang ditemukan di lapangan.

Langkah-langkah analisis data yang digunakan peneliti mengenai Dimensi

Perubahan Sosial Masyarakat Pasca Pembangunan Objek wisata yaitu sebagai

berikut :

1. Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti mencari semua data secara objektif serta apa

adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

Data yang diperoleh pada saat penelitian dikumpulkan apa adanya


45

tanpa melihat keabsahan datanya. Dengan kata lain pada tahap

pertama ini peneliti hanya mencari dan mengumpulkan data yang

berupa data mentah atau data yang belum mengalami proses

verifikasi data.

2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pengolahan data dari

lapangan dengan memilih dan menyederhanakan data dengan

merangkum yang penting sesuai dengan fokus masalah penelitian

hingga dapat di verifikasi.

3. Penyajian Data
Data yang telah di reduksi dilihat kembali gambaran

keseluruhannya, sehingga tergambar konteks data secara

keseluruhan dan dapat dilakukan penggalian data kembali apabila

dipandang perlu untuk lebih mendalami masalahnya.

Penyajian Data merupakan kesimpulan dari informasi yang

tersusun yang kemungkinan besar adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan.

4. Verifikasi Data

Verifikasi data merupakan penarikan kesimpulan oleh peneliti

berdasarkan analisis data penelitian. Kesimpulan merupakan suatu

tinjauan yang timbul dari data yang harus diuji kebenarannya.


46

Peneliti melakukan penarikan kesimpulan yang di dukung dengan

adanya bukti-bukti yang valid serta konsisten. Tujuannya agar

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

G. Pengecekan Keabsahan Data


1. Tringulasi Data
Pengecekan Keabsahan Data pada dasarnya selain digunakan untuk

menyanggah baik yang dituduhkan terhadap penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak

terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong,

2007:320). Teknik pengumpulan data yang teruji keabsahan dari datanya

harus melewati tringulasi data. Tringulasi data ini sebagai teknik

pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dan berbagai

sumber data.

Peneliti menggunakan tringulasi data serta membandingkan kajian

pustaka yang digunakan dengan hasil wawancara dan hasil dari observasi

atau pengamatan. Diharapkan data yang diperoleh bisa dipertanggung

jawabkan tingkat keabsahan datanya, karena akan dilihat dan

dibandingkan dari berbagai sudut pandang.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pembahasan pada BAB IV ini berdasarkan pada seluruh data yang

berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian di Sekitar Objek

Wisata Kanaga Hill di Dusun Ciinjuk, Desa Cipulus, Kecamatan Cikijing,

Kabupaten Majalengka. Data yang di dapatkan berupa data yang bersumber

dari jawaban para informan dengan menggunakan penelitian secara terjun

langsung yaitu observasi ke lapangan / lokasi, wawancara secara langsung

dan dokumentasi sebagai media pengumpulan data yang diperlukan selama

penelitian.

Wawancara dilaksanakan dengan terhadap 11 orang narasumber kunci

yang dilakukan di kawasan objek wisata Kanaga Hill Desa Cipulus.

Narasumber yang berhasil diwawancarai secara intensif diantaranya dari

pihak Kepala Desa Cipulus yang diwakili oleh aparatur pemerintahan desa

Cipulus, Masyarakat lokal serta Wisatawan.

Wawancara dengan aparatur pemerintahan desa Cipulus dilakukan pada

Rabu, 19 Mei 2021; Narasumber masyarakat lokal serta wisatawan pada

Kamis, 20 Mei 2021. Data yang tidak lengkap melalui wawancara,

dilengkapi dengan hasil observasi langsung yang dilakukan rentang waktu

pada bulan Februari sampai dengan Mei.

47
48

Dari data ini diperoleh beberapa jawaban mengenai perubahan sosial

ekonomi dan budaya yang terjadi pada masyarakat akibat dampak

pembangunan objek wisata Kanaga Hill. Adapun untuk mencapai tujuan

penelitian tersebut, maka penulis mendeskripsikan menjadi beberapa uraian

sebagai berikut :

1. Objek Wisata Kanaga Hill di Desa Cipulus

Objek Wisata Kanaga Hill letaknya yang berada di Kampung

Ciinjuk, Desa Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka,

Berada pada ketinggian 1300 hingga 1450 mdpl, dengan jumlah

penduduk secara keseluruhan 2.594 jiwa.

Gambar 1 : Objek Wisata Kanaga Hill

Udara yang sejuk dan pemandangan yang sangat indah bisa

dilihat dari Kanaga Hill . Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

pihak aparatur desa Cipulus IL,

“Suasana di desa cipulus memang sangat mendukung sekali


dikarenakan lingkungan yang masih asri dan udara yang sangat
sejuk, karena kita berada di dataran tinggi sehingga sangat
49

berpotensi untuk dikunjungi wisatawan” (Wawancara IL, 19 Mei


2021)

Rute atau akses menuju objek wisata Kanaga Hill bisa dilewati

dari berbagai arah, dari arah Bandung, Kuningan maupun Ciamis

dan kondisi jalan nya pun sudah sangat baik. sejalan juga dengan

pendapatnya dari hasil wawancara dengan wisatawan asal

Sindangpanji yaitu IM bahwa,

“Memang betul kondisi jalan untuk menuju Kanaga Hill sudah


sangat baik, jalannya pun luas dan sudah di aspal semua, hanya
saja harus tetap berhati-hati karena jalan yang banyak sekali
tikungan dan naik turun”. (Wawancara IM, 20 Mei 2021)

Akan tetapi berbeda dengan wisatawan asal Kuningan

sebagaimana hasil wawancara dengan IR,

“Saya tadi dari arah kuningan melewati waduk darma, terus


masuk ke daerah parung atau gunung sirah, tapi di sepanjang
gunung sirah sampai ke cipulus itu jalannya rusak, banyak yang
bolong – bolong dan berdebu sekali, kalo pakai motor itu sangat
riskan sekali terjadi kecelakaan.” (Wawancara IR, 20 Mei 2021)
50

Gambar 2 : Kondisi jalan menuju Kanaga Hill

Dari arah yang berbeda kondisi jalan menuju objek wisata

Kanaga Hill pun berbeda, akan tetapi wisatawan tetap antusias

mengunjungi objek wisata Kanaga Hill untuk berlibur bersama

keluarga ataupun kerabatanya. Wisatawan yang datang tidak hanya

dari daerah Majalengka ataupun Ciayumajakuning, tetapi dari luar

daerah pun datang untuk bewisata mereka mngetahui adanya objek

wisata Kanaga Hill dari Update-an akun wisata baik itu di

Instagram, facebook maupun twitter. Seperti yang diungkapkan

oleh AD, wisatawan yang berasal dari Bandung,

”Saya tahu objek wisata Kanaga Hill itu dari akun yang ada di
instagram soalnya sempat viral dan membuat saya penasaran,
karena melihat adanya patung naga yang berada di atas bukit,
terus sekalian aja bawa keluarga liburan diluar kota Bandung
buat nge-camp bareng nikmatin suasana malam di cipulus,
mumpung lagi pada libur” (Wawancara AD, 20 Mei 2021)
51

Fasilitas dan penataan di objek wisata Kanaga Hill pun sudah

sangat baik dan bermanfaat untuk wisatawan setempat.

Gambar 3 : salah satu Fasilitas di Objek Wisata Kanaga Hill

“Fasilitas yang kami sediakan saya rasa sudah cukup baik, dari
mulai penerangan, kamar mandi, warung juga disini banyak
buka sampai malam kalau banyak pengungjung yang nge-camp,
tiket masuknya pun hanya 10.000/orang tapi kalo untuk
bermalam atau kemping tapi kalau mau kesini harus pakai
kendaraan pribadi karena kesini ga ada kendaraan umum”
(Wawancara BU, 20 Mei 2021)

Berdasarkan hasil observasi, wawancara serta dokumentasi,

Setelah adanya objek wisata Kanaga Hill di desa Cipulus, Desa

Cipulus mulai booming dan viral sehingga banyak wisatawan yang

tahu dan mulai mengunjungi objek wisata Kanaga Hill. Dengan

fasilitas yang lengkap dan bersih serta akses jalan yang cukup baik.
52

2. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Desa Cipulus


Dalam kajian ini di deskripsikan 2 kajian antara alain Sosial

Ekonomi masyarakat dan Sosial Budaya masyarakat desa Cipulus.

a. Sosial Ekonomi Masyarakat desa Cipulus

Penulis melakukan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi

untuk memperoleh data atau keadaan sosial ekonomi masyarakat.

Menurut ID salah satu aparatur Desa Cipulus, mengatakan,

”Mayoritas pekerjaan masyarakat desa Cipulus Petani, yang


menjadi pegawai negeri mungkin hanya beberapa saja, karena
kan di dukung oleh faktor lingkungan juga disini banyak
perkebunan dan sawah”. (Wawancara ID, 19 Mei 2021)

IR menambahkan bahwa masyarakatnya bermata pencaharian

sebagai petani sayur-sayuran karena memiliki lahan yang subur.

Beliau mengatakan,

“Iya neng, disini mayoritas penduduknya bermata pencaharian


petani sayura-sayuran ada juga buah-buahannya. Bersyukur
soalnya disini diperbukitan jadi punya tanah yang subur”.
(Wawancara IR, 19 Mei 2021)
53

Tabel 3. Data Penduduk Berdasarkan Cikijing Dalam Angka

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa masyarakat

Desa Cipulus mayoritas bermata pencaharian Petani. Meskipun

banyak yang bermata pencaharian petani, akan tetapi kehidupan

masyarakatnya cukup mapan ditambah dengan adanya objek wisata

Kanaga Hill, hal itu sependapat dengan TD,

“Meskipun kita tinggal di daerah perbukitan yang jauh dari


keramaian kota, tapi hasil pertanian membuat kehidupan
masyarakat sejahtera bahkan lebih dari cukup, ditambah
dengan adanya objek wisata kanaga hill jadi kita bisa buka
usaha tambahan di rumah, kaya saya daripada jadi rumah
tangga mending buka warung aja teh di objek wisata, lumayan
penghasilannya apalagi kalau weekend banyak pengunjung”.
(Wawancara TD, 20 Mei 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa perubahan

pada tingkat ekonomi pasti ada, karena mereka membuka usaha –

usaha baru di sekitar objek wisata Kanaga Hill. Hal itu sejalan

dengan pendapat IL, beliau menyatakan :


54

“Lumayan teh, disini jadi banyak yang buka kedai, tempat


makan atau coffee shop. Seperti saya juga disini memanfaatkan
lahan kebun milik bapak saya buat dibangun jadi coffee shop
tempat anak-anak muda hangout kebetulan tempatnya strategis
dekat dengan Kanaga Hill”. (Wawancara IL, 20 Mei 2021).

Hal itu di sejalan dengan pendapat AM, beliau mengatakan

bahwa,

“Dari adanya warga yang memiliki pekerjaan tambahan


ataupun yang beralih profesi menjadi wirausaha dadakan seperti
membuka usaha tempat makan,tempat nongkrong dan lai-lain,
tetapi kami pun merasa di untungka, Karena semakin
meningkatnya destinasi wisata untuk dikunjungi di desa Cipulus
terutama di Kampung Ciinjuk”. (Wawancara AM, 20 Mei 2021).

Narasumber TD menambahkan bahwa penghasilannya selama 1

minggu dari hasil membuka warung di area objek wisata Kanaga

Hill sangat lumayan, beliau mengatakan :

“Pendapatan dalam 1 minggu mah lumayan teh, apalagi di hari


sabtu dan minggu bisa mencapai. Kira-kira 1 minggu 1 juta
sampai 1,5 juta teh” (Wawancara TD, 20 Mei 2021)

Tapi hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat dari HR, beliau

mengatakan bahwa,
55

“Saya mah tetap jadi petani aja neng, karna kalau ikutin jaman
kan pasti musim-musiman. Musim buka tempat ngopi, bikin
usaha itu semua. Saya udah nyaman sama pekerjaan saya yang
turun temurun alhamdulillah penghasilan juga cukup untuk
kehidupan sehari-hari.” (Wawancara HR, 20 Mei 2021)

b. Sosial Budaya Masyarakat desa Cipulus


Terkait dengan adanya perubahan sosial ekonomi pasti akan

terjadi perubahan sosial budaya pada masyarakat, hal itu sependapat

dengan IL, beliau mengatakan,

“Sekarang di Cipulus rame, banyak remaja yang berdatangan


hanya untuk sekedar hangout di Kanaga Hill atau tempat
nongkrong sekitar Kanaga Hill”. (Wawancara IL, 19 Mei
2021).

Sejalan dengan pendapat IL, RS mengungkapkan bahwa anak

remaja di desa Cipulus pun ikut terbawa arus dengan keadaan

sekitar. Beliau mengatakan,

“Bukan hanya remaja dari luar desa atau daerah, remaja yang
di desa Cipulus juga malah kebanyakan nongkrong di tempat
coffee shop yang tadinya bantuin orang tua ke kebun, mungkin
karena faktor school from home juga jadi anak-anak
kebanyakan main”. (Wawancara RS, 19 Mei 2021).

Sedangkan menurut IL menyatakan bahwa anak remaja di Desa

Cipulus tidak semerta-merta main, akan tetapi sambil menambah


56

ilmu dan wawasan berbincang dengan orang baru dan

memperbanyak relasi. IL menyatakan bahwa,

“Iya memang banyak anak remaja yang malah asik nongkrong,


tapi saya pribadi melihat teman-teman saya disini tuh bukan
Cuma sekedar main, akan tetapi belajar dan menambah relasi.
Salah satu contohnya belajar photography, belajar jadi barista
dan masih banyak lagi, tapi itu juga hanya sebagian.”
(Wawancara IL, 20 Mei 2021).

Hal ini sejalan dengan pendapat TD, bahwa adanya interaksi

masyarakat lokal dengan wisatawan dapat membuat kemajuan

dalam berpikir dan kegiatan sehari-hari. Beliau mengatakan,

“Banyak masyarakat lokal yang ngobrol sama pengunjung


yang lagi ngecamp atau ngeliat cara berpakaiannya. Jadi suka
di ikutin masyarakat sini neng, gaya berbicara juga yang
tadinya anak-anak di desa Cipulus atau remaja disini pakai
bahasa sunda sekarang ngobrol pun pakai bahasa Indonesia”
(Wawancara TD, 20 Mei 2021)

Sedangkan dari penuturan narasumber AM, Menyatakan

bahwa,

“tapi tenang neng disini sering setiap hari minggu sering di


tampilkan kepada wisatawan yaitu kesenian daerah cipulus
Kuda Lumping, karena amanat dari Bapak Bupati Majalengka
jadi kita harus terus memelihara budaya dan sekaligus
memperkenalkan budaya kita pada wisatawan”
57

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa adanya

perubahan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi di masyarakat,

dimulai dari hasil pendapatan yang bertambah serta kebiasaan anak

remaja yang cenderung mengikuti perkembangan akan tetapi tetap

diimbangi dengan mempertahankan kesenian khas desa Cipulus

yaitu Kuda Lumping.

3. Dampak objek wisata Kanaga Hill pada perubahan sosial


ekonomi dan budaya masyarakat desa Cipulus
Peneliti melakukan teknik wawancara dan dokumentasi untuk

memperoleh data dari dampak objek wisata pada perubahan sosial

ekonomi dan budaya masyarakat desa Cipulus.

Setelah adanya objek wisata Kanaga Hill memiliki dampak

perubahan sosial ekonomi, hal itu dikarenakan akan membuka lahan

pekerjaan yang baru bagi masyarakat desa Cipulus. Seperti yang

disampaikan oleh AM dari hasil wawancara, beliau mengatakan,

“Adanya objek wisata Kanaga Hill juga mampu memberikan


dampak positif untuk remaja yang belum mempunyai pekerjaan
bisa bekerja di objek wisata yang ada di desa Cipulus. Karena
Kanaga Hill dikelola oleh Koperasi Pemuda Pemudi Kampung
Ciinjuk desa Cipulus”.(Wawancara AM, 20 Mei 2021)

Narasumber TD menambahkan bahwa ibu rumah tangga di desa

Cipulus jadi mempunyai aktifitas sehari-hari yaitu dengan membuka


58

usaha kecil-kecilan. Beliau menyatakan bahwa,

“Alhamdulillah saya mewakili ibu-ibu disini merasa


diuntungkan dengan adanya objek wisata kanga hill karena kita
bisa buka usaha jadi ga diem aja dirumah, sehingga punya
pendapatan tambahan”. (Wawancara TD, 20 Mei 2021).

Adapun menurut IL, Pemerintahan desa pun melakukan

penyuluhan kepada masyarakat dalam bidang ekonomi maupun

budaya. Beliau menyatakan bahwa,

“Untuk meminimalisir terjadinya panic buying akibat warga


mempunyai pendapatan tambahan ataupun meninggalkan
budayanya, maka kami dari pemerintahan desa cipulus sering
melakukan penyuluhan dalam bidang ekonomi dan budaya
kepada masyarakat.” (Wawancara IL, 19 Mei 2021).

Sesuai dengan hasil wawancara HR, Hal yang tidak terlepas dari

adanya interaksi dengan wisatawan ialah perubahan gaya hidup

masyarakat lokal, beliau mengatakan,

“Remaja disini sudah banyak gaya kalo berpakaian, sudah mau


juga pake hp yang bagus-bagus. Anak saya juga minta hp yang
kameranya banyak buat foto-foto” (Wawancara HR, 20 Mei
2021)

Demikian hal nya pendapat dari BU juga mengenai perubahan

sosial budaya mengatakan bahwa,


59

“Dari cara berpakaian aja ya neng disini sudah tidak malu


pakai celana pendek. Baju ketat, pake hp juga harus yang mahal,
karena malu sama temen-temennya terus kalau liat wisatawan
atau pengunjung pakai baju bagus mau lagi bicara pun bahasa
indonesia terus” (Wawancara BU, 20 Mei 2021).

Hal tersebut tidak sependapat dengan IR, Beliau manyatakan

bahwa,

“Kalau cara berbicaranya anak-anak atau remaja disini ya


masih sama aja pakai bahasa sunda, mungkin hanya sebagian
kecil yang pakai bahasa indosia untuk berkomunikasi. Terus
tentang perubahan lain ya seperti pada umumnya karena ikut
perkembangan zaman anak-anak jadi sering foto-foto atau
disebut ootd terus tag ke instagram biar hits katanya”
(Wawancara IR, 19 Mei 2021)

Sesuai dari hasil wawancara dengan IR, hal yang tidak jauh beda

di kemukakan pula oleh RS yaitu tentang kebiasaan atau gaya hidup

anak- anak dan budaya. Beliau mengatakan,

“Cara berpakaian pasti sekarang berubah, karena banyak yang


interaksi dengan wisatawan dan melihat wisatawan yang datang
dari luar daerah” (Wawancara RS, 19 Mei 2021)

Dan hasil wawancara dengan IL, Ia menyarakan tidak jauh beda

dengan pendapat IR dan RS. Beliau menyatakan bahwa,


60

“Perubahan yang saya liat dari gaya berpakaian yang tinggal


dikawasan objek wisata ini mulai modern, karena mereka juga
mengikuti trend busana masa kini. Tapi mereka juga mulai fokus
memperkenalkan budaya desa Cipulus setiap hari minggu di
Kanaga Hill itu juga supaya anak-anak mengenal dan mampu
mencintai serta melestarikan budayanya sendiri”. (Wawancara
IL, 19 Mei 2021).

Sejalan dengan pendapat IL, AM juga menyatakan pendapat

yang hampir sama. Beliau mengatakan bahwa,

“Maka dari itu di setiap minggu kami menampilkan pertunjukan


Kuda Lumping supaya anak-anak atau remaja pun mengenal
budaya nya, mereka juga kan sering update foto atau video di
sosial medianya mungkin saja dari situ budaya kami jadi kebih
dikenal oleh banyak orang” (Wawancara AM, 20 Mei 2021).

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh IL, untuk menjaga

masyarakat agar tidak mudah terpengaruh dengan budaya yang

dibawa masyarakat ialah dengan cara memperkenalkan serta

melestarikan budaya daerah. Beliau mengatakan,

“sering-sering memperkenalkan budaya saja, di setiap hari


minggu atau weekend. Nanti juga lama kelamaan anak-anak
akan mengenal dan terbiasa dengan budayanya sendiri.”
(Wawancara IL, 19 Mei 2021).

Berdasarkan dari hasil wawancara dan dokumentasi yang

diperoleh memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan negatif


61

dengan adanya pembangunan objek wisata Kanaga Hill di desa

Cipulus.

Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh AM

Terhadap masyarakat Desa Cipulus khususnya Kampung Ciinjuk

yang ketika dilihat bahwa mayoritas anak remajanya mengikuti

trend masa kini dari mulai cara berpakaian, berbicara dan

kebiasaannya, begitupun dengan masyarakatnya yang tadinya

pengangguran sekarang sudah memiliki pekerjaan.

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa

terdapatnya perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakat desa

cipulus yang terjadi ada sisi positif dan negatif nya, masyarakat

serta aparatur pemerintahan desa telah berupaya untuk mengatasi

terjadinya perubahan dari sisi negatif. Solusi yang dilakukan antara

lain dengan menampilkan kesenian atau budaya khas Cipulus di

setiap event atau acara, di setiap hari minggu di objek wisata

Kanaga Hill dan pemerintahan desa mengadakan penyuluhan terkait

ekonomi dan budaya kepada masyarakatnya.

B. Pembahasan
1. Kondisi Objek Wisata Kanaga Hill
Gambaran yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi

mengenai kondisi objek wisata Kanaga Hill ialah letak geografis

Kanaga Hill yang berada di kaki gunung ciremai disuguhi dengan

panorama alam yang sangat indah, Tak hanya membuat udaranya


62

sejuk dikarenakan berada di sisi barat dari kaki Gunung Ciremai atau

yang biasa disebut dengan TNGC (Taman Nasional Gunung

Ciremai), namun pemandangannya juga sangat indah untuk

dipandang. Dari tempat tersebut, pengunjung bisa menikmati puncak

gunung ciremai, Landscap terasering serta pemandangan

dibawahnya.

Jika cuaca cerah, pengunjung akan disuguhkan dengan view

waduk darma, Kecamatan Talaga, Kecamatan Cikijing dan juga

Gunung Cikuray yang berada di Kabupaten Garut. Desa Cipulus ini

desa yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang sangat

potensial. Sehingga Cipulus merupakan pemasok sayur dan buah

yang sangat baik, Kanaga Hill juga memiliki area hutan pinus yang

cukup luas sehingga membuat pengunjung sejuk. Kabut di pagi dan

sore hari menyelimuti area Kanaga Hill, semakin sore kabut akan

semakin tebal. Agar menjadi daya tarik wisatawan untuk

mengunjungi Kanaga Hill, pihak pengelola sudah menata fasilitas

dengan baik, karena disana terdapat 5 toilet umum yang sangat

bersih, mushola yang cukup besar, gazebo, tempat duduk, tempat

bermain anak dan terdapat 7 warung yang menyediakan berbagai

macam makanan serta keperluan untuk pengunjung yang bermalam

atau kemping. Hal yang menjadi daya tarik di Kanaga Hill ialah air

yang mengalir jernih dari pegunungan di sepanjang jalan.

Rute untuk sampai di Kanaga Hill bisa di lewati dari berbagai


63

arah, yang berasal dari Majalengka kota, Bandung ataupun

Sumedang bisa mengambil rute Kadipaten – Cigasong – Maja –

Cibunut – Ciinjuk. Sedangkan jika dari arah timur yang berasal dari

Tegal, Cirebon dll bisa mengambil rute Kuningan – Darma –

Gunung Sirah – Cipulus – Ciinjuk. Jalan Menuju Bukit Kanaga Hill

bisa Ditempuh sekitar 1 Jam dari Cikijing melewati jalan yang

berkelok dan menanjak. Namun jangan khawatir karena

infrastruktur jalan sudah sangat baik walaupun ada dibeberapa

bagian jalan yang berlubang dan berdebu.

Di sepanjang perjalanan kita dapat melihat hamparan perkebunan

sayur dan buah-buahan milik masyarakat desa Cipulus salah satu

ciri khas buah-buahan di Desa Cipulus ialah Kesemek atau Apel

Gunung.

Dari penjelasan tersebut kesimpulannya ialah Kanaga Hill sangat

cocok untuk dijadikan tujuan utama wisata alternatif, asalkan tidak

merusak keasrian dari alamnya. namun utuk di masa pandemi ini

Kanaga Hill pun tetap menerapkan dan menjaga protokol kesehatan.

2. Perubahan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa


Cipulus
a. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Cipulus
Menurut Abdulsyani (1994) sosial ekonomi merupakan

kedudukan posisi seseorang disebuah kelompok manusia yang

dikelompokkan oleh jenis pendapatan, tingkat pendidikan, usia,


64

jenis rumah tinggal, kekayaan yang dimiliki bahkan aktivitas

ekonomi. Hasil observasi di kawasan objek wisata Kanaga Hill

setelah di bangunnya objek wisata tersebut terdapat perubahan

salah satunya terjadi perubahan sosial ekonomi pada masyarakat.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa Cipulus sebelum

adanya objek wisata Kanaga Hill pun sudah baik bahkan diatas

rata-rata.

Mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani,

sehingga untuk kehidupan sehari-hari masyarakat mengandalkan

dari hasil berkebun, antara lain sayur-sayuran dan buah-buahan.

Biasanya, sayur dan buah-buahan dari desa Cipulus itu selain

dijual di pasar Cikijing tetapi Cipulus juga pemasok sayur dan

buah-buah terbaik sewilayah 3 Cirebon bahkan kota-kota

lainnya.

Adapun setelah dibangunnya objek wisata Kanaga Hill

mampu membuka peluang usaha yang baru untuk masyarakat

desa Cipulus khususnya. Akan tetapi ada sebagian masyarakat

beralih profesi dari yang tadinya seorang petani kini

berwirausaha.

Dengan adanya objek wisata Kanaga Hill masyarakat yang

dekat dengan kawasan objek wisata Kanaga Hill memanfaatkan

lahan kosongnya untuk dijadikan tempat usaha, diantaranya :

Coffee shop, Warung, cafe atau tempat makan dan lain-lain.


65

Maka dari itu, banyak remaja atau masyarakatnya yang

tadinya belum memiliki pekerjaan sekarang sudah mulai merintis

usaha dan mempunyai pekerjaan. Begitupun dengan Kanaga Hill,

hampir semua pegawainya merupakan pemuda-pemudi desa

Cipulus yang tadinya belum memiliki pekerjaan.

Salah satunya ialah ibu rumah tangga, yang tadinya hanya

sebatas dirumah mengurusi pekerjaan rumah beda hal nya

dengan sekarang meskipun diam di rumah tapi tetap

mendapatkan penghasilan tambahan karena membuka usaha,

seperti warung-warung kecil di pinggir jalan. Adapun produk

yang mereka jual ialah, sayur-sayuran, buah-buahan sampai

makanan ringan lainnya.

Dengan adanya tempat-tempat baru yang dibangun di sekitar

objek wisata Kanaga Hill, Coffee shop yang instagramable,

harga yang terjangkau ditambah dengan view alam di desa

Cipulus menjadi nilai plus debagai daya tarik wisatawan untuk

mengunjungi desa Cipulus sebagai tempat berlibur.

Dalam hal ini, meskipun desa Cipulus mengalami perubahan

perekonomian yang baik, akan tetapi masyarakat di desa Cipulus

masih banyak yang hidup seperti biasanya yaitu sederhana,

karena pada dasarnya masyarakat di desa Cipulus mereka

merupakan petani sayur-sayuran dan buah-buah, yang dapat

mencukupi kebutuhannya sehari-hari.


66

Untuk meminimalisir terjadinya Panic Buying atau membeli

sesuatu hal yang tidak diperlukan dan pemborosan yang

dilakukan oleh masyarakat karena memiliki aktivitas baru dan

tambahan dalam penghasilan, pemerintah desa sering melakukan

penyuluhan terhadap edukasi dalam perekonomian agar mampu

memberikan semangat dan menambah pengetahuan masyarakat

untuk membantu peningkatan ekonomi masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal tersebut

mengalami perubahan yang sangat pesat dan mampu menambah

kesejahteraan dan mempunyai penghasilan tambahan yang besar

dari membuka usaha di area objek wisata Kanaga Hill asal

dengan pengawasan yang baik dan benar sehingga perekonomian

masyarakat desa Cipulus bisa stabil bahkan meningkat dengan

baik.

b. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cipulus


Dari hasil observasi di area Kanaga Hill selain terjadinya

perubahan sosial ekonomi disini terjadi pula perubahan sosial

budaya masyarakat desa Cipulus.

Desa Cipulus merupakan desa yang memiliki kesenian khas

daerahnya sendiri dan memiliki norma atau nilai kehidupan yang

sudah menjadi kebiasaan dari zaman dulu. Kesenian yang

dimiliki ialah Kuda Lumping, yang dulunya sering di

pertunjukan ketika ada event atau acara tertentu.


67

Kini pertunjukan kuda lumping tetap diadakan sebagai tanda

mempertahankan, memperkenalkan dan melestarikan kesenian

desa Cipulus. Pertunjukan kuda lumping ditampilkan rutinan

setiap hari minggu di objek wisata Kanaga Hill. Agar wisatawan

mengenal kesenian desa Cipulus dan juga untuk masyarakat desa

Cipulusnya supaya tetap mau melestarikan budaya nya.

Dengan demikian, suatu daerah pasti memiliki norma-norma

yang ideal maupun kurang ideal. Norma ideal tentang bagaimana

menjelaskan serta memahami tingkah laku manusia tertentu,

serta norm-norma tersebut sangat berpengaruh besar terhadap

berprilaku sosial serta gaya hidup.

Erving Goffman (1959) dalam The Presentation of Self in

Everyday Life, mengatakan bahwa yang terdiri dari kehidupan

sosial ialah penampilan yang diritualkan, kemudian lebih dikenal

pendekatan dramaturi (dramaturgical approach). Maksudnya

ialah, kita seolah-olah sedang berasa di sebuah panggung.

Menurut Goffman, dalam menggunakan barang, ruang, bahasa

tubuh, interaksi sosial ialah untuk memfasilitasi kehidupan sosual

sehari-hari (chaney, 2003).

Berkaitan dengan hal itu, berbicara mengenai gaya hidup

anak-anak atau remaja di desa Cipulus mengalami perubahan

setelah adanya objek wisata Kanaga Hill, remaja di desa Cipulus

melakukan imitasi terhadap cara berpakaian dan perilaku


68

wisatawan yang mengunjugi objek wisata Kanaga Hill.

Remaja di desa cipulus sudah mulai berani menggunakan

pakaian mengikuti trend zaman sekarang, memakai celana

pendek baju yang terbuka dan lain sebagainya.

Selain itu dari segi bahasa yang digunakan sehari-hari ialah

menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda akan tetapi

setelah banyaknya wisatawan luar daerah yang mengunjungi

objek wisata Kanaga Hill, anak-anak bahkan remaja di desa

Cipulus mulai menggunakan bahasa indonesia di kehidupan

sehari-hari nya.

Ada sisi negatif maupun positif jika hal itu terjadi, selain

melatih berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa

indonesia akan tetapi ditakutkan mereka lupa atau enggan lagi

menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda pada kehidupan

sehari-harinya dikarenakan gengsi atau malu.

Bukan hanya gaya berpakaian dan berkomunikasi saja yang

berubah, tapi dari segi kebiasaan atau habbit, remaja yang

biasanya membantu orang tuanya berkebun, sekarang banyak

remaja yang malah fokus dengan gadget dan bermain di area

sekitar objek wisata Kanaga Hill

Setelah melakukan observasi, ternyata remaja itu tidak hanya

sekedar nongkrong atau bermain, tetapi mereka sambil mencari

relasi dan belajar tentang hal baru. Diantaranya, belajar menjadi


69

photogharpher , menjadi barista dan lain sebagainya kepada

pengunjung atau wisatawan yang datang ke daerah desa Cipulus.

Selain itu pula, faktor eksternal adanya perubahan sosial

budaya masyarakat ialah teknologi, dilihat dari masyarakatnya

yang aktif mempromosikan objek wisata Kanaga Hill yang ada di

media sosial nya masing-masing. Sehingga masyarakat luar

daerah kabupaten Majalengka dapat mengetahui dengan mudah

adanya objek wisata Kanaga Hill. Sisi positifnya ialah,

masyarakat jadi mendalami teknologi seperti telepon genggam,

komputer dan alat bantu lainnya, disamping itu juga masyarakat

mulai memanfaatkan media sosial sebagai ajang

mempromosikan objek wisata yang ada di daerahnya.

Hal tersebut mendapat perhatian dari pemerintahan desa yaitu

pemerintah desa sering mengadakan penyuluhan mengenai sosial

dan kebudayaan untuk masyarakat desa Cipulus, sehingga

masyarakat mempunyai edukasi yang baik terhadap sosial dan

kebudayaannya.

Dari uraiain diatas, bahwa setiap perubahan ada sisi negatif

maupun positifnya. Perubahan yang terjadi meliputi gaya

berpakaian, bahasa dalam berkomunikasi dan kebiasaan sehari-

hari pada anak remaja. Solusi yang dilakukan pemerintah desa

ialah melakukan penyuluhan mengenai sosial budaya kepada

masyarakatnya agar masyarakatnya tidak terbawa arus negatif


70

dalam menghadapi trend sekarang.

3. Dampak Objek Wisata Pada Perubahan Sosial Ekonomi dan


Budaya Masyarakat desa Cipulus
Dari adanya pembangunan objek wisata Kanaga Hill pasti

membawa dampak terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

daerah tersebut, dampak yang terjadi ialah dapat berupa dampak

negatif maupun positif.

Perubahan yang mencakup terhadap kondisi masyarakat akibat

dampak dari adanya objek wisata meliputi berbagai aspek

diantaranya sosial ekonomi dan budaya.

Dampak positif yang terjadi ialah masyarakat yang tadinya tidak

memiliki pekerjaan atau pengangguran sekarang sudah bekerja

karena adanya lapangan pekerjaan baru di kawasan objek wisata

kanaga hill, para remaja bekerja sebagai petugas pengelola objek

wisata Kanaga Hill, serta ibu rumah tangga menjadi sangat kreatif

dan berinovasi dengan cara membuka usaha kecil-kecilan di depan

rumahnya atau di sekitar objek wisata Kanaga Hill sehingga tingkat

perekonomian dmasyarakat desa Cipulus meningkat lebih baik

sehingga masyarakatnya sejahtera. Masyarakat desa Cipulus juga

sekarang sudah paham apa itu sosial media dan lain sebagainya,

mulai berkomunikasi dengan menggunakan bahasa indonesia. Maka

dari itu enggunaan bahasa indonesia dan teknologi dengan baik

mampu melatih kemampuan berbahasa dan mengenal teknologi


71

lebih dalam lagi agar tidak ketinggalan zaman.

Akan tetapi, selai dampak positif terdapat pula dampak negatif

bagi masyarakat desa Cipulus. Yaitu, remaja di desa Cipulus mulai

melakukan imitasi terhadap wisatawan yang berkunjung atau

berwisata ke Kanaga Hill, diantaranya dalam cara berpakaian

mereka sudah berani menggunakan pakaian yang pendek,

berkomunikasi selalu menggunakan bahasa indonesia seolah-olah

mereka malu dan enggan untuk menggunakan bahasa daerahnya

yaitu bahasa sunda. Sejalan dengan itu, kebiasaan remaja di desa

Cipulus pun telah berubah, dari yang tadinya sering membantu

orang tua berkebun sekarang lebih senang main di kawasan objek

wisata kanaga hill dengan memanfaatkan gadget yang ia punya

untuk mengabadikan sebuah moment yang akan mereka unggah di

sosial medianya, zaman sekarang sering disebut dengan photo ootd

(outfit of the day), dikhawatirkan remaja nya terbawa arus negatif

dengan menggunakan gadget secara terus menerus tanpa adanya

pengawasan.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dampak yang

terjadi terhadap perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakat

ialah dalam kesempatan kerja, perekonomian yang meningkat,

penguasaan teknologi, gaya berpakaian, cara berkomunikasi dan

kebiasaan atau habbit. Maka dari itu sangat diperlukannya edukasi

untuk mendidik karakter pada remaja sehingga tidak gampang


72

terbawa arus negatif.

C. Keterbatasan Penelitian
1. Proses penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 4

bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2021. Dalam

hal tersebut peneliti berusaha mencari informasi dengan melibatkan

diri sendiri untuk terjun langsung ke lapangan. Sehingga semua

aspek yang tertulis dalam penelitian ini terjadi antara bulan Maret

sampai dengan Juni 2021. Terlepas dari sebelum bahkan setelah

waktu peneliti melakukan penelitian sangat mungkin terjadi

perubahan itu diluar dari kendali dan perhatian peneliti.

2. Observasi dan wawancara yang dilakukan tidak sesuai ekspetasi,

banyak wisatawan bahkan masyarakat yang enggan untuk di mintai

informasi karena mereka takut salah ketika memberikan informasi.

Penulis juga tidak mendapat kesempatan untuk berbincang langsung

dengan Kepala Desa setempat di karenakan waktu itu sedang adanya

pemilihan umum, jadi kepala desa Cipulus sedang cuti sehingga

digantikan oleh aparatur pemerintahan desa lainnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam hasil penelitian ini berdasarkan dengan tema bahasan

yaitu dampak pembangunan objek wisata Kanaga Hill pada perubahan

sosial ekonomi dan budaya masyarakat desa Cipulus. Penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa :

Setelah penulis melakukan penelitian dapat ditarik kesimpulan

bahwa masyarakat desa Cipulus telah mengalami perubahan sosial

ekonomi dan budaya, perubahan dalam mata pencaharian, gaya

berpakaian, berbahasa serta kebiasaan atau habbit masyarakat setelah

adanya objek wisata Kanaga Hill. Pada perubahan sosial ekonomi

penulis mendapatkan informasi bahwa adanya peningkatan

perekonomian masyarakat hal itu dapat dilihat dari beberapa indikator

diantaranya, pendapatan masyarakat menaik, penyerapan tenaga kerja

serta pengurangan pengangguran. Dan pada bagian perubahan sosial

budaya, penulis menemukan berubahnya bahasa sehari-hari dan

kebiasaan anak remaja, serta cara berpakaian yang mengikuti

wisatawan luar dan pengaruh gadget . dari permasalahan ini, penulis

menyimpulkan bahwa terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

budaya pada masyarakat di desa Cipulus adalah masyarakatnya bukan

73
74

desa nya.

B. Saran

Penelitian yang dilakukan penulis tidak lepas dari hambatan serta

tantangan di setiap prosesnya, karena membahas tema mengenai

dampak dibangunnya objek wisata pada perubahan sosial ekonomi dan

budaya masyarakat maka penulis harus tahu terlebih dahulu

bagaimana kondisi lokasi sebelum dibangunnya objek wisata tersebut.

Untuk masyarakat harus lebih pintar lagi dalam menerima, memilih

atau mengahadapi budaya dari luar yang dibawa oleh wisatawan,

jangan sampai terjadi perubahan ke arah yang negatif dan tetap

menjaga tata bahasa serta kebiasaan dalam berkomunikasi, terutama

remaja yang gampang terbawa oleh arus. Dan untuk wisatawan tetap

menjaga kebersihan serta keasrian dari desa Cipulus atau objek wisata

yang kalian kunjungi. Ada tambahan saran untuk pemerintahan desa

khususnya, Dikarenakan desa Cipulus merupakan dataran tinggi yang

keadaan desa tersebut memiliki tanah yang subur dan merupakan

sektor pemasok sayur dan buah buahan yang baik, pemerintah

sebaiknya lebih memperhatikan terhadap pembangunan

masyarakatnya jangan sampai menghilangkan keasrian dari desa

Cipulus, karena terdapat beberapa lahan terdapat bangunan yang

masih setengah jadi lalu terbengkalai begitu saja.


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdulsyani. (2002). Sosiologi : Skematika. Teori dan Terapan. Cetakan
Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Abdulsyani. (1994). Sosiologi : Skematika. Teori dan Terapan. Cetakan
Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
Albert, O. Hirscman.
Bintarto. (1977). Buku Penuntun Geografi Sosial. Yogyakarta : U.P. Sprng
Bogdan, Robert dan Steven Taylor. (1990). Pengantar Metode Kualitatif.

Surabaya : Usaha Nasional.

Cultural Sociology : by John Lewis Gillin and John Philip Gillin. (1950).
Macmilan.

Damsar. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana

Deliarnov. (2003). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT. Raja


Grafindo.
Denzin, Norman K. Dan Yvonna S. Licoln (eds). (2000). Handbook
of Qualitative Research. Terj. Deriyatno dkk. Jogjakarta:
Pustaka Belajar.
E Cohen. Annual review of Sociology. 1984.

Eric. R. Wolf. (1983). Petani Suatu Tinjauan Antropologi. Jakarta :


Rajawali

Fostee L, Dennis. (2000). An Introduction Travel & Tourism. Edisi


Bahasa Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo.

Hari Karyono. (1997). Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo.

James C. Scott. (1973). The Moral Economy of the Peasant. Yale


University Press.

75
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Marpaung, Happy dan Bahar. (2000). Pengantar Pariwisata. Bandung :
Alfabeta.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian . Bandung : PT.
Rosdakarya.
Nanang, Martono. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial.
Penerbit : Raja Grafindo

Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,


Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana.

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis.


Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rakhmat, Jalaludin. (2009). Metode Penelitian Komunikasi.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia :


Suatu Pengantar. Bogor : PT. Ghalia Indonesia

Sihite, Richard. (2000). Tourism Industry. Surabaya : SIC.

Sameng, Andi Mappi. (2001). Cakrawala Pariwisata. Jakarta : Balai


Pustaka
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono. (2001). Hukum adat Indonesia. Jakarta : PT Raja
Grafindo
Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT
Raja Grafindo
Soemardjan, Selo. (1991). Perubahan Sosial. Yogyakarta : Gajahmada
University Press
Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta :

76
Andi 2003.

Penelitian, Skripsi, Tesis atau Disertasi


Dewi, Puspita. (2019). Perubahan Sosial Pasca Pembangunan Wisata
Alam “Wagos” Gosari (Studi Kasus di Desa Gosari Kecamatan
Ujung Pangkah Kabupaten Gresik). Sosiologi. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negri Malang.
Pertiwi, Cindra. (2018). Perubahan Sosial Masyaakat Akibat
Perkembangan Pariwisata (penelitian pada Masyarakat Sekitar
Pantai Tanjung Kelayang Desa Keciput Kecamatan Sijuk
Kabupaten Belitung). UIN Sunan Gunung Djati.
Fuziah, Ilmi Nurul. (2018). Perubahan Sosial Masyarakat Desa di
Kawasan Wisata Curugan Gunung Putri (Penelitian di Desa
Mukapayung Cililin Kabupten Bandung Barat. Sosiologi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UIN Sunan Gunung Djati.
Idris, Ridwan. (2011) Perubaha Sosial Budaya dan Ekonomi di
Indonesia. Jurnal
Istiqomah Tya Dewi Pamungkas. (2015). Pengaruh Keberadaan Desa
Wisata Karangbanjar terhadap Perubahan Penggunaan Lahan,
Ekonomi dan Sosial Masyrakat. Teknik Perencanaan Wilayah
Kota. Universitas Diponegoro.
Rahmawati, arum. (2015). Perubahan Sosial Sebagai Dampak
Pengembangan Obyek Wisata Parang Ijo (Studi Kasus
Perubahan Sosial pada Masyarakat Desa Girimulyo, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karangaanyar). Other Thesis, Program
Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret.

Website atau Internet


Ardi, Surwiyanta. (2013). Dampak Pengembangan Pariwisata
terhadap Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi di
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS/article/view/72.

77
Morrissan. (2019) Pembangunan Kepariwisataan dan Perubahan
Sosial di
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/mediakom/article/vie
w/2336

78
DATA INFORMAN

1. Nama : IL (Ibu Leni)


Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Aparatur Pemerintahan Desa Cipulus

2. Nama : IM (Imam)
Alamat : Desa Sindangpanji Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa

3. Nama : IR (Ibu Rosmalia)


Alamat : Desa Windusengkahan Kecamatan Winduhaji
Kabupaten Kuningan
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

4. Nama : AD (Andi)
Alamat : Jl. Sersan Bajuri, Cihideung Bandung
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Pedagang

5. Nama : BU (Bapak Untung)


Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Pengelola Objek Wisata Kanaga Hill

79
6. Nama : ID (Ibu Dian)
Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Aparatur Pemerintahan Desa Cipulus

7. Nama : IR (Ibu Resa)


Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Aparatur Pemerintahan Desa Cipulus

8. Nama : TD (Teh Dewi)


Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : Pedagang

9. Nama : AM (Ade Muhammad)


Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Kepala Dusun/Kampung Ciinjuk

10. Nama : HR (Heri)


Alamat : Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Petani

80
11. Nama : IL (Imal)
Alamat : Desa Jatipamor Kecamatan Talaga Kabupaten
Majalengka
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Barista

81
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Foto Objek Wisata Kanaga Hill Beserta Fasilitasnya

82
83
84
85
86
Wawancara Dengan Aparatur Pemerintahan Desa Cikijing

Wawancara Dengan Bapak Untung

87
Wawancara Dengan Teh Dewi

Wawancara dengan Imal

88
Wawancara Dengan

89

Anda mungkin juga menyukai