Anda di halaman 1dari 2

KEBUDAYAAN TEMANGGUNG

A.  SEJARAH SINGKAT TEMANGGUNG

Sejarah Temanggung selalu dikaitkan dengan raja Mataram Kuno yang bernama Rakai Pikatan. Nama Pikatan
sendiri dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah yang berada pada sumber mata air di desa Mudal Kecamatan
Temanggung. Disini terdapat peninggalan berupa reruntuhan batu-bebatuan kuno yang diyakini petilasan raja
Rakai Pikatan.

Sejarah Temanggung mulai tercatat pada Prasasti 8 Masehi yang ditemukan penduduk dusun Dunglo Desa
Gandulan Kecamatan Kaloran Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti itu menggambarkan bahwa
Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi dimana salah satu wilayahnya
yaitu Pikatan. Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas bahwa dari Kecamatan Temanggung
memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan seterusnya adalah wilayah yang subur dan tenteram.

B.   TRADISI KHAS TEMANGGUNG

Tradisi adalah adat atau kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam
masyarakatnya. Di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah salah satu tradisi yang masih dilaksanakan
sampai sekarang ini adalah tradisi Sadranan

     Tradisi Sadranan

Upacara ritual sadranan rutin diselenggarakan setahun sekali. Sadranan diselenggarakan  sebagai ungkapan
rasya syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa  atas  berkah, rejeki dan keselamatan yang telah diberikan selama
ini, sehingga warga desa bisa hidup  tentram dan sejahtera. Selain itu  juga dimaksudkan untuk mengenang
arwah para leluhur  desa  yang semasa hidupnya telah berjasa merintis  keberadaan desa.

peserta sadranan tidak hanya diikuti warga Desa saja namun juga diikuti sejumlah warga luar desa yang
mempunyai leluhur di Desa tersebut. Mereka  sambil membawa nasi bucu tenong, ingkung ayam dan aneka
jajanan  berdatangan di komplek makam desa yang dijadikan tempat ritual Sadranan.   Seluruh peserta dengan
penuh khidmat  duduk berjajar mengikuti seluruh prosesi ritual yang ditandai  berdoa bersama, dipimpin ulama 
desa. Seusai doa untuk memohon keselamatan dan limpahan rejeki dari yang maha kuasa,  makanan yang
mereka bawa kemudian dinikmati sebagai ungkapan syukur. Sementara itu sembari  menikmati makanan, 
beberapa petugas  mengambil potongan nasi bucu berikut sebagian lauk pauk dan jajanan untuk dikumpulkan .
Hasil makanan yang dikumpulkan, setelah dikemas dalam  ratusan kantong plastik, kemudian dibagikan kepada
seluruh peserta dan tamu undangan sebagai nasi berkat  untuk dibawa pulang.

c.      Acara/ Peristiwa Menarik

tak hanya itu, di temanggung juga ada acara-acara menarik seperti

1.     Padusan, acara mandi/ pembersihan badan bersama, dilakukan di sungai/ kolam, sehari sebelum Romadhon

2.     Pawai Oncor, Parade Obor disertai Takbir setiap malam lebaran (1 Syawal).

3.     Sura, Mantenan Pak Lurah/ bu Lurah, setiap 1 Muharram/ Sura dipusatkan di Pemandian Traji

d.    

di tmg juga ada Kesenian tradisional

Adapun kesenian tradisional seperti

1. Cengklungan : Asal mula kesenian Cengklungan memang berasal dari para penggembala yang sedang
menunggu ternaknya, berawal dari payung keruduk dan suket grinting yang dikaitkan di ujung-
ujungnya, ternyata bila dipetik dengan benar menimbulkan bunyi-bunyi yang harmonis  untuk
mengiringi mereka.  Dalam pertunjukan seni budaya kini Cengklungan sudah dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi tontonan yang menarik, musik Cengklungan sudah diaransir dengan baik mengiringi
gending-gending Jawa maupun Tembang Campursari, dan ditambah adanya tarian  yang
menggambarkan kehidupan para petani.
2. Kuda lumping / Jaran kepang
Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat
jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi
penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping
menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan
Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini
mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan
Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Jangan salah mengerti soal 'Ndas Borok'. Sepintas nama ini berkesan menyeramkan
karena mengandung pengertian adanya borok atau penyakit di kepala. Ndas Borok di
Temanggung, Jawa Tengah adalah makanan khas dengan cita rasa gurih manis, terbuat
dari singkong, parutan kelapa dengan taburan gula aren. Bentuknya yang mirip borok di
kepala membuatnya lebih populer dengan sebutan Ndas Borok.

Terkait Ndas Borok ini juga ada mitos yang melingkupi, cerita dari leluhur dan diwariskan
turun temurun. Yakni mengenai larangan membawa bekal nasi jika hendak naik,
mendaki ke Gunung Sumbing. Yang disarankan jika naik gunung adalah membawa bekal
singkong, gula, dan kelapa 
Penjelasan mengenai mitos ini, kalau bekal nasi yang dibawa, maka akan mudah terasa
lapar lagi tiap satu hingga dua jam usai makan. Kondisi ini sangat tidak disarankan
untuk naik gunung. Berbeda jika membawa gula aren dan kelapa yang berguna untuk
stamina. Serta singkong sebagai makanan karbohidrat pengganti nasi. 

Cara membuatnya, singkong dan kelapa diparut atau diselep, dicampur rata, ditaburi
gula aren yang telah disisir tipis, diberi alas daun pisang lalu dikukus selama 20-30
menit. Kemudian ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu
berbentuk bulat. Dipilih bentuk bulat karena melambangkan ndas atau kepala.

Anda mungkin juga menyukai