Anda di halaman 1dari 5

PORTOFOLIO TARI TRADISIONAL

oleh: Hansel Aloysius Susanto 4B/14

Tari Pendet

Asal tarian dari Bali.


Sejarah Tari Pendet
Dari berbagai jenis tari daerah yang berasal dari Bali, tari pendet merupakan tarian
tertua di Pulau Dewata. Tarian ini diperkirakan ada sejak tahun 1950.
Awalnya tarian pendet adalah tari sembahan yang dilakukan di pura-pura umat Hindu sebagai
bentuk ucapan selamat datang atas turunnya dewa ke bumi. Tarian ini merupakan hasil
gubahan maestro seni tari Bali yang bernama I Wayan Rindi.
I Wayang Rindi adalah seniman tari yang memiliki penguasaan gerak tari yang luar
biasa. Oleh sebab itu, perkembangan dan sebaran tarian ini merupakan jasa dari beliau.
Gerakan tari diambil dari pakem-pakem gerakan tarian pendet dewa atau tari pendet asli yang
ditujukan untuk persembahan. Tanpa menghilangkan nilai sakral, religi dan keindahannya, I
Wayan Rindi bersama rekannya bernama Ni Ketut Reneng berhasil memasukkan unsur tarian
pendet dewa ke dalam tari pendet yang kita kenal saat ini. Seiring berkembangnya zaman
turut pula merubah fungsi asli tari pendet. Kini tarian ini juga digunakan sebagai sarana
pertunjukkan serta tarian ucapan selamat datang.
Tari Serimpi

Asal tarian dari Yogyakarta dan Surakarta.


Sejarah Tari Serimpi
Tarian ini berawal pada masa kerajaan Mataram saa Sultan Agung bertahta pada
tahun 1613 hingga 1646. Tari serimpi termasuk karya seni tertua di Jawa dan dianggap
memiliki keskaralan serta kesucian karena hanya digelar di Kawasan keraton sebagai bagian
dari ritual. Pada masa itu, hanya penari-penari terpilih yang diperbolehkan membawakan
tarian ini.
Kemudian saat kerajaan Mataram mengalami perpecahan pada tahun 1755 menjadi
Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta, tarian ini pun terkenan dampaknya.
Dampaknya adalah adanya perbedaan gerakan antara tari serimpi Jogja dan Surakarta,
meskipun keduanya memiliki inti tarian yang sama.
Tarian ini terpecah menjadi beberapa jenis, seperti Serimpi Dhempel, Serimpi Babul
Layar, Serimpi Genjung, Serimpi Padhelori, Serimpi Among Beksa, Serimpi Cina, dan
Serimpi Pramugari yang berkembang di keratorn Yogyakarta.
Selanjutnya pada tahun 1788 sampai 1820, tarian ini muncul kembali di lingkungan Keraton
Surakarta. Bahkan sejak tahun 1920 hingga saat ini, tarian ini masuk dalam pelajaran Taman
Siswa Jogja, serta kelompok tari dan karawitan Krida Beksa Wirama.
Tari Tor-Tor

Asal tarian dari daerah Batak Toba, Sumatera Utara.


Sejarah Tari Tor Tor
Tarian ini diperkirakan telah ada sejak zaman Batak purba. Pada masa itu, tarian tor
tor dijadikan sebagai tari persembahan bagi roh leluhur. Nama tari ini berasal dari kata tor
tor, yaitu bunyi hentakan kaki penari di lantai papan rumah adat Batak.
Meski berasal dari Batak, ternyata jika ditelusuri tarian ini mendapat pengaruh dari
India, bahkan lebih jauh lagi tarian ini juga memiliki kaitan dengan budaya Babilonia. Ada
pendapat yang memperkirakan jika tari tor tor ada sejak abad ke-13 Masehi dan telah menjadi
bagian dari kebudayaan Batak. Pendapat ini disampaikan oleh mantan anggota anjungan
Sumatera Utara periode 1973 hingga 2010, sekaligus pakar tor tor.
Perkembangan awal tarian ini dulunya hanya di kehidupan masyarakat Batak di
kawasan Samosir, Toba dan sebagaian kawasan Humbang. Dalam praktiknya, tarian tor-tor
juga melibatkan beberapa patung batu yang telah dimasuki roh dan patung tersebut akan
“menari”.
Tari Piring

Asal tarian dari Sumatera Barat.


Sejarah Tari Piring
Tari piring (bahasa Minang: tari piriang) adalah tarian tradisional Minangkabau yang
menampilkan atraksi menggunakan piring. Para penari mengayunkan piring di tangan
mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan.
Gerakannya diambil dari langkah dalam silat Minangkabau atau silek. 
Secara tradisional, tari ini berasal dari Solok, Sumatra Barat. Menurut legenda, tari ini
awalnya merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa
setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa
sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan
gerakan yang dinamis.  
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tari piring tidak lagi digunakan
sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan
sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara
keramaian.
Tari Saman

Asal tarian dari Aceh.


Sejarah Tari Saman
Tari Saman merupakan sebuah tarian asal Suku Gayo, Aceh yang mulai
dikembangkan pada abad ke 14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh Saman. Tarian ini
awalnya hanyalah sebuah permainan rakyat bernama Pok Ane. Kebudayaan Islam yang
masuk ke daerah Gayo pada masa itu berakulturasi dengan permainan Pok Ane, sehingga
nyanyian pengiring permainan Pok Ane yang awalnya hanya bersifat pelengkap, berubah
menjadi nyanyian penuh makna dan pujian pada Allah.
Kebudayaan Islam juga merubah beberapa gerakan pada tari saman mulai dari
tepukan dan perubahan tempat duduk. Tari saman di masa Kesultanan Aceh hanya
ditampilkan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad di surau-surau atau masjid di
daerah Gayo, namun pada perkembangannya ia juga kemudian dimainkan pada acara-acara
umum seperti acara pesta ulang tahun, pernikahan, khitan, dan acara lainnya hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai