ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila. Di tengah tameng
yang bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang garis tebal yang bermakna garis
khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang
kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”
yang berarti “Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“.
Secara tegas bangsa Indonesia telah memilih burung garuda sebagai lambang
kebangsaannya yang besar, karena garuda adalah burung yang penuh percaya diri,
energik dan dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri,
tak suka bergantung pada yang lain. Garuda yang merupakan lambang pemberani
dalam mempertahankan wilayah, tetapi dia pun akan menghormati wilayah milik yang
lain sekalipun wilayah itu milik burung yang lebih kecil. Warna kuning emas
melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban sesuai dengan
budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung garuda pun pantang
mundur dan pantang menyerah. Legenda semacam ini juga diabadikan sangat indah
oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada candi dan di berbagai prasasti sejak abad
ke-15.
Burung garuda merupakan mitos dalam mitologi Hindu dan Budha. Garuda dalam mitos
digambarkan sebagai makhluk separuh burung (sayap, paruh, cakar) dan separuh
manusia (tangan dan kaki). Lambang garuda diambil dari penggambaran
kendaraan Batara Wisnu yakni garudeya. Garudeya itu sendiri dapat kita temui pada
salah satu pahatan di Candi Kidal yang terletak di Kabupaten Malang tepatnya:
DesaRejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Garuda sebagai lambang negara menggambarkan kekuatan dan kekuasaan dan warna
emas melambangkan kejayaan, karena peran garuda dalam cerita pewayangan
Mahabharata dan Ramayana. Posisi kepala garuda menengok lurus ke kanan.
Emblem
Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari sila
Pancasila.
Bintang Tunggal
Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa. Perisai hitam dengan sebuah bintang emas
berkepala lima menggambarkan agama-agama besar di Indonesia, Islam, Kristen,
Hindu, Buddha, dan juga ideologi sekuler sosialisme.
Rantai Emas
Sila ke-2: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Rantai yang disusun atas gelang-
gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling
membantu. Gelang yang lingkaran menggambarkan wanita, gelang yang persegi
menggambarkan pria.
Pohon Beringin
Sila ke-3: Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Ficus benjamina) adalah sebuah pohon
Indonesia yang berakar tunjang – sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon
yang besar tersebut dengan bertumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Ini
menggambarkan kesatuan Indonesia. Pohon ini juga memiliki banyak akar yang
menggelantung dari ranting-rantingnya. Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai
negara kesatuan namun memiliki berbagai akar budaya yang berbeda-beda.
Kepala Banteng
Motto
Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia,
yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kalimat bahasa Jawa
Kuno karangan Mpu Tantular yang berarti “Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu”
yang menggambarkan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
suku, budaya, adat-istiadat, kepercayaan, namun tetap adalah satu bangsa, bahasa,
dan tanah air